• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL HOME VISIT PERAN KELUARGA DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL HOME VISIT PERAN KELUARGA DALAM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL HOME VISIT

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DAN PENANGANAN PASIEN GANGGUAN JIWA

Disusun oleh :

Addin Kurniawan J230170113

Ani Galih Rinenggo J230170060 Dita Rahmawati Putri J230170065 Palupi Eka Rachmawati J230170089

Intan Laras Pradasari J230170085 Meidilla Laili Anugraheni J230170083 Nur Rochma Laili Z J230170096 Taufiqur Rahman J230170122

Beny Hermawan J230170079 Ratri Wijayanti J230170028

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

▸ Baca selengkapnya: hasil home visit

(2)

PRE PLANNING HOME VISIT

A. IDENTITAS KLIEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Suku :

Agama :

Alamat :

Pendidikan :

B.LATAR BELAKANG

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang terkonstribusi pada fungsi yang terintergrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawat psikiatri memberikan asuhan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini termasuk intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Memperkuat dukungan sosial adalah cara untuk menahan atau menghancurkan pengaruh dari peristiwa yang potensial menimbulkan keadaan stress.

C. TUJUAN KUNJUNGAN RUMAH 1. Tujuan Umum

Untuk mengimplementasikan intervensi lanjutan kepada keluarga klien dalam melibatkan peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.

2. Tujuan Khusus

(3)

b) Melakukan implementasi yaitu penyuluhan kesehatan kepada keluarga klien.

c) Memotivasi peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien melakukan

D. DATA FOKUS (Belum)

E. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien 2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien 3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien

(4)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Halusinasi

Sub pokok bahasan: Pengenalan keluarga tentang mencegah kekambuhan dan penanganan pasien Skizofrenia Sasaran : Keluarga dan klien

Hari / Tanggal :

Waktu : 60 menit

Tempat : Rumah keluarga Ny/Tn

I. TUJUAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 60 menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang mencegah kekambuhan dan penanganan pasien gangguan jiwa dengan Halusinasi

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1 X 60 menit diharapkan keluarga klien mampu :

1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa 2. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi 3. Tanda dan gejala halusinasi

(5)

5. Menjelaskan tentang tahapan halusinasi

6. Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan penderita di rumah

II. WAKTU DAN TEMPAT

A. Hari/ Tanggal :

B. Pukul :

C. Tempat : Rumah keluarga Ny/Tn

III. MATERI Terlampir

IV. MEDIA DAN SUMBER BAHAN Leaflet dan...

V. METODE

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab.

VI. PENGORGANISASIAN Moderator:

Pembicara: Fasilitator : Notulen :

VII. Pengorganisasian Dan Uraian Tugas Terapis 1) Moderator

 Memimpin jalannya acara penyuluhan  Memperkenalkan anggota

 Menjelaskan tujuan diskusi

(6)

 Menutup acara 2) Pembicara

 Menyampaikan materi penyuluhan 3) Fasilitator

 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan

 Mendampingi anggota keluarga untuk diskusi

 Memotivasi anggota keluarga untuk aktif dalam bertanya 4) Notulen

 Mencatat semua hasil diskusi saat penyuluhan

VIII. RENCANA PENYULUHAN

(7)

3.

a) Evaluasi respon keluarga terhadap

c) Tindak lanjut: kesepakatan keluarga untuk terlibat dalam asuhan (di rumah sakit / di rumah) d) Salam

10

(8)

IX. EVALUASI

1. Evaluasi Persiapan

Pada evaluasi persiapan sudah dilakukan dan komplit, meliputi persiapan penyusunan SAP, leaflet, lembar balik, alat, tempat, dan peserta dapat berjalan sesuai rencana.

2. Evaluasi Proses

Pada evaluasi proses telah berjalan sesuai rencana yang sebelumnya telah disebutkan, yang meliputi keantusiasan peserta terhadap penyuluhan, tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan serta peserta melakukan tanya jawab dengan penyuluh terkait dengan materi yang telah diberikan maupun terkait dengan keadaan klien.

3. Evaluasi Hasil

a. Peserta dapat menyebutkan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan keluarga untuk pencegahan kekambuhan dan perawatan pasien dengan halusinasi di rumah.

b. Semua angggota keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan. c. Penyuluhan dikatakan berhasil, keluarga mampu:

1) Menjelaskan pengertian gangguan jiwa 2) Menjelaskan tentang pengertian halusinasi 3) Tanda dan gejala halusinasi

4) Menjelaskan tentang faktor penyebab halusinasi 5) Menjelaskan tentang tahapan halusinasi

(9)

Lampiran : Materi

PERAN KELUARGA

DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DAN PENANGANAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI

A. Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

(10)

1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir atau melamun yang tidak biasa (delusi).

4. Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.

5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.

6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.

7. Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.

8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.

9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.

10. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.

11. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.

(11)

13. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.

14. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.

15. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.

16. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

17. Sulit dalam berpikir abstrak.

18. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih (Damaiyanti, 2012).

