• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA FAKTOR PENYEBAB STRES DAN MANAJEMEN STRES PADA KEPALA SMA BAHRUL MAGHFIROH MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA FAKTOR PENYEBAB STRES DAN MANAJEMEN STRES PADA KEPALA SMA BAHRUL MAGHFIROH MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

36 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 36~45

ANALISA FAKTOR PENYEBAB STRES DAN MANAJEMEN STRES PADA KEPALA SMA BAHRUL MAGHFIROH MALANG

Bambang Septiawan Universitas Islam Balita okbamz@gmail.com

Abstract

Stress often occurs when doing work activities. This happens either because most work or time is tight to get it done. As the high school principal of Bahrul Maghfiroh, it was indicated that there was a stressful job from several levels. Therefore this is interesting to study because according to experts, someone who works in the education world is at the top of the stress level. This study uses descriptive qualitative methods and includes the phenomenology. Then, this study focuses on the factors of causes and managements. The results of this study indicate that the stressors of the head of SMA Bahrul Maghfiroh are the coming of tasks simultaneously in the near future as well as the double task that burdened him. Furthermore, stress management is done to form a priority scale, regular meetings, and do refreshing in the form of sports.

Keywords:Nation Character, Patriotic Songs, Educate Participants in Basic Education

Pendahuluan

Sebuah pekerjaan pasti memiliki tuntutan yang harus dipenuhi dan target yang harus dicapai. Dua hal tersebut sering kali membuat karyawan mulai tertekan atau mengalami stres.Sutapa (2007) mengungkapkan jika stres pada hakekatnya merupakan ketegangan emosional dalam interaksi antar seorang dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang.Hal ini sering kali terjadi pada hubungan interpersonal dan individu dengan tanggung jawabnya dalam sebuah perusahaan (organisasi). Sebagai contoh seorang karyawan yang sering datang terlambat sehingga membuat teman yang

lain terhambat pekerjaannya. Tentu saja hal ini akan membuat manager merasa stres jika pekerjaan tim mereka terus menerus tidak berjalan lancar.

(2)

Bambang Septiawan, Analisa Faktor Penyebab Stress dan Manajemen Stress… 37 kerap kali diberi tugas lembur padahal

dia sudah memiliki janji atau agenda lain. Selanjutnya, tingkat stres dalam pekerjaan dikategorikan mulai yang rendah, sedang, sampai tinggi.McShane (2005) menjelaskan jika salah satu pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi adalah guru.Kepala Sekolah yang juga seorang pendidik dituntut harus mampu menyampaikan materi pelajaran dengan berbagai metode yang tepat agar anak didiknya menguasai apa yang diajarkan.Walupun demikian mereka masih dituntut untuk menyelesaikan berbagai macam urusan administrasi seperti pembuatan perangkat pembelajaran dan peningkatan kompetensi guru dalam bentuk workshop dan pelatian.Disamping itu mereka juga masih mempunyai keluarga yang harus mereka urus setiap saat.

Lebih dalam lagi, stres yang dialami secara umum dapat dikategorikan menjadi dua macam. Menurut Robbins (2013) stresdikategorikan jadi challenge stressor yaitu stres yang diakibatkan oleh pekerjaan yang menumpuk dan tekanan untuk segera menyelesaikan pekerjaan karena batas waktu yang harus dipenuhi. Selanjutnya, hindrance stessorsadalah stress yang tetap membuat kita tertuju pada tujuan, contohnya politik yang ada dikantor dan kebingungan dalam tanggung jawab untuk mengatasi pekerjaan yang melebihi kapasitas.

Strategi manajemen stres sangat diperlukan untuk tetap menjalankan tugas dengan baik dan menghindari kekacauan pekerjaan yang

mengakibatkan tujuan organisasi tidak berjalan semestinya.McShane (2005) menjabarkan lima cara strategi manajemen stres. Pertama, remove stressors yaitu mengidentifikasi dan mencoba ngatasi hal tersebut. Kedua, withdraw from stressors atau lari menghindari masalah, cara ini sangat tidak disarankan untuk dilakukan. Ketiga change stress perceptionsyakni mengubah cara pandang dari tekanan menjadi tantangan yang asik untuk diselesaikan. Keempat control the consequences of stress adalah memberikan ruang konsultasi masalah dengan konsultan yang kompeten. Terakhir receive social supportmerupakan dukungan dari rekan kerja, keluarga, teman, atau atasan.

