• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar Penelitian dan Pengembangan Ce

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Ajar Penelitian dan Pengembangan Ce"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

A. ISU PENGEM LISAN LOKA

Gerakan Lit mutu pendidikan m dan kurikulum nasi sekolah juga ditunt sekolah sesuai den masyarakat di seki pelestarian folklore yang direncanakan GLS dan Budaya Se

MBANGAN GERAKAN LITERASI DAN AL DI SEKOLAH

Literasi Sekolah (GLS) menyertai isu-isu melalui program pengembangan kurikulu asional. Selain mewujudkan masyarakat “m

ntut untuk dapat mencitrakan budaya da engan ciri masyarakat di sekitarnya. T ekitar sekolah, peneliti menyoroti permas

re sastra lisan-lokal, khususnya di wilayah an menjadi subjek penelitian. Fakta dan Sekolah.

AN BUDAYA

(4)

Wacana tent sejak 2015 oleh pem oleh Kementerian Mendikbud Anies Penumbuh Budi Pe 20 sekolah di DKI 2015 lalu. Pengemb Tahun 2015 tentan 2015).

GLS adalah g pekerti sebagaiman dan Kebudayaan N gerakan tersebut ad sebelum waktu b menumbuhkan m keterampilan mem baik. (Dirjen Pend Dirjen Pendidikan D

Salah satu je menciptakan buday minat untuk mem kementerian pendid umum dari amanat insan dan ekosistem dilandasi selamat adalah agar pes menjadikannya keb

entang Gerakan Literasi di Indonesia tel emerintah, diawali oleh Gerakan Literasi an Pendidikan dan Kebudayaan. Sec es Baswedan meluncurkan GLS dengan

Pekerti” dengan menyerahkan buku paket I Jakarta sebagai bahan awal kegiatan lit bangan GLS didasarkan pada Permendikb tang Penumbuhan Budi pekerti (Litbang

h gerakan yang memperkuat gerakan penu ana dituangkan dalam Peraturan Mente Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegia adalah kegiatan 15 menit membaca buku belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksa

minat baca peserta didik serta embaca agar pengetahuan dapat dikuasa

ndidikan Dasar & Menengah Kemendikb n Dasar dan Menengah Kemendikbud (2), 2

jenis GLS yang dapat dilaksanakan di s aya membaca dalam kegiatan di sekolah. embaca pada siswa diamantkan pemer didikan dalam Permendikbud No.23 Tahun

at pembudayaan membaca ini adalah untu tem pendidikan dan kebudayaan yang be t gotong royong. Secara khusus tujuan eserta didik memiliki kegemaran m ebiasaan serta gaya hidup.

telah digulirkan si Sekolah (GLS) Secara simbolis, n tema “Bahasa ket bacaan untuk literasi, Agustus ikbud Nomor 21 ang Kemdikbud,

enumbuhan budi nteri Pendidikan giatan di dalam ku nonpelajaran ksanakan untuk meningkatkan asai secara lebih ikbud (1), 2016; ), 2015).

(5)

Penumbuhan mencanangkan pro Darma, dalam sajia Budi Pekerti dan Pe menyebutkan bahw bentuk kegiatan m kegiatan menulis (D Selain peng Permendikbud 61 kondisi sosbud da sekolah mampu me (Dit.PSMA, 2015). agar memiliki citr sekolah. Salah satu budaya sekolah. Se perlu untuk mewuj ciri khasnya

Selain melak sekolah juga perlu melalui konsep 3P Sekolah. Implement Ini bukan merupak masih terdapat s sebagaimana mestin yang turut mempen 2015).

Memanfaatka penampilan sekolah

an minat baca salah satunya dapat dilaksa rogram membaca 15 menit setiap hari di s jian Sosialisasi Bansos Guru SMA bertajuk Pengembangan Literasi di Hotel Sunan So ahwa selain mengembangkan budaya l membaca setiap sekolah juga dapat me

(Dharma, 2015).

engembangan budaya literasi, pemeri 1 Th. 2014 tentang acuan konseptual p

dan karakteristik satuan pendidikan m mengemban amanah sebagai sebuah pusa ). Sebagai pusat kebudayaan, sekolah pe itra penciri yang terlihat dari bentuk-b atunya adalah dengan mewujudkan GLS Selain mewujudkan citra budaya khasnya ujudkan budaya masyarakat setempat seba

laksanakan penyelenggaraan pendidikan rlu untuk mewujudkan penciri dan bu 3P (Penampilan, Pelayanan, dan Prestasi entasi 3P adalah upaya untuk mewujudkan akan hal baru di sekolah, tetapi kenyata

sekolah yang belum memperhatikan stinya. Bentuk budaya sekolah adalah sal pengaruhi citra sekolah di mata masyaraka

tkan konsep pengembangan budaya se lah, sekolah dapat menetapkan dan men

ksanakan dengan di sekolah. Satria juk Penumbuhan Solo (12/8/2015) literasi dalam mengembangkan

erintah melalui l pengembangan menuntut agar usat kebudayaan perlu berinovasi bentuk budaya LS sebagai ikon ya, sekolah juga ebagai salah satu

an sepenuhnya, budaya sekolah asi) dan Budaya an sekolah ideal. taannya saat ini n hal tersebut salah satu aspek akat (Dit. PSMA,

(6)

sebagai sebuah cag potensi lokal di d dimana setiap warg lisan di daerahnya.

Setiap sekol kesusastraan lisan d setiap keberadaan kemudian dituturk Hingga pada akh menjadikan setiap w lokal di daerahnya akan memiliki rum mengingat bentuk-masyarakat pemilik adalah dengan me menyampaikan na daerahnya masing nonmaterial yang d sekolah tersebut.

Tidak cukup kesempatan untuk kesusastraan lisan-penutur kesusastr mengimbanginya tertulis untuk mere Berbagai media tuli majalah dinding, pr

cagar budaya kesusastraan lisan-lokal. S i daerahnya masing-masing, sekolah m

arganya adalah penutur aktif segala jenis

olah di setiap daerah pasti memiliki b n di daerahnya. Sekolah perlu memetakan an mite, legenda dan dongeng diseki urkan dari generasi ke generasi di sek khirnya, tujuan utama kegiatan ini a p warga sekolah sebagai penutur aktif kesu ya sendiri. Dengan begitu, maka kesusastra

mah tinggal dan pengasuhnya sendiri. Ko -bentuk sastra lisan hidup bergantung iliknya. Maka, cara paling efektif untuk m mendidik sebanyak mungkin penutur ak

narasi-narasi cerita dari kesusastraan ng-masing. Hal ini adalah bentuk citra

g dimiliki sekolah dan akan menjadi pen

up hanya pada bentuk nonmaterial, sekol uk menunjukkan diri sebagai sebuah

-lokal dalam bentuk material. Dengan a straan lisan-lokal di sekolah, maka s dengan menyediakan berbagai sumb erekam kesusastraan lisan-lokal dalam b ulis dapat digunakan oleh sekolah seperti prasasti, atau penyediaan laman-laman dig

. Sesuai dengan menjadi tempat nis kesusastraan

i berbagai jenis an dan merekan ekitarnya untuk ekolah tersebut. i adalah untuk susastraan lisan-straan lisan-lokal Konsep ini logis ng pada tuturan melestarikannya aktif yang siap n lisan-lokal di a / penampilan enciri khas dari

(7)

diakses kapanpun d tentang kesusastraa

Usaha menci citra sekolah akan masyarakat akan l dikarenakan adany sekolah cagar buda pulau terlampaui, kesusastraan lisan-mampu menarik m tersebut.

Citra sekola untuk menilai k meningkatkan kuali

Dalam konte besar bagi siswa berliterasi mereka mengembangkan k sekolah. Pembangu mencoba untuk m sedang merintis pe gerakan yang cep tuntutan standar masyarakat di seki konsep-konsep baru Usaha sekola lebih luas, masya rendahnya budaya

n dan oleh siapapun yang menginginkan in raan lisan-lokal di sekitar sekolah yang bers

nciptakan nuansa budaya kesusastraan lisa n turut terbangun di mata masyarakat. D n lebih mudah mengenal sekolah yang

nya penciri khas dari sekolah tersebut, daya kesusastraan lisan-lokal. Sekali me ui, sekaligus turut serta dalam usaha

-lokal, sekolah memiliki ciri pencitraan minat siswa untuk datang dan turut bela

lah tentu menjadi salah satu tolak uku keberhasilan dan inovasi kreatif se alitas proses pembelajarannya.

nteks Sekolah, peneliti melihat adanya kes a di sekolah untuk dapat mengemban eka. Sekolah saat ini sedang seca kualitasnya baru melalui pembangunan gunan perpustakaan ini diwujudkan setela mengadu kualitas dengan sekolah-seko pengembangan kualitas di bidang adiw epat dan tepat, sekolah sedang berusah ar terbaik pelaksanaan layanan pen

ekitarnya. Maka selanjutnya, sekolah me aru untuk membangkitkan budaya dan citr olah ini bukan tanpa alasan. Dari sudut p syarakat dapat dikatakan mengalami

ya literasi pada masyarakat dapat diliha

informasi cerita ersangkutan. lisan-lokal dalam

. Dengan begitu, g bersangkutan t, yaitu adanya mendayung, dua ha melestarikan an khusus yang elajar di sekolah

kur masyarakat sekolah dalam

esempatan yang angkan budaya ecara bertahap an perpustakaan elah sebelumnya kolah lain yang iwiyata. Dengan saha memenuhi endidikan bagi mengembangkan

(8)

kunjungan pada p kunjungan masyara tahun 2013. Artinya (194.168 jiwa) yang 2015).

Dari pengam menemukan bebera kegiatan berliterasi ketertarikan yang b dengan keajegan be saat-saat istirahat d memiliki ketertarik ini merupakan awa bangunan perpusta berarti siswa men kegiatan berliterasi. kualitas dan kualit nonmapel yang ma pengetahuan yang l

perpustakaan umum. Di Kota Pasuru arakat ke perpustakaan hanya 199/bulan ya, hanya 0.10% dari seluruh populasi di ng mengunjungi perpustakaan kota (BPS K

amatan peneliti pada kondisi sekolah saa erapa kekuatan dan permasalahan terkai asi di sekolah. Peneliti melihat bahwa si besar terhadap kegiatan berliterasi. Hal in beberapa siswa meramaikan perpustakaan t dan jam bebas belajar. Meski masih belum rikan terhadap kegiatan berliterasi di perp walan yang baik bagi sebuah sekolah yang

stakaan tersendiri. Memiliki bangunan endapatkan banyak kesempatan untu si. Secara bertahap, sekolah mengupayakan alitas buku-buku yang tersedia, khususny mampu membantu melepaskan siswa dar

g luas di luar pelajaran yang diterimanya s

uruan misalnya, lan pada kurun di tahun tersebut S Kota Pasuruan,

(9)
(10)

B. ISU FENOME LISAN-LOKA

Kegiatan me masyarakat sejak la Kita mungkin masih orang tua sebelum tujuan. Di lingkung mengantarkan tidu kegiatan bercerita pemuka agama un adat, dan keagamaa

Budaya berc dunia digital. Buda modernisasi alat memilih untuk be bentuk komunikasi bercerita mulai dia karena rendahnya langsung dengan a maupun lisan. Kon kedekatan secara ba orang tua untuk m pada anak. Maka, k nilai-nilai kehidupa dan efektif untuk m Hilangnya k mulai ditinggalkan mulai ditinggalkan

ENA MEMBACA DAN BERCERITA SA KAL

embaca nyaring atau membacakan pun te lama dan telah menjadi bagian dari buda

sih ingat kegiatan membaca yang dilakuka um tidur. Budaya bercerita dilakukan u

ngan keluarga, kegiatan bercerita biasa dil idur anak-anak atau mengisi waktu lua

a juga seringkali menjadi wahana para o untuk menyampaikan ajaran-ajaran norm aan.

ercerita mulai ditinggalkan dengan adan daya ini mulai luntur seiring kemajuan dun t komunikasi nirkabel.Dewasa ini mas

berkomunikasi jarak jauh dan secara di asi lisan dengan orang terdekat, terlebih u dianggap membosankan. Budaya bercerita

ya kesadaran masyarakat akan pentin anak-anak dalam lingkungan rumah ba ontak fisik dan lisan inilah yang akan batin antara anak dan orang tua. Kedekat menanamkan karakter positif dan nilai-ni a, kegiatan bercerita dengan konten karak

pan adalah salah satu hal penting yang ha mendidik anak-anak dalam lingkup keluar kesadaran akan hal ini menyebabkan bu an oleh sebagian besar keluarga. Ketika bu an, maka fungsinya pun akan turut hilan

SASTRA

telah dilakukan daya keseharian. kan oleh banyak untuk berbagai dilakukan untuk uang. Selain itu a orang tua dan ormatif budaya,

danya kemajuan dunia digital dan asyarakat lebih digital. Bentuk-h untuk sekadar rita ditinggalkan tingnya kontak baik secara fisik n menimbulkan atan inilah celah nilai kehidupan akter positif dan harus dilakukan uarga.

(11)

akan memiliki “ke akibat tidak dapa konsep mengenai bu

Secara sosiop memiliki kedekatan Selanjutnya, remaja kelekatan dengan o lambat laun akan m ikatan keluarga. Se secara bebas, tidak t

Selain masal dalam membangun cerita lisan-lokal ya yang dimaksud ad Selama ini, mungk seperti cerita nusan diakses melalui me cerita rakyat, anak-Kundang daripada ini terancam pun menuturkannya. Se terkalahkan dengan dapatkan dari telev dan komik.

Dalam kon menemukan bebera agama Islam) dan b diketahui oleh mas

kekaburan identitas sosial dan budaya” pat mengidentifikasi diri karena kuran i budayanya.

iopsikologis dalam kehidupan keluarga an tan baik secara fisik dan emosional dengan aja kehilangan kelekatan dengan orang tua

orang lain di luar keluarga (yang mungki n merasa dirinya lepas dan perlu melepa Selebihnya, remaja akan hidup dengan

k terkendali dan terbatasi.

salah pada budaya bercerita yang sang un budaya literasi, penulis juga menyoroti yang terancam punah (Rokhmawan, 2016 adalah mite, legenda, dan dongeng (Bas gkin anak-anak hanya banyak mengenal antara atau animasi yang telah dikenal lu media internet dan televisi. Kalaupun ada

-anak lebih tahu tentang cerita nusantara da cerita lisan di daerahnya sendiri. Sastra l unah karena masyarakat sudah tidak Selain itu, ketertarikan anak-anak terhadap gan berbagai cerita lain yang dengan m levisi, internet, atau buku bacaan modern

onteks wilayah lokal di Kota Pasur erapa bentuk sastra lisan seperti cerita n beberapa legenda dan dongeng lain yang

asyarakat di luar daerah ini. Cerita-cerita

a” pada dirinya angnya pajanan

anak-anak tidak an orang tuanya. tua, menciptakan kin negatif), dan paskan diri dari an dunia diluar

ngat diperlukan oti permasalahan 016). Cerita lisan ascom W.,1965). al cerita tertentu luas dan mudah da cerita lisan / ara seperti Malin ra lisan-lokal saat ak lagi sering ap cerita ini pun mudah mereka ern seperti novel

(12)

hidup secara lisa kesempatan seper bersangkutan, kegia hari masyarakat set temurun memberik amanah inilah ya pemahaman genera lokal, dan karakter sekali lagi cerita-ce masyarakat tidak la

Dengan adan perlu adanya usaha UPT SDN Kebonsa menjadi jalan soluti ini hanya hidup d adanya berbagai pe berniat melaksanak (berbicara / bercer budaya literasi da karyawan).

Melalui ran memunculkan ceri pembudayaan berli sebuah budaya sek penyelenggaraan pe

Memanfaatka penampilan sekolah

isan dalam masyarakat, diujarkan da erti acara keagamaan, haul tokoh giatan mengaji sehari-hari, atau dalam keh

setempat. Melalui cerita inilah masyaraka rikan petuah amanah tersirat melalui isi yang pada gilirannya turut memban erasi ke generasi terhadap norma-norma ter diri dan masyarakat yang baik. namu

cerita ini sedang mengalami krisis pen lagi memiliki komitmen untuk terus menu

danya fakta dan permasalahan di atas, p hausaha untuk turut mewujudkan gerakan nsari Kota Pasuruan. Usaha-usaha ini pu

utif bagi usaha pelestarian cerita lisan-loka dalam kelisanan masyarakat di sekita peluang terkait pelaksanaan GLS di sekola nakan kegiatan menulis, membaca, dan

cerita) dalam satu paket program untu dalam diri seluruh warga sekolah (sisw

angkaian program kegiatan GLS ini erita lisan-lokal sebagai objek literasi. rliterasi berbasis cerita lisan-lokal ini dapa ekolah yang pada gilirannya akan menjad pendidikan di UPT SDN Randusari Kota P tkan konsep pengembangan budaya se lah, sekolah dapat menetapkan dan men

dalam berbagai agama yang ehidupan

sehari-kat secara turun isi cerita. Petuah angun kualitas a adat, kearifan mun sayangnya, penutur, dimana

nuturkannya.

, peneliti merasa kan berliterasi di pula yang akan okal yang selama itarnya. Dengan olah ini, peneliti an membacakan tuk membentuk iswa, guru, dan

i pula peneliti i. Secara umum pat mewujudkan jadi ikon penciri a Pasuruan.

(13)

sebagai sebuah cag potensi lokal di d dimana setiap warg lisan di daerahnya. jenis kesusastraan merekan setiap ke untuk kemudian dit Penuturan c pelaksanaan GLS membaca, dan me mewujudkan ide-id penelitian bertajuk “ Lokal sebagai Penci

cagar budaya kesusastraan lisan-lokal. S i daerahnya masing-masing, sekolah m

arganya adalah penutur aktif segala jenis a. Setiap sekolah di setiap daerah pasti mem n lisan di daerahnya. Sekolah perlu me

keberadaan mite, legenda dan dongeng dituturkan dari generasi ke generasi di sek

cerita tentunya dapat dilakukan mel S melalui kegiatan mengumpulkan ce membacakan cerita-cerita lisan-lokal ter ide ini, peneliti tertarik untuk meneta k “Pengembangan Budaya Literasi berbasi nciri Budaya UPT SDN Kebonsari Kota Pasu

. Sesuai dengan menjadi tempat nis kesusastraan emiliki berbagai memetakan dan eng disekitarnya ekolah tersebut.

elalui program cerita, menulis, tersebut. Untuk etapkan sebuah asis Cerita

(14)
(15)

C. SASTRA LISA

Sebelum men di dunia hidup da dimaksud dalam tu dimaknai sebagai k rakyat / orang-ora prosa naratif lisan legenda, dan donge Bascom W. (., 19 karakteristiknya. Se berbentuk prosa na dalam hal pembuka tempat, sikap terha dan tingkat keperca Bentuk-bentu kebudayaan lokal dalam sebuah kole lisannya sendiri. Sa budaya suatu kelo berbagai kelompok bentuk, tema, dan fu

Jika kita m masyarakat suatu d akan khas dengan contoh dalam masy daerah ini banyak seputar tokoh-tokoh

ISAN-LOKAL

engenal budaya aksara (writing culture) dalam budaya lisan (oral culture). Buda tulisan ini adalah bentuk folklore lisan at i kultur tradisional (lore) yang dutunjukkan

rang (folk). Salah satu wujud budaya lis an. Prosa lisan naratif ini dapat berup geng (Bascom W. 1965, hal. 3-20; Dananjaja

1954). Ketiganya dibedakan berdasarka Secara umum, persamaan ketiganya ada naratif lama / tradisional. Selebihnya, ketig uka cerita, waktu penceritaan, setting / la

hadap cerita (aptitude), karakter tokoh da rcayaan masyarakat terhadap cerita.

ntuk sastra lisan di atas tersebar di seluru al di Indonesia sebagai bagian dari hasi olektif masyarakat, setiap kolektif pasti m Sastra lisan merupakan ekspresi lisan sebu elompok masyarakat atau kolektif yan ok suku bangsa yang bersifat pluralitas, n fungsinya pun berbeda-beda.

mendalami dari segi fungsi sosial sastra u desa, maka wujud bentuk, tema, dan f

an karakteristik masyarakat di desa ters asyarakat dengan latar budaya santri, sast

k berwujud narasi yang bertema keagam koh agama. Fungsinya pun sangat khas.

e) semua bangsa daya lisan yang atau dapat bula kan / dituturkan lisan itu adalah upa cerita mite, jaja, 2002, hal. 50; rkan perbedaan adalah ketiganya etiganya berbeda latar waktu dan dan penokohan,

uruh daerah dan asil kebudayaan i memiliki sastra ebuah komunitas ang tersebar di as, maka wujud,

(16)

Sastra lisan l secara kolektif dut wilayahnya (dipert Lokal wilayah dala dengan batasan wil dari sastra lisan nu luas (Rokhmawan, 2 Prosa narati dalam perkemban masyarakat yang m anak-anak berupa sebagai bahan pen sekolah. Namun, ad sastra serius. Dalam antaranya, dijadikan bahkan psikologi. naratif lisan memi kehidupan masyar berbagai disiplin ilm

Pada masan kesusastraan lisan keberadaannya. M kepercayaan mere Pelanggaran keperc sehingga masyaraka menuturkan cerita-masyarakat percaya

n lokal adalah jenis cerita rakyat atau folkl ututurkan oleh suatu masyarakat dalam ertentangkan dengan istilah “sastra lisan alam hal ini merujuk pada suatu komunit wilayah dan budaya / etnis tertentu. Jenis nusantara yang dituturkan dalam cakup n, 2016).

atif lisan dipahami dan dimanfaatkan se bangan kebudayaan masyarakat pem g memanfaatkannya sebagai bahan pend

a cerita pengantar tidur. Ada yang mem enulisan komik atau bahan pelajaran bah ada pula yang menjadikannya inspirasi da

lam bidang ilmu pengetahuan, prosa na kan objek kajian sastra, kebudayaan, antrop i. Apa yang disebutkan di atas menun miliki potensi luar biasa untuk dimanf arakat masa kini, serta dijadikan objek ilmu (Soedjijono, 2002 : 38).

sanya, mite, legenda, dan dongeng me an-lokal yang sangat dihormati bahkan

Masyarakat membentuk kesepakatan ereka pada bentuk-bentuk hasil buda

ercayaan bahkan dianggap akan menyebab akat merasa perlu untuk menjaga kelestari -cerita ini dari masa-ke-masa lintas gener aya bahwa setiap cerita banyak meningg

lklore lisan yang m lingkup lokal san nusantara”). nitas masyarakat nis ini dibedakan upan yang lebih

secara beragam emiliknya. Ada endidikan moral emanfaatkannya bahasa/sastra di dalam penulisan naratif lisan, di ropologi, sejarah, unjukkan, prosa anfaatkan dalam ek dalam kajian

(17)

petuah-petuah, amanat, d penuturnya.

Cerita lisan berbentuk kepercay Bukannya tanpa gu rakyat. Mitos juga d kebijaksanaan bagi dalam Lantini, 1996 1985 : 229). Kegiatan lisan yang dituturk antaranya : 1) fung angan kolektif, 3) fungsi estetis, 6) fun fungsi moraltas pem dan 8) fungsi reli legenda, dan donge lisan-lokal dalam m

, dan ajaran moral serta kearifan bag

an membawa masyarakat dalam angan cayaan irasional yang biasa kita sebut d guna, mitos dapat dikatakan sebagai pan

a digunakan sebagai pedoman dalam meng agi masyarakat yang memilikinya (Pan

96 : 224 ; Bacon dalam Danandjaya, 2002 : tan bercerita memiliki fungsi sesuai denga urkan. Setidaknya ada 8 fungsi bercerita

ngsi propaganda, 2) fungsi proyeksi ideo 3) fungsi rekreatif, 4) fungsi didaktis / p fungsi moralitas pengesahan norma dan pr pemaksaan dan pengawasan norma dan p religius (Rokhmawan, 2016). Kepercayaa

ngeng semacam ini adalah tanda kejayaan masyarakat.

agi masyarakat

(18)
(19)

D. BUDAYA LIT

Wacana tent sejak 2015 oleh pem oleh Kementerian Mendikbud Anies Penumbuh Budi Pe 20 sekolah di DKI 2015 lalu. Pengemb Tahun 2015 tentan 2015).

Literasi ad menggunakan sesua membaca, melihat, Gerakan Literasi S bersifat partisipatif guru, kepala sekol Sekolah, orang tua/ massa, masyarakat keteladanan, dunia koordinasi Direkto Kementerian Pendi dengan dukungan & Menengah Kem Menengah Kemend

GLS adalah g pekerti sebagaiman dan Kebudayaan N

ITERASI DAN GERAKAN LITERASI SE

entang Gerakan Literasi di Indonesia tel emerintah, diawali oleh Gerakan Literasi an Pendidikan dan Kebudayaan. Sec es Baswedan meluncurkan GLS dengan

Pekerti” dengan menyerahkan buku paket I Jakarta sebagai bahan awal kegiatan lit bangan GLS didasarkan pada Permendikb tang Penumbuhan Budi pekerti (Litbang

adalah kemampuan mengakses, mem suatu secara cerdas melalui berbagai aktivi at, menyimak, menulis, dan/ atau berbic i Sekolah merupakan suatu usaha atau k atif dengan melibatkan warga sekolah (

olah, tenaga kependidikan, pengawas se a/wali murid peserta didik), akademisi, p kat (tokoh masyarakat yang dapat mere nia usaha, dll.), dan pemangku kepenting

ktorat Jenderal Pendidikan Dasar da ndidikan dan Kebudayaan. GLS adalah g

n kolaboratif berbagai elemen (Dirjen Pen emendikbud (1), 2016; Dirjen Pendidika ndikbud (2), 2015).

h gerakan yang memperkuat gerakan penu ana dituangkan dalam Peraturan Mente Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegia

SEKOLAH

telah digulirkan si Sekolah (GLS) Secara simbolis, n tema “Bahasa ket bacaan untuk literasi, Agustus ikbud Nomor 21 ang Kemdikbud,

emahami, dan ivitas, antara lain bicara. GLS atau u kegiatan yang (peserta didik, sekolah, Komite , penerbit, media erepresentasikan tingan di bawah dan Menengah h gerakan sosial endidikan Dasar ikan Dasar dan

(20)

gerakan tersebut ad sebelum waktu b menumbuhkan m keterampilan mem baik. Materi baca nasional, dan glob peserta didik. Ter pemangku kepentin provinsi, kabupaten peserta didik dan m (Dirjen Pendidikan Pendidikan Dasar d

Dalam PIRL menduduki peringk skor rata-rata 500 ( PISA 2009 menunju ke-57 dengan skor menunjukkan pese dengan skor 396 (s negara berpartisipa khususnya dalam k kompetensi pesert keterampilan terseb mengembangkan pengetahuan. Prakt juga memperlihatka pembelajaran yang sepanjang hayat. mengembangkan se

adalah kegiatan 15 menit membaca buku belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksa

minat baca peserta didik serta embaca agar pengetahuan dapat dikuasa

a berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa k lobal yang disampaikan sesuai tahap p erobosan penting ini hendaknya melib tingan di bidang pendidikan, mulai dari ten/kota, hingga satuan pendidikan. Peliba

masyarakat juga menjadi komponen penti an Dasar & Menengah Kemendikbud (1) r dan Menengah Kemendikbud (2), 2015). RLS 2011 International Results in Readi ngkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan 0 (IEA, 2012). Sementara itu, uji literasi m

njukkan peserta didik Indonesia berada p or 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangk eserta didik Indonesia berada pada pe

(skor ratarata OECD 496) (OECD, 2013) ipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Data PIR

keterampilan memahami bacaan, menun erta didik Indonesia tergolong rendah

sebut membuktikan bahwa proses pend kompetensi dan minat peserta di

ktik pendidikan yang dilaksanakan di seko tkan bahwa sekolah belum berfungsi seba ng menjadikan semua warganya sebag t. Desain Induk Gerakan Literasi Se sekolah sebagai organisasi pembelajaran

ku nonpelajaran ksanakan untuk meningkatkan asai secara lebih a kearifan lokal, perkembangan elibatkan semua ri tingkat pusat, libatan orang tua nting dalam GLS (1), 2016; Dirjen

(21)

Pendidikan dan Ke (GLS). GLS adalah sekolah (guru, pes sebagai bagian dar Menengah Kemend Salah satu je menciptakan buday minat untuk mem kementerian pendid umum dari amanat insan dan ekosistem dilandasi selamat go

Secara khus memiliki kegemara hidup. Penumbuhan mencanangkan pro Prinsip-prinsip keg pelajaran, 2) dimina 4) dilakukan pendek diikuti kegiatan ev belajar. Kegiatan da buku di kelas sebel bacaan nonmapel d dan guru dapat m nyaring, atau kom untuk melakukan k Dalam hal ini keg

Kebudayaan mengembangkan Gerakan Li lah upaya menyeluruh yang melibatkan

eserta didik, orang tua/wali murid) dan ari ekosistem pendidikan (Dirjen Pendid ndikbud (1), 2016).

jenis GLS yang dapat dilaksanakan di s aya membaca dalam kegiatan di sekolah. embaca pada siswa diamantkan pemer didikan dalam Permendikbud No.23 Tahun

at pembudayaan membaca ini adalah untu tem pendidikan dan kebudayaan yang be t gotong-royong.

usus tujuan program ini adalah agar ran membaca dan menjadikannya kebiasa han minat baca salah satunya dapat dilaksa program membaca 15 menit setiap har egiatan membaca 15 menit adalah 1) buk inati peserta didik, 3) tidak diikuti oleh tu dekatan sambil bermain dan menyenangka evaluasi yang mengarah pada kegiatan p dapat dilakukan dengan melakukan kegi belum memulai rangkaian kegiatan pemb l dapat dipilih sendiri atau ditentukan sen menerapkan metode membaca dalam h

mbinasi keduanya. Membaca nyaring bi n kegiatan membacakan atau bercerita unt kegiatan membaca nyaring bisa dilakuk

Literasi Sekolah n semua warga dan masyarakat, didikan Dasar &

i sekolah adalah ah. Penumbuhan erintah melalui hun 2015. Tujuan ntuk membentuk berkarakter dan

(22)

perwakilan siswa melakukan kegiatan

Satria Darma Penumbuhan Budi Solo (12/8/2015) m literasi dalam ben mengembangkan k sekolah juga perlu kegiatan “One Sch siswanya untuk me Setiap siswa dihara dan membuat kary sekolah harus men siswa setiap tahun y siswa maupun seko hal ini dan kemam 2015).

a untuk diperdengarkan pada siswa la tan menyimak dan membaca dalam hati. ma, dalam sajian Sosialisasi Bansos Guru di Pekerti dan Pengembangan Literasi d ) menyebutkan bahwa selain mengemban

ntuk kegiatan membaca setiap sekola kegiatan menulis. Hal ini dikarenakan lu mendorong siswa untuk berkarya, yan School One Book”. Setiap sekolah haru menulis dan menghasilkan karya-karya ek

rapkan mampu dan memiliki kapabilitas u rya tulis, khsusunya dalam bentuk karya enerbitkan sebuah buku kumpulan karya n yang nantinya akan dapat dijadikan seba kolah. Satria Darma memiliki optimistis ya

mpuan siswa Indonesia untuk melakukan

lain, yang juga

(23)
(24)

E. PENCIRI BUD PELAKSANA

Selain peng Permendikbud 61 kondisi sosbud da sekolah mampu me (Dit. PSMA, 2015). agar memiliki citr sekolah. Salah satu budaya sekolah. Se perlu untuk mewuj ciri khasnya.

Penciri bud pembentukan citra sebagai penyeleng memiliki penciri. membedakan suatu khususnya harus d sekitar sekolah. Pe masyarakat sekolah di lingkungan seko bagi masyarakat se Rangkaian penciri dari bentuk penam Pelayanan, dan Pres

Selain melak sekolah juga perlu melalui konsep 3P

UDAYA SEKOLAH DALAM SKEMA AAN 3P

engembangan budaya literasi, pemeri 1 Th. 2014 tentang acuan konseptual p

dan karakteristik satuan pendidikan m mengemban amanah sebagai sebuah pusa 5). Sebagai pusat kebudayaan, sekolah pe

itra penciri yang terlihat dari bentuk-b atunya adalah dengan mewujudkan GLS Selain mewujudkan citra budaya khasnya ujudkan budaya masyarakat setempat seba

udaya sekolah adalah salah satu k ra sekolah. Untuk mendukung pencitraan

nggara pendidikan yang berkualitas, s ri. Penciri sekolah adalah sesuatu y atu sekolah dengan sekolah lain secara pos s digali sesuai dengan kekayaan budaya

Penciri yang secara ajeg terlaksana dala lah pada gilirannya diharapkan untuk dapa ekolah. Penciri budaya sekolah haruslah b

sekolah khususnya mendukung kegiatan ri budaya inilah yang pada gilirannya m

mpilan sekolah dalam konsep pelaksanaa restasi / 3P sekolah (Dit. PSMA, 2015).

laksanakan penyelenggaraan pendidikan rlu untuk mewujudkan penciri dan bu 3P (Penampilan, Pelayanan, dan Prestasi

erintah melalui l pengembangan menuntut agar sat kebudayaan perlu berinovasi bentuk budaya LS sebagai ikon ya, sekolah juga ebagai salah satu

konsep dalam n positif sekolah , sekolah perlu yang mampu ositif. Penciri ini a masyarakat di alam kehidupan apat membudaya h bersifat positif an pembelajaran. menjadi bagian aan Penampilan,

(25)

Sekolah. Implement Ini bukan merupak masih terdapat s sebagaimana mestin yang turut mempen 2015).

Penampilan dengan penampilan dinilai secara langsu tertentu dari oran sekolah yang langsu aman, nyaman, ind sekolah yang “kea kotoran”, bebas asa 5S (senyum, sapa, sa

Penampilan dinilai secara lang menerus oleh selur utama bagi sekola Penampilan juga m meningkatkan citra tinggi bagi seluruh masing-masing (Dit dapat menyimpulka fisik material sepert seperti perilaku sisw

Memanfaatka penampilan sekolah

entasi 3P adalah upaya untuk mewujudkan akan hal baru di sekolah, tetapi kenyata

sekolah yang belum memperhatikan stinya. Bentuk budaya sekolah adalah sal pengaruhi citra sekolah di mata masyaraka

n fisik sekolah adalah segala sesuatu yang ilan dalam dan luar sekolah yang mudah

gsung, serta dapat menimbulkan respon a ang lain atau lingkungan sekelilingnya gsung dapat diamati, antara lain lingkunga indah, rapi, dan rindang. Sekolah yang eadaan lingkungannya bebas sampah , t asap rokok, dan seluruh warganya mener

, salam, sopan dan santun).

n sekolah merupakan cerminan citra diri ngsung oleh masyarakat yang harus d luruh warga sekolah. Penampilan dapat m olah sebagai nilai jual di masyarakat da menjadi satu bagian penting terkait me tra profesional serta memberi rasa kepercay ruh warga sekolah untuk mengekspresik Dit. PSMA, 2015). Dengan adanya paparan

lkan bahwa penampilan sekolah dapat dib erti sarana dan prasarana sekolah, dan fisi iswa.

tkan konsep pengembangan budaya se lah, sekolah dapat menetapkan dan men

an sekolah ideal. taannya saat ini n hal tersebut salah satu aspek akat (Dit. PSMA,

ng berhubungan dah diamati dan atau tanggapan ya. Penampilan gan yang bersih, g bersih berarti , tidak tercemar erapkan budaya

iri sekolah yang dibenahi terus t menjadi modal dan orang tua. membentuk dan cayaan diri yang sikan potensinya ran ini maka kita dibedakan dalam fisik nonmaterial

(26)

sebagai sebuah cag potensi lokal di dae setiap warganya ad daerahnya. Setiap s kesusastraan lisan d setiap keberadaan kemudian dituturk Hingga pada akh menjadikan setiap w lokal di daerahnya akan memiliki ruma

Konsep ini bergantung pada efektif untuk me mungkin penutur a kesusastraan lisan-bentuk citra / pena menjadi penciri kha

Tidak cukup kesempatan untuk kesusastraan lisan-penutur kesusastr mengimbanginya tertulis untuk mere Berbagai media tuli majalah dinding, pr diakses kapanpun d tentang kesusastraa

cagar budaya kesusastraan lisan-lokal. S aerahnya asing-masing, sekolah menjadi t adalah penutur aktif segala jenis kesusas p sekolah di setiap daerah pasti memiliki n di daerahnya. Sekolah perlu memetakan an mite, legenda dan dongeng diseki urkan dari generasi ke generasi di sek khirnya, tujuan utama kegiatan ini a p warga sekolah sebagai penutur aktif kesu ya sendiri. Dengan begitu, maka kesusastra

mah tinggal dan pengasuhnya sendiri. ni logis mengingat bentuk-bentuk sastra

a tuturan masyarakat pemiliknya. Maka elestarikannya adalah dengan mendid r aktif yang siap menyampaikan narasi-na

-lokal di daerahnya masing-masing. H enampilan nonmaterial yang dimiliki seko

has dari sekolah tersbebut.

up hanya pada bentuk nonmaterial, sekol uk menunjukkan diri sebagai sebuah

-lokal dalam bentuk material. Dengan a straan lisan-lokal di sekolah, maka s dengan menyediakan berbagai sumb erekam kesusastraan lisan-lokal dalam b ulis dapat digunakan oleh sekolah seperti prasasti, atau penyediaan laman-laman dig n dan oleh siapapun yang menginginkan in raan lisan-lokal di sekitar sekolah yang bers

. Sesuai dengan i tempat dimana sastraan lisan di iki berbagai jenis an dan merekan ekitarnya untuk ekolah tersebut. i adalah untuk susastraan lisan-straan lisan-lokal

stra lisan hidup aka, cara paling didik sebanyak narasi cerita dari Hal ini adalah ekolah dan akan

(27)
(28)

F. PENELITIAN BUDAYA LIT

Tahap-tahap Peneli

Untuk menc peneliti menetapka yaitu tahap penelu cerita pendek, pela budaya sekolah. Se dan diseminasi ha dipahami dari baga

Sedangkan s tahapan. Tahap pe melalui gambaran b

N CERITA LISAN-LOKAL DAN PENGE ITERASI DI SEKOLAH

elitian

ncapai target luaran penelitian yang tela kan empat tahapan secara umum dalam

lusuran cerita lisan-lokal, penyusunan bu elaksanaan gerakan literasi sekolah, dan Selanjutnya tahapan diakhiri dengan keg

hasil penelitian. Tahap penelitian secara gan berikut :

secara khusus, setiap tahapan di atas m penelurusan cerita dapat diterjemahkan n bagan berikut :

GEMBANGAN

telah ditetapkan, m penelitian ini, buku kumpulan dan pelaksanaan egiatan evaluasi ra umum dapat

(29)

Penyusunan menulis yang dapa berikut :

Pelaksanaan budaya literasi di bentuk-bentuk, ko Kegiatan berliterasi sekolah. GLS dilaku

Pelaksanaan menjadi penciri citr hal fiskal dan reka fiskal yang mewu infrastruktur berbas rekayasa sosial terh melakukan activity

an buku kumpulan cerita mencakup pat diterjemahkan secara jelas melalui ga

an gerakan literasi sekolah (GLS) untuk di UPT SDN Randusari Kota Pasuruan m

konteks, dan latar pelaksanaan kegiata asi digarapkan dapat dilakukan di setiap t

kukan dengan langkah-langkah berikut :

an GLS sebagi bentuk budaya sekolah yan itra sekolah dalam ranah penampilan meng kayasa sosial terhadap perilaku warga se wujudkan budaya sekolah adalah ada basis literasi seperti majalah dinding. Seda erhadap perilaku warga sekolah dapat dila

ity puchasing (sosialisasi dan pembekalan

up sub-tahapan gambaran bagan

uk mewujudkan n mengaju pada iatan berliterasi. p tempat di area

yang selanjutnya engacu pada sekolah. Hal-hal

(30)

dan keterampilan te teladan), habituate (penilaian), dan up adalah whole shc Dengan begitu, b dilaksanakan sebag oleh setiap warga se

Lokasi dan Subjek

Penelitian r Kelurahan Randusa penelitian terhada wilayah Kecamatan sekolah. Subjek pe adalah seluruh w penelitian cerita lisa termasuk di dalamn

Model dan Metode

Penelitian in Development (R&D

tentang kegiatan berliterasi), role modellin te (pembiasaan), monitoring (pemantaua upgrading activity (meningkatan aktivitas shchool programme (program menyelu budaya ini tidak akan berhenti, me agai budaya yang diturunkan dari genera

sekolah.

ek Penelitian

rencananya dilakukan di UPT SD usari Kecamatan Gadingrejo Kota Pasurua

dap sumber-sumber cerita lisan-lokal d tan Gadingrejo - Kota Pasuruan sesuai

penelitian pengembangan GLS dan bu warga beserta instansi sekolah. Seda lisan-lokal adalah seluruh warga Kecamat mnya adalah warga sekolah.

de Penelitian

ini menggunakang model pendekatan &D, Penelitian dan Pengembangan). Mod

lling (pemeranan uan), evaluating tas). Kegiatan ini eluruh sekolah). melainkan tetap erasi ke generasi

SDN Randusari ruan. Sedangkan l dibatasi pada ai dengan lokasi budaya sekolah dangkan subjek atan Gadingrejo

(31)

karena penelitian d fiskal maupun reka ini menggunakan m dan Semmel (19 pengembangan per metodik yaitu defin Indonesia, model i perancangan, penge

Pendefinisian kasus-kasus, analisi penelitian. Selanjut mengancang progra pengembangan dim dan ancangan pen adalah tahap pen pengembangan. Ad pengembangan ini d

Terkait setia berbeda-beda pen penelitian ini. Unt lokal, peneliti men cerita, penetapan transliterasi, pemba cerita utuh . Hasil bentuk transkripsi transkripsi inilai ya pendek.

dilakukan untuk mengembangkan sebua kayasa sosial. Model pendekatan R&D da model 4-D yang disarankan oleh Thiagar (1974). Model 4-D digunakan untu perangkat pembelajaran. Model ini terdir efine, design, develop, dan disseminate. D

l ini dapat diadaptasi dalam 4-P, yaitu gembangan, dan penyebar luasan.

ian dimaksudkan sebagai langkah dalam lisis kebutuhan, peluang, dan solusi terkait jutnya perancangan dilakukan untuk m gram dan produk penelitian yang akan dila

imaksudkan sebagai tahap pelaksanaan a enelitian dan produk yang akan dihasil enyebarluasan atau publikasi hasil p Adapun penafsiran dan identifikasi atas h ni disajikan dalam bentuk deskriptif kualita tiap langkah penelitian yang memiliki l eneliti menerapkan beberapa metode ntuk menggali sumber-sumber informas enetapkan langkah penelitian di antarany n narasumber, wawancara, perekaman bandingan data, penyelarasan cerita, dan sil akhir dari metode penelitian folklore li

si lengkap setiap cerita rakyat lisan-loka yang dikembangkan dalam bentuk produ

uah produk baik dalam penelitian garajan, Semmel, ntuk penelitian diri atas 4 tahap . Dalam bahasan tu pendefinisian,

am menjabarkan ait latar belakang merancang dan dilakukan. Tahap n atas rancangan asilkan. Terakhir penelitian dan s hasil penelitian litatif.

i luaran / hasil de riset dalam asi cerita lisan-nya : penetapan

(32)

Untuk mere menggunakan me determining (pene (mendesain rekaya (penyimpulan). Set siklus yang berkel rekayasa yang dihar menciptakan adany masyarakat baik d memperkenalkan, menginternalisasika Manipulasi ini dih psikis melalui peru (attitude) (CERT-UK

Data, Teknik Pengu

Pengumpula dengan teknik yan terdiri atas : 1) dat evaluasi pelaksanaa

erekayasa sosial terkait budaya berlit metode social analysis (analisis sosi enetapan masalah), desingning social yasa sosial), observation (observasi), d Setiap tahap metodik ini dilakukan dal kelanjutan dan dilakukan secara kontinu harapkan dapat tercapai. Metode di atas di anya rekayasa sosial yang merujuk pad

dalam kelompok maupun individual d

, memahamkan, menanamk

ikan suatu perilaku yang menjadi tujua iharapkan mampu mengubah masyaraka erubahan pemikiran (aptitude) dan perub

UK, 2015; Hadnagy, 2011; Osterloo, -).

gumpulan dan Analisis Data

lan data dalam penelitian ini dilakukan se ang disesuaikan dengan jenis data. Data data transkripsi cerita lisan lokal, 2) data naan GLM, dan 3) data observasi dan ev

rliterasi, penulis osial), problem ial engineering dan conclution dalam lingkaran inu hingga hasil dilakukan untuk ada manipulasi l dengan tujuan

kan, dan

juan perekayasa. akat baik secara ubahan perilaku

(33)

budaya dan penam maka penulis m wawancara, dan ev instrumen pengam panduan wawanca borang penilaian y perkembangan pela akan dapat meng pelaksanaan rekaya Desain Produk dan

Luaran pene kumpulan cerita p dan rangkaian prog perlu menentukan d Transkrip cerita lisa

Dari seluruh penelusuran denga penulis mendapatk Peneliti menargetk dikumpulkan. Bent lokal adalah cerit mungkin masih da Oleh karenanya pen (transkripsi), untuk bahasa Indonesia ( menggunakan bah keterangan judul,

ampilan sekolah. Untuk mendapatkan dat melakukan pengumpulan data denga evaluasi dan identifikasi. Observasi dilak amatan. Wawancara dilakukan denga cara terstruktur. Evaluasi dilakukan deng yang dilengkapi dengan indikator eval elaksanaan rekayasa sosial. Dari indikator ngidentifikasi problematika dan prakti yasa sosial.

an Rekayasa Sosial

enelitian ini adalah transkrip cerita lisa pendek, rangakaian kegiatan gerakan lit ogram penciri budaya sekolah. Untuk itu p n desain luaran penelitian tersebut.

lisan lokal

ruh ceria lisan lokal yang diperoleh me ngan jalan wawncara kepada beberapa tkan hasil wawancara berupa rekaman cer etkan lebih dari 10 cerita rakyat lisan ntuk bentuk cerita yang dapat dikategorik rita mite, dongeng, dan legenda. Has dalam bentuk lisan bahasa setempat (Jaw penulis akan menuliskan kembali teks dala

tuk selanjutnya diterjjemahkan kembali a (transliterasi). Dengan begitu produk t

ahasa Indonesia dan berisi cerita len l, sumber cerita, lokasi ditemukannya

data-data di atas ngan observasi, ilakukan dengan ngan instrumen engan instrumen valuasi terhadap tor inilah peneliti ktik baik pada

isan-lokal, buku literasi sekolah, u peneliti merasa

(34)

amanat, bentuk sit situs cerita.

Buku kumpulan ceri

Produk buku lokal yang telah d pendek yang dikem anak dikembangka Selain itu cerita ju sesuai isi cerita. S peerpustakaan untu siswa. Berikut conto

Cover depan belakang

Cover dalam (untuk s

situs yang menyertai cerita, dan foto na

cerita pendek

ku cerita pendek dikembangkan dari cer diperoleh pada luaran penelitian sebelu kembangkan adalah cerita ber-genre cerit

kan sesuai dengan gaya dan tingkat be juga dilengkapi dengan ilustrasi-ilustra . Selanjutnya buku-buku didistribusikan ntuk disimpan pada rak buku dan siap ntoh bentuk buku cerita pendek yang dikem

ng (sampul buku)

k setiap cerita)

narasumber dan

(35)

Isi cerita

Cover dalam, pada ser

(berisi ringkasan dan

Salah satu karakter ce

seriap akhir cerita

an informasi terkait situs atau cerita)

(36)

Program Sekolah B

Gerakan Lite menjadi SBL (Sekol seperangkat kegiata melalukan kegiatan kegiatan membaca, ckumpulan cerita y GLS yang dilaksan basis cerita lisan-lok kemungkinan agar

Logo Program Seko

Untuk mend berbudaya lisan. Lo dicanangkan oleh Budaya. Program http://cagarbudaya program ini tidak h

Berbudaya lisan

iterasi Sekolah (GLS) yang telah umum kolah Berbudaya Lisan). BLS dalam penelit

iatan yang dilakukan untuk membiasakan tan berliterasi. Kegiatan berliterasi yang ca, bercerita, dan menyimak cerita, meman a yang telah diproduksi sebelumnya. Ol sanakan utamanya diarahkan untuk berli

lokal. Meski begitu, kegiatan GLS ini tidak ar siswa berliterasi dengan topik-topik wac

ekolah Berbudaya Lisan

ndukung perwujudan program dibuatlah Logo SBL mengadopsi logi Program Cagar h Kemdikbud pada Program Sistem Re ram ini dapat dilihat dalam aya.kemdikbud.go.id. Harapan peneliti k hanya berguna bagi pengembangan kegia

m dikonversikan elitian ini adalah kan siswa dalam g dituju adalah anfaatkan buku Oleh karenanya, erliterasi dengan ak pula menutup acana yang lain.

(37)

melainkan juga me Pasuruan.

Program GL berikut :

1) Mempers literasi, u sebagai li 2) Melakuka

melaksan yang te sosialisasi dan cara dramatik. perangka pelaksana bahasa d adalah m keterlaksa karyawan minimal konsisten Target ini tahun. 3) Otoritas

dan penja 4) Melakuka secara be Kegiatan

mendukung program pelestarian budaya

LS dilakukan dengan melaksanakan bebe

ersiapkan bahan bacaan / wacana seb , utamanya cerita lisan-lokal yang telah i literasi wajib (bagi seluruh warga sekolah)

kan pelatihan bercerita bagi guru dan ka anakan kegiatan bercerita lisan mengguna tersedia. Pelatihan diarahkan untuk asi kegiatan, pemahaman fungsi dan tu ara bercerita dengan teknik membaca tik. Melalui kegiatan ini pula otoritas sekola

kat personil yang bertugas sebag anaan SBL, utamanya beranggotakan gu

dan budaya. Tugas pengelola pelaksa merencanakan dan memantau perkem ksanaan SBL di sekolah. Target GLS b

an adalah penguasaan guru dan ka al 2—5 cerita per-tahun untuk dihafalka

en diceritakan pada siswa dalam berbaga ini dapat ditingkatkan secara kondisional

s sekolah dan pengelola SBL melakukan njadwalan pelaksanaan program SBL.

kan kegiatan berliterasi di kelas. Kegia bertahap dengan urutan 4 kegiatan d an setelah kegiatan terakhir dilakukan, m

ya lokal di Kota

eberapa kegiatan

sebagai sumber ah dikumpulkan

ah).

karyawan untuk nakan buku teks k memberikan tujuan kegiatan, ca tekstual dan olah membentuk agai pengelola guru di bidang sanaan SBL ini kembangan dan bagi guru dan karyawan pada lkan dan secara agai kesempatan. al dari

tahun-ke-kan perencanaan

(38)

berliteras wacana y 5) Melakuka

pencerita. kegiatan belajar be kelas jug dan di lua 6) Melakuka kesempat Kegiatan turut-turu 7) Melakuka kesempat keberania dengan t dengan te yang ber disajikann dengan a hari ber tu kegiatan b 8) Otoritas s SBL mem dengan perkemba disampaik 9) Melakuka

sekolah.

asi dapat dilanjutkan mulai dari awal den a yang berbeda / bervariasi :

kan kegiatan berliterasi di kelas dengan ita. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari s n pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan ber turut-turut. Selain di pagi hari di dala uga bisa melakukan kegiatan ini setelah luar kelas (halaman atau taman di lingkung

kan kegiatan membaca di kelas dengan m atan untuk melakukan kegiatan “15 men an ini dilakukan setiap pagi selama 4 ha urut.

kan kegiatan berliterasi di kelas den atan siswa yang memiliki kemampuan, nian untuk bercerita di depan kelas un

teknik dramatik (bercerita sambil berek teks yang telah dipahaminya. Dalam keg ercerita dibebaskan untuk memilih ceri annya di depan kelas. Kegiatan ini dilakuk alokasi waktu 15 menit (1 pencerita/ ha r turut-turut. Setiap siswa diharapkan pern

n bercerita ini.

s sekolah, melalui peran kepala sekolah emantau perkembangan kegiatan berlite

menerima dan menginterpreta bangan, praktik baik, dan permas aikan oleh para guru kelas.

kan kegiatan berliterasi di perpustakaan d . Kegiatan berliterasi di perpustakaan d

engan jenis-jenis

an guru sebagai i saat mengawali an dalam 4 hari alam kelas, guru ah pembelajaran

ngan sekolah). n memberi siswa

enit membaca”. hari belajar ber

engan memberi n, kemauan, dan untuk bercerita rekspresi) sesuai egiatan ini siswa erita yang akan ukan setiap pagi hari) selama 2-4 ernah melakukan

h dan pengelola literasi di kelas etasi laporan asalahan yang

(39)

siswa sec melakuka sekolah. memanta pencatata kepada o yang tela kegiatan mengump 10) Melakuka antar kela bercerita dapat di seperti bu 11) Otoritas s kegiatan merencan kegiatan dilakukan wacana /

secara mandiri maupun terpandu. Secara m kan kegiatan berliterasi di perpustakaan d . Adapun guru dan karyawan hanya b tau dan mengamati kegiatan ini denga atan praktik baik dan permasalahan se

otoritas sekolah dan pegelola SBL. Beber elah terlatih untuk bercerita mungkin pu n bercerita di lingkungan sekolah, di luar mpulkan kelompok pendengar (siswa).

kan pekan literasi melalui pelaksanaan lom elas. Jenis lomba dapat berupa lomba me ta lisan, atau lomba menulis cerita. Lomb

dilaksanakan bertepatan dengan momen bulan bahasa atau hari pendidikan nasiona

s sekolah dan pengelola SBL melakukan n program SBL yang telah dilaksanak anakan pengembangan program pada p n berikutnya. Pengembangan progra kan untuk meningkatkan target kualitas a / teks.

a mandiri, siswa dan lingkungan bertugas untuk ngan melakukan sebagai laporan erapa karyawan pula melakukan ar kelas, dengan

lomba berliterasi meresensi cerita, ba ini mungkin entum tertentu nal.

(40)

Bercerita di kelas (gur

Siswa membaca di b

Program penciri bu

Selain prog pengembangan pe bentuk-bentuk peri warga sekolah kh terakomodir dalam direncanakan sebe perilaku warga seko sehari-hari di sekol budaya sekolah te Untuk itu, peneli

guru bercerita dan siswa bercerita)

i berbagai tempat

budaya

rogram GLS di atas, peneliti juga penciri budaya sekolah. Budaya sekol erilaku sosial positif yang secara ajeg d khususnya dalam hal berliterasi. Kegia lam pelaksanaan GLS. Program GLS belumnya adalah bentuk usaha untuk ekolah untuk membudyakan berliterasi dal kolah. Selain bentuk-bentuk perilaku berl termasuk pula citra penampilan sekolah eliti mengembangkan beberapa bentuk

(41)

pendukung budaya dinding, peta cerit budaya literasi dan benda pendukung b

Peta lokasi cerita lisan

Desain gapuran sekol

ya berliterasi di antaranya dengan mengad erita lisan-lokal, dan identitas sekolahs dan cerita lisan-lokal. Berikut beberapa

g budaya literasi di atas :

san-lokal pada situs makam ulama di Kota Pasu

kolah bertema Sekolah Berbudaya Lisan

gadakan majalah s sebagai cagar a desain

(42)

Jadwal Penelitian

Untuk mend penjadwalan kegiat

endukung penelitian, peneliti mengajuk iatan penelitian sebagai berikut :

enis Kegiatan 1 2 3 4 5 6

roposal dan Perijinan

osialisasi awal emetaan daerah

ogram

enelusuran cerita

arasumber)

ekonstruksi cerita ranslit-transkrip)

nalisis validitas cerita

creening konten

roduksi cerita utuh

engembangan cerpen engumpulan naskah

rpen

enyuntingan dan revisi dit isi, layout,

ustrasi, dan bahasa esain kemasan

roduksi buku mpulan cerita lisan-kal

ersiapan GLS enyediaan bahan terasi

erliterasi di kelas, rpustakaan, dan ngkungan sekolah valuasi dan

mantapan GLS enuju budaya sekolah osialisasi dan

mbekalan budaya terasi

emeranan teladan

embiasaan

emantauan valuasi budaya

kolah

eningkatan aktifitas

jukan ringkasan

7 8 9 10 11 12

(43)
(44)

G. PENGEMBAN LISAN-LOKA KOTA PASUR

Dalam riset filologi yakn buku cerita, mengembang cerita lisan-lo pengembang mengumpulk untuk dikem dalam buku lokal ini me pembudayaa dengan mem dan rekayasa Lisan dikem rekayasa mengembang lingkungann sebagai pen Sekolah men tempat peles hampir pu meninggalka

Kata kunci

lokal, penciri

Ada setidakn Pertama, progam p Pendidikan untuk m Kurikulum 2013 ( Kurikulum 2006. dikembangkan ber sekolah (GLS), pen sekolah sebagai pus

ANGAN BUDAYA LITERASI BERBASIS KAL SEBAGAI PENCIRI BUDAYA SDN K

URUAN (laporan penelitian)

et ini peneliti melakukan pengumpulan m kni cerita lisan-lokal, mengemas dalam ta, serta menggunakannya sebagai dasar angkan sebuah program budaya literasi b

lokal bertajuk Sekolah Berbudaya Lisan. ngan metode etnografi dan filologi ulkan data-data cerita lisan-lokal di sekitar emas dalam bentuk tertulis berwujud ceri ku bergambar. Buku cerita berbasis cerit

menjadi dasar pewujudan pengembang aan program aktivitas berliterasi yang dil emadukan metode penelitian pengemban asa sosial. Program bertajuk Sekolah Ber embangkan untuk menciptakan role

aktivitas sosial bagi sekolah angkan perilaku budaya literasi lis

nnya, sekaligus menjadikan cerita lisan enciri khas yang harus dijaga keberad

enjadi pusat kebudayaan bercerita lisan se elestarian bentuk-bentuk cerita lisan-loka punah karena masyarakat modern lkan budaya bercerita lisan tradisional.

: pengembangan, budaya literasi, cerit iri budaya

aknya empat aspek yang melatarbelakangi pemerintah Republik Indonesia melalui k mengembangkan sistem kurikulum bar (K13) untuk menggantikan kurikulum . Kedua, adanya beberapa muatan kur bersama K13 yakni pengembangan ge pendidikan karakter, pengembangan keb usat kebudayaan. Ketiga, pudarnya buday

IS CERITA N KEBONSARI

n material tar sekolah erita anak rita lisan-ngan dan

rita

(45)

perilaku mendonge Keempat, hilangny Indonesia.

Sejak digau menggantikan kur Indonesia banyak diujicobakan, direv untuk meningkatk literasi, dan pengem paling menonjol un

Sekilas tenta Gerakan Literasi di diawali oleh Ger Pendidikan dan Baswedan meluncu Pekerti” dengan m DKI Jakarta sebag Pengembangan GL 2015 tentang Penum

GLS adalah g pekerti sebagaiman dan Kebudayaan N gerakan tersebut ad sebelum waktu b menumbuhkan m keterampilan mem baik. (Dirjen Pend Dirjen Pendidikan

geng dan bercerita lisan dalam masyara nya berbagai bentuk folklore lisan dalam

gaungkannya kurikulum baru 2013 kurikulum 2006 (KTSP2006), sistem p ak berbenah. Sejak 2013, kurikulum b revisi, dan dimuati oleh berbagai terob tkan mutu pendidikan. Pendidikan kar embangan kebudayaan menjadi muatan ta untuk dikembangkan pada kurikulum 2013 ntang Gelaran Literasi Sekolah (GLS), W di Indonesia telah digulirkan sejak 2015 ole

erakan Literasi Sekolah (GLS) oleh Kebudayaan. Secara simbolis, Mend ncurkan GLS dengan tema “Bahasa Pen menyerahkan buku paket bacaan untuk

agai bahan awal kegiatan literasi, Agus GLS didasarkan pada Permendikbud Nom

umbuhan Budi pekerti (Litbang Kemdikbud h gerakan yang memperkuat gerakan penu ana dituangkan dalam Peraturan Mente Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegia adalah kegiatan 15 menit membaca buku belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksa

minat baca peserta didik serta embaca agar pengetahuan dapat dikuasa

ndidikan Dasar & Menengah Kemendikb n Dasar dan Menengah Kemendikbud (2

rakat Indonesia. lam masyarakat

(K13) untuk pendidikan di baru ini terus obosan strategis arakter, budaya tambahan yang 013.

(46)

paparan ini dapat d mampu mewadahi konsentrasi pendidi Unsur kebud kurikulum. Salah s penyelenggara pen material budaya da kita ketahui, Indon dan adat-istiadat tra untuk menjadi pel unsur budaya terse melalui Permendi pengembangan ko menuntut agar sek pusat kebudayaan perlu berinovasi ag bentuk budaya sek sebagai ikon buday sekolah juga perlu sebagai salah satu c

Pada sisi lain tentang budaya lisa Indonesia, budaya Budaya bercerita keluarga, kegiatan anak-anak atau me seringkali menjadi menyampaikan ajar

t disimpulkan kemudian bahwa gerakan l hi tujuan penumbuhan budi pekerti yang idikan karakter.

udayaan turut dikembangkan bersama p h satunya dengan memperkuat peran se pendidikan untuk mengemban amana dan kearifan lokal masyarakat Indonesia onesia adalah negara yang kaya akan rag tradisional. Pada gilirannya sekolah dihar pelindung, pelestari, dan pusat pengemb rsebut. Selain pengembangan budaya litera dikbud 61 Th. 2014 tentang acuan kondisi sosbud dan karakteristik satua sekolah mampu mengemban amanah se n (Dit. PSMA, 2015). Sebagai pusat kebuda agar memiliki citra penciri yang terlihat ekolah. Salah satunya adalah dengan mew

aya sekolah. Selain mewujudkan citra bu rlu untuk mewujudkan budaya masyara u ciri khasnya.

lain di luar pendidikan, namun masih ber lisan masyarakat Indonesia. Pada masyara lisan berkembang dalam bentuk kegia a dilakukan untuk berbagai tujuan. D n bercerita biasa dilakukan untuk menga mengisi waktu luang. Selain itu kegiatan

di wahana para orang tua dan pemuka jaran-ajaran normatif budaya, adat, dan kea

n literasi sekolah ng juga menjadi

pengembangan sekolah sebagai nah pelestarian sia. Seperti yang ragam suku, ras, arapkan mampu mbangan unsur-erasi, pemerintah uan konseptual uan pendidikan sebagai sebuah udayaan, sekolah hat dari

bentuk-ewujudkan GLS budaya khasnya, arakat setempat

berkaitan, adalah rakat tradisional giatan bercerita. Di lingkungan ngantarkan tidur an bercerita juga ka agama untuk

(47)

Budaya berc dunia digital (Rok kemajuan dunia d Dewasa ini masyar dan secara digita terdekat, terlebih un Budaya bercerita d akan pentingnya ko rumah baik secara akan menimbulkan Kedekatan inilah ce nilai-nilai kehidupa karakter positif dan yang harus dilaku lingkup keluarga. H bercerita mulai ditin Ketika buday akan turut hilang. dan budaya” pada d kurangnya pajanan dalam kehidupan secara fisik dan em kehilangan kelekata orang lain di luar k merasa dirinya lep Selebihnya, remaja terkendali dan terba

ercerita mulai ditinggalkan dengan adan okhmawan, 2015). Budaya ini mulai l digital dan modernisasi alat komuni yarakat lebih memilih untuk berkomunik ital. Bentuk-bentuk komunikasi lisan d

untuk sekadar bercerita mulai dianggap m ditinggalkan karena rendahnya kesadara kontak langsung dengan anak-anak dala ra fisik maupun lisan. Kontak fisik dan lis an kedekatan secara batin antara anak d celah orang tua untuk menanamkan karak pan pada anak. Maka, kegiatan bercerita d dan nilai-nilai kehidupan adalah salah sat

kukan dan efektif untuk mendidik ana . Hilangnya kesadaran akan hal ini menyeb itinggalkan oleh sebagian besar keluarga. daya bercerita mulai ditinggalkan, maka f g. Anak-anak akan memiliki “kekaburan i a dirinya akibat tidak dapat mengidentifik an konsep mengenai budayanya. Secara s n keluarga anak-anak tidak memiliki ke emosional dengan orang tuanya. Selanj

atan dengan orang tua, menciptakan kele r keluarga (yang mungkin negatif), dan lam lepas dan perlu melepaskan diri dari ika ja akan hidup dengan dunia diluar secar rbatasi.

danya kemajuan i luntur seiring nikasi nirkabel. nikasi jarak jauh dengan orang p membosankan. aran masyarakat alam lingkungan lisan inilah yang k dan orang tua. rakter positif dan a dengan konten satu hal penting nak-anak dalam ebabkan budaya

(48)

Selain masal dalam membangun cerita lisan-lokal ya yang dimaksud ada Selama ini, mungk seperti cerita nusan diakses melalui me cerita rakyat, anak-Kundang daripada ini terancam pun menuturkannya. Se terkalahkan dengan dapatkan dari telev dan komik.

Dalam kont Pasuruan, peneliti m kiai (pemuka agam belum banyak diket lisan lokal ini hidu berbagai kesempata bersangkutan, kegia hari masyarakat set temurun memberik amanah inilah ya pemahaman genera lokal, dan karakter sekali lagi cerita-ce masyarakat tidak la

salah pada budaya bercerita yang sang un budaya literasi, penulis juga menyoroti yang terancam punah (Rokhmawan, 2016 adalah mite, legenda, dan dongeng (Bascom

gkin anak-anak hanya banyak mengenal antara atau animasi yang telah dikenal lu media internet dan televisi. Kalaupun ada

-anak lebih tahu tentang cerita nusantara da cerita lisan di daerahnya sendiri. Sastra l unah karena masyarakat sudah tidak Selain itu, ketertarikan anak-anak terhadap gan berbagai cerita lain yang dengan m levisi, internet, atau buku bacaan modern

nteks wilayah lokal di sekitar SD Keb ti menemukan beberapa bentuk sastra lisan

ma Islam) dan beberapa legenda dan dong ketahui oleh masyarakat di luar daerah in

idup secara lisan dalam masyarakat, diu atan seperti acara keagamaan, haul tokoh giatan mengaji sehari-hari, atau dalam keh

setempat. Melalui cerita inilah masyaraka rikan petuah amanah tersirat melalui isi yang pada gilirannya turut memban erasi ke generasi terhadap norma-norma ter diri dan masyarakat yang baik. namu

cerita ini sedang mengalami krisis pen lagi memiliki komitmen untuk terus menu

ngat diperlukan oti permasalahan 16). Cerita lisan com W. (., 1965). al cerita tertentu luas dan mudah da cerita lisan / ara seperti Malin ra lisan-lokal saat ak lagi sering ap cerita ini pun mudah mereka ern seperti novel

ebonsari Kota san seperti cerita ongeng lain yang ini. Cerita-cerita diujarkan dalam koh agama yang ehidupan

sehari-kat secara turun isi cerita. Petuah angun kualitas a adat, kearifan mun sayangnya, penutur, dimana

(49)

Dengan adan perlu adanya usaha SD Kebonsari Kota jalan solutif bagi usa hidup dalam kelisan akhir penelitian u paket program. Me peneliti memuncul umum pembudaya mewujudkan sebua ikon penciri SD Keb peneliti tertarik “Pengembangan B Penciri Budaya SDN

Metode

Luaran pene penelitian terhadap hasil proyek penge lokal. Tahap-tahap saran Spradley (19 folklore / cerita lis Semmel, & Semm program dan rekaya

Untuk menca tahapan secara um cerita lisan-lokal bergambar, dan 2)

danya fakta dan permasalahan di atas, p ha-usaha untuk turut mewujudkan geraka ota Pasuruan. Usaha-usaha ini pula yang usaha pelestarian cerita lisan-lokal yang sel isanan masyarakat di sekitarnya. Peneliti m untuk melaksanakan kegiatan berliteras Melalui rangkaian program kegiatan berli culkan cerita lisan-lokal sebagai objek l ayaan berliterasi berbasis cerita lisan-lo uah budaya sekolah yang pada gilirannya ebonsari Kota Pasuruan. Untuk mewujudk untuk menetapkan sebuah penelit Budaya Literasi berbasis Cerita

Lisan-DN Kebonsari Kota Pasuruan”

enelitian ini terbagi dalam dua bentuk y ap beberapa cerita lisan-lokal di sekitar s gembangan budaya literasi sekolah berbas ap penelitian untuk masing-masing luar (1997) dan Dananjaja (2002) untuk luar lisan-lokal, dan saran Osterloo (2008) dan

mel (1974) untuk luaran penelitian p ayasa sosial.

ncapai target luaran penelitian, peneliti me mum dalam penelitian ini, yaitu 1) tahap l dan penyusunan buku kumpulan c

2) pelaksanaan gerakan literasi sekolah

, peneliti merasa kan berliterasi di ng akan menjadi selama ini hanya memiliki tujuan rasi dalam satu rliterasi ini pula literasi. Secara lokal ini dapat ya akan menjadi dkan ide-ide ini, elitian bertajuk -Lokal sebagai

k yakni 1) hasil r sekolah dan 2) basis cerita lisan-uaran mengikuti uaran penelitian dan Thiagarajan, pengembangan

(50)

tahapan diakhiri penelitian.

Penelusuran metode penelitian e yakni : menemukan transkripsi, translite validasi cerita mel utuh sesuai deng melengkapi sajian literasi sekolah mel sebuah program be program, pelatihan lisan di berbagai su cerita lisan-lokal yan

Pelaksanaan sekolah selanjutny penampilan menga perilaku warga seko adalah adanya ber dinding. Sedangka sekolah dapat dila social engineering activity puchasing keterampilan tenta teladan), habituate (penilaian), dan up adalah whole shc Dengan begitu, b

ri dengan kegiatan evaluasi dan dis

an cerita melalui sub tahap yang dikem n etnografi (Spradley, 1997) dan filologi (D kan sumber cerita, menggali informasi cer

literasi dari bahasa daerah ke dalam bah elalui proses perbandingan sumber, me ngan struktur (scaffolding) teks prosa n cerita dengan ilustrasi gambar. Pelaksa

elalui sub tahap merencanakan kegiatan d bertajuk “Sekolah Berbudaya Lisan (SBL an guru dan siswa model, dan pembias sudut sekolah dengan memanfaatkan bu yang telah disusun sebelumnya.

an gerakan literasi bertajuk SBL sebagi b tnya menjadi penciri citra sekolah

gacu pada hal-hal fiskal dan rekayasa so ekolah. Hal-hal fiskal yang mewujudkan b berbagai infrastruktur berbasis literasi se

kan bentuk penngondisian terhadap pe ilakukan dengan melakukan metode reka (Osterloo,2008). Metode rekayasa sos ing (sosialisasi dan pembekalan peng tang kegiatan berliterasi), role modellin te (pembiasaan), monitoring (pemantaua upgrading activity (meningkatan aktivitas shchool programme (program menyelu budaya ini tidak akan berhenti, me

iseminasi hasil

embangkan dari (Dananjaja, 2002) cerita, merekam, ahasa Indonesia, menyusun cerita sa naratif, dan ksanaan gerakan n dan menyusun SBL)”, sosialisasi iasaan berliterasi buku kumpulan

(51)

dilaksanakan sebag oleh setiap warga se

Secara umum penelitian dan pe dengan model 4-D Semmel (1974). Mo perangkat pembela define, design, de model ini dapat dia pengembangan, dan Penelitian p Pasuruan, Jawa Tim tajuk Sekolah Ber anggota masyaraka yang digunakan te terbatas pada lingku

Diskusi

Penelitian ini pengemasan cerita gerakan literasi di dalam empat hal ya cerita lisan-lokal, 2 cerita lisan-lokal, 3) kiat-kiat pembuday Dalam riset i antaranya : 1) Kiai S Ayu Beri, 3) Kebaik 5) Sandal Kiai Ham

agai budaya yang diturunkan dari genera sekolah.

um seluruh kegiatan riset berpedoman pad pengembangan (Research and Develop

D yang disarankan oleh Thiagarajan, Model 4-D digunakan untuk penelitian p

elajaran. Model ini terdiri atas 4 tahap develop, dan disseminate. Dalam bahas diadaptasi dalam 4-P, yaitu pendefinisian, dan penyebar luasan.

pengembangan dilakukan di SD Ke imur, Indonesia. Pengembangan gerakan l erbudaya Lisan (BLS) dilakukan menc akat di dalam sekolah. Sedangkan sumb terkumpul dari tuturan masyarakat di se gkup wilayah kota Pasuruan.

ini menghasilkan dua luaran umum yakni ita lisan-lokal dan 2) penerapan dan di sekolah. Kedua luaran ini dapat dijaba

yang perlu dijelaskan dan didiskusikan ya , 2) bentuk buku cerita anak yang dikem , 3) bentuk penerapan gerakan literasi di s

ayaan gerakan literasi di sekolah.

et ini peneliti berhasil mengembangkan 10 ai Sepuh dan Pedagang Nangka, 2) Mbah S

aikan Hati Mbah Dacim, 4) Mbah Darim d mid, 6) Mbah Salim dan Jin Penunggu Sun

erasi ke generasi

pada pendekatan lopment /R&D) n, Semmel, dan pengembangan p metodik yaitu asan Indonesia, an, perancangan,

Kebonsari, Kota n literasi dengan ncakup seluruh ber cerita lisan i sekitar sekolah,

ni 1) bentuk dan n pembudayaan abarkan kembali yakni : 1) bentuk embangkan dari i sekolah, dan 4)

Gambar

Gambar : ilustrasi cerita
Gambar : Logogo Program Gerakan Sekolah Berbudaya Li
Tabel perbandinga(Bascom, 1965) gan jenis-jenis folklore mite, legenda, a, dan dongeng

Referensi

Dokumen terkait

provided the definitions and characteristics of derivatives, the categories of financial instruments, recognition and measurement, hedge accounting and determination of

Media tumbuh dengan komposisi tanah+pasir+ kompos merupakan media yang memberikan rata- rata pertambahan tinggi, pertambahan diameter, berat kering total terbaik berturut-turut

a: baik sekali (sesuai dengan standar pada tingkat intensif) b: baik (sesuai dengan standar pada tingkat semi intensif) c: cukup (sesuai dengan standar pada tingkat rendah) d:

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara praktik pemberian makan, perawatan kesehatan dan kebersihan anak dengan kejadian stunting pada anak

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Mempawah.Metode yang

Number of Schools, Classes, Students, Teachers, and Ratio of Students to Teacher of Junior High School (State + Private) out of Department of Education. by Regency/City

 Mengerjakan soal dengan baik yang berkaitan dengan cara menghitung turunan fungsi dengan menggunakan definisi turunan, menggunakan teorema-teorema umum turunan

Peserta didik diharapkan mampu memiliki perhatian yang baik dengan cara menyiapkan kondisi baik secara fisik maupun psikis sebelum mengikuti pembelajaran, selain itu