A. ISU PENGEM LISAN LOKA
Gerakan Lit mutu pendidikan m dan kurikulum nasi sekolah juga ditunt sekolah sesuai den masyarakat di seki pelestarian folklore yang direncanakan GLS dan Budaya Se
MBANGAN GERAKAN LITERASI DAN AL DI SEKOLAH
Literasi Sekolah (GLS) menyertai isu-isu melalui program pengembangan kurikulu asional. Selain mewujudkan masyarakat “m
ntut untuk dapat mencitrakan budaya da engan ciri masyarakat di sekitarnya. T ekitar sekolah, peneliti menyoroti permas
re sastra lisan-lokal, khususnya di wilayah an menjadi subjek penelitian. Fakta dan Sekolah.
AN BUDAYA
Wacana tent sejak 2015 oleh pem oleh Kementerian Mendikbud Anies Penumbuh Budi Pe 20 sekolah di DKI 2015 lalu. Pengemb Tahun 2015 tentan 2015).
GLS adalah g pekerti sebagaiman dan Kebudayaan N gerakan tersebut ad sebelum waktu b menumbuhkan m keterampilan mem baik. (Dirjen Pend Dirjen Pendidikan D
Salah satu je menciptakan buday minat untuk mem kementerian pendid umum dari amanat insan dan ekosistem dilandasi selamat adalah agar pes menjadikannya keb
entang Gerakan Literasi di Indonesia tel emerintah, diawali oleh Gerakan Literasi an Pendidikan dan Kebudayaan. Sec es Baswedan meluncurkan GLS dengan
Pekerti” dengan menyerahkan buku paket I Jakarta sebagai bahan awal kegiatan lit bangan GLS didasarkan pada Permendikb tang Penumbuhan Budi pekerti (Litbang
h gerakan yang memperkuat gerakan penu ana dituangkan dalam Peraturan Mente Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegia adalah kegiatan 15 menit membaca buku belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksa
minat baca peserta didik serta embaca agar pengetahuan dapat dikuasa
ndidikan Dasar & Menengah Kemendikb n Dasar dan Menengah Kemendikbud (2), 2
jenis GLS yang dapat dilaksanakan di s aya membaca dalam kegiatan di sekolah. embaca pada siswa diamantkan pemer didikan dalam Permendikbud No.23 Tahun
at pembudayaan membaca ini adalah untu tem pendidikan dan kebudayaan yang be t gotong royong. Secara khusus tujuan eserta didik memiliki kegemaran m ebiasaan serta gaya hidup.
telah digulirkan si Sekolah (GLS) Secara simbolis, n tema “Bahasa ket bacaan untuk literasi, Agustus ikbud Nomor 21 ang Kemdikbud,
enumbuhan budi nteri Pendidikan giatan di dalam ku nonpelajaran ksanakan untuk meningkatkan asai secara lebih ikbud (1), 2016; ), 2015).
Penumbuhan mencanangkan pro Darma, dalam sajia Budi Pekerti dan Pe menyebutkan bahw bentuk kegiatan m kegiatan menulis (D Selain peng Permendikbud 61 kondisi sosbud da sekolah mampu me (Dit.PSMA, 2015). agar memiliki citr sekolah. Salah satu budaya sekolah. Se perlu untuk mewuj ciri khasnya
Selain melak sekolah juga perlu melalui konsep 3P Sekolah. Implement Ini bukan merupak masih terdapat s sebagaimana mestin yang turut mempen 2015).
Memanfaatka penampilan sekolah
an minat baca salah satunya dapat dilaksa rogram membaca 15 menit setiap hari di s jian Sosialisasi Bansos Guru SMA bertajuk Pengembangan Literasi di Hotel Sunan So ahwa selain mengembangkan budaya l membaca setiap sekolah juga dapat me
(Dharma, 2015).
engembangan budaya literasi, pemeri 1 Th. 2014 tentang acuan konseptual p
dan karakteristik satuan pendidikan m mengemban amanah sebagai sebuah pusa ). Sebagai pusat kebudayaan, sekolah pe itra penciri yang terlihat dari bentuk-b atunya adalah dengan mewujudkan GLS Selain mewujudkan citra budaya khasnya ujudkan budaya masyarakat setempat seba
laksanakan penyelenggaraan pendidikan rlu untuk mewujudkan penciri dan bu 3P (Penampilan, Pelayanan, dan Prestasi entasi 3P adalah upaya untuk mewujudkan akan hal baru di sekolah, tetapi kenyata
sekolah yang belum memperhatikan stinya. Bentuk budaya sekolah adalah sal pengaruhi citra sekolah di mata masyaraka
tkan konsep pengembangan budaya se lah, sekolah dapat menetapkan dan men
ksanakan dengan di sekolah. Satria juk Penumbuhan Solo (12/8/2015) literasi dalam mengembangkan
erintah melalui l pengembangan menuntut agar usat kebudayaan perlu berinovasi bentuk budaya LS sebagai ikon ya, sekolah juga ebagai salah satu
an sepenuhnya, budaya sekolah asi) dan Budaya an sekolah ideal. taannya saat ini n hal tersebut salah satu aspek akat (Dit. PSMA,
sebagai sebuah cag potensi lokal di d dimana setiap warg lisan di daerahnya.
Setiap sekol kesusastraan lisan d setiap keberadaan kemudian dituturk Hingga pada akh menjadikan setiap w lokal di daerahnya akan memiliki rum mengingat bentuk-masyarakat pemilik adalah dengan me menyampaikan na daerahnya masing nonmaterial yang d sekolah tersebut.
Tidak cukup kesempatan untuk kesusastraan lisan-penutur kesusastr mengimbanginya tertulis untuk mere Berbagai media tuli majalah dinding, pr
cagar budaya kesusastraan lisan-lokal. S i daerahnya masing-masing, sekolah m
arganya adalah penutur aktif segala jenis
olah di setiap daerah pasti memiliki b n di daerahnya. Sekolah perlu memetakan an mite, legenda dan dongeng diseki urkan dari generasi ke generasi di sek khirnya, tujuan utama kegiatan ini a p warga sekolah sebagai penutur aktif kesu ya sendiri. Dengan begitu, maka kesusastra
mah tinggal dan pengasuhnya sendiri. Ko -bentuk sastra lisan hidup bergantung iliknya. Maka, cara paling efektif untuk m mendidik sebanyak mungkin penutur ak
narasi-narasi cerita dari kesusastraan ng-masing. Hal ini adalah bentuk citra
g dimiliki sekolah dan akan menjadi pen
up hanya pada bentuk nonmaterial, sekol uk menunjukkan diri sebagai sebuah
-lokal dalam bentuk material. Dengan a straan lisan-lokal di sekolah, maka s dengan menyediakan berbagai sumb erekam kesusastraan lisan-lokal dalam b ulis dapat digunakan oleh sekolah seperti prasasti, atau penyediaan laman-laman dig
. Sesuai dengan menjadi tempat nis kesusastraan
i berbagai jenis an dan merekan ekitarnya untuk ekolah tersebut. i adalah untuk susastraan lisan-straan lisan-lokal Konsep ini logis ng pada tuturan melestarikannya aktif yang siap n lisan-lokal di a / penampilan enciri khas dari
diakses kapanpun d tentang kesusastraa
Usaha menci citra sekolah akan masyarakat akan l dikarenakan adany sekolah cagar buda pulau terlampaui, kesusastraan lisan-mampu menarik m tersebut.
Citra sekola untuk menilai k meningkatkan kuali
Dalam konte besar bagi siswa berliterasi mereka mengembangkan k sekolah. Pembangu mencoba untuk m sedang merintis pe gerakan yang cep tuntutan standar masyarakat di seki konsep-konsep baru Usaha sekola lebih luas, masya rendahnya budaya
n dan oleh siapapun yang menginginkan in raan lisan-lokal di sekitar sekolah yang bers
nciptakan nuansa budaya kesusastraan lisa n turut terbangun di mata masyarakat. D n lebih mudah mengenal sekolah yang
nya penciri khas dari sekolah tersebut, daya kesusastraan lisan-lokal. Sekali me ui, sekaligus turut serta dalam usaha
-lokal, sekolah memiliki ciri pencitraan minat siswa untuk datang dan turut bela
lah tentu menjadi salah satu tolak uku keberhasilan dan inovasi kreatif se alitas proses pembelajarannya.
nteks Sekolah, peneliti melihat adanya kes a di sekolah untuk dapat mengemban eka. Sekolah saat ini sedang seca kualitasnya baru melalui pembangunan gunan perpustakaan ini diwujudkan setela mengadu kualitas dengan sekolah-seko pengembangan kualitas di bidang adiw epat dan tepat, sekolah sedang berusah ar terbaik pelaksanaan layanan pen
ekitarnya. Maka selanjutnya, sekolah me aru untuk membangkitkan budaya dan citr olah ini bukan tanpa alasan. Dari sudut p syarakat dapat dikatakan mengalami
ya literasi pada masyarakat dapat diliha
informasi cerita ersangkutan. lisan-lokal dalam
. Dengan begitu, g bersangkutan t, yaitu adanya mendayung, dua ha melestarikan an khusus yang elajar di sekolah
kur masyarakat sekolah dalam
esempatan yang angkan budaya ecara bertahap an perpustakaan elah sebelumnya kolah lain yang iwiyata. Dengan saha memenuhi endidikan bagi mengembangkan
kunjungan pada p kunjungan masyara tahun 2013. Artinya (194.168 jiwa) yang 2015).
Dari pengam menemukan bebera kegiatan berliterasi ketertarikan yang b dengan keajegan be saat-saat istirahat d memiliki ketertarik ini merupakan awa bangunan perpusta berarti siswa men kegiatan berliterasi. kualitas dan kualit nonmapel yang ma pengetahuan yang l
perpustakaan umum. Di Kota Pasuru arakat ke perpustakaan hanya 199/bulan ya, hanya 0.10% dari seluruh populasi di ng mengunjungi perpustakaan kota (BPS K
amatan peneliti pada kondisi sekolah saa erapa kekuatan dan permasalahan terkai asi di sekolah. Peneliti melihat bahwa si besar terhadap kegiatan berliterasi. Hal in beberapa siswa meramaikan perpustakaan t dan jam bebas belajar. Meski masih belum rikan terhadap kegiatan berliterasi di perp walan yang baik bagi sebuah sekolah yang
stakaan tersendiri. Memiliki bangunan endapatkan banyak kesempatan untu si. Secara bertahap, sekolah mengupayakan alitas buku-buku yang tersedia, khususny mampu membantu melepaskan siswa dar
g luas di luar pelajaran yang diterimanya s
uruan misalnya, lan pada kurun di tahun tersebut S Kota Pasuruan,
B. ISU FENOME LISAN-LOKA
Kegiatan me masyarakat sejak la Kita mungkin masih orang tua sebelum tujuan. Di lingkung mengantarkan tidu kegiatan bercerita pemuka agama un adat, dan keagamaa
Budaya berc dunia digital. Buda modernisasi alat memilih untuk be bentuk komunikasi bercerita mulai dia karena rendahnya langsung dengan a maupun lisan. Kon kedekatan secara ba orang tua untuk m pada anak. Maka, k nilai-nilai kehidupa dan efektif untuk m Hilangnya k mulai ditinggalkan mulai ditinggalkan
ENA MEMBACA DAN BERCERITA SA KAL
embaca nyaring atau membacakan pun te lama dan telah menjadi bagian dari buda
sih ingat kegiatan membaca yang dilakuka um tidur. Budaya bercerita dilakukan u
ngan keluarga, kegiatan bercerita biasa dil idur anak-anak atau mengisi waktu lua
a juga seringkali menjadi wahana para o untuk menyampaikan ajaran-ajaran norm aan.
ercerita mulai ditinggalkan dengan adan daya ini mulai luntur seiring kemajuan dun t komunikasi nirkabel.Dewasa ini mas
berkomunikasi jarak jauh dan secara di asi lisan dengan orang terdekat, terlebih u dianggap membosankan. Budaya bercerita
ya kesadaran masyarakat akan pentin anak-anak dalam lingkungan rumah ba ontak fisik dan lisan inilah yang akan batin antara anak dan orang tua. Kedekat menanamkan karakter positif dan nilai-ni a, kegiatan bercerita dengan konten karak
pan adalah salah satu hal penting yang ha mendidik anak-anak dalam lingkup keluar kesadaran akan hal ini menyebabkan bu an oleh sebagian besar keluarga. Ketika bu an, maka fungsinya pun akan turut hilan
SASTRA
telah dilakukan daya keseharian. kan oleh banyak untuk berbagai dilakukan untuk uang. Selain itu a orang tua dan ormatif budaya,
danya kemajuan dunia digital dan asyarakat lebih digital. Bentuk-h untuk sekadar rita ditinggalkan tingnya kontak baik secara fisik n menimbulkan atan inilah celah nilai kehidupan akter positif dan harus dilakukan uarga.
akan memiliki “ke akibat tidak dapa konsep mengenai bu
Secara sosiop memiliki kedekatan Selanjutnya, remaja kelekatan dengan o lambat laun akan m ikatan keluarga. Se secara bebas, tidak t
Selain masal dalam membangun cerita lisan-lokal ya yang dimaksud ad Selama ini, mungk seperti cerita nusan diakses melalui me cerita rakyat, anak-Kundang daripada ini terancam pun menuturkannya. Se terkalahkan dengan dapatkan dari telev dan komik.
Dalam kon menemukan bebera agama Islam) dan b diketahui oleh mas
kekaburan identitas sosial dan budaya” pat mengidentifikasi diri karena kuran i budayanya.
iopsikologis dalam kehidupan keluarga an tan baik secara fisik dan emosional dengan aja kehilangan kelekatan dengan orang tua
orang lain di luar keluarga (yang mungki n merasa dirinya lepas dan perlu melepa Selebihnya, remaja akan hidup dengan
k terkendali dan terbatasi.
salah pada budaya bercerita yang sang un budaya literasi, penulis juga menyoroti yang terancam punah (Rokhmawan, 2016 adalah mite, legenda, dan dongeng (Bas gkin anak-anak hanya banyak mengenal antara atau animasi yang telah dikenal lu media internet dan televisi. Kalaupun ada
-anak lebih tahu tentang cerita nusantara da cerita lisan di daerahnya sendiri. Sastra l unah karena masyarakat sudah tidak Selain itu, ketertarikan anak-anak terhadap gan berbagai cerita lain yang dengan m levisi, internet, atau buku bacaan modern
onteks wilayah lokal di Kota Pasur erapa bentuk sastra lisan seperti cerita n beberapa legenda dan dongeng lain yang
asyarakat di luar daerah ini. Cerita-cerita
a” pada dirinya angnya pajanan
anak-anak tidak an orang tuanya. tua, menciptakan kin negatif), dan paskan diri dari an dunia diluar
ngat diperlukan oti permasalahan 016). Cerita lisan ascom W.,1965). al cerita tertentu luas dan mudah da cerita lisan / ara seperti Malin ra lisan-lokal saat ak lagi sering ap cerita ini pun mudah mereka ern seperti novel
hidup secara lisa kesempatan seper bersangkutan, kegia hari masyarakat set temurun memberik amanah inilah ya pemahaman genera lokal, dan karakter sekali lagi cerita-ce masyarakat tidak la
Dengan adan perlu adanya usaha UPT SDN Kebonsa menjadi jalan soluti ini hanya hidup d adanya berbagai pe berniat melaksanak (berbicara / bercer budaya literasi da karyawan).
Melalui ran memunculkan ceri pembudayaan berli sebuah budaya sek penyelenggaraan pe
Memanfaatka penampilan sekolah
isan dalam masyarakat, diujarkan da erti acara keagamaan, haul tokoh giatan mengaji sehari-hari, atau dalam keh
setempat. Melalui cerita inilah masyaraka rikan petuah amanah tersirat melalui isi yang pada gilirannya turut memban erasi ke generasi terhadap norma-norma ter diri dan masyarakat yang baik. namu
cerita ini sedang mengalami krisis pen lagi memiliki komitmen untuk terus menu
danya fakta dan permasalahan di atas, p hausaha untuk turut mewujudkan gerakan nsari Kota Pasuruan. Usaha-usaha ini pu
utif bagi usaha pelestarian cerita lisan-loka dalam kelisanan masyarakat di sekita peluang terkait pelaksanaan GLS di sekola nakan kegiatan menulis, membaca, dan
cerita) dalam satu paket program untu dalam diri seluruh warga sekolah (sisw
angkaian program kegiatan GLS ini erita lisan-lokal sebagai objek literasi. rliterasi berbasis cerita lisan-lokal ini dapa ekolah yang pada gilirannya akan menjad pendidikan di UPT SDN Randusari Kota P tkan konsep pengembangan budaya se lah, sekolah dapat menetapkan dan men
dalam berbagai agama yang ehidupan
sehari-kat secara turun isi cerita. Petuah angun kualitas a adat, kearifan mun sayangnya, penutur, dimana
nuturkannya.
, peneliti merasa kan berliterasi di pula yang akan okal yang selama itarnya. Dengan olah ini, peneliti an membacakan tuk membentuk iswa, guru, dan
i pula peneliti i. Secara umum pat mewujudkan jadi ikon penciri a Pasuruan.
sebagai sebuah cag potensi lokal di d dimana setiap warg lisan di daerahnya. jenis kesusastraan merekan setiap ke untuk kemudian dit Penuturan c pelaksanaan GLS membaca, dan me mewujudkan ide-id penelitian bertajuk “ Lokal sebagai Penci
cagar budaya kesusastraan lisan-lokal. S i daerahnya masing-masing, sekolah m
arganya adalah penutur aktif segala jenis a. Setiap sekolah di setiap daerah pasti mem n lisan di daerahnya. Sekolah perlu me
keberadaan mite, legenda dan dongeng dituturkan dari generasi ke generasi di sek
cerita tentunya dapat dilakukan mel S melalui kegiatan mengumpulkan ce membacakan cerita-cerita lisan-lokal ter ide ini, peneliti tertarik untuk meneta k “Pengembangan Budaya Literasi berbasi nciri Budaya UPT SDN Kebonsari Kota Pasu
. Sesuai dengan menjadi tempat nis kesusastraan emiliki berbagai memetakan dan eng disekitarnya ekolah tersebut.
elalui program cerita, menulis, tersebut. Untuk etapkan sebuah asis Cerita
C. SASTRA LISA
Sebelum men di dunia hidup da dimaksud dalam tu dimaknai sebagai k rakyat / orang-ora prosa naratif lisan legenda, dan donge Bascom W. (., 19 karakteristiknya. Se berbentuk prosa na dalam hal pembuka tempat, sikap terha dan tingkat keperca Bentuk-bentu kebudayaan lokal dalam sebuah kole lisannya sendiri. Sa budaya suatu kelo berbagai kelompok bentuk, tema, dan fu
Jika kita m masyarakat suatu d akan khas dengan contoh dalam masy daerah ini banyak seputar tokoh-tokoh
ISAN-LOKAL
engenal budaya aksara (writing culture) dalam budaya lisan (oral culture). Buda tulisan ini adalah bentuk folklore lisan at i kultur tradisional (lore) yang dutunjukkan
rang (folk). Salah satu wujud budaya lis an. Prosa lisan naratif ini dapat berup geng (Bascom W. 1965, hal. 3-20; Dananjaja
1954). Ketiganya dibedakan berdasarka Secara umum, persamaan ketiganya ada naratif lama / tradisional. Selebihnya, ketig uka cerita, waktu penceritaan, setting / la
hadap cerita (aptitude), karakter tokoh da rcayaan masyarakat terhadap cerita.
ntuk sastra lisan di atas tersebar di seluru al di Indonesia sebagai bagian dari hasi olektif masyarakat, setiap kolektif pasti m Sastra lisan merupakan ekspresi lisan sebu elompok masyarakat atau kolektif yan ok suku bangsa yang bersifat pluralitas, n fungsinya pun berbeda-beda.
mendalami dari segi fungsi sosial sastra u desa, maka wujud bentuk, tema, dan f
an karakteristik masyarakat di desa ters asyarakat dengan latar budaya santri, sast
k berwujud narasi yang bertema keagam koh agama. Fungsinya pun sangat khas.
e) semua bangsa daya lisan yang atau dapat bula kan / dituturkan lisan itu adalah upa cerita mite, jaja, 2002, hal. 50; rkan perbedaan adalah ketiganya etiganya berbeda latar waktu dan dan penokohan,
uruh daerah dan asil kebudayaan i memiliki sastra ebuah komunitas ang tersebar di as, maka wujud,
Sastra lisan l secara kolektif dut wilayahnya (dipert Lokal wilayah dala dengan batasan wil dari sastra lisan nu luas (Rokhmawan, 2 Prosa narati dalam perkemban masyarakat yang m anak-anak berupa sebagai bahan pen sekolah. Namun, ad sastra serius. Dalam antaranya, dijadikan bahkan psikologi. naratif lisan memi kehidupan masyar berbagai disiplin ilm
Pada masan kesusastraan lisan keberadaannya. M kepercayaan mere Pelanggaran keperc sehingga masyaraka menuturkan cerita-masyarakat percaya
n lokal adalah jenis cerita rakyat atau folkl ututurkan oleh suatu masyarakat dalam ertentangkan dengan istilah “sastra lisan alam hal ini merujuk pada suatu komunit wilayah dan budaya / etnis tertentu. Jenis nusantara yang dituturkan dalam cakup n, 2016).
atif lisan dipahami dan dimanfaatkan se bangan kebudayaan masyarakat pem g memanfaatkannya sebagai bahan pend
a cerita pengantar tidur. Ada yang mem enulisan komik atau bahan pelajaran bah ada pula yang menjadikannya inspirasi da
lam bidang ilmu pengetahuan, prosa na kan objek kajian sastra, kebudayaan, antrop i. Apa yang disebutkan di atas menun miliki potensi luar biasa untuk dimanf arakat masa kini, serta dijadikan objek ilmu (Soedjijono, 2002 : 38).
sanya, mite, legenda, dan dongeng me an-lokal yang sangat dihormati bahkan
Masyarakat membentuk kesepakatan ereka pada bentuk-bentuk hasil buda
ercayaan bahkan dianggap akan menyebab akat merasa perlu untuk menjaga kelestari -cerita ini dari masa-ke-masa lintas gener aya bahwa setiap cerita banyak meningg
lklore lisan yang m lingkup lokal san nusantara”). nitas masyarakat nis ini dibedakan upan yang lebih
secara beragam emiliknya. Ada endidikan moral emanfaatkannya bahasa/sastra di dalam penulisan naratif lisan, di ropologi, sejarah, unjukkan, prosa anfaatkan dalam ek dalam kajian
petuah-petuah, amanat, d penuturnya.
Cerita lisan berbentuk kepercay Bukannya tanpa gu rakyat. Mitos juga d kebijaksanaan bagi dalam Lantini, 1996 1985 : 229). Kegiatan lisan yang dituturk antaranya : 1) fung angan kolektif, 3) fungsi estetis, 6) fun fungsi moraltas pem dan 8) fungsi reli legenda, dan donge lisan-lokal dalam m
, dan ajaran moral serta kearifan bag
an membawa masyarakat dalam angan cayaan irasional yang biasa kita sebut d guna, mitos dapat dikatakan sebagai pan
a digunakan sebagai pedoman dalam meng agi masyarakat yang memilikinya (Pan
96 : 224 ; Bacon dalam Danandjaya, 2002 : tan bercerita memiliki fungsi sesuai denga urkan. Setidaknya ada 8 fungsi bercerita
ngsi propaganda, 2) fungsi proyeksi ideo 3) fungsi rekreatif, 4) fungsi didaktis / p fungsi moralitas pengesahan norma dan pr pemaksaan dan pengawasan norma dan p religius (Rokhmawan, 2016). Kepercayaa
ngeng semacam ini adalah tanda kejayaan masyarakat.
agi masyarakat
D. BUDAYA LIT
Wacana tent sejak 2015 oleh pem oleh Kementerian Mendikbud Anies Penumbuh Budi Pe 20 sekolah di DKI 2015 lalu. Pengemb Tahun 2015 tentan 2015).
Literasi ad menggunakan sesua membaca, melihat, Gerakan Literasi S bersifat partisipatif guru, kepala sekol Sekolah, orang tua/ massa, masyarakat keteladanan, dunia koordinasi Direkto Kementerian Pendi dengan dukungan & Menengah Kem Menengah Kemend
GLS adalah g pekerti sebagaiman dan Kebudayaan N
ITERASI DAN GERAKAN LITERASI SE
entang Gerakan Literasi di Indonesia tel emerintah, diawali oleh Gerakan Literasi an Pendidikan dan Kebudayaan. Sec es Baswedan meluncurkan GLS dengan
Pekerti” dengan menyerahkan buku paket I Jakarta sebagai bahan awal kegiatan lit bangan GLS didasarkan pada Permendikb tang Penumbuhan Budi pekerti (Litbang
adalah kemampuan mengakses, mem suatu secara cerdas melalui berbagai aktivi at, menyimak, menulis, dan/ atau berbic i Sekolah merupakan suatu usaha atau k atif dengan melibatkan warga sekolah (
olah, tenaga kependidikan, pengawas se a/wali murid peserta didik), akademisi, p kat (tokoh masyarakat yang dapat mere nia usaha, dll.), dan pemangku kepenting
ktorat Jenderal Pendidikan Dasar da ndidikan dan Kebudayaan. GLS adalah g
n kolaboratif berbagai elemen (Dirjen Pen emendikbud (1), 2016; Dirjen Pendidika ndikbud (2), 2015).
h gerakan yang memperkuat gerakan penu ana dituangkan dalam Peraturan Mente Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegia
SEKOLAH
telah digulirkan si Sekolah (GLS) Secara simbolis, n tema “Bahasa ket bacaan untuk literasi, Agustus ikbud Nomor 21 ang Kemdikbud,
emahami, dan ivitas, antara lain bicara. GLS atau u kegiatan yang (peserta didik, sekolah, Komite , penerbit, media erepresentasikan tingan di bawah dan Menengah h gerakan sosial endidikan Dasar ikan Dasar dan
gerakan tersebut ad sebelum waktu b menumbuhkan m keterampilan mem baik. Materi baca nasional, dan glob peserta didik. Ter pemangku kepentin provinsi, kabupaten peserta didik dan m (Dirjen Pendidikan Pendidikan Dasar d
Dalam PIRL menduduki peringk skor rata-rata 500 ( PISA 2009 menunju ke-57 dengan skor menunjukkan pese dengan skor 396 (s negara berpartisipa khususnya dalam k kompetensi pesert keterampilan terseb mengembangkan pengetahuan. Prakt juga memperlihatka pembelajaran yang sepanjang hayat. mengembangkan se
adalah kegiatan 15 menit membaca buku belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksa
minat baca peserta didik serta embaca agar pengetahuan dapat dikuasa
a berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa k lobal yang disampaikan sesuai tahap p erobosan penting ini hendaknya melib tingan di bidang pendidikan, mulai dari ten/kota, hingga satuan pendidikan. Peliba
masyarakat juga menjadi komponen penti an Dasar & Menengah Kemendikbud (1) r dan Menengah Kemendikbud (2), 2015). RLS 2011 International Results in Readi ngkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan 0 (IEA, 2012). Sementara itu, uji literasi m
njukkan peserta didik Indonesia berada p or 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangk eserta didik Indonesia berada pada pe
(skor ratarata OECD 496) (OECD, 2013) ipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Data PIR
keterampilan memahami bacaan, menun erta didik Indonesia tergolong rendah
sebut membuktikan bahwa proses pend kompetensi dan minat peserta di
ktik pendidikan yang dilaksanakan di seko tkan bahwa sekolah belum berfungsi seba ng menjadikan semua warganya sebag t. Desain Induk Gerakan Literasi Se sekolah sebagai organisasi pembelajaran
ku nonpelajaran ksanakan untuk meningkatkan asai secara lebih a kearifan lokal, perkembangan elibatkan semua ri tingkat pusat, libatan orang tua nting dalam GLS (1), 2016; Dirjen
Pendidikan dan Ke (GLS). GLS adalah sekolah (guru, pes sebagai bagian dar Menengah Kemend Salah satu je menciptakan buday minat untuk mem kementerian pendid umum dari amanat insan dan ekosistem dilandasi selamat go
Secara khus memiliki kegemara hidup. Penumbuhan mencanangkan pro Prinsip-prinsip keg pelajaran, 2) dimina 4) dilakukan pendek diikuti kegiatan ev belajar. Kegiatan da buku di kelas sebel bacaan nonmapel d dan guru dapat m nyaring, atau kom untuk melakukan k Dalam hal ini keg
Kebudayaan mengembangkan Gerakan Li lah upaya menyeluruh yang melibatkan
eserta didik, orang tua/wali murid) dan ari ekosistem pendidikan (Dirjen Pendid ndikbud (1), 2016).
jenis GLS yang dapat dilaksanakan di s aya membaca dalam kegiatan di sekolah. embaca pada siswa diamantkan pemer didikan dalam Permendikbud No.23 Tahun
at pembudayaan membaca ini adalah untu tem pendidikan dan kebudayaan yang be t gotong-royong.
usus tujuan program ini adalah agar ran membaca dan menjadikannya kebiasa han minat baca salah satunya dapat dilaksa program membaca 15 menit setiap har egiatan membaca 15 menit adalah 1) buk inati peserta didik, 3) tidak diikuti oleh tu dekatan sambil bermain dan menyenangka evaluasi yang mengarah pada kegiatan p dapat dilakukan dengan melakukan kegi belum memulai rangkaian kegiatan pemb l dapat dipilih sendiri atau ditentukan sen menerapkan metode membaca dalam h
mbinasi keduanya. Membaca nyaring bi n kegiatan membacakan atau bercerita unt kegiatan membaca nyaring bisa dilakuk
Literasi Sekolah n semua warga dan masyarakat, didikan Dasar &
i sekolah adalah ah. Penumbuhan erintah melalui hun 2015. Tujuan ntuk membentuk berkarakter dan
perwakilan siswa melakukan kegiatan
Satria Darma Penumbuhan Budi Solo (12/8/2015) m literasi dalam ben mengembangkan k sekolah juga perlu kegiatan “One Sch siswanya untuk me Setiap siswa dihara dan membuat kary sekolah harus men siswa setiap tahun y siswa maupun seko hal ini dan kemam 2015).
a untuk diperdengarkan pada siswa la tan menyimak dan membaca dalam hati. ma, dalam sajian Sosialisasi Bansos Guru di Pekerti dan Pengembangan Literasi d ) menyebutkan bahwa selain mengemban
ntuk kegiatan membaca setiap sekola kegiatan menulis. Hal ini dikarenakan lu mendorong siswa untuk berkarya, yan School One Book”. Setiap sekolah haru menulis dan menghasilkan karya-karya ek
rapkan mampu dan memiliki kapabilitas u rya tulis, khsusunya dalam bentuk karya enerbitkan sebuah buku kumpulan karya n yang nantinya akan dapat dijadikan seba kolah. Satria Darma memiliki optimistis ya
mpuan siswa Indonesia untuk melakukan
lain, yang juga
E. PENCIRI BUD PELAKSANA
Selain peng Permendikbud 61 kondisi sosbud da sekolah mampu me (Dit. PSMA, 2015). agar memiliki citr sekolah. Salah satu budaya sekolah. Se perlu untuk mewuj ciri khasnya.
Penciri bud pembentukan citra sebagai penyeleng memiliki penciri. membedakan suatu khususnya harus d sekitar sekolah. Pe masyarakat sekolah di lingkungan seko bagi masyarakat se Rangkaian penciri dari bentuk penam Pelayanan, dan Pres
Selain melak sekolah juga perlu melalui konsep 3P
UDAYA SEKOLAH DALAM SKEMA AAN 3P
engembangan budaya literasi, pemeri 1 Th. 2014 tentang acuan konseptual p
dan karakteristik satuan pendidikan m mengemban amanah sebagai sebuah pusa 5). Sebagai pusat kebudayaan, sekolah pe
itra penciri yang terlihat dari bentuk-b atunya adalah dengan mewujudkan GLS Selain mewujudkan citra budaya khasnya ujudkan budaya masyarakat setempat seba
udaya sekolah adalah salah satu k ra sekolah. Untuk mendukung pencitraan
nggara pendidikan yang berkualitas, s ri. Penciri sekolah adalah sesuatu y atu sekolah dengan sekolah lain secara pos s digali sesuai dengan kekayaan budaya
Penciri yang secara ajeg terlaksana dala lah pada gilirannya diharapkan untuk dapa ekolah. Penciri budaya sekolah haruslah b
sekolah khususnya mendukung kegiatan ri budaya inilah yang pada gilirannya m
mpilan sekolah dalam konsep pelaksanaa restasi / 3P sekolah (Dit. PSMA, 2015).
laksanakan penyelenggaraan pendidikan rlu untuk mewujudkan penciri dan bu 3P (Penampilan, Pelayanan, dan Prestasi
erintah melalui l pengembangan menuntut agar sat kebudayaan perlu berinovasi bentuk budaya LS sebagai ikon ya, sekolah juga ebagai salah satu
konsep dalam n positif sekolah , sekolah perlu yang mampu ositif. Penciri ini a masyarakat di alam kehidupan apat membudaya h bersifat positif an pembelajaran. menjadi bagian aan Penampilan,
Sekolah. Implement Ini bukan merupak masih terdapat s sebagaimana mestin yang turut mempen 2015).
Penampilan dengan penampilan dinilai secara langsu tertentu dari oran sekolah yang langsu aman, nyaman, ind sekolah yang “kea kotoran”, bebas asa 5S (senyum, sapa, sa
Penampilan dinilai secara lang menerus oleh selur utama bagi sekola Penampilan juga m meningkatkan citra tinggi bagi seluruh masing-masing (Dit dapat menyimpulka fisik material sepert seperti perilaku sisw
Memanfaatka penampilan sekolah
entasi 3P adalah upaya untuk mewujudkan akan hal baru di sekolah, tetapi kenyata
sekolah yang belum memperhatikan stinya. Bentuk budaya sekolah adalah sal pengaruhi citra sekolah di mata masyaraka
n fisik sekolah adalah segala sesuatu yang ilan dalam dan luar sekolah yang mudah
gsung, serta dapat menimbulkan respon a ang lain atau lingkungan sekelilingnya gsung dapat diamati, antara lain lingkunga indah, rapi, dan rindang. Sekolah yang eadaan lingkungannya bebas sampah , t asap rokok, dan seluruh warganya mener
, salam, sopan dan santun).
n sekolah merupakan cerminan citra diri ngsung oleh masyarakat yang harus d luruh warga sekolah. Penampilan dapat m olah sebagai nilai jual di masyarakat da menjadi satu bagian penting terkait me tra profesional serta memberi rasa kepercay ruh warga sekolah untuk mengekspresik Dit. PSMA, 2015). Dengan adanya paparan
lkan bahwa penampilan sekolah dapat dib erti sarana dan prasarana sekolah, dan fisi iswa.
tkan konsep pengembangan budaya se lah, sekolah dapat menetapkan dan men
an sekolah ideal. taannya saat ini n hal tersebut salah satu aspek akat (Dit. PSMA,
ng berhubungan dah diamati dan atau tanggapan ya. Penampilan gan yang bersih, g bersih berarti , tidak tercemar erapkan budaya
iri sekolah yang dibenahi terus t menjadi modal dan orang tua. membentuk dan cayaan diri yang sikan potensinya ran ini maka kita dibedakan dalam fisik nonmaterial
sebagai sebuah cag potensi lokal di dae setiap warganya ad daerahnya. Setiap s kesusastraan lisan d setiap keberadaan kemudian dituturk Hingga pada akh menjadikan setiap w lokal di daerahnya akan memiliki ruma
Konsep ini bergantung pada efektif untuk me mungkin penutur a kesusastraan lisan-bentuk citra / pena menjadi penciri kha
Tidak cukup kesempatan untuk kesusastraan lisan-penutur kesusastr mengimbanginya tertulis untuk mere Berbagai media tuli majalah dinding, pr diakses kapanpun d tentang kesusastraa
cagar budaya kesusastraan lisan-lokal. S aerahnya asing-masing, sekolah menjadi t adalah penutur aktif segala jenis kesusas p sekolah di setiap daerah pasti memiliki n di daerahnya. Sekolah perlu memetakan an mite, legenda dan dongeng diseki urkan dari generasi ke generasi di sek khirnya, tujuan utama kegiatan ini a p warga sekolah sebagai penutur aktif kesu ya sendiri. Dengan begitu, maka kesusastra
mah tinggal dan pengasuhnya sendiri. ni logis mengingat bentuk-bentuk sastra
a tuturan masyarakat pemiliknya. Maka elestarikannya adalah dengan mendid r aktif yang siap menyampaikan narasi-na
-lokal di daerahnya masing-masing. H enampilan nonmaterial yang dimiliki seko
has dari sekolah tersbebut.
up hanya pada bentuk nonmaterial, sekol uk menunjukkan diri sebagai sebuah
-lokal dalam bentuk material. Dengan a straan lisan-lokal di sekolah, maka s dengan menyediakan berbagai sumb erekam kesusastraan lisan-lokal dalam b ulis dapat digunakan oleh sekolah seperti prasasti, atau penyediaan laman-laman dig n dan oleh siapapun yang menginginkan in raan lisan-lokal di sekitar sekolah yang bers
. Sesuai dengan i tempat dimana sastraan lisan di iki berbagai jenis an dan merekan ekitarnya untuk ekolah tersebut. i adalah untuk susastraan lisan-straan lisan-lokal
stra lisan hidup aka, cara paling didik sebanyak narasi cerita dari Hal ini adalah ekolah dan akan
F. PENELITIAN BUDAYA LIT
Tahap-tahap Peneli
Untuk menc peneliti menetapka yaitu tahap penelu cerita pendek, pela budaya sekolah. Se dan diseminasi ha dipahami dari baga
Sedangkan s tahapan. Tahap pe melalui gambaran b
N CERITA LISAN-LOKAL DAN PENGE ITERASI DI SEKOLAH
elitian
ncapai target luaran penelitian yang tela kan empat tahapan secara umum dalam
lusuran cerita lisan-lokal, penyusunan bu elaksanaan gerakan literasi sekolah, dan Selanjutnya tahapan diakhiri dengan keg
hasil penelitian. Tahap penelitian secara gan berikut :
secara khusus, setiap tahapan di atas m penelurusan cerita dapat diterjemahkan n bagan berikut :
GEMBANGAN
telah ditetapkan, m penelitian ini, buku kumpulan dan pelaksanaan egiatan evaluasi ra umum dapat
Penyusunan menulis yang dapa berikut :
Pelaksanaan budaya literasi di bentuk-bentuk, ko Kegiatan berliterasi sekolah. GLS dilaku
Pelaksanaan menjadi penciri citr hal fiskal dan reka fiskal yang mewu infrastruktur berbas rekayasa sosial terh melakukan activity
an buku kumpulan cerita mencakup pat diterjemahkan secara jelas melalui ga
an gerakan literasi sekolah (GLS) untuk di UPT SDN Randusari Kota Pasuruan m
konteks, dan latar pelaksanaan kegiata asi digarapkan dapat dilakukan di setiap t
kukan dengan langkah-langkah berikut :
an GLS sebagi bentuk budaya sekolah yan itra sekolah dalam ranah penampilan meng kayasa sosial terhadap perilaku warga se wujudkan budaya sekolah adalah ada basis literasi seperti majalah dinding. Seda erhadap perilaku warga sekolah dapat dila
ity puchasing (sosialisasi dan pembekalan
up sub-tahapan gambaran bagan
uk mewujudkan n mengaju pada iatan berliterasi. p tempat di area
yang selanjutnya engacu pada sekolah. Hal-hal
dan keterampilan te teladan), habituate (penilaian), dan up adalah whole shc Dengan begitu, b dilaksanakan sebag oleh setiap warga se
Lokasi dan Subjek
Penelitian r Kelurahan Randusa penelitian terhada wilayah Kecamatan sekolah. Subjek pe adalah seluruh w penelitian cerita lisa termasuk di dalamn
Model dan Metode
Penelitian in Development (R&D
tentang kegiatan berliterasi), role modellin te (pembiasaan), monitoring (pemantaua upgrading activity (meningkatan aktivitas shchool programme (program menyelu budaya ini tidak akan berhenti, me agai budaya yang diturunkan dari genera
sekolah.
ek Penelitian
rencananya dilakukan di UPT SD usari Kecamatan Gadingrejo Kota Pasurua
dap sumber-sumber cerita lisan-lokal d tan Gadingrejo - Kota Pasuruan sesuai
penelitian pengembangan GLS dan bu warga beserta instansi sekolah. Seda lisan-lokal adalah seluruh warga Kecamat mnya adalah warga sekolah.
de Penelitian
ini menggunakang model pendekatan &D, Penelitian dan Pengembangan). Mod
lling (pemeranan uan), evaluating tas). Kegiatan ini eluruh sekolah). melainkan tetap erasi ke generasi
SDN Randusari ruan. Sedangkan l dibatasi pada ai dengan lokasi budaya sekolah dangkan subjek atan Gadingrejo
karena penelitian d fiskal maupun reka ini menggunakan m dan Semmel (19 pengembangan per metodik yaitu defin Indonesia, model i perancangan, penge
Pendefinisian kasus-kasus, analisi penelitian. Selanjut mengancang progra pengembangan dim dan ancangan pen adalah tahap pen pengembangan. Ad pengembangan ini d
Terkait setia berbeda-beda pen penelitian ini. Unt lokal, peneliti men cerita, penetapan transliterasi, pemba cerita utuh . Hasil bentuk transkripsi transkripsi inilai ya pendek.
dilakukan untuk mengembangkan sebua kayasa sosial. Model pendekatan R&D da model 4-D yang disarankan oleh Thiagar (1974). Model 4-D digunakan untu perangkat pembelajaran. Model ini terdir efine, design, develop, dan disseminate. D
l ini dapat diadaptasi dalam 4-P, yaitu gembangan, dan penyebar luasan.
ian dimaksudkan sebagai langkah dalam lisis kebutuhan, peluang, dan solusi terkait jutnya perancangan dilakukan untuk m gram dan produk penelitian yang akan dila
imaksudkan sebagai tahap pelaksanaan a enelitian dan produk yang akan dihasil enyebarluasan atau publikasi hasil p Adapun penafsiran dan identifikasi atas h ni disajikan dalam bentuk deskriptif kualita tiap langkah penelitian yang memiliki l eneliti menerapkan beberapa metode ntuk menggali sumber-sumber informas enetapkan langkah penelitian di antarany n narasumber, wawancara, perekaman bandingan data, penyelarasan cerita, dan sil akhir dari metode penelitian folklore li
si lengkap setiap cerita rakyat lisan-loka yang dikembangkan dalam bentuk produ
uah produk baik dalam penelitian garajan, Semmel, ntuk penelitian diri atas 4 tahap . Dalam bahasan tu pendefinisian,
am menjabarkan ait latar belakang merancang dan dilakukan. Tahap n atas rancangan asilkan. Terakhir penelitian dan s hasil penelitian litatif.
i luaran / hasil de riset dalam asi cerita lisan-nya : penetapan
Untuk mere menggunakan me determining (pene (mendesain rekaya (penyimpulan). Set siklus yang berkel rekayasa yang dihar menciptakan adany masyarakat baik d memperkenalkan, menginternalisasika Manipulasi ini dih psikis melalui peru (attitude) (CERT-UK
Data, Teknik Pengu
Pengumpula dengan teknik yan terdiri atas : 1) dat evaluasi pelaksanaa
erekayasa sosial terkait budaya berlit metode social analysis (analisis sosi enetapan masalah), desingning social yasa sosial), observation (observasi), d Setiap tahap metodik ini dilakukan dal kelanjutan dan dilakukan secara kontinu harapkan dapat tercapai. Metode di atas di anya rekayasa sosial yang merujuk pad
dalam kelompok maupun individual d
, memahamkan, menanamk
ikan suatu perilaku yang menjadi tujua iharapkan mampu mengubah masyaraka erubahan pemikiran (aptitude) dan perub
UK, 2015; Hadnagy, 2011; Osterloo, -).
gumpulan dan Analisis Data
lan data dalam penelitian ini dilakukan se ang disesuaikan dengan jenis data. Data data transkripsi cerita lisan lokal, 2) data naan GLM, dan 3) data observasi dan ev
rliterasi, penulis osial), problem ial engineering dan conclution dalam lingkaran inu hingga hasil dilakukan untuk ada manipulasi l dengan tujuan
kan, dan
juan perekayasa. akat baik secara ubahan perilaku
budaya dan penam maka penulis m wawancara, dan ev instrumen pengam panduan wawanca borang penilaian y perkembangan pela akan dapat meng pelaksanaan rekaya Desain Produk dan
Luaran pene kumpulan cerita p dan rangkaian prog perlu menentukan d Transkrip cerita lisa
Dari seluruh penelusuran denga penulis mendapatk Peneliti menargetk dikumpulkan. Bent lokal adalah cerit mungkin masih da Oleh karenanya pen (transkripsi), untuk bahasa Indonesia ( menggunakan bah keterangan judul,
ampilan sekolah. Untuk mendapatkan dat melakukan pengumpulan data denga evaluasi dan identifikasi. Observasi dilak amatan. Wawancara dilakukan denga cara terstruktur. Evaluasi dilakukan deng yang dilengkapi dengan indikator eval elaksanaan rekayasa sosial. Dari indikator ngidentifikasi problematika dan prakti yasa sosial.
an Rekayasa Sosial
enelitian ini adalah transkrip cerita lisa pendek, rangakaian kegiatan gerakan lit ogram penciri budaya sekolah. Untuk itu p n desain luaran penelitian tersebut.
lisan lokal
ruh ceria lisan lokal yang diperoleh me ngan jalan wawncara kepada beberapa tkan hasil wawancara berupa rekaman cer etkan lebih dari 10 cerita rakyat lisan ntuk bentuk cerita yang dapat dikategorik rita mite, dongeng, dan legenda. Has dalam bentuk lisan bahasa setempat (Jaw penulis akan menuliskan kembali teks dala
tuk selanjutnya diterjjemahkan kembali a (transliterasi). Dengan begitu produk t
ahasa Indonesia dan berisi cerita len l, sumber cerita, lokasi ditemukannya
data-data di atas ngan observasi, ilakukan dengan ngan instrumen engan instrumen valuasi terhadap tor inilah peneliti ktik baik pada
isan-lokal, buku literasi sekolah, u peneliti merasa
amanat, bentuk sit situs cerita.