(3)

38 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 36~45 dan akan membuat tujuan organisasi

menjadi terhambat untuk dicapai.

Oleh karena itu, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari caramengatasi stres yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sutapa (2007) yang meneliti tentang ‘stres dan konflik dalam organisasi’ merekomendasikan stres manajemen dengan dua cara. Pendekatan individual dengan manajemen waktu, olah raga teratur, pelatihan rileks dan memperluas jaringan dukungan sosial. Sedangkan pendekatan organisasional dengan menggunakan kendali manajemen dalam bentuk perbaikan proses seleksi dan penempatan, penggunaan prinsip-prinsippenentuan tujuan secara reliastik, rancang bangun ulang pekerjaan, pengambilan keputusan yang partisipatif, proses komunikasi, dan olah kebugaran. Kemudian, Fei li (2016) menjelaskan jika stress manajemen training skill perlu dilakukan agar guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan mampu mengontrol tekanan dalam sebuah pekerjaan yang mereka lakukan.

Uraian teori dan penelitian terhahulu tersebut berkaitan dengan apa yang dianalisa oleh peneliti yakni tentang penyebab stress dan manajemen stress pada Kepala SMA Bahrul Maghfiroh Malang yang mengintegrasikan pendidikan modern dan sistem pesantrean tradisional. Para peserta didik diwajibkan tinggal di pesantren.Kepala di SMA tersebut dituntut untuk mampu menyampaikan materi dan strategi manajemen sekolah dengan baik kepada

peserta didiknya dan guru, namun seringkali apa yang sudah direncanakanya dalam rancangan pembelajaran dan rapat seringkali berjalan tidak sesuai dengan harapan yang dikarenakan faktor lingkungan kelas maupun kondisi kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran serta banyaknya tugas guru didalam maupun luar sekolah.

Kemudian faktor organisasi juga kerap kali mengakibatkan stres atau tekanan pada kepala SMA.Mereka harus melakukan tugas sampingan sebagai pengurus yayasan.Tentu saja hal ini mengakibatkan terkena banyak deadline kegiatan maupun administrasi yang harus dipenuhi untuk menunjang tugas tambahan yang diampu.Sehingga kepala SMA harus pandai membagi waktu agar semua kegiatan terlaksana dengan baik.

Lebih dari itu, dia juga harus memikirkan keluarga dirumah menjalin hubungan baik dengan teman atau kolega.Terkadang banyaknya tugas seringkali menyita waktu mereka untuk bersosial diluar urusan keoorganisaisan sekolah. Hal ini tentu saja akan menambah tensi mereka dalam melakukan pekerjaan.

Dari latar belakang tersebut, peneliti memformulasikan dua rumusan masalah.Pertama, apakah faktor penyebab stres pada Kepala di SMA Bahrul Maghfiroh?Kedua, bagaimana manajemen stres dilakukan oleh Kepala di SMA Bahrul Maghfiroh Malang?

(4)

Bambang Septiawan, Analisa Faktor Penyebab Stress dan Manajemen Stress… 39 menjelaskan faktor penyebab stres pada

kepala di SMA Bahrul Maghfiroh.Kemudian, untuk menjelaskan manajemen stres yang dilakukan oleh Kepala di SMA Bahrul Maghfiroh Malang.

Penelitian ini menganalisa tentang penyebab stres, konsekuensi stres dan manajemen stres yang dilakukan oleh Kepala di SMA Bahrul Maghfiroh berdasarkan teori dari Robbins dan McShane.Disamping itu, penelitian ini tidak membahas tentang dampak dari stres yang merujuk pada ranah psikologi dan kesehatan.

Kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah pertama, secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah keilmuan tentang penyebab stres, konsekuensi stres dan manajemen stres.Penelitian ini bisa jadi sumber rujukan terutama di bidang stres pada ranah manajemen sumberdaya manusia.

Kedua secara praktis penelitian ini mampu memberikan data yang empiris untuk para pembaca khususnya kepala sekolah dalam menyikapi dan menghadapi stres dalam pekerjaan. Kemudian bagi SMA Bahrul Maghfiroh penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam pembinaan dan pelatihan yang akan diberikan pada Kepala SMA berkaitan dengan stres yang dihadapinya agar mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan cita-cita pendidikan di SMA Bahrul Maghfiroh dapat tercapai.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena menganalisa tentang pemahaman terhadap faktor penyebab stres dan manajemen stres pada Kepala di SMA Bahrul Maghfiroh.Penelitian ini juga termasuk deskriptif karena berisikan tentang penjelasan dan penjabaran detail tentang faktor penyebab stres dan manajemen stres pada Kepala di SMA Bahrul Maghfiroh.

Subjek atau informan dalam penelitian ini adalah Kepala SMA Bahrul Maghfiroh.Penelitimengambil subjek berdasarkan beban kerja dan tekanan kerja yang dialami.Kepala sekolah karena memiliki tanggung jawab paling besar dan tanggung jawab kerja paling tinggi (mengatur manajemen sekolah, memimpin, dan mengajar).

(5)

40 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 36~45 Data dalam penlitian ini adalah

kata-kata yang diucapkan Kepala SMAsecara lisan dan gerak gerik atau perilaku yang dilakukan secara langsung di SMA Bahrul Maghfiroh. Selain itu hasil pengamatan berupa catatan kecil juga digunakan sebagai data pendukung, serta dengan menggunakan foto, dokumen, data yang ada disekolah tersebut.

Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.Adapun instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah recorder, kamera, dan catatan yang terdapat dalam telepon genggam.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap.Pertama, wawancara yang dilakukan secara tak terstruktur dan spontan. Dengan wawancara tak sterstruktur formulasi dan urutan pertanyaan dapat lebih bebas sehingga akan mengikuti alur responden. Terkadang juga dilakukan wawancara spontan untuk menggali informasi tambahan penting yang terlewat oleh peneliti. Alat bantu yang digunakan adalah recorder telpon genggam. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada satu kepala sekolah.

Kedua, observasi dilakukan dengan mencatan informasi yang dapat diambil dari apa yang telah diamati selama penelitian berlangsung. Peneliti dalam hal ini berperan sebagai partisipan dan observer (participant as observer).Maksudnya adalah peneliti memberitahukan jika telah melakukan penelitian pada subjek namun peneliti

juga terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Sehingga peneliti lebih banyak memahami apa yang telah terjadi saat observasi dan lebih leluasa untuk pengambilan data saat pengamatan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan gambaran yang jelas tentang aktivitas, perilaku, dan peristiwa yang terjadi di SMA Bahrul Maghfiroh.

Ketiga, dokumentasi dilakukan untuk mencari sumber-sumber tertulis yang bisa digunakan untuk memperkuat analisa data dalam penelitian ini.Literatur yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang menjadi tugas subjek penelitian saat melaksanakan tugas kerja, baik dari segi individu maupun lembaga.

Teknik analisa dalam penelitian ini ada beberapa tahap. Setelah dilakukan proses wawancara secara rekaman. Peneliti melakukan transkripsi atau proses dari data audio menjadi data tertulis atau transkrip. Lebih dari itu hasil transkrip juga dikombinasikan dengan obvervasi yang telah dilakukan dan dokumentasi.Sehingga hasil yang didapatkan jauh lebih valid.

Kemudian, dilakukan reduksi data transkrip. Peneliti menghapus bagian-bagian hasil transkrip, observasi, dan dokumentasi yang tidak diperlukan dalam proses analisa yang memperkuat penelitian. Peneliti hanya mengambil bagian penting yang manfaat digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

(6)

Bambang Septiawan, Analisa Faktor Penyebab Stress dan Manajemen Stress… 41 Robbins (2013) dan Mc Shane (2003).

Peneliti mengklasifikasikan data sesuai dengan faktor penyebab stress dan mendeskripsikan manajemen stress yang dilakukan guru SMA Bahrul Maghfiroh berdasarkan teori-teori yang telah digunakan.

Terakhir, setelah seluruh data dianalisa, dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah penelitian.Penarikan kesimpulan merupakan bagian akhir dari hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan diklasifikasikan menurut rumusan masalah yang diajukan, agar sistem pembahasan dapat lebih mudah disajikan.

Faktor penyebab stres

Berdasarkan data yang didapatkan, stres yang dialami kepala sekolah diakibatkan oleh beberapa hal.Pertama, ketika banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam satu waktu (work overload).Mc Shane (2005) menjelaskan jika work overload adalah bekerja lebih intensif selama beberapa jam dengan tugas yang terlampau banyak. Hal ini kerap terjadi terutama diawal bulan ketika kepala sekolah harus menghadiri rapat dan kegiatan diluar sekolah meskipun masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan disekolah.

Kedua, kepala sekolah masih harus mengerjaan pekerjaan tata usaha seperti mengisi dapodik dan mengerjakan proses honorarium yang dilakukan bendahara.

Problem ini merupakan task demand, yaitu melakukan pekerjaan yang bukan seharusnya dia lakukan (Robbins, 2013). Berdasarkan observasi yang dilakukan, dua jenis pekerjaan itu masih dilakukan oleh kepala sekolah karena memiliki nilai penting berkaitan dengan proses evaluasi kinerja guru dan karyawanya. Walupun demikian, itu semua pasti akan menguras pikiran kepala sekolah itu sendiri dan terkadang hasil yang diharapkan masih kurang maksimal.

Ketiga, perubahan sistem yayasan yang berimbas pada inovasi yang dilakukan didalamnya serta penggunaan teknologi baru dalam proses manajemen sekolah. Pembaharuan teknologi seperti penggunaan sistem informasi manajemen berakibat pada kesiapan kepala sekolah karena penggunaan sistem baru. Beberapa kali hal ini mengakibatkan salah input data atau pun kurang akuratnya data yang dikumpulkan ke yayasan.

Keempat, kesesuaian gaji dan pekerjaan kadang masih menjadi beban yang dirasakan kepala sekolah meskipun tidak berpengaruh terlalu besar.Hal ini terjadi kerena belum ditentukannya aturan tentang pegawai tetap dengan kompensasi yang sesuai dengan UMR.Karena selama ini pegawai tetap memiliki kompensasi sesuai dengan banyaknya pekerjaan dan tanggung jawab yang diampunya.Robbins (2013) berpendapat jika masalah ekonomi juga merupakan pencetus stres yang dapat mennganggu pekerjaan.

(7)

42 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 36~45 Stres pada seseorang sangat

bergantung pada persepsi individu untuk menghadapai stres itu sendiri. Mc Shane (2005) mengungkapkan penyebab stres yang sama bisa jadi mengakibatkan dampak yang berbeda pada tiap individu. Selanjutnya Robbins (2013) menjelaskan persepsi, pengalaman, dukungan lingkungan, dan kepribadian sangat berpengaruh saat menghadapi stres.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kepala sekolah memiliki latar belakang sebagai santri yang kuat.Pengetahuan agamanya sebagai spiritual ability juga mumpuni. Sehingga, subjek memiliki persepsi jika semua masalah itu bisa diselesaikan dengan usaha dan doa, serta hasilnya dipasrahkan kepada Allah SWT. Meskipun masih muda, pengalamanya menjadi kepala sekolah kurang lebih sudah tiga tahun.Oleh karena itu, kemampuan yang dilakukan untuk mengatasi masalah juga telah teruji.

Lingkungan kerja yang harmonis juga membantu subjek untuk selalu berdiskusi dan menyelesaikan problem dengan cara saling berkomunikasi. Kedekatan semua elemen dalam lingkungan kerja sangat membantu subjek untuk mengatasi rasa stes yang dialami dengan cepat.Lebih dari itu, kepribadian yang santun dan jiwa religiusitas yang tinggi dari subjek mampu membuatnya lebih tenang saat menghadapi tekanan.

Terlebih lagi, manajemen stress telah dilakukan oleh subjek untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan

agar tidak berlangsung lebih parah.Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan strategi prioritas atau melakukan hal yang paling penting dikala ada kegiatan bersamaan yang harus dilakukan.Robbins (2013) mengungkapkan jika pemahaman manajemen waktu bisa dilakukan dengan menggunakan prioritas mana yang paling penting dan mendesak.

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pembagian pekerjaan. Jika kepala sekolah mendapatkan beberapa kegiatan dalam satu waktu, maka wakil yang lain akan ikut membantu untuk saling berbagi kegiatan.McS hane (2005) menjabarkan jika membagi tugas dapat mengifisienkan waktu kerja dan mengurangi beban pekerjaan yang berakibat pada stres.Contoh kepala sekolah menghadiri rapat di balaikota pada saat yang bersamaan wakil kepala disekolah diminta untuk membantu memimpin rapat atau kegiatan disekolah.

(8)

Bambang Septiawan, Analisa Faktor Penyebab Stress dan Manajemen Stress… 43 Langkah terakhir, subjek

melakukan komunikasi dengan guru-guru dan pihak yayasan dalam bentuk formal seperti rapat. Strategi ini dilakukan untuk mencari solusi dan mengembangkan apa yang ada dalam sekolah maupun yayasan. Robbins (2013) berpendapat jika komunikasi dalam organisasi sangat diperlukan untuk menghindari konflik dan ketidak jelasan tugas. Sehingga persepsi tiap-tiap individu menjadi gamblang dan tidak ada stress yang diakibatkan karena kesalah fahaman dalam bekerja.

Kepala sekolah memang memiliki tanggung jawab atas keseluruhan proses organisasi yang ada disekolah. Tidak bisa dipungkiri jika kepala sekolah harus terjun langsung kebawah untuk memastikan pekerjaan dapat berjalan dengan tepat. Namun hal ini kurang tepat dilakukan terus-menerus, karena efektifitas pekerjaan utamanya sebagai kepala sekolah akan tidak bisa maksimal karena ada beban kerja yang harusnya menurut tugas sudah mampu diselesaikan staffnya.Menurut Yana (2015) beban kerja merupakan salah satu faktor utama penyebab stres.

Walaupun demikian, subject sudah melakukan strategi untuk mengatasi sumber stres tersebut. Caranya dalah dengan melakukan kordinasi dan komunikasi baik secara formal maupun informal untuk mengurangi dampak stress tersebut. Selain itu, dukungan sosial antar guru (social support network) telah terjalin dengan baik. Robbins (2013) menyatakan dukungan jaringan

sosial itu melibatkan orang lain untuk memberikan sudut pandang yang lain dari stress yang dihadapi sendiri.Sehingga dampak stress yang diakibatkan tuntutan pekerjaan dapat diminimalisir.

Namun, dari situ ada hal yang harusnya bisa dimaksimalkan.Hal tersebut adalah daftar kegiatan harian dan jadwal yang disusun secara prioritas dan dalam bentuk tertulis (Robbins, 2013).Peneliti tidak menemukan jadwal tertulis yang terstruktur seperti adanya papan jadwal kegiatan. Tentunya hal ini akan mempermudah mereka dalam mengatasi task demand dalam bekerja yang akan mengakibatkan naiknya tingkat stres. Kemudian ruangan kantor sebaiknya bisa dirubah atau dibuat senyaman mungkin. Contohnya ruangan kantor yang dikonsep seperti café, sehingga mampu membuat relax siapapun yang bekerja disana. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan McShane (2005) jika stres dapat diturunkan dengan cara mengganti persepsi tersebut pada satu situasi yang berbeda. Sutapa (2007) menjabarkan menurunkan stres secara individu dapat dilakukan dengan sebuah pelatihan relaksasi. Adanya lingkungan kerja yang santai tentu akan mendatangkan relaksasi sendiri secara tidak langsung.

(9)

44 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 36~45 ada rincian tertulis yang sesuai dengan

aturan pemerintah atau kesepakatan dua belah pihak. Harusnya hal tersebut harus segera direncanakan dan dilaksanakan agar ada kepastian yang mampu mendatangkan relaksasi tidak hanya bagi subjek namun juga guru-guru yang lain.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab stres pada Kepala SMA Bahrul Maghfiroh adalah pertama menumpuknya tugas yang datang secara bersamaan. Kedua, tugas ganda kepala sekolah untuk memastikan sektor vital seperti dapodik dan keuangan. Ketiga, perubahan sistem dari yayasan. Terakhir, kompensasi yang belum mencapai UMK kota.

2. Manajemen stres yang dilakukan Kepala SMA Bahrul Maghfiroh adalah pertama, melakukan skala prioritas pada pekerjaan. Kedua, melakukan pembagian tugas sesuai dengan tingkat urgensinya. Ketiga, melakukan aktifitas fisik dan olahraga dengan sesame guru. Keempat, melakukan komunikasi dalam bentuk rapat yang

formal maupun pembicaraan yang non formal.

SARAN

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi kepala sekolah, agar membuat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan secara tertulis agar tidak terjadi beban kerja yang menumpuk. Contoh, menulis agenda kerja harian dalam sebuah papan. Selanjutnya, merombak lingkungan kerja (kantor) agar lebih memberikan kesan rileks dalam bekerja dan lebih indah saat dipandang mata. Kemudian membuat rencana dan kesepakatan dengan yayasan secara tertulis untuk program kesejahteraan kedepan agar ada kejelasan tentang kompensasi yang masih dirisaukan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, bisa dikaji lebih lanjut tentang dampak maupun persepsi individu terhadap stress berdasarkan teori lain. Selain itu, jenis metode lain juga perlu digunakan untuk meneliti penyebab dan manajemen stress dalam ranah manajemen sumberdaya manusia.

Bibliography

Mc Shane, S.L. & Von Glinow M.A. 2005. Organizationa Behaviour: Emerging Realities for The Workplace Revolution. New York: Mc Graw Hill.

Robbins, S. P. & Judge, T. A. 2013.Organizational Behaviour. New Jersey: Pearson Education. Sutapa,M. 2007.Stress dan Konflik dalam Organisasi. Vol.3 no.1 71-77 www.jurnal.uny.ac.id Yana, D. 2015.Stress Kerja pada Perawat IGD di RSUD Pasar Rebo Tahun 2014. Vol.1 no.2

(10)

Bambang Septiawan, Analisa Faktor Penyebab Stress dan Manajemen Stress… 45 Fei Li, dkk. 2016.The Role of Stress Management in the Relationship between Purpose in Life and Self-Rated Health inTeachers: A Mediation Analysis. Vol.13 no.719 1-9 www.mdpi.com/journal/ijerph

Vasconcelos, dkk. 2016. Stress in Organizations: between Efficiency and the Institutionalization of Fear. Vol.5 no.137-52www.anpad.org.br.bar

Referensi

Dokumen terkait

(1) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pembinaan ketertiban umum dan ketentraman

Yang dimaksud dengan "kerja sama internasional" dalam ketentuan ini adalah kerja sama antara Pemerintah Kabupaten dan pihak luar negeri yang meliputi kerja sama

yang bertujuan untuk memberikan rasa manfaat yang sama dari adanya pembangunan pariwisata. Masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana dampak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kepercayaan merek, keterlibatan pelanggan dan kecintaan pada merek berpengaruh signifikan terhadap komitmen

Judul : Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan dan Net Profit Margin Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Sektor

Pengolahan minyak kayu putih yang dilakukan oleh penduduk asli yang tinggal di kawasan TN Wasur secara finansial layak diusahakan dengan nilai NPVsebesar Rp 258.686.275 dan BCR

Data kuantitatif yang diperoleh dari populasi M2 dianalisis untuk pendugaan nilai ragam, heritabilitas, dan koefisien keragaman genetik (KKG) serta analisis korelasi

bagaimana kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang sudah dilakukan.. Alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan