• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERAH ORGANIK (ORYZA NIVARA) DAN BERAS PUTIH ORGANIK (ORYZA SATIVA)

(Studi Kasus di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen)

Susi Naluri, Erlyna Wida Riptanti, Susi Wuri Ani

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457

Email : susi.naluri@yahoo.com Telp : 085642330252

Abstract:This research was compiled based on the results of research that aims to find out the amount of productivity, costs, revenues, income incurred by farmers organic red rice (Oryza nivara) and organic white rice (Oryza sativa) of Sukorejo sub-district Sambirejo, Sragen regency. The basic method in this research is descriptive analytic with implementation techniques using method survey and census methods. Research done in the Sragen district, subdistrict of Sambirejo. The determination of sample villages carried out deliberately with consideration Sukorejo Village is the only village with pure organic farming system. The number of farmers samples taken as many as 48 farmers. Election of farmer groups, organic red rice farming is done by the method of census by the number of whole organic red rice farmers in the village of as many as 18 Sukorejo farmers. Based on the results of the analysis showed that the average cost of labour (Rp 10.752.579,23/ha/MT), average receipts (Idr 29.102.950,82/ha/MT), average productivity of land (55,97 kw/ha/MT), average earnings (Rp 18.350.371,58/ha/MT), and the average efficiency (2,71) to farming organic red rice. The average cost of work (Rp 9.724.863,86/ha/mt) average receipts (Rp 26.838.349,10/ha/mt) average productivity land (54,77 k.w/ha/mt) the average income (Rp 17.113.485,24/ha/mt) and average efficiency (Rp 2.76) to usahatani white organic rice

Keywords : Organic farming, Organic Rice, red rice, test T (T-test), comparative analysis.

(2)

PENDAHULUAN

Potensi pertanian organik di Indonesia sangat besar yang dapat ditinjau dari kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah. Perkembangan sektor pertanian organik juga meningkat setiap tahun, oleh karena itu perkembangan pertanian organik ini harus diprioritaskan guna memenuhi kebutuhan pasar. Di Indonesia luas lahan pertanian organik sebesar 13.203.643 ha untuk komoditi padi dengan produksi setiap tahun sebesar 65.756.904 ton (BPS, 2011). Beberapa komoditas prospestik yang saat ini dikembangkan di Indonesia dengan menggunakan sistem pertanian organik adalah tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, tanaman rempah, dan obat serta peternakan. Indonesia sudah mulai mengembangkan pertanian untuk komoditi beras merah (Oryza nivara) karena mempunyai banyak manfaat (a) Sebagai sumber seratselenium yaitu zat yang dapat mereduksi resiko kanker usus. (b) Menurunkan kadar kolestrol jahat. (c) Menghambat radikal bebas pemicu kanker yang disebabkan oleh radikal bebas. (d) penghasil vitamin B khususnya thiamin yang berguna untuk menyampaikan pesan dari otak ke tulang saraf belakang.

Beras merah memiliki nilai jual yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beras putih dan beras ketan. Beras ini juga memiliki keunggulan dan manfaat yang lebih banyak bila dibandingkan dengan beras yang lain. Proses menanam dan waktu panen beras merah hampir sama dengan beras putih. Beras merah memiliki daya tahan terhadap hama yang lebih tinggi sehingga memiliki prospek

yang lebih baik daripada beras lain (M. Jihadi hasan, 2009). Meskipun beras merah memiliki manfaat yang lebih banyak bila dibandingkan dengan beras putih, namun beras ini kurang diminati masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat yang selalu mengkonsumsi beras putih sebagai makanan pokok, selain harga beras yang lebih mahal sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi beras putih. Beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia adalah jenis beras putih sehingga sebagian besar petani Indonesia menanam beras putih. Hanya beberapa petani Indonesia yang menanam jenis beras merah. Salah satu penghasil beras merah di Sragen adalah di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Semua kecamatan di Kabupaten Sragen ini memproduksi padi organik namun hanya di Kecamatan Sambirejo yang benar-benar menghasilkan padi organik sedangkan di kecamatan lain hanya menghasilkan padi semi organik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dipilihlah Kecamatan Sambirejo sebagai sampel kecamatan dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini, komoditas yang diteliti adalah beras putih organik dan beras merah organik. Beras merah organik adalah komoditi baru dalam dunia pertanian yang diusahakan oleh sedikit petani

