• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan Informasi Pendukung Rancangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Data dan Informasi Pendukung Rancangan "

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Data dan In formasi Pen dukun g Ran can gan Buku III RPJ MN 20 10 – 20 14 Berdim en si Kewilayahan

D

ATA DAN

I

NFORMASI

P

ENDUKUNG

R

ANCANGAN

B

UKU

III

RPJMN

T

AHUN

2010

2014

TIM PENYUSUN

Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D; Awan Setiawan, SE, MM, ME; Uke M. Hussein, Ssi, MPP; Agung Widodo, SP, MDEC; Yudianto, ST,MT, MPP; Anang Budi Gunawan, SE; Fidelia Silvana, SP.

M.Int.Econ & F; Ika Retna Wulandary, ST; Ir. Wawan Heryawan; Nana Mulyana, SP

Tim Ahli:

Dr. Rasidin K. Sitepu, SP. Msi, I r. M. Rizal Taufikurahman, Msi, Sofyan Sjaf, S.Pt, Msi, I r. Hery Suhartono, ME, I r. Zulkifli, MSc

Tim Pendukung :

Chrisna Triehadi Permana, ST, Sandra Dewi E. Kaunang, S.Pi, Rizal Assani, SE, Tri Supriyana, ST; Setya Rusdianto, S.Si; Selenia Ediyani P., ST; Donny Yanuar

Tim Editor:

Uke M. Hussein, Ssi, MPP; Awan Setiawan, SE, MM, ME; Agung Widodo, SP, MDEC; Rudi Alfian, SE ; Supriyadi, SSi, MTP;Anang Budi Gunawan, SE; Fidelia Silvana, SP. M.Int.Econ & F; Ika Retna

Wulandary, ST; Ir. Wawan Heryawan; Nana Mulyana, SP

K

EPULAUAN

N

USA

T

ENGGARA

Komentar, saran dan kritik dapat disampaikan ke :

Direktorat Pengembangan Wilayah

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

(3)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan i

Bagian i

KATA PENGANTAR

Penyusunan buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan, dilaksanakan melalui serangkaian proses kegiatan perencanaan sebelum akhirnya diperoleh hasil rumusan dokumen perencanaan pembangunan berdimensi wilayah yang akan ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Proses yang sudah dilaksanakan melalui pendekatan teknokratis, partisipatif dan politis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan. Rangkaian proses penyusunan dan input terkait substansi memiliki nilai penting untuk didokumentasikan untuk memberi pemahaman bagi kalangan yang ingin mengetahui input dan proses penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014. Berdasarkan pertimbangan tersebut dilakukan penyusunan buku sebagai bahan publikasi dengan judul ‘Data dan Informasi Pendukung Penyusunan Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan.

Isi dari buku ini, sebagian besar memuat berbagai masukan yang menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan rancangan Buku III RPJM. Berbagai masukan tersebut antara lain ; Background study yang menyajikan informasi tentang perkembangan kinerja pembangunan wilayah pulau terkait bidang ekonomi, kependudukan dan sosial budaya, infrastruktur, tata ruang pertanahan, sumberdaya alam dan linngkungan hidup, serta politik pertahanan dan keamanan, Hasil RTR Nasional berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rancangan RTR pulau yang mengacu pada Raperpres Rencana Tata Ruang Wilayah, Visi Misi SBY-Budiono yang menjelaskan perspektif masa depan Indonesia jangka menengah dan jangka panjang serta agenda dan sasaran pembangunan 2010-2014, dan beberapa hasil kajian terkait dengan pengembangan wilayah.

Isu buku ini menggambarkan perkembangan penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 sampai dengan bulan November 2009, sehingga belum menggambarkan seluruh proses dan hasil akhir rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 yang akan ditetapkan oleh presiden pada bulan Januari 2010. Namun demikian, melalui buku ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap para pembaca mengenai serangkaian proses yang telah dilakukan sampai kepada tersusunnya rancangan awal Buku III RPJMN 2010-2014.

Harapan kami buku ini dapat memberikan ilustrasi yang melatarbelakangi disusunnya Buku III RPJMN Berdimensi Kewilayahan dan kami sangat menghargai kritik dan saran guna penyempurnaan hasil publikasi dimasa mendatang.

Jakarta, November 2009

(4)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan ii

Bagian ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

vii

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

1

1.2.

Tujuan dan Sasaran

2

1.3.

Ruang Lingkup Data dan Informasi

2

1.4.

Sistematika Penyanjian Buku Publikasi

3

II.

PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN BUKU III RPJMN 2010-2014

AMANAT PENYUSUNAN RPJMN 2010-2014

1

APA TUJUAN DAN MANFAAT BUKU III RPJMN 2010-2014

DENGAN PENDEKATAN KEWILAYAHAN ?

2

BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN BUKU III RPJMN

2010-2014 BERDIMENSI KEWILAYAHAN ?

4

APA SAJA MASUKAN UNTUK PERBAIKAN RANCANGAN

BUKU III RPJMN 2010-2014 BERDIMENSI KEWILAYAHAN ?

5

III.

BACKGROUND STUDY

PENYUSUNAN RANCANGAN DOKUMEN

RPJMN 2010-2014 BERDIMENSI KEWILAYAHAN DI WILAYAH

JAWA-BALI

3.1. Perekonomian Daerah

1

3.1.1. Struktur Perekonomian

1

3.1.2. Pertumbuhan Ekonomi

1

3.1.3.

Investasi dan Perdagangan.

15

3.1.4.

Isu Strategis Bidang Ekonomi Wilayah Pulau Jawa-Bali

17

3.2.

Keuangan Daerah

17

3.3. Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

22

3.3.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

22

3.3.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

25

3.3.3. Indeks Pembangunan Manusia

30

3.3.4. Isu Strategis Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

32

3.4.

Bidang Infrastruktur

33

3.4.1.

Prasarana Transportasi

33

(5)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan iii

3.4.3.

Sumber Daya Air dan Irigasi

38

3.4.4.

Isu Strategis Bidang Infrastruktur

41

3.5. Bidang Penataan Ruang

41

3.5.1.

Pola Pemanfaatan Ruang

41

3.5.2. Tata Guna Lahan

44

3.5.3. Isu Strategis Bidang Penataan Ruang

49

3.6. Bidang Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

50

3.6.1. Sumber Daya Alam

50

3.6.2. Lingkungan

51

3.6.3. Isu Strategis Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

54

3.7.

Bidang Politik, Pertahanan Dan Keamanan

54

IV.

MASUKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

4.1.

Rencana Tata Tuang Wilayah Nasional

1

4.2.

Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Jawa-Bali

8

V.

VISI MISI SBY – BOEDIONO

5.1.

Perspektif Masa Depan Indonesia Jangka Menengah dan Panjang

1

5.2.

Misi Pembangunan Indonesia

2

5.3.

Agenda dan Sasaran Pembangunan

6

5.4.

Sasaran Pembangunan 2009-2014

9

5.5. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan 2009-2014

11

VI

.

RANCANGAN BUKU III RPJMN BERDIMENSI WILAYAH

6.1. Kerangka Kerja Perumusan Isu Strategis, Arah Kebijakan dan Strategi

Pengembangan

1

6.2. Arah Kebijakan Nasional Pengembangan Wilayah 2010-2014

2

6.3. Pengembangan Wilayah Jawa-Bali

14

6.3.1. Isu Strategis

14

6.3.2. Arah Pengembangan Wilayah

16

(6)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan iv

Bagian iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi (%) Dengan dan Tanpa Migas

Tahun 2002-2007

2

Tabel 3.2 Rata-rata Kontribusi Pertumbuhan Sektoral terhadap Laju

Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 2002– 2007

2

Tabel 3.3 Tipologi Daerah Wilayah Jawa-Bali Berdasarkan Pertumbuhan

Ekonomi dan PDRB per Kapita Tahun 2006

3

Tabel 3.4 Indeks Pemusatan (LQ) Sektor Ekonomi Per Provinsi di Wilayah

Jawa-Bali

4

Tabel 3.5 Nilai LC Setiap Sektor untuk Provinsi di Wilayah Jawa-Bali

4

Tabel 3.6 Nilai Proportional Share

5

Tabel 3.7 Nilai Differential Share

5

Tabel 3.8 Sektor Unggulan Masing-Masing Provinsi di Pulau Jawa-Bali

10

Tabel 3.9 Nilai Persetujuan Investasi PMDN dan PMA Tahun 2002 – 2006

16

Tabel 3.10 Nilai Ekspor dan Impor Tahun 2002 – 2006 (dalam jutaan US$)

16

Tabel 3.11 Nilai Penerimaan dan Belanja Daerah Tahun 2002 – 2006 (dalam

jutaan rupiah)

17

Tabel 3.12 Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi dan Daerah-Daerah di

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2004-2006

19

Tabel 3.13 Kontribusi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak terhadap APBD

Provinsi di Wilayah Jawa-Bali Tahun 2004-2006. (persen)

19

Tabel 3.14 Proporsi DAU terhadap Pendapatan Daerah Menurut Provinsi

di Pulau Jawa-Bali Tahun 2004-2006 (persen)

20

Tabel 3.15 Perkembangan Kebutuhan Fiskal Per Provinsi di Pulau Jawa-Bali

Tahun 2004-2006

21

Tabel 3.16 Perbandingan Kapasitas Fiskal Per Provinsi di Pulau Jawa-Bali

Tahun 2004-2006

21

Tabel 3.17 Upaya Fiskal Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali

22

Tabel 3.18 Perkembangan PAD Standar Menurut Provinsi di Pulau

Jawa-Bali Tahun 2004-2006

22

Tabel 3.19 Populasi dan Kepadatan Penduduk per km2 (Jiwa)

23

Tabel 3.20 Kelompok Umur Penduduk

23

(7)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan v

Jawa Bali, Tahun 2000,2004,2008

24

Tabel 3.22 Tingkat Upah Minimum Provinsi Tahun 2002 -2006

25

Tabel 3.23 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Perdesaan dan

Perkotaan, Tahun 2000,2004 dan 2008

26

Tabel 3.24 Koefisien Gini di Perdesaan dan Perkotaan Tahun

2002,2004,2006

26

Tabel 3.25 Rasio Murid/Sekolah

27

Tabel 3.26 Rasio Guru/Sekolah Tahun 2004 – 2006

27

Tabel 3.27 Rasio Murid /Guru Tahun 2004 – 2006

27

Tabel 3.28 Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2004 – 2006

28

Tabel 3.29 Fasilitas Kesehatan

29

Tabel 3.30 Tenaga Pelayanan Kesehatan

30

Tabel 3.31 Analisis Spasial Beberapa Variabel Tahun 2004 dan 2006

31

Tabel 3.32 Tingkat Ketersediaan Prasarana Transportasi Tahun 2005 (%)

33

Tabel 3.33 Jumlah Stasiun, Pelabuhan Laut dan Udara

34

Tabel 3.34 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (%)

34

Tabel 3.35 Rasio Kondisi Jalan Rusak terhadap Total Panjang Jalan (%)

35

Tabel 3.36 Neraca Daya listrik (mw)

36

Tabel 3.37 Daya Tersambung Per Sektor Pelanggan Per Wlayah Tahun 2006 (Mw) 37

Tabel 3.38 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem Jawa-Madura-Bali,

Tahun 2008-2014

38

Tabel 3.39 Jumlah Pelanggan Air Bersih Kelompok Non Niaga4

39

Tabel 3.40 Proporsi Luas Irigasi Sawah Teknis dan non teknis (%)

40

Tabel 3.41 Neraca Penggunaan Tanah Pada Wilayah Lindung dan Budidaya

di Pulau Jawa Tahun 2007

42

Tabel 3.42 Ketersediaan Lahan Lindung Berdasarkan Kesesuaian Peraturan

Pemerintah dan Fungsi Wilayah di Pulau Jawa dan Bali Tahun 2007

43

Tabel 3.43 Wilayah Lindung Nasional Di Pulau Jawa

43

Tabel 3.44 Penggunaan/Peruntukan Tanah di Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

45

Tabel 3.45 Penggunaan/Peruntukan Tanah Non Pertanian di Pulau Jawa-Bali

Tahun 2007

46

Tabel 3.46 Lahan Tersedia Untuk Perluasan Areal Pertanian di Indonesia

46

Tabel 3.47 Peruntukan/Penggunaan Pertanian, Perkebunan, dan Hutan di

Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

48

Tabel 3.48 Penggunaan/Peruntukan Tanah Non Pertanian Lainnya di Pulau

Jawa dan Bali Tahun 2007

48

(8)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan vi

dan Non Hutan di Pulau Jawa -Bali Tahun 2007

49

Tabel 3.50 Luas Wilayah Hutan dan Tata Guna Hutan (Ha) tahun 2005

50

Tabel 3.51 Luas daerah pengaliran dan debit beberapa sungai yang pengalirannya

lebih dari 1000 Km2 Tahun 2005

50

Tabel 3.52 Potensi Energi Pulau Jawa Bali tahun 2007

51

Tabel 3.53 Cadangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Batubara Pulau Jawa

Bali sampai tahun 2007

51

Tabel 3.54 Luas lahan kritis dan tingkat kekritisannya (Ha) Tahun 2004

52

Tabel 3.55 Kerusakan Hutan menurut jenis kerusakan tahun 2005

52

Tabel 3.56 Luas wilayah konservasi daratan (ha)

53

Tabel 3.57 Luas Reboisasi dan rehabilitasi Lahan tahun 2002 dan 2005

53

Tabel 3.58 Perkiraan besarnya emisi yang berasal dari kendaraan bermotor

(ton/tahun)

54

Tabel 6.1

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan

Wilayah (dalam persen) T ahun 2010-2014

7

Tabel 6.2

Perkiraan Angka Kematian Bayi, Rata-rata Lama Sekolah dan

(9)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan vii

Bagian iv

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Pendapatan Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Dengan Migas

Tahun 2002-2007 (dalam juta rupiah)

2

Gambar 3.2 Pendapatan Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Tanpa Migas

Tahun 2002 -2006 (dalam juta rupiah)

3

Gambar 3.3 Nilai Trade Intensity Index

17

Gambar 3.4 Perkembangan Jumlah Pengangguran Terbuka Antarprovinsi di Jawa

Bali

24

Gambar 3.5 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Antarprovinsi di Jawa

Bali

24

Gambar 3.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Jawa Bali

25

Gambar 3.7 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Wilayah Jawa Bali

25

Gambar 3.8 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Menurut Provinsi di Wilayah

Jawa-Bali

28

Gambar 3.9 Angka Melek Huruf (Persen) Menurut Provinsi di Wilayah Jawa-Bali

29

Gambar 3.10 Angka Harapan Hidup (tahun)

30

Gambar 3.11 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi di Wilayah

Jawa-Bali

31

Gambar 3.12 Perbandingan Tingkat Persentase Penduduk Miskin 2004, Jawa-Bali

32

Gambar 3.13 Perbandingan Tingkat Persentase Penduduk Miskin 2006, Jawa-Bali

32

Gambar 3.14 Perbandingan Rasio Elektrifikasi Jawa Bali dan Indonesia

36

Gambar 3.15 Jaringan Transmisi Jawa Bali (Sumber: Dept. ESDM)

37

Gambar 3.16 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih

39

Gambar 3.17 Efektivitas Produksi Air Bersih

40

Gambar 3.18 Penggunaan tanah pada wilayah lindung di Pulau Jawa tahun 2007

42

Gambar 3.19 Penggunaan tanah pada wilayah budidaya di Pulau Jawa tahun 2007

42

Gambar 3.20 Perubahan Penggunaan Tanah 2002 – 2007 Pulau Jawa-Bali (dalam

ribu hektar)

45

Gambar 3.21 Peruntukan Tanah Non Pertanian Lainnya Di Pulau Jawa Dan Bali

Tahun 2007

46

(10)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan viii

Gambar 3.23 Peta peruntukan tanah sawah di Pulau Jawa-Bali tahun 2007

47

Gambar 2.24 Peta Peruntukan/Penggunaan Pertanian, Perkebunan, dan Hutan di

Pulau Jawa dan Bali Tahun 2007

48

Gambar 3.25 Tingkat Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif 2004

per Provinsi (%)

55

(11)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 1

Bagian I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaiannya, yaitu : politik; teknokratik; partisipatif; atas-bawah (top-down); dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan, sehingga dengan aspirasi tersebut dapat menciptakan rasa memiliki (ownership). Sedangkan pendekatan top-down dan bottom-up dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan, yaitu dimulai dari musyawarah perencanaan pembangunan ditingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai kepada tingkat Nasional.

RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih yang penyusunannya berpedoman Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Dalam RPJM Nasional memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik.

Terpilihnya SBY-Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2009, maka 3 bulan setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden harus sudah tersedia dokumen RPJMN periode 2010-2014, dan siap untuk ditetapkan melalui Peraturan Presiden (PerPres). Pelaksanaan dari agenda tersebut, lembaga Bappenas memiliki peran utama dalam penyiapan rancangan RPJMN 2010 – 2014, sekaligus memfasilitasi seluruh proses perencanaan yang harus dilakukan. Dokumen RPJMN tersebut akan disiapkan dalam 3 (tiga) buah dokumen, yaitu: dokumen pertama akan memuat prioritas pembangunan nasional yang sesuai dengan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden, dokumen kedua memuat prioritas pembangunan bidang, dan dokumen ketiga memuat prioritas pembangunan wilayah atau pembangunan berdimensi kewilayahan.

Proses penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 yang berdimensi kewilayahan, telah dimulai dari penyusunan rancangan awal berdasarkan hasil pendekatan teknokratis yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Wilayah, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Berbagai masukan dari hasil kajian ilmiah (kuantitatif dan kualitatif) telah dipertimbangkan secara komprehensif, sekaligus pelaksanaan lokakarya untuk memperoleh verifikasi dari staholders terkait di tingkat pusat maupun daerah. Rumusan dari berbagai kajian dan kegiatan lokakarya, selanjutnya dirangkum dan didokumentasikan sebagai laporan

background study, yang kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan awal Buku III RPJMN

Berdimensi Kewilayahan. Tahap lebih lanjut, penyelarasan dengan visi misi SBY- Boediono, penyelarasan dengan program kementerian dan lembaga (KL), serta dengan rencana pembangunan daerah. Penyelarasan dengan KL dan rencana pembangunan daerah, dilakukan melalui serangkaian lokakarya yang dihadiri oleh perwakilan KL serta setiap provinsi yang dikelompokkan menurut wilayah pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.

(12)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 2

1.2.

Tujuan dan Sasaran

Publikasi data dan informasi dalam rangka penyusunan Rancangan RPJMN 2010-2014 berdimensi wilayah bertujuan untuk:

1. Mendokumentasikan berbagai data dan informasi yang terkait sebagai input (referensi) yang digunakan, proses penyusunan rancangan Buku III, dan penyajian hasil rancangan dokumen Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.

2. Menyediakan bahan publikasi berupa buku yang berisi dokumentasi Input, proses dan hasil rancangan dokumen Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.

Sasaran dari penyediaan buku publikasi ini, diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengenai input yang digunakan, proses yang berjalan, serta hasil rancangan buku III RPJMN 2010-2014.

1.3.

Ruang Lingkup Data dan informasi

Ruang lingkup data dan informasi yang menjadi bahan publikasi ini, meliputi:

1. Berbagai referensi utama yang merupakan hasil kegiatan teknokratis yang dirangkum dalam dokumen Background Study penyusunan rancangan dokumen RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.

2. Masukan dari Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Pulau. 3. Uraian Visi Misi SBY-Boediono sebagai acuan dari pertimbangan politik.

4. Informasi dari proses diskusi dan konsultasi publik dalam proses penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.

Data dan informasi yang disajikan dalam buku publikasi ini baru menggambarkan proses penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 hingga bulan November 2009, sehingga belum menyajikan keseluruhan proses dan rancangan akhir dari dokumen Buku III.

1.4.

Sistematika Penyajian Buku Publikasi

1. Bagian I Pendahuluan, berisi penjesalan tentang latar belakang penyusunan buku publikasi, tujuan

dan sasaran, lingkup data dan informasi, dan sistematika penyajian buku publikasi.

2. Bagian II Proses Penyusunan Dokumen BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah, berisi

penjelasan tentang amanat penyusunan dokumen RPJMN 2010-1014, tujuan dan manfaat penyusunan dokumen BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah, proses dan masukan dalam penyusunan dokumen BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah.

3. Bagian III Background study, merupakan sajian informasi tentang perkembangan kinerja

pembangunan wilayah Jawa-Bali terkait bidang ekonomi, kependudukan dan sosial budaya, infrastruktur fisik, tata ruang pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dan politik pertahanan dan keamanan. Laporan ini juga memuat permasalahan dan isu strategis yang terjadi di wilayah Pulau yang disajikan dalam bentuk matrik.

4. Bagian IV Rencana tata ruang nasional dan tata ruang pulau. RTR Nasional berdasarkan

(13)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 3

5. Bagian V Visi Misi SBY-Boediono, merupakan penjelasan mengenai Perspektif Masa Depan

Indonesia Jangka Menengah dan Panjang, misi pembangunan Indonesia, agenda dan sasaran pembangunan 2009-2014 yang terdiri atas lima agenda utama pembangunan nasional 2009-2014.

6. Bagian VI Perumusan Rancangan BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah, merupakan

(14)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 1

Bagian II

PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN

BUKU III RPJMN 2010-2014

AMANAT PENYUSUNAN RPJMN 2010-2014

Pasal 19 ayat (1), Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional menetapkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional merupakan penjabaran visi, misi, dan program

Presiden selama 5 (lima) tahun, ditempuh melalui Strategi Pokok yang dijabarkan dalam

Agenda Pembangunan Nasional memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah

kebijakan, dan program-program pembangunan.

Perencanaan jangka panjang

telah ditetapkan dengan UU

Nomor 17 tahun 2007 tentang

Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005 – 2025. Amanat

UU ini akan menjadi dasar bagi

penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) Nasional Tahap I (2005

– 2009), Tahap II (2010 – 2014),

Tahap III (2015-2019) dan Tahap

IV (2020 – 2024). RPJM

Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya

berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan

umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dan

lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian

secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka

regulasi dan kerangka pendanaan

yang bersifat indikatif.

Terpilihnya SBY-Boediono

sebagai presiden dan wakil

persiden, dan yang dilantik pada

tanggal 20 Oktober 2009, maka 3

bulan kemudian yaitu bulan

Januari 2010 dokumen RPJMN

2010-2014

harus sudah

(15)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 2

proses politik, yaitu program-program prioritas dari ‘Visi dan Misi’ Presiden dan Wakil

Presiden terpilih. Dalam menyusun RPJMN 2010-2014, Bappenas akan menyiapkan 3 (tiga)

buah dokumen perencanaan. Dokumen pertama akan memuat prioritas pembangunan nasional

yang sesuai dengan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden. Dokumen kedua memuat

prioritas pembangunan bidang dan dokumen ketiga memuat prioritas pembangunan wilayah

atau pembangunan berdimensi kewilayahan.

Konstelasi keterkaitan Keterkaitan Buku I-II-III, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Buku I yang memuat Prioritas Nasional menjadi masukan di dalam penjabaran arah

kebijakan bidang dalam Buku II

Buku I memberikan arah kebijakan regional dalam Buku III

Buku III memuat kebutuhan dan permasalahan strategis masing-masing wilayah yang

menjadi arahan bidang dalam mengisi kebutuhan wilayah (lokus)

Buku II memuat arah kebijakan dan prioritas kegiatan bidang yang akan mengisi

kebutuhan wilayah (fokus)

APA TUJUAN DAN MANFAAT BUKU III RPJMN 2010-2014 DENGAN

PENDEKATAN KEWILAYAHAN ?

Salah satu arah pembangunan jangka panjang 2005-2025 dalam rangka mewujudkan

pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah melalui pengembangan wilayah.

Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi

dengan semua rencana pembangunan sektoral dan daerah. Rencana pembangunan dijabarkan

dan disinkronkan ke dalam rencana tata ruang wilayah nasional dan pulau, baik materi

maupun jangka waktunya. Pendekatan pengembangan wilayah dalam rencana pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap II tahun 2010-2014 akan didokumentasikan ke

dalam Buku III RPJM Nasional yang di dalamnya akan membahas secara lebih lengkap

terkait dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan sampai kepada fokus prioritas

pembangunan disetiap wilayah. Tahapan dan skala prioritas dalam RPJMN Tahap II adalah

memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun

kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian.

Penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014 ini memiliki tujuan dan manfaat yaitu :

(1)

Menjadi landasan atau kerangka konsep bagi kebijakan nasional yang menyeluruh dan

terpadu, sekaligus menjadi acuan strategi pengembangan wilayah Jawa-Bali.

(2)

Teridentifikasinya isu strategis yang diperoleh dari fakta, potensi dan masalah

pengembangan wilayah Jawa-Bali.

(3)

Tersusunnya landasan konseptual dan arah kebijakan dalam pembangunan di wilayah

Jawa-Bali.

(4)

Tersusunnya skenario pengembangan wilayah Jawa-Bali untuk jangka menengah (5

tahun)

(5)

Menjadi acuan regional dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah

daerah (RPJMD)

(16)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 3

berdimensi kewilayahan. Dengan upaya ini diharapkan dapat mempertajam arah

pembangunan sebagai berikut:

(1)

Upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah secara lebih terarah;

(2)

Mempercepat kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah dalam pengembangan wilayah

tertentu yang disepakati bersama;

(3)

Sinergi semua pihak dalam upaya pengembangan wilayah;

(4)

Bertemunya prioritas nasional dan kepentingan daerah;

(5)

Terdapat instrumen koordinasi dalam pelaksanaan Musrenbang Nasional, Provinsi dan

Kabupaten.

Untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah, tentunya diperlukan adanya suatu koordinasi

perencanaan yang baik yaitu antara (1) perencanaan makro, (2) perencanaan sektoral dan (3)

perencanaan regional. Ketiga perencanan tersebut harus saling terkait satu dengan yang lain

serta harus tetap mempertimbangkan berbagai unsur penting yaitu unsur spasial, efektifitas

kebijakan, efisiensi sumberdaya serta kapasitas kelembagaan yang ada. Dengan adanya

keterkaitan satu dengan yang lain maka diharapkan strategi pembangunan ke depan akan

bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah yaitu perencanaan sektoral yang lintas wilayah dan

perencanaan wilayah yang lintas sektor. Secara skematis dapat dilihat pada bagan berikut:

(17)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 4

BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN BUKU III RPJMN 2010-2014 BERDIMENSI

KEWILAYAHAN ?

Secara teknis proses penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan dapat

digambarkan dalam 5 tahapan utama, yakni 3 tahapan yang merupakan perkembangan dari

penyusunan rancangan Buku III, dan 2 tahapan berikutnya adalah tahap penetapan RPJMN

(Buku I, II, dan III) dengan Perpres dan penyempurnaan Renstra KL dengan mengacu pada

RPJMN yang telah ditetapkan. Gambaran secara skematis dapat dilihat pada Gambar berikut:

Proses penyelarasan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 dengan program sektoral dan

daerah, disamping dilaksanakan antara Rancangan awal tahap 2 (15 juli 2009) sampai dengan

rancangan Buku III pada bulan November 2009, juga akan dimantapkan melalui pelaksanaan

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang dijadwalkan pada bulan

Desember 2009.

Berdasarkan proses yang telah berjalan sampai dengan bulan November 2009, secara teknis

rancangan Buku III telah dilakukan konsultasi dengan sektoral dan daerah, serta telah

dilakukan konsolidasi dengan internal Bappenas. Gambaran umum dari realisasi proses

penyusunan rancangan buku III dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.

Perumusan rancangan awal Buku III RPJMN 2010-2014 tahap 1 dengan berbasis pada

background study

yang didukung oleh berbagai hasil kajian kuantitatif/ kualitatif

.

Kajian

kuantitatif yang telah dilakukan diantaranya melalui pendekatan Model Keterkaitan

Ekonomi berdasarkan IRIO, Ekonometrik,

Interregional Computable General

Equilibrium, Agen Based Model

, Model Spasial Dinamik, serta hasil kajian

Strategic

Development Region (SDR).

Hasil kajian lainnya meliputi kajian sosial ekonomi

penduduk, kajian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Analisis keuangan daerah,

tata ruang wilayah (nasional dan pulau), serta berbagai kajian lainnya yang relevan.

Melalui rancangan awal ini, telah dirumuskan isu strategis pulau, tujuan, sasaran, dan

arah kebijakan. Untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari stakeholders terkait,

Rumusan hasil

background study

ini telah dilakukan lokakarya dengan mengundang

(18)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 5

2.

Rancangan Awal Buku III RPJMN 2010-2014 tahap 2, merupakan hasil sinkronisasi

dengan Sektoral dan Daerah, serta konsolidasi di internal Bappenas. Pada tahap ini, arah

kebijakan dari rancangan awal Buku III telah dijabarkan ke dalam fokus prioritas dan

pembagian 9 bidang yang digunakan dalam Buku II. Kegiatan konsolidasi diinternal

Bappenas dