• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENGARUH BUDAYA AKSEPTOR KB TERHADAP PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI KECAMATAN PANTAI LABU

KABUPATEN DELI SERDANG

Yanti.N.H1, Erika Revida2, Asfriyati3

1.RSU Muhammadiyah Sumatera Utara, Jln Mandala By Pass No.27 Medan

2.Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jln. Prof Dr.Sofyan No.1 Medan 3.Departemen Kependudukan dan Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Jln. Prof Maas No.1 Medan

Abstract

The number of Fertile Age Couples (PUS) through June of 2011 in Pantai Labu sub-district as much as 7.472, there was an increase compared to the year 2009 as many as 7221. Community participation as a Active participants of family planning program (KB) in 2011 for 5453 which is 72.98% of the total number of Fertile Age Couples, achievement of a new family planning program (KB) 485 (47%) of the Request for Public Use (PPM) of 1032. Of these participants of IUD family planning program (KB) distribution as much (1.89

This study aims to analyze the influence of culture of KB Acceptors on the use of IUD contraception. This type of research is an explanatory survey a

%).

nd implemented from March 2011 until January 2012. T

The results indicated that significantly the use of IUD contraception was influenced by the variable of knowledge, beliefs, values, and kinship. The most influential and dominant variable is kinship.

he overall population of women KB acceptors in Pantai Labu sub-district. Based on data of monthly report in June 2011 which is as much as 4. 892 Acceptors. Methods of data analysis applied was multiple logistic regression test.

The budget allocated proportionally according to the needs of the population development and family development and increase access and quality of information, education, counseling and contraceptive services by empowering religious leaders and community leaders, and safari activities KB.

Keywords: Culture, KB Acceptors and the Use of IUD Contraception

Pendahuluan

Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan data dari SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi bila dilihat dari target Millenium Development Goals (MDGs) yakni 110 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih perlu diturunkan lagi.

Penyebab kematian ibu selain karena perdarahan, preeklamsia/eklamsia adalah tingginya paritas pada seorang ibu, yang diikuti rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan menekan angka pertumbuhan

penduduk yakni melalui program Keluarga Berencana (KB). Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah Pasangan Usia Subur (PUS).

(2)

1 Pada Riskesdas 2010, PUS usia 15-49 tahun berstatus kawin dan memakai alat KB tahun 2009 sebanyak 75,7%. Propinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu 85,5%, Bali 85,1%, dan DKI Jakarta 82%. Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan adalah KB suntik 50,2% dan KB pil 28,3%. Berdasarkan metode kontrasepsi menurut propinsi, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) banyak digunakan di Propinsi Bali 47,88% dan DI Yogyakarta 25,44% dengan persentase jauh di atas propinsi yang lain.

Target pelayanan KB Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 sebanyak 2.077.195 PUS, peserta KB aktif sebanyak 1.393.191 67,07%. Berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan Akseptor IUD sebesar 10,21%, MOW/MOP sebesar 8,21%, implant sebesar 8,50%, suntik sebesar 33,28% dan pil sebesar 24,61% dan pengguna kondom sebesar 5,53%.

Pembangunan bidang pelayanan kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Deli Serdang. Dari peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat akan memberi dampak kepada peningkatan usia harapan hidup, penurunan angka kematian ibu hamil, angka kematian bayi dan pelayanan keluarga berencana. Jumlah PUS di Kabupaten Deli Serdang sampai tahun 2010 sebanyak 300.133 jiwa, dengan capaian Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%. Akseptor yang menggunakan MKJP seperti: IUD sebesar 11,11%, MOP/MOW sebesar 5,74%, implant sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar 8,23%, suntik sebesar 31,45% dan pil sebesar 35,41%.

Jumlah PUS sampai bulan Juni tahun 2011 di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 7.472 jiwa, ada peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebanyak 7.221. Partisipasi masyarakat sebagai Peserta KB Aktif tahun 2011 sebesar 5.453 yakni 72,98% dari jumlah total PUS, capaian KB baru 47% dari Permintaan Pemakaian Masyarakat (PPM) sebanyak 1.032. Dari jumlah tersebut distribusi peserta KB menurut alat adalah: IUD dengan PPM sebanyak 621 dan PA sebesar 1,89%, MOW/MOP PPM sebanyak 338 dan PA 3,08%, implant PPM sebanyak 416 dan PA 7,99%, kondom PPM sebanyak 474 dan PA 10,28%, suntik PPM sebanyak 2.016 dan PA

30,64%, dan pil PPM sebanyak 2.400 dan PA 43,90%.

Meskipun masyarakat telah mengalami perubahan bersamaan dengan proses modernisasi, aspek sosio-kultural masih melekat dalam kehidupan sehari-hari sehingga memengaruhi penerimaan dan pelaksanaan program KB di Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan program KB dan kesehatan reproduksi dalam perkembangannya selalu mempertimbangkan aspek sosio-kultural bangsa Indonesia. Kebijakan ini sesuai dengan undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan. Sejalan dengan kebijakan ICPD Kairo bahwa setiap program kesehatan reproduksi dan seksual harus sesuai dengan norma, budaya, agama, dan hak-hak azasi manusia yang bersifat universal serta prioritas pembangunan bagi msing-masing bangsa.

Rendahnya Akseptor KB IUD di Kabupaten Deli Serdang di pengaruhi beberapa faktor, seperti : 1) ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD, kualitas pelayanan KB, biaya pelayanan IUD yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD, adanya niat yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan, norma-norma di masyarakat dan norma pokok yang ada dalam lingkungan dan kekerabatan.

Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: apakah budaya Akseptor KB berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Tujuan Penelitian

(3)

2

BAHAN DAN CARA Desain Penelitian

Penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret tahun 2011 sampai dengan bulan Januari tahun 2012.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Akseptor KB wanita yang tersebar di wilayah Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang sebanyak 4.892 Akseptor. Jumlah sampel sebanyak 60 Akseptor.

Definisi Operasional

1. Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui Akseptor KB tentang IUD, meliputi: pengertian, keuntungan, efek samping, waktu yang tepat untuk pemasangan dan mitos tentang KB IUD. 2. Kepercayaan : pandangan Akseptor KB

terhadap program Keluarga Berencana menurut agama, norma dan adat, meliputi: pembatasan jumlah anak menurut agama dan adat, arti anak dalam keluarga dan metode KB yang sesuai dengan agama. 3. Nilai : sesuatu yang yang dianggap baik

atau buruk oleh Akseptor KB tentang program Keluarga Berencana khususnya kontrasepsi IUD yang menjadi dasar pengambilan keputusan untuk menggunakannya.

4. Kekerabatan : hubungan yang terbentuk diantara Akseptor KB yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif yang memengaruhi perilaku responden untuk memilih metode KB, meliputi: hubungan yang terbina antara sesama Akseptor dan petugas kesehatan.

Analisis Data

Analisis data dengan menggunakan chi square pada tingkat kepercayaan 95% dan analisis tahap lanjutan menggunakan uji regresi logistik berganda.

HASIL

Variabel pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan. Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Pengetahuan Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak

Menggunakan

n % n % N %

Baik 11 91,7 1 8,3 12 100,0 0,003 Cukup 12 48,0 13 52,0 25 100,0 Kurang 7 30,4 16 69,6 23 100,0

Dari tabel 1 diatas diperoleh dari 12 Akseptor KB yang pengetahuannya baik 11 (91,7%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 1 (8,3%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Dan dari 25 Akseptor yang pengetahuan cukup 12 (48%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 13 (52%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari 23 Akseptor KB yang memiliki pengetahuan kurang, 7 (30,4%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 16 (69,6%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Tabel 2. Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Kepercayaan Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak

Menggunakan

n % n % N %

Kepercayaan Positif

9 90,0 1 10,0 10 100,0 0,015

Kepercayaan Negatif

21 42,0 29 58,0 50 100,0

(4)

3 kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Tabel 3. Hubungan Nilai dengan

Penggunaan Kontrasepsi IUD

Nilai Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak

Menggunakan

n % n % N %

Nilai Positif 18 78,3 5 21,7 23 100,0 0,001 Nilai Negatif 12 32,4 25 67,6 37 100,0

Dari tabel 3 diperoleh bahwa 23 Akseptor KB yang nilai positif 18 (78,3%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 5 (21,7%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari 37 Akseptor KB yang memiliki nilai negatif, 12 (32,4%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 25 (67,6%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Tabel 4. Hubungan Kekerabatan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Kekerabatan Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak

Menggunakan

Dari tabel 4 diatas diperoleh bahwa 12 Akseptor KB yang kekerabatan positif 11 (91,7%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 1 (8,3%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari 48 Akseptor KB yang memiliki kekerabatan negatif, 19 (39,6%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 29 (60,4%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kekerabatan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

Tabel 5. Pengaruh Budaya terhadap

Penggunaan Kontrasepsi IUD

Variabel B P value

Dari tabel 5 diperoleh bahwa yang dominan memengaruhi penggunaan kontrasepsi

IUD adalah kekerabatan dengan nilai β = 3,449

dan p = 0,011. Tabel diatas menunjukkan semua variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi IUD. Dan keseluruhan variabel bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

Tabel 6. Probabilitas Individu

(5)

4

DISKUSI

Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi

IUD dengan nilai β = 1,977 dan p = 0,025, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila pengetahuan Akseptor KB baik, variabel kepercayaan positif, nilai positif dan kekerabatan positif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 0,05%.

Pengetahuan yang dimiliki Akseptor KB berpengaruh terhadap keinginan untuk menggunakan kontrasepsi IUD, untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan Akseptor melalui penyuluhan kepada Pasangan Usia Subur dan pembentukan serta pelatihan kader KB yang sehari-harinya dapat bergabung dengan masyarakat membantu petugas kesehatan.

Imbarwati, (2009) juga menunjukkan dalam penelitian tentang beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD pada peserta KB IUD non IUD di Kecamatan Pedurungan menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dengan pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi IUD dengan nilai p = 0,005.

Notoatmodjo, (2007), menyatakan bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang jika dia mendapat informasi yang baik dari berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dan pengalaman adalah guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolehnya dalam memecahkan permasalah yang dihadapi pada masa lalu.

Pengaruh Kepercayaan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh kepercayaan Akseptor KB terhadap penggunaan

kontrasepsi IUD dengan nilai β = 3,179 dan p = 0,011, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

Meskipun program KB sudah mendapat dukungan dari Departemen Agama Republik Indonesia dengan telah ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) Nomor 1 Tahun 2007 dan Nomor: 36/HK.101/FI/2007 tentang advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi program Keluarga Berencana menyatakan: pandangan setiap agama terhadap KB berbeda-beda sesuai dengan ajarannya masing-masing. Agama Islam memperbolehkan KB dengan alasan KB dianggap penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, tetapi ada juga pendapat yang mengatakan KB tidak boleh dilakukan dengan alasan Al-Qur’an tidak diperbolehkan memakai alat kontrasepsi yang dianggap membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Selain itu, jenis kontrasepsi IUD dihindari oleh umat Islam karena untuk pemasangannya harus membuka aurat.

(6)

5 pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah.

Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila kepercayaan positif, pengetahuan kurang, nilai negatif dan kekerabatan negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 41,19%.

Keadaan ini menggambarkan bahwa kepercayaan masyarakat di Kecamatan Pantai Labu terkait dengan program Keluarga Berencana sangat memprihatinkan, karena masih banyak dari responden tidak mendukung sepenuhnya program pemerintah tersebut terutama masyarakat yang bersuku Batak dan Melayu. Masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dari suku mereka atau pituah orang tua dan juga faktor agama.

Banyak alasan yang dikemukakan dari responden kenapa tidak menggunakan KB IUD, seperti: pada suku melayu mengatakan anak itu titipan tuhan dan itu adalah rejeki dari Yang Maha Kuasa, maka tidak berhak kita untuk menghalang-halanginya dengan memakai alat kontrasepsi jangka panjang, mereka juga mengatakan masing-masing anak ada rejekinya jadi tidak perlu khawatir untuk tidak bisa makan. Sedangkan yang bersuku Batak mengatakan dia tidak mungkin memakai alat kontrasepsi jangka panjang sebelum mendapat anak laki-laki, belum ada pengakuan kalau anak perempuan bisa meneruskan keturunan. Responden juga tidak terima dengan mempunyai anak yang sedikit akan dapat menjamin hari tua, karena pada dasarnya semakin banyak anak semakin banyak tempat orang tua tinggal ketika dia tua atau semakin banyak anak yang akan memberikan bantuan.

Suku menjadi faktor yang memengaruhi terlaksananya suatu program, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar responden adalah suku Melayu (46,7%) dan suku Jawa (38,3%). Dari hasil wawancara dengan PLKB Kecamatan, suku melayu menjadi Akseptor KB karena mayoritas penduduk adalah Melayu dan mereka tinggal di lingkungan yang banyak suku Jawanya sehingga memberi pengaruh positif. Sedangkan masyarakat suku Jawa adalah kelompok suku yang lebih mudah menerima terhadap perubahan sehingga semua program pemerintah akan terlaksana dengan baik jika masyarakatnya banyak bersuku Jawa.

Pengaruh Nilai terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

Huky (dalam Syani, 1995) menyebutkan, nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi diantara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan-pemenuhan kebutuhan sosial, nilai-nilai juga melibatkan emosi.

Syani (1995) mendefinisikan nilai sebagai kumpulan perasaan mengenai apa yang diinginkan atau yang tidak diharapkan, mengenai yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan. Keadaan ini menggambarkan bahwa nilai yang di anut masyarakat di Kecamatan Pantai Labu terkait dengan program Keluarga Berencana menjadi catatan bagi petugas dalam melakukan promosi kesehatan khususnya metode KB IUD.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh nilai Akseptor KB terhadap penggunaan kontrasepsi

IUD dengan nilai β = 1,754 dan p = 0,022, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila nilai positif, pengethuan kurang, kepercayaan negatif dan kekerabatan negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 74,44%.

(7)

6 sekolah sedangkan keluarga kecil yang mempunyai dua orang anak tidak bisa menyekolahkan anaknya.

Dapat dilihat dari semua rumah tangga yang ada di Kecamatan Pantai Labu, proporsi keluarga pra sejahtera berada pada urutan kedua lebih banyak dibandingkan dengan tahapan keluarga sejahtera lainnya, yaitu ada sebanyak 1.618 berada pada tahapan pra keluarga sejahtera dari 9.028 rumah tangga.

Pengaruh Kekerabatan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh kekerabatan Akseptor KB terhadap penggunaan

kontrasepsi IUD dengan nilai β = 3,449 dan p = 0,011, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila kekerabatan positif, pengetahuan kurang, kepercayaan negatif dan nilai negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 34,84%.

Keadaan ini menggambarkan bahwa variabel kekerabatan yang ada di masyarakat Kecamatan Pantai Labu mengarah ke perilaku negatif, artinya masyarakat lebih mempercayai mitos, pengalaman yang tidak jelas dan informasi yang salah atau kurang tepat sehingga memengaruhi individu untuk menentukan sikap, dalam hal ini adalah memilih untuk menggunakan kontrasepsi IUD.

Dari hasil wawancara mendalam banyak responden mengatakan mereka ikut atau menjadi Akseptor KB karena membutuhkan pelayanan tersebut dan atas dukungan dari petugas kesehatan. Akan tetapi dalam menentukan pilihan untuk memilih jenis metode KB sebagian besar responden mengatakan karena disuruh orang tua atau saudara, karena ikut-ikutan dengan teman atau tetangga, dan tidak mau ambil resiko karena metode tersebut masih jarang digunakan di lingkungannya. Para PUS memilih alat kontasepsi untuk digunakan tanpa mempertimbangkan kecocokan alat, mereka tetap menjatuhkan pilihan untuk

menggunakan KB Pil atau Suntikan meskipun mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.

Pada hasil penelitian dapat dilihat proporsi penggunaan alat kontrasepsi yang paling banyak di gunakan sekarang dan kontrasepsi yang digunakan sebelumnya adalah jenis KB Pil dan Suntikan masing-masing (50%) dan (33,3%).

Hasil yang sama ditunjukkan dari penelitian Sukaisih (2005), tentang Pengaruh Karakteristik, Pengrtahuan, dan Dukungan Suami terhadap Pemakaian KB IUD di Kecamatan Banyumanik Kota, terdapat pengaruh antara dukungan suami terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan p = 0,002 dan terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan p= 0,011.

KESIMPULAN

1. Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tergolong rendah

2. Ada pengaruh budaya Akseptor KB (pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3. Hasil uji regresi logistik berganda didapatkan bahwa budaya yang dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi IUD adalah variabel kekerabatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z., 2010. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan, Jakarta: Trans Info Media.

_______, 2010. Agama, Kesehatan dan Keperawatan, Jakarta: Trans Info Media.

Andrews, G., 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Edisi 2, Jakarta: EGC.

(8)

7 Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara, diakses 11

Oktober 2011;

Arum, D.N.S., Sujiyatini, 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

BPS, 2008. Kecamatan Pantai Labu dalam Angka 2008, Deli Serdang.

Bappenas, 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, diakses 5 Afril

2011;

________, 2010. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, diakses 4 Maret 2011;

BKKBN, 2005. Kebijakan Program Keluarga Berencana Nasional (Lokakarya Desiminasi Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan KB melalui Pendekatan Manajemen dan Teknis Teruji), Medan.

_______, 2005. Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2005-2009, Jakarta.

_______, 2007. Gender dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

_______, 2009. Rekapitulasi Laporan Bulanan Pengendalian Lapangan Program Keluarga Berencana Nasional Tingkat Provinsi, diakses 12 Oktober 2011;

_______, 2011. Laporan Umpan Balik Operasional Pengendalian Lapangan dan

Pelayanan di Klinik KB s/d Bulan Juni 2011, Deli Serdang.

Depkes RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (kehamilan yang lebih Aman), Jakarta.

________, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta.

Dinkes Deli Serdang, 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, Lubuk Pakam.

Djoht, D.R., 2002. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan Masyarakat Papua (Jurnal Antropologi Papua) Volume 1, Jayapura: Universitas Cenderawasih, diakses 17 Oktober;

Faisal, S., 2007. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hartanto, H., 2006. Ragam Metode Kontrasepsi, Jakarta: EGC.

_______, 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Imbarwati, 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Tesis Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro, diakses 11 Oktober 2011;

Jasin, S., 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.

(9)

8 Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu

Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Niven, 2002. Psikologi Kesehatan, Jakarta: Grasindo.

Nookasiani, 2009. Sosiologi Keperawatan, Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_______, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta.

Pinem, S., 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Media.

Prawirohardjo, S., 2002. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ranjabar, J., 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar), Bogor: Ghalia Indonesia.

Ridwan, T.A., 2005. Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi, Medan: USU Press.

Riyanto, A., 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan (Dilengkapi Uji Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS), Yogjakarta: Nuha Medika.

Sabri, L., 2008. Statistik Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Saifuddin, A.B., 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya), Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Silalahi, U., 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama.

Siregar, F.A., 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah anak pada Keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), FKM Univesitas Sumatera Utara, diakses 5 Juni 2011;

http://www.repository USU.ac.id.

Soekanto, S., 2007. Sosiologi (Suatu Pengantar), Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sukaisih, T.H., 2005. Pengaruh Karakteristik, Pengrtahuan, dan Dukungan Suami terhadap Pemakaian KB IUD di Kecamatan Banyumanik Kota, Skripsi FKM Univesitas Diponegoro, diakses 2

Januari 2012;

Sukidin, B., 2005. Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia.

Syani, A., 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Jaya.

Taufiq, M., 2011. Konsep Dalihan Na Tolu dalam Masyarakat Suku Batak, diakses

11 Oktober 2011;

Undang-Undang RI, 2009. Undang-Undang RI No. 52 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, diakses 4 April 2011;

Wijayanti, T., 2001. Faktor Sosial Budaya dan Pelayanan Kontrasepsi yang Berkaitan dengan Kesertaan KB IUD di 2 (Dua) Desa Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Agustus 2001, Skripsi FKM Univesitas Diponegoro, diakses 5 April

Gambar

Tabel 2. Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD
Tabel 5. Pengaruh Budaya terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

Referensi

Dokumen terkait

Perguruan Tinggi Pengawasan Renovasi Gedung Fakultas Pertanian 1 Paket Rp. Peningkatan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PERBEDAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL DAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP MISKONSEPSI PADA MATERI

Namun meningkatnya produksi domestik tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga terkadang pemerintah harus mendatangkan jagung dari luar

Perusahaan atau importir yang melanggar pasal 9 atau pasal 15 peraturan ini, atau makanan yang diproduksi atau diedarkan ternyata kemudian membahayakan atau mengganggu

Setiap pilihan atas produk Obligasi yang dibeli nasabah merupakan keputusan dan tanggung jawab nasabah sepenuhnya, termasuk apabila nasabah memilih jenis produk yang

Auditors should perform procedures designed to obtain sufficient appropriate audit evidence that all material subsequent events up to the date of the audit report which

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel kesempatan kerja adalah variabel dominan mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Kabupaten Banjar dengan

Gambar 4.7 Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap swelling power pada pH 6 Dari grafik diatas didapatkan hubungan antara konsentrasi pati tapioka dengan swelling power