sehingga masih dalam

(3)

sehingga lebih hemat biaya pengairan karena padi beras merah ini termasuk padi gogo. Harga benih beras merah lebih mahal daripada beras putih sedangkan perlakuan tanam antara beras merah organik dan beras putih organik ini sama(Ali, 2012).

Desa Sukorejo merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Sambirejo yang memproduksi beras merah organik di Kabupaten Sragen yang masih dalam tahap pengembangan dan masih sedikit petani yang mengusahakannya karena pasar untuk beras merah organik ini sendiri masih sangat kecil.

METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis (Surakhmad, 1994). Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey untuk usahatani beras putih organik dan teknik sensus untuk usahatani beras merah organik.

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen, Kecamatan Sambirejo, Desa Sukorejo karena merupakan salah satu daerah penghasil beras organik di Jawa Tengah. Dan penentuan daerah sampel dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan Kabupaten Sragen khususnya Kecamatan Sambirejo merupakan penghasil padi organik murni. Pada Kecamatan Sambirejo terdapat desa Sukorejo yang merupakan penghasil beras organik (baik untuk usahatani beras putih organik maupun usahatani beras merah organik) yang dalam sistem

pertanianya menggunakan sistem organik murni, berdasarkan pertimbangan tersebut dipilihlah. Kecamatan Sambirejo sebagai sampel kecamatan, selanjutnya dari kecamatan terpilih, yaitu Kecamatan Sambirejo, kemudian dipilih desa yang benar-benar menggunakan sistem pertanian organik murni dalam mengusahakan beras putih organik dan juga beras merah organik, yaitu Desa Sukorejo.

Metode Penentuan Sampel Responden

Responden Beras Putih Organik.

Sampel responden yang akan diamati dalam penelitian ini adalah 30 petani beras putih. Pengambilan sampel kelompok tani terpilih dilakukan secara proporsional, menggunakan rumus :

………..…….(1) Keterangan = Ni : Jumlah sampel setiap kelompok tani, Nk : Jumlah populasi petani beras putih organik dari tiap kelompok tani terpilih, N : Jumlah populasi beras putih organik dari seluruh kelompok tani terpilih, 30 : Jumlah sampel petani beras putih organik

Responden Beras Merah Organik.

(4)

Tabel 1. Jumlah Sampel Petani Padi Beras Putih Organik dan Beras Merah Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen

Kelompok Tani Populasi Sampel

Beras Putih Organik

Gemah Ripah 72 7

Sri Rejeki 52 5

Sri Makmur 69 6

Margo Rukun I Margo Rukun II

83 42

8 4

Jumlah 318 30

Beras Merah Organik

Gemah Ripah -

-Sri Rejeki -

-Sri Makmur 18 18

Margo Rukun I Margo Rukun II

-Jumlah 18 18

Sumber : Analisis Data Sekunder

Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani padi beras putih organik dan beras putih organik dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, BPS, Bapeluh, Petugas Pertanian, ketua gapoktan dan instansi lain yang berkaitan dengan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan pencatatan.

Metode Analisis Data

Analisis biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani beraas merah organik dan beras putih organik.

Biaya Mengusahakan TC = Biaya Saprodi + Biaya TK + Biaya Lain-lain (Suratiyah, 2006), Penerimaan Usahatani TR =Y . Py Keterangan = TR : Total Revenue (penerimaan),

Y : Yield (jumlah output), Py : Price

Yield (harga output) (Suratiyah,

2006). Pendapatan Usahatani PD = TR – TC. Keterangan = PD :

Pendapatan Usahatani, TR : Total

Reveneu (Total Penerimaan) dan

TC:Total Cost (Total Biaya)

(Soekartawi, 2006)

Uji Membandingkan Tingkat

Produktivitas. Menurut Mubyarto

(1989) produktivitas yaitu banyaknya hasil suatu produksi fisik yang dapat diperoleh dari kesatuan faktor produksi (input). Pengertian produktivitas ini merupakan penggabungan antara konsep efisiensi usaha dengan kapasitas tanah, secara matematis dapat dituliskan dengan rumus :

(5)

sebagai berikut : (a) Formula usahatani beras merah organik (b) Taraf nyata atau tingkat signifikan produktivitas usahatani beras merah, : Rata-rata produktivitas usahatani beras putih, S12 : Varian produktivitas usahatani beras merah, S22 : Varian produktivitas usahatani beras putih, n1 : Jumlah petani sampel usahatani beras merah, n2:Jumlah petani sampel usahatani beras putih, (d) Kriteria pengujian jika thitung ≤ ttabel, maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi produktivitas usahatani beras putih organik lebih kecil atau sama dengan produktivitas usahatani beras merah organik, Jika thitung > ttabel,, maka hipotesis (Ho) ditolak. Jadi produktivitas usahatani beras putih organik lebih besar dari produktivitas usahatani beras merah organik (e) Kesimpulan pengujian merupakan penerimaan atau penolakan H0

(Hasan, I, 2003 : 153)

Uji Membandingkan Tingkat

Pendapatan. Untuk menguji hipotesis apakah tingkat pendapatanusahatani beras merah lebih besar daripada tingkat pendapatan usahatani beras putih, maka dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (a) Formula hipotesis

H0 : x1= x2 H1: x1> x2

Keterangan = x1 : Rata-rata pendapatan usahatani beras merah organik, x2 : Rata-rata pendapatan usahatani beras putih organik (b) Taraf nyata atau tingkat signifikan α: 5% : 0,05, (c) Uji statistik dengan menggunakan rumus :

thitung: …...(4)

Keterangan = : Rata-rata

pendapatan usahatani beras merah, : Rata-rata pendapatan usahatani beras putih, S12 : Varian pendapatan usahatani beras merah, S22 : Varian pendapatan usahatani beras putih, n1: Jumlah petani sampel usahatani beras merah, n2 : Jumlah petani sampel usahatani beras putih (d) Kriteria pengujia jika thitung ≤ ttabel, maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi pendapatan usahatani beras merah organik lebih kecil atau sama dengan pendapatan usahatani beras putih organik, Jika thitung > ttabel, maka hipotesis (Ho) ditolak. Jadi pendapatan usahatani beras merah organik lebih besar daripada pendapatan usahatani beras putih organik (e) Kesimpulan pengujian merupakan penerimaan atau penolakan H0(Hasan, I, 2003 : 153)

Uji Membandingkan Tingkat

Efisiensi. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dituliskan dengan rumus :

R/C ratio = Penerimaan

(6)

Untuk menguji hipotesis apakah tingkat efisiensi usahatani beras merah lebih besar daripada tingkat efisiensi usahatani beras putih, maka dilakukan denga tahapan sebagai berikut. (a) Formula hipotesis

H0 : ε1= ε2 H1 : ε1 > ε2

Keterangan = : Efisiensi usahatani

beras merah organik, : Efisiensi usahatani beras putih organik, (b)

Taraf nyata atau tingkat signifikan α :

5%: 0,05 (c) Uji statistik dengan menggunakan rumus :

thitung: ……..(6)

Keterangan = : Rata-rata efisiensi

usahatani beras merah, :Rata-rata efisiensi usahatani beras putih, S12:Varian efisiensi usahatani beras

merah, S22:Varian efisiensi usahatani beras putih, n1: Jumlah petani sampel usahatani beras merah, n2 : Jumlah petani sampel usahatani beras putih (d) Kriteria pengujian, Jika thitung ≤ ttabel, maka hipotesis (Ho) diterima. Jadi efisiensi usahatani beras merah organik lebih kecil atau sama dengan efisiensi usahatani beras putih organik, Jika thitung > ttabel, maka hipotesis (Ho) ditolak. Jadi efisien usahatani beras merah organik lebih besar dibandingkan efisiensi usahatani beras putih organik (e) Kesimpulan pengujian merupakan penerimaan atau penolakan H0 (Hasan, 2003 : 153)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Tabel 2. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

No Uraian Beras

Merah

Beras Putih

1. Jumlah petani responden (orang) 18 30 2. Rata-rata umur petani (tahun) 51,28 49 3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 7,50 7,80 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 5 4 5. Rata-rata status kepemilikan lahan Hak milik Hak milik 6. Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (Ha) 0,17 0,39 7. Rata-rata pengalaman mengelola padi organik

di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen (tahun)

5 13

(7)

Rata-rata umur sampel petani beras merah organik dan beras putih organik masih tergolong dalam umur produktif (14-65 tahun). Petani yang tergolong dalam umur produktif lebih memiliki semangat kerja yang tinggi dan didukung dengan tenaga yang masih mumpuni untuk melakukan kegiatan usahatani. Petani pada usia produktif, sangat mungkin untuk

meningkatkan kemampuan

usahataninya, dalam mengadopsi teknologi baru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani.

Tingkat pendidikan rata-rata petani beras merah organik dan beras putih organik masih tergolong rendah yaitu sekitar 7 tahun. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan terkait dengan kegiatan usahatani yang sedang dijalankan dan dapat mempengaruhi dalam mengakses informasi dan teknologi baru di bidang pertanian.

Rata-rata jumlah anggota keluarga petani beras merah organik dan beras putih organik adalah 4 orang. Tidak semua anggota keluarga petani sampel memiliki kemampuan untuk menjalankan usahatani. Kemampuan dan pengetahuan dalam menjalankan usahatani setiap anggota keluarga juga berbeda-beda sehingga secara langsung berpengaruh terhadap penggunaan tenaga kerja luar atau buruh tani. Penggunaan tenaga kerja luar dalam jumlah tertentu akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani.

Luas rata-rata sawah garapan petani padi beras putih organik lebih tinggi daripada beras putih organik, yaitu 0,39 ha untuk beras merha organik dan 0,17 ha untuk beras merah organik ini karena setiap lahan yang dimiliki oleh setiap petani 75 % lahannya untuk ditanami beras putih organik dan 25% lahannya untuk ditanami beras merah organik Semakin luas area sawah petani meningkatkan pendapatan sehingga mereka lebih terbuka menerima teknologi baru yang mampu meningkatkan produksi usahatani.

(8)

Biaya Usahatani

Tabel 3. Rata-Rata Biaya Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

No Jenis Biaya Beras Merah Beras Putih

Per Ha % Per Ha %

1. Biaya Sarana

Produksi 3.550.229,51

22,95

3.435.769,56 24,51 a. Benih 339.344,26 3,60 245.915,74 2,79 b. Pupuk Kandang 2.231.311,48 18,76 2.315.133,28 20,86 c. Pestisida 889.573,77 0,59 874.720,55 0,86

2. Biaya Tenaga

Kerja 6.970.491,80

74,46

6.110.490,11 73,36 a. TK Dalam 3.331.147,54 36,64 2.593.293,21 32,49 b. TK Luar 2.832.786,89 31,10 2.772.141,01 33,09 c. TK Mesin

- Traktor 573.770,49 4,36 464.746,35 5,32 - mesin perontok 232.786,89 2,36 280.409,54 2,46 3. Biaya Lain-lain 231.857,92 2,59 178.604,18 2,13 a. Penyusutan 132.513,66 1,57 78.002,29 1,01 b. Pajak tanah 99.344,26 1,02 100.601,89 1,12 Biaya

Mengusahakan 10.752.579,23 100,00 9,724.863,86 100,00 Sumber : Analisis Data Primer

Biaya Mengusahakan pada usahatani beras merah lebih besar daripada beras putih organik. Hal ini disebabkan harga benih beras merah organik lebih mahal daripada beras putih organik. Namun pada dasarnya penggunaan biaya usahatani padi beras merah organik dan beras putih organik sama. harga benih beras merah yang lebih mahal ini karena kandungan yang dimiliki oleh beras merah organik ini lebih banyak daripada beras putih organik

Biaya usahatani beras organik terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya lain-lain. Pengeluaran terbesar dari kedua usahatani tersebut adalah biaya tenaga kerja yaitu sekitar 74,46% untuk usahatani beras merah organik dan

73,36% untuk usahatani beras putih organik. Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tergantung dari besarnya penggunaan tenaga kerja, penggunaan antara beras merah organik dengan beras putih organik sebenarnya tidak acuan khusus tergantung dari apa yang dibutuhkan oleh petani untuk kebutuhan lahannya. Biaya tenaga kerja meliputi biaya tenaga kerja dalam, tenaga kerja luar, dan tenaga kerja mesin. biaya tenaga kerja mesin ini dihitung berdasarkan biaya sewa yang dikeluarkan petani untuk menyewa tenaga kerja mesin ini.

(9)

produksi yang digunakan meliputi biaya benih, pupuk kandang, dan pestisida. Besarnya biaya sebesar 22,95% untuk usahatani beras merah organik dan 24,51% untuk biaya beras putih organik. Petani disana menggunakan pupuk organik dan pestisida organik dari pembelian.

Komponen biaya yang terkecil adalah biaya lain-lain yang terdiri dari biaya penyusutan dan pajak tanah yaitu sebesar 2,59% untuk biaya usahatani beras merah organik dan 2,13 % untuk biaya usahatani beras putih organik. Rata-rata biaya mengusahakan usahatani padi beras merah organik per hektar sebesar Rp 10.752.579,23 dan rata-rata biaya mengusahakan pada usahatani padi beras putih organik sebesar Rp 9,724.863,86. Biaya mengusahakan pada usahatani beras merah organik

ini lebih besar karena harga benih beras merah organik memang lebih mahal daripada beras putih organik yaitu Rp 7.500,00 untuk harga benih beras merah organik dan Rp 6.500,00 untuk harga benih beras putih organik. biaya pengairan untuk usahatani di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen adalah gratis karena di Desa Sukorejo ini terdapat tujuh sumber mata air yang dapat digunakan irigasi pengairan uuntuk mengairi sawah-sawah petani di Desa Sukorejo.

Penerimaan Usahatani

Tabel 4. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

No Uraian Beras Merah

Per Ha

Beras Putih Per Ha

1 Produksi Gabah (Kw) 55,97 54,77

2 Harga (Rp/Kw) 520.000,00 490.000,00

3 Penerimaan (Rp) 29.102.950,82 26.838.349,10

Sumber : Analisis Data Primer

Rata-rata produksi gabah kering panen padi beras merah organik varietas thailand sebesar 55,97 kw/ha sedangkan produksi gabah kering panen pada usahatani padi beras putih organik varietas menthik sebesar 54,77 kw/ha. Rata-rata harga gabah kering panen pada usahatani padi beras merah organik adalah Rp 520.000,00 per kwintal dan untuk beras putih organik Rp 490.000,00 per kwintal. Perbedaan

harga gabah tersebut dikarenakan perbedaan varietas beras dari keduanya yaitu beras merah organik dan beras putih organik. Beras merah organik memiliki harga jual yang lebih tinggi dari beras putih organik karena manfaat yang dimiliki beras merah organik lebih banyak daripada beras putih organik.

(10)

nilai yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh harga dari kedua varietas yang memang berbeda. Rata-rata penerimaan usahatani padi beras merah organik sebesar Rp 29.102.950,82 per hektar dan

penerimaan usahatani padi beras putih organik sebesar Rp 26.838.349,10 per hektar. Selisih pemerimaan antara kedua usahatani juga tidak berbeda jauh yaitu Rp 2.264.601,72 per hekt

Pendapatan Usahatani

Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

No Uraian Beras Merah

Per Ha

Beras Putih Per Ha

1 Penerimaan (Rp) 29.102.950,82 26.838.349,10

2 BiayaMengusahakan 10.752.579,23 9,724.863,86

3 Pendapatan 18.350.365,58 17.113.485,24

Sumber : Analisis Data Primer

Pendapatan petani diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya mengusahakan. Rata-rata pendapatan usahatani padi beras merah organik sebesar adalah Rp 18.350.365,58/ha sedangkan rata-rata

pendapatan usahatani padi beras putih organik sebesar Rp 17.113.485,24/ha. Selisih pendapatan antara kedua usahatani tersebut adalah Rp 1.236.880,34 per hektar

Produktivitas Usahatani

Tabel 6. Rata-Rata Produktivitas Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

No Uraian Beras Merah Beras Putih

1 Produksi (Kw) 9,48 21,23

2 Luas areal (Ha) 0,17 0,39

3 Produktivitas Lahan (Kw/Ha) 55,97 54,77

Sumber : Analisis Data Primer

Rata-rata petani beras merah organik memiliki lahan yang lebih kecil (0,17ha) dibanding petani beras putih organik (0,39ha). Produksi rata-rata gabah kering panen untuk petani beras merah organik yaitu sebesar 9,48 kwintal, sedangkan rata-rata produksi gabah kering panen

(11)

Efisiensi Usahatani

Tabel 7. Rata-Rata Efisiensi Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

No Uraian Beras Merah

Per Ha

Beras Putih

Per Ha

1 Penerimaan (Rp) 29.102.950,82 26.838.349,10

2 Biaya Mengusahakan (Rp) 10.752.579,23 9,724.863,86

3. Efisiensi 2,71 2,76

Sumber : Analisis Data Primer

Usahatani padi beras merah organik dan beras putih organik telah mencapai efisiensi usahatani yang ditunjukkan dari nilai perbandingan penerimaan dan biaya mengusahakan. Nilai R/C Ratio menunjukkan hasil lebih dari satu, yaitu 2,71 dan 2,76. Nilai R/C Ratio kedua usahatani padi

sawah tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan oleh petani beras merah organik memberikan penerimaan sebesar Rp 2,71 dan setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan oleh petani beras putih organik akan memberikan penerimaan Rp 2,76.

Tabel 8. Perbandingan Produktivitas, Pendapatan, dan Efisiensi Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012

Uraian t-hitung t-tabel

Produktivitas (Kw/Ha) - 0,41 1,68

Pendapatan (Rp) 0,97 1,68

Efisiensi - 0,35 1,68

Sumber : Analisis Data Primer

Uji perbandingan (t-test)

terhadap produktivitas usahatani beras merah organik dan beras putih organik yang memberikan nilai t-hitung (-0,41) lebih kecil daripada nilai t-tabel (1,68) sehingga hipotesis yang diajukan (H1) ditolak dan hipotesis (H0) diterima yang menyatakan bahwa produktivitas beras putih organik lebih kecil atau sama dengan produktivitas usahatani beras merah organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Uji statistik memberikan nilai t-hitung (0,97) lebih kecil dari t-tabel

(1,68). Dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan (H1) ditolak dan hipotesis (H0) diterima yang menyatakan pendapatan usahatani beras merah organik lebih kecil daripada pendapatan usahatani beras putih organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Uji perbandingan (t-test)

(12)

ditolak dan hipotesis (H0) diterima yang menyatakan bahwa efisiensi beras merah organik lebih kecil daripada efisiensi beras putih organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang usahatani beras merah organik dan beras putih organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen dapat diambil kesimpulan sebagai berikut (1) Biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani beras merah organik dan beras putih organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen yaitu sebesar a) Biaya mengusahakan pada usahatani beras merah organik sebesar Rp 10.752.579,23/ha/MT dan biaya mengusahakan pada usahatani beras putih organik sebesar Rp 9.724.863,86/ha/MT. b) Penerimaan usahatani beras merah organik adalah sebesar Rp 29.102.950,82/ha/MT dan penerimaan pada usahatani beras

putih organik Rp

26.838.349,10/ha/MT. c) Pendapatan yang diperoleh dari usahatani beras merah organik sebesar Rp 18.350.371,58/ha/MT dan pendapatan usahatani beras putih organik sebesar Rp 17.113.485,24/ha/MT. (2) Hasil uji t-test menunjukan produktivitas beras putih organik sama dengan produktivitas usahatani beras merah organikdi Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. (3) Hasil uji t-test menunjukan pendapatan petani dari usahatani beras merah organik sama dengan pendapatan usahatani beras putih organik di Desa Sukorejo, Kecamatan

Sambirejo, Kabupaten Sragen. (4) Hasil uji t-test menunjukan Efisiensi beras merah organik sama dengan efisiensi beras putih organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan bagi setiap petani padi sawah di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, sebaiknya penggunaan pupuk organik dan pestisida organik itu bukan berasal dari pembelian tetapi dari hasil membuat sendiri. Pupuk organik bisa dibuat dari limbah tumbuhan atau hewan dan pestisisda organik bisa dibuat dari bahan aktif tumbuhan. Sehingga akan menurunkan biaya produksi dan mampu meningkatkan nilai R/C ratio.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2011. www.bps.go.id. Diakses tanggal 26 September 2012 Hasan, Iqbal. 2003. Analisis Data

Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta

Ken Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

Muhammad, Jihadi Hasan. 2009. Prospek Beras Merah di Indonesia.http://pertanian.unt ag.smd.ac.id. Diakses pada tanggal 26 September 2012 Singarimbun dan Sofian Effendi.

1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Pess. Jakarta Surakhmad, Winarno. 1994.

Pengantar Penelitian Ilmiah.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Sampel Petani Padi Beras Putih Organik dan Beras Merah Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen
Tabel 2. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012
Tabel 3. Rata-Rata Biaya Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III    Tahun 2012
Tabel 4. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

REKAPITULASI HASIL SELEKSI PPDB ONLINE JALUR pERPINDAHAN ORANG TUA. SMP NECiERI 21 PEKANBARU

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan YME atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Project Based Learning Berbantuan

(3) Observasi, meliputi : Pada penelitian siklus II, pengamatan dilakukan oleh Nini Edny, S.Th sebagai observer yang dilakukan keoada peneliti yang melaksanakan

11. Ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery telah berhasil menunjukkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran agama, khususnya pada materi akhlak

Kuantitas dan kualitas air di daerah pengguna sumur yang masih tergolong baik serta, pendapatan masyarakat pengguna sumur yang rendah dan pelayanan PDAM yang cukup baik

Langkah politik ini sangat tepat untuk meredam efek keratakan sosial yang ditimbulkan oleh berbagai manuver orang-orang yahudi dan orang- orang munafik (hipokrif) yang

Kepada Guru Pembimbing (Konselor), Agar guru pembimbing (konselor) dapat membantu siswa dalam membangun konsep diri yang positif melalui penyelenggaraan bimbingan

Perkembangan dan Kemajuan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kota Manado yang sangat senang dengan penampilan yang glamour agar