Buku kumpulan ceri
Produk buku lokal yang telah d pendek yang dikem anak dikembangka Selain itu cerita ju sesuai isi cerita. S peerpustakaan untu siswa. Berikut conto
Cover depan belakang
Cover dalam (untuk s
situs yang menyertai cerita, dan foto na
cerita pendek
ku cerita pendek dikembangkan dari cer diperoleh pada luaran penelitian sebelu kembangkan adalah cerita ber-genre cerit
kan sesuai dengan gaya dan tingkat be juga dilengkapi dengan ilustrasi-ilustra . Selanjutnya buku-buku didistribusikan ntuk disimpan pada rak buku dan siap ntoh bentuk buku cerita pendek yang dikem
ng (sampul buku)
k setiap cerita)
narasumber dan
Isi cerita
Cover dalam, pada ser
(berisi ringkasan dan
Salah satu karakter ce
seriap akhir cerita
an informasi terkait situs atau cerita)
Program Sekolah B
Gerakan Lite menjadi SBL (Sekol seperangkat kegiata melalukan kegiatan kegiatan membaca, ckumpulan cerita y GLS yang dilaksan basis cerita lisan-lok kemungkinan agar
Logo Program Seko
Untuk mend berbudaya lisan. Lo dicanangkan oleh Budaya. Program http://cagarbudaya program ini tidak h
Berbudaya lisan
iterasi Sekolah (GLS) yang telah umum kolah Berbudaya Lisan). BLS dalam penelit
iatan yang dilakukan untuk membiasakan tan berliterasi. Kegiatan berliterasi yang ca, bercerita, dan menyimak cerita, meman a yang telah diproduksi sebelumnya. Ol sanakan utamanya diarahkan untuk berli
lokal. Meski begitu, kegiatan GLS ini tidak ar siswa berliterasi dengan topik-topik wac
ekolah Berbudaya Lisan
ndukung perwujudan program dibuatlah Logo SBL mengadopsi logi Program Cagar h Kemdikbud pada Program Sistem Re ram ini dapat dilihat dalam aya.kemdikbud.go.id. Harapan peneliti k hanya berguna bagi pengembangan kegia
m dikonversikan elitian ini adalah kan siswa dalam g dituju adalah anfaatkan buku Oleh karenanya, erliterasi dengan ak pula menutup acana yang lain.
melainkan juga me Pasuruan.
Program GL berikut :
1) Mempers literasi, u sebagai li 2) Melakuka
melaksan yang te sosialisasi dan cara dramatik. perangka pelaksana bahasa d adalah m keterlaksa karyawan minimal konsisten Target ini tahun. 3) Otoritas
dan penja 4) Melakuka secara be Kegiatan
mendukung program pelestarian budaya
LS dilakukan dengan melaksanakan bebe
ersiapkan bahan bacaan / wacana seb , utamanya cerita lisan-lokal yang telah i literasi wajib (bagi seluruh warga sekolah)
kan pelatihan bercerita bagi guru dan ka anakan kegiatan bercerita lisan mengguna tersedia. Pelatihan diarahkan untuk asi kegiatan, pemahaman fungsi dan tu ara bercerita dengan teknik membaca tik. Melalui kegiatan ini pula otoritas sekola
kat personil yang bertugas sebag anaan SBL, utamanya beranggotakan gu
dan budaya. Tugas pengelola pelaksa merencanakan dan memantau perkem ksanaan SBL di sekolah. Target GLS b
an adalah penguasaan guru dan ka al 2—5 cerita per-tahun untuk dihafalka
en diceritakan pada siswa dalam berbaga ini dapat ditingkatkan secara kondisional
s sekolah dan pengelola SBL melakukan njadwalan pelaksanaan program SBL.
kan kegiatan berliterasi di kelas. Kegia bertahap dengan urutan 4 kegiatan d an setelah kegiatan terakhir dilakukan, m
ya lokal di Kota
eberapa kegiatan
sebagai sumber ah dikumpulkan
ah).
karyawan untuk nakan buku teks k memberikan tujuan kegiatan, ca tekstual dan olah membentuk agai pengelola guru di bidang sanaan SBL ini kembangan dan bagi guru dan karyawan pada lkan dan secara agai kesempatan. al dari
tahun-ke-kan perencanaan
berliteras wacana y 5) Melakuka
pencerita. kegiatan belajar be kelas jug dan di lua 6) Melakuka kesempat Kegiatan turut-turu 7) Melakuka kesempat keberania dengan t dengan te yang ber disajikann dengan a hari ber tu kegiatan b 8) Otoritas s SBL mem dengan perkemba disampaik 9) Melakuka
sekolah.
asi dapat dilanjutkan mulai dari awal den a yang berbeda / bervariasi :
kan kegiatan berliterasi di kelas dengan ita. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari s n pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan ber turut-turut. Selain di pagi hari di dala uga bisa melakukan kegiatan ini setelah luar kelas (halaman atau taman di lingkung
kan kegiatan membaca di kelas dengan m atan untuk melakukan kegiatan “15 men an ini dilakukan setiap pagi selama 4 ha urut.
kan kegiatan berliterasi di kelas den atan siswa yang memiliki kemampuan, nian untuk bercerita di depan kelas un
teknik dramatik (bercerita sambil berek teks yang telah dipahaminya. Dalam keg ercerita dibebaskan untuk memilih ceri annya di depan kelas. Kegiatan ini dilakuk alokasi waktu 15 menit (1 pencerita/ ha r turut-turut. Setiap siswa diharapkan pern
n bercerita ini.
s sekolah, melalui peran kepala sekolah emantau perkembangan kegiatan berlite
menerima dan menginterpreta bangan, praktik baik, dan permas aikan oleh para guru kelas.
kan kegiatan berliterasi di perpustakaan d . Kegiatan berliterasi di perpustakaan d
engan jenis-jenis
an guru sebagai i saat mengawali an dalam 4 hari alam kelas, guru ah pembelajaran
ngan sekolah). n memberi siswa
enit membaca”. hari belajar ber
engan memberi n, kemauan, dan untuk bercerita rekspresi) sesuai egiatan ini siswa erita yang akan ukan setiap pagi hari) selama 2-4 ernah melakukan
h dan pengelola literasi di kelas etasi laporan asalahan yang
siswa sec melakuka sekolah. memanta pencatata kepada o yang tela kegiatan mengump 10) Melakuka antar kela bercerita dapat di seperti bu 11) Otoritas s kegiatan merencan kegiatan dilakukan wacana /
secara mandiri maupun terpandu. Secara m kan kegiatan berliterasi di perpustakaan d . Adapun guru dan karyawan hanya b tau dan mengamati kegiatan ini denga atan praktik baik dan permasalahan se
otoritas sekolah dan pegelola SBL. Beber elah terlatih untuk bercerita mungkin pu n bercerita di lingkungan sekolah, di luar mpulkan kelompok pendengar (siswa).
kan pekan literasi melalui pelaksanaan lom elas. Jenis lomba dapat berupa lomba me ta lisan, atau lomba menulis cerita. Lomb
dilaksanakan bertepatan dengan momen bulan bahasa atau hari pendidikan nasiona
s sekolah dan pengelola SBL melakukan n program SBL yang telah dilaksanak anakan pengembangan program pada p n berikutnya. Pengembangan progra kan untuk meningkatkan target kualitas a / teks.
a mandiri, siswa dan lingkungan bertugas untuk ngan melakukan sebagai laporan erapa karyawan pula melakukan ar kelas, dengan
lomba berliterasi meresensi cerita, ba ini mungkin entum tertentu nal.
Bercerita di kelas (gur
Siswa membaca di b
Program penciri bu
Selain prog pengembangan pe bentuk-bentuk peri warga sekolah kh terakomodir dalam direncanakan sebe perilaku warga seko sehari-hari di sekol budaya sekolah te Untuk itu, peneli
guru bercerita dan siswa bercerita)
i berbagai tempat
budaya
rogram GLS di atas, peneliti juga penciri budaya sekolah. Budaya sekol erilaku sosial positif yang secara ajeg d khususnya dalam hal berliterasi. Kegia lam pelaksanaan GLS. Program GLS belumnya adalah bentuk usaha untuk ekolah untuk membudyakan berliterasi dal kolah. Selain bentuk-bentuk perilaku berl termasuk pula citra penampilan sekolah eliti mengembangkan beberapa bentuk
pendukung budaya dinding, peta cerit budaya literasi dan benda pendukung b
Peta lokasi cerita lisan
Desain gapuran sekol
ya berliterasi di antaranya dengan mengad erita lisan-lokal, dan identitas sekolahs dan cerita lisan-lokal. Berikut beberapa
g budaya literasi di atas :
san-lokal pada situs makam ulama di Kota Pasu
kolah bertema Sekolah Berbudaya Lisan
gadakan majalah s sebagai cagar a desain
Jadwal Penelitian
Untuk mend penjadwalan kegiat
endukung penelitian, peneliti mengajuk iatan penelitian sebagai berikut :
enis Kegiatan 1 2 3 4 5 6
roposal dan Perijinan
osialisasi awal emetaan daerah
ogram
enelusuran cerita
arasumber)
ekonstruksi cerita ranslit-transkrip)
nalisis validitas cerita
creening konten
roduksi cerita utuh
engembangan cerpen engumpulan naskah
rpen
enyuntingan dan revisi dit isi, layout,
ustrasi, dan bahasa esain kemasan
roduksi buku mpulan cerita lisan-kal
ersiapan GLS enyediaan bahan terasi
erliterasi di kelas, rpustakaan, dan ngkungan sekolah valuasi dan
mantapan GLS enuju budaya sekolah osialisasi dan
mbekalan budaya terasi
emeranan teladan
embiasaan
emantauan valuasi budaya
kolah
eningkatan aktifitas
jukan ringkasan
7 8 9 10 11 12
G. PENGEMBAN LISAN-LOKA KOTA PASUR
Dalam riset filologi yakn buku cerita, mengembang cerita lisan-lo pengembang mengumpulk untuk dikem dalam buku lokal ini me pembudayaa dengan mem dan rekayasa Lisan dikem rekayasa mengembang lingkungann sebagai pen Sekolah men tempat peles hampir pu meninggalka
Kata kunci
lokal, penciri
Ada setidakn Pertama, progam p Pendidikan untuk m Kurikulum 2013 ( Kurikulum 2006. dikembangkan ber sekolah (GLS), pen sekolah sebagai pus
ANGAN BUDAYA LITERASI BERBASIS KAL SEBAGAI PENCIRI BUDAYA SDN K
URUAN (laporan penelitian)
et ini peneliti melakukan pengumpulan m kni cerita lisan-lokal, mengemas dalam ta, serta menggunakannya sebagai dasar angkan sebuah program budaya literasi b
lokal bertajuk Sekolah Berbudaya Lisan. ngan metode etnografi dan filologi ulkan data-data cerita lisan-lokal di sekitar emas dalam bentuk tertulis berwujud ceri ku bergambar. Buku cerita berbasis cerit
menjadi dasar pewujudan pengembang aan program aktivitas berliterasi yang dil emadukan metode penelitian pengemban asa sosial. Program bertajuk Sekolah Ber embangkan untuk menciptakan role
aktivitas sosial bagi sekolah angkan perilaku budaya literasi lis
nnya, sekaligus menjadikan cerita lisan enciri khas yang harus dijaga keberad
enjadi pusat kebudayaan bercerita lisan se elestarian bentuk-bentuk cerita lisan-loka punah karena masyarakat modern lkan budaya bercerita lisan tradisional.
: pengembangan, budaya literasi, cerit iri budaya
aknya empat aspek yang melatarbelakangi pemerintah Republik Indonesia melalui k mengembangkan sistem kurikulum bar (K13) untuk menggantikan kurikulum . Kedua, adanya beberapa muatan kur bersama K13 yakni pengembangan ge pendidikan karakter, pengembangan keb usat kebudayaan. Ketiga, pudarnya buday
IS CERITA N KEBONSARI
n material tar sekolah erita anak rita lisan-ngan dan
rita
perilaku mendonge Keempat, hilangny Indonesia.
Sejak digau menggantikan kur Indonesia banyak diujicobakan, direv untuk meningkatk literasi, dan pengem paling menonjol un
Sekilas tenta Gerakan Literasi di diawali oleh Ger Pendidikan dan Baswedan meluncu Pekerti” dengan m DKI Jakarta sebag Pengembangan GL 2015 tentang Penum
GLS adalah g pekerti sebagaiman dan Kebudayaan N gerakan tersebut ad sebelum waktu b menumbuhkan m keterampilan mem baik. (Dirjen Pend Dirjen Pendidikan
geng dan bercerita lisan dalam masyara nya berbagai bentuk folklore lisan dalam
gaungkannya kurikulum baru 2013 kurikulum 2006 (KTSP2006), sistem p ak berbenah. Sejak 2013, kurikulum b revisi, dan dimuati oleh berbagai terob tkan mutu pendidikan. Pendidikan kar embangan kebudayaan menjadi muatan ta untuk dikembangkan pada kurikulum 2013 ntang Gelaran Literasi Sekolah (GLS), W di Indonesia telah digulirkan sejak 2015 ole
erakan Literasi Sekolah (GLS) oleh Kebudayaan. Secara simbolis, Mend ncurkan GLS dengan tema “Bahasa Pen menyerahkan buku paket bacaan untuk
agai bahan awal kegiatan literasi, Agus GLS didasarkan pada Permendikbud Nom
umbuhan Budi pekerti (Litbang Kemdikbud h gerakan yang memperkuat gerakan penu ana dituangkan dalam Peraturan Mente Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegia adalah kegiatan 15 menit membaca buku belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksa
minat baca peserta didik serta embaca agar pengetahuan dapat dikuasa
ndidikan Dasar & Menengah Kemendikb n Dasar dan Menengah Kemendikbud (2
rakat Indonesia. lam masyarakat
(K13) untuk pendidikan di baru ini terus obosan strategis arakter, budaya tambahan yang 013.
paparan ini dapat d mampu mewadahi konsentrasi pendidi Unsur kebud kurikulum. Salah s penyelenggara pen material budaya da kita ketahui, Indon dan adat-istiadat tra untuk menjadi pel unsur budaya terse melalui Permendi pengembangan ko menuntut agar sek pusat kebudayaan perlu berinovasi ag bentuk budaya sek sebagai ikon buday sekolah juga perlu sebagai salah satu c
Pada sisi lain tentang budaya lisa Indonesia, budaya Budaya bercerita keluarga, kegiatan anak-anak atau me seringkali menjadi menyampaikan ajar
t disimpulkan kemudian bahwa gerakan l hi tujuan penumbuhan budi pekerti yang idikan karakter.
udayaan turut dikembangkan bersama p h satunya dengan memperkuat peran se pendidikan untuk mengemban amana dan kearifan lokal masyarakat Indonesia onesia adalah negara yang kaya akan rag tradisional. Pada gilirannya sekolah dihar pelindung, pelestari, dan pusat pengemb rsebut. Selain pengembangan budaya litera dikbud 61 Th. 2014 tentang acuan kondisi sosbud dan karakteristik satua sekolah mampu mengemban amanah se n (Dit. PSMA, 2015). Sebagai pusat kebuda agar memiliki citra penciri yang terlihat ekolah. Salah satunya adalah dengan mew
aya sekolah. Selain mewujudkan citra bu rlu untuk mewujudkan budaya masyara u ciri khasnya.
lain di luar pendidikan, namun masih ber lisan masyarakat Indonesia. Pada masyara lisan berkembang dalam bentuk kegia a dilakukan untuk berbagai tujuan. D n bercerita biasa dilakukan untuk menga mengisi waktu luang. Selain itu kegiatan
di wahana para orang tua dan pemuka jaran-ajaran normatif budaya, adat, dan kea
n literasi sekolah ng juga menjadi
pengembangan sekolah sebagai nah pelestarian sia. Seperti yang ragam suku, ras, arapkan mampu mbangan unsur-erasi, pemerintah uan konseptual uan pendidikan sebagai sebuah udayaan, sekolah hat dari
bentuk-ewujudkan GLS budaya khasnya, arakat setempat
berkaitan, adalah rakat tradisional giatan bercerita. Di lingkungan ngantarkan tidur an bercerita juga ka agama untuk
Budaya berc dunia digital (Rok kemajuan dunia d Dewasa ini masyar dan secara digita terdekat, terlebih un Budaya bercerita d akan pentingnya ko rumah baik secara akan menimbulkan Kedekatan inilah ce nilai-nilai kehidupa karakter positif dan yang harus dilaku lingkup keluarga. H bercerita mulai ditin Ketika buday akan turut hilang. dan budaya” pada d kurangnya pajanan dalam kehidupan secara fisik dan em kehilangan kelekata orang lain di luar k merasa dirinya lep Selebihnya, remaja terkendali dan terba
ercerita mulai ditinggalkan dengan adan okhmawan, 2015). Budaya ini mulai l digital dan modernisasi alat komuni yarakat lebih memilih untuk berkomunik ital. Bentuk-bentuk komunikasi lisan d
untuk sekadar bercerita mulai dianggap m ditinggalkan karena rendahnya kesadara kontak langsung dengan anak-anak dala ra fisik maupun lisan. Kontak fisik dan lis an kedekatan secara batin antara anak d celah orang tua untuk menanamkan karak pan pada anak. Maka, kegiatan bercerita d dan nilai-nilai kehidupan adalah salah sat
kukan dan efektif untuk mendidik ana . Hilangnya kesadaran akan hal ini menyeb itinggalkan oleh sebagian besar keluarga. daya bercerita mulai ditinggalkan, maka f g. Anak-anak akan memiliki “kekaburan i a dirinya akibat tidak dapat mengidentifik an konsep mengenai budayanya. Secara s n keluarga anak-anak tidak memiliki ke emosional dengan orang tuanya. Selanj
atan dengan orang tua, menciptakan kele r keluarga (yang mungkin negatif), dan lam lepas dan perlu melepaskan diri dari ika ja akan hidup dengan dunia diluar secar rbatasi.
danya kemajuan i luntur seiring nikasi nirkabel. nikasi jarak jauh dengan orang p membosankan. aran masyarakat alam lingkungan lisan inilah yang k dan orang tua. rakter positif dan a dengan konten satu hal penting nak-anak dalam ebabkan budaya
Selain masal dalam membangun cerita lisan-lokal ya yang dimaksud ada Selama ini, mungk seperti cerita nusan diakses melalui me cerita rakyat, anak-Kundang daripada ini terancam pun menuturkannya. Se terkalahkan dengan dapatkan dari telev dan komik.
Dalam kont Pasuruan, peneliti m kiai (pemuka agam belum banyak diket lisan lokal ini hidu berbagai kesempata bersangkutan, kegia hari masyarakat set temurun memberik amanah inilah ya pemahaman genera lokal, dan karakter sekali lagi cerita-ce masyarakat tidak la
salah pada budaya bercerita yang sang un budaya literasi, penulis juga menyoroti yang terancam punah (Rokhmawan, 2016 adalah mite, legenda, dan dongeng (Bascom
gkin anak-anak hanya banyak mengenal antara atau animasi yang telah dikenal lu media internet dan televisi. Kalaupun ada
-anak lebih tahu tentang cerita nusantara da cerita lisan di daerahnya sendiri. Sastra l unah karena masyarakat sudah tidak Selain itu, ketertarikan anak-anak terhadap gan berbagai cerita lain yang dengan m levisi, internet, atau buku bacaan modern
nteks wilayah lokal di sekitar SD Keb ti menemukan beberapa bentuk sastra lisan
ma Islam) dan beberapa legenda dan dong ketahui oleh masyarakat di luar daerah in
idup secara lisan dalam masyarakat, diu atan seperti acara keagamaan, haul tokoh giatan mengaji sehari-hari, atau dalam keh
setempat. Melalui cerita inilah masyaraka rikan petuah amanah tersirat melalui isi yang pada gilirannya turut memban erasi ke generasi terhadap norma-norma ter diri dan masyarakat yang baik. namu
cerita ini sedang mengalami krisis pen lagi memiliki komitmen untuk terus menu
ngat diperlukan oti permasalahan 16). Cerita lisan com W. (., 1965). al cerita tertentu luas dan mudah da cerita lisan / ara seperti Malin ra lisan-lokal saat ak lagi sering ap cerita ini pun mudah mereka ern seperti novel
ebonsari Kota san seperti cerita ongeng lain yang ini. Cerita-cerita diujarkan dalam koh agama yang ehidupan
sehari-kat secara turun isi cerita. Petuah angun kualitas a adat, kearifan mun sayangnya, penutur, dimana
Dengan adan perlu adanya usaha SD Kebonsari Kota jalan solutif bagi usa hidup dalam kelisan akhir penelitian u paket program. Me peneliti memuncul umum pembudaya mewujudkan sebua ikon penciri SD Keb peneliti tertarik “Pengembangan B Penciri Budaya SDN
Metode
Luaran pene penelitian terhadap hasil proyek penge lokal. Tahap-tahap saran Spradley (19 folklore / cerita lis Semmel, & Semm program dan rekaya
Untuk menca tahapan secara um cerita lisan-lokal bergambar, dan 2)
danya fakta dan permasalahan di atas, p ha-usaha untuk turut mewujudkan geraka ota Pasuruan. Usaha-usaha ini pula yang usaha pelestarian cerita lisan-lokal yang sel isanan masyarakat di sekitarnya. Peneliti m untuk melaksanakan kegiatan berliteras Melalui rangkaian program kegiatan berli culkan cerita lisan-lokal sebagai objek l ayaan berliterasi berbasis cerita lisan-lo uah budaya sekolah yang pada gilirannya ebonsari Kota Pasuruan. Untuk mewujudk untuk menetapkan sebuah penelit Budaya Literasi berbasis Cerita
Lisan-DN Kebonsari Kota Pasuruan”
enelitian ini terbagi dalam dua bentuk y ap beberapa cerita lisan-lokal di sekitar s gembangan budaya literasi sekolah berbas ap penelitian untuk masing-masing luar (1997) dan Dananjaja (2002) untuk luar lisan-lokal, dan saran Osterloo (2008) dan
mel (1974) untuk luaran penelitian p ayasa sosial.
ncapai target luaran penelitian, peneliti me mum dalam penelitian ini, yaitu 1) tahap l dan penyusunan buku kumpulan c
2) pelaksanaan gerakan literasi sekolah
, peneliti merasa kan berliterasi di ng akan menjadi selama ini hanya memiliki tujuan rasi dalam satu rliterasi ini pula literasi. Secara lokal ini dapat ya akan menjadi dkan ide-ide ini, elitian bertajuk -Lokal sebagai
k yakni 1) hasil r sekolah dan 2) basis cerita lisan-uaran mengikuti uaran penelitian dan Thiagarajan, pengembangan
tahapan diakhiri penelitian.
Penelusuran metode penelitian e yakni : menemukan transkripsi, translite validasi cerita mel utuh sesuai deng melengkapi sajian literasi sekolah mel sebuah program be program, pelatihan lisan di berbagai su cerita lisan-lokal yan
Pelaksanaan sekolah selanjutny penampilan menga perilaku warga seko adalah adanya ber dinding. Sedangka sekolah dapat dila social engineering activity puchasing keterampilan tenta teladan), habituate (penilaian), dan up adalah whole shc Dengan begitu, b
ri dengan kegiatan evaluasi dan dis
an cerita melalui sub tahap yang dikem n etnografi (Spradley, 1997) dan filologi (D kan sumber cerita, menggali informasi cer
literasi dari bahasa daerah ke dalam bah elalui proses perbandingan sumber, me ngan struktur (scaffolding) teks prosa n cerita dengan ilustrasi gambar. Pelaksa
elalui sub tahap merencanakan kegiatan d bertajuk “Sekolah Berbudaya Lisan (SBL an guru dan siswa model, dan pembias sudut sekolah dengan memanfaatkan bu yang telah disusun sebelumnya.
an gerakan literasi bertajuk SBL sebagi b tnya menjadi penciri citra sekolah
gacu pada hal-hal fiskal dan rekayasa so ekolah. Hal-hal fiskal yang mewujudkan b berbagai infrastruktur berbasis literasi se
kan bentuk penngondisian terhadap pe ilakukan dengan melakukan metode reka (Osterloo,2008). Metode rekayasa sos ing (sosialisasi dan pembekalan peng tang kegiatan berliterasi), role modellin te (pembiasaan), monitoring (pemantaua upgrading activity (meningkatan aktivitas shchool programme (program menyelu budaya ini tidak akan berhenti, me
iseminasi hasil
embangkan dari (Dananjaja, 2002) cerita, merekam, ahasa Indonesia, menyusun cerita sa naratif, dan ksanaan gerakan n dan menyusun SBL)”, sosialisasi iasaan berliterasi buku kumpulan
dilaksanakan sebag oleh setiap warga se
Secara umum penelitian dan pe dengan model 4-D Semmel (1974). Mo perangkat pembela define, design, de model ini dapat dia pengembangan, dan Penelitian p Pasuruan, Jawa Tim tajuk Sekolah Ber anggota masyaraka yang digunakan te terbatas pada lingku
Diskusi
Penelitian ini pengemasan cerita gerakan literasi di dalam empat hal ya cerita lisan-lokal, 2 cerita lisan-lokal, 3) kiat-kiat pembuday Dalam riset i antaranya : 1) Kiai S Ayu Beri, 3) Kebaik 5) Sandal Kiai Ham
agai budaya yang diturunkan dari genera sekolah.
um seluruh kegiatan riset berpedoman pad pengembangan (Research and Develop
D yang disarankan oleh Thiagarajan, Model 4-D digunakan untuk penelitian p
elajaran. Model ini terdiri atas 4 tahap develop, dan disseminate. Dalam bahas diadaptasi dalam 4-P, yaitu pendefinisian, dan penyebar luasan.
pengembangan dilakukan di SD Ke imur, Indonesia. Pengembangan gerakan l erbudaya Lisan (BLS) dilakukan menc akat di dalam sekolah. Sedangkan sumb terkumpul dari tuturan masyarakat di se gkup wilayah kota Pasuruan.
ini menghasilkan dua luaran umum yakni ita lisan-lokal dan 2) penerapan dan di sekolah. Kedua luaran ini dapat dijaba
yang perlu dijelaskan dan didiskusikan ya , 2) bentuk buku cerita anak yang dikem , 3) bentuk penerapan gerakan literasi di s
ayaan gerakan literasi di sekolah.
et ini peneliti berhasil mengembangkan 10 ai Sepuh dan Pedagang Nangka, 2) Mbah S
aikan Hati Mbah Dacim, 4) Mbah Darim d mid, 6) Mbah Salim dan Jin Penunggu Sun
erasi ke generasi
pada pendekatan lopment /R&D) n, Semmel, dan pengembangan p metodik yaitu asan Indonesia, an, perancangan,
Kebonsari, Kota n literasi dengan ncakup seluruh ber cerita lisan i sekitar sekolah,
ni 1) bentuk dan n pembudayaan abarkan kembali yakni : 1) bentuk embangkan dari i sekolah, dan 4)