C. Penyebab gangguan jiwa

Pertama, Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan (genetik), adanya ketidakseimbangan zatzat neurokimia di dalam otak. Kedua, Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita (halusinasi). Dan yang ketiga adalah Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada di luar lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja, sekolah, dll. Biasanya gangguan tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan atau pun jiwa. Faktor Organobiologi terdiri dari :

1. Nerokimia (misal : gangguan pada kromosom no 21 yang menyebabkan munculnya gangguan perkembangan Sindrom Down).

(12)

4. Tingkat kematangan dan perkembangan organik. 5. Faktor-faktor prenatal dan perinatal.

Faktor Psikologis terdiri dari : 1. Interaksi ibu-anak.

2. Interaksi ayah-anak : peranan ayah. 3. Sibling rivalry.

4. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat. 5. Kehilangan : Lossing of love object.

6. Konsep diri : pengertian identitas diri dan peran diri yang tidak menentu.

7. Tingkat perkembangan emosi.

8. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya : Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.

9. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap perkembangannya.

10. Traumatic Event 11. Distorsi Kognitif

12. Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian diri pada anak) :

a. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya b. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa”

dan “harus tunduk saja” c. Penolakan (rejected child)

d. Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi. e. Disiplin yang terlalu keras.

f. Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan. g. Perselisihan antara ayah-ibu.

h. Perceraian

i. Persaingan yang kurang sehat diantara para saudara. j. Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).

k. Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak).

l. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-psikotik).

Faktor Lingkungan (Sosial) yang terdiri dari : 1. Tingkat ekonomi

2. Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.

3. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai. 4. Pengaruh rasial dan keagamaan (Trimelia, 2011).

(13)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

E. Tanda dan gejala halusinasi

Adapun Tanda dan gejala halusinasi menurt Direja, 2011 sebagai berikut :

1. Halusinasi Pendengaran

Data Objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga. Data Subjektif : mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

2. Halusinasi Penglihatan

Data Objektif : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

Data Subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kortoon, melihat hantu atau monster.

(14)

Data Objektif : menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung.

Data Subjektif : membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.

4. Halusinasi Pengecapan

Data Objektif : Sering meludah, muntah.

Data Subjektif : merasakan rasa seperti darah, urine atau feses. 5. Halusinasi Perabaan

Data Objektif :Menggaruk- garuk permukaan kulit.

Data Subjektif : menyatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa tersengat listrik.

F. Faktor penyebab halusinasi 1. Dari penderita

a. Kepatuhan pengobatan yang kurang b. Tipe kepribadian ( tertutup atau terbuka) c. Masalah yang dihadapi selama dirumah. 2. Keluarga dan lingkungan

a. Penolakan terhadap penderita gangguan jiwaseperti pengucilan, diejek,tidak diterima.

d. Kurang pengetahuan keluarga tentang pola perilaku penderita dan penangananya, pengawasan minum obat

G. Tahapan halusinasi

Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi menurut (Trimelia, 2011) yaitu :

Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan Gejala klinis:

a. Menyeriangai / tertawa tidak sesuai b. Menggerakkan bibir tanpa bicara c. Gerakan mata cepat

d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

(15)

a. Cemas

b. Konsentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata 3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

a. Cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan Gejala klinis:

a. Pasien mengikuti halusinasi

b. Tidak mampu mengendalikan diri

c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

H. Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan penderita di rumah

1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial kepada penderita

2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.

3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan 4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah. 5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan

sehari-hari.

6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif. 7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan. 8. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hawari D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FKUI.

Nantingkaseh, A.L. 2007. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya.

Diakses: 16 September 2009.

http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm

Tim Penyusun buku pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa I, 2000, keperawatan Jiwa : Teori dan tindakan keperawatan, Jakarta, Dep Kes RI

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info Medika.

Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Kusumawati Farida & Hartono Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Selemba Medika

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha Medika

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Muhammadiyah 1 Bantul telah berjalan lancar sesuai rencana meskipun ada beberapa yang tidak sesuai

Sebagian besar kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 cangkringan telah berjalan lancar sesuai rencana meskipun ada beberapa yang tidak sesuai

Kegiatan yang telah dilaksanakan mendapatkan hasil: (1) egiatan dapat berjalan sesuai rencana program ; (2) m ahasiswa peserta p elatihan nampak sangat antusias; (3) m

Hasil penelitian ini yaitu, Kampanye literasi media telah dijalankan sesuai rencana, namun pelaksanaan evaluasinya tidak berjalan dengan semestinya, karena belum

Jawab : Seluruh Tahapan, dalam proses rekapitulasi Pendataan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Sintang telah dilaksanakan sesuai dengan waktu dan rencana yang telah ditetapkan, dan

Dalam pembuatan sebuah kebijakan tentunya dibutuhkan proses yang tidak sebentar sehingga bisa berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya yang sesuai dengan kebutuhan

Evaluasi pelaksanaan rencana aksi terkait pengelolaan kinerja dan pengembangan kompetensi peserta terhadap rencana yang telah disepakati pada periode sebelumnya..

Tujuan evaluasi itu sendiri adalah untuk mengetahui proses belajar peserta didik apakah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah diterapkan, mengecek hasil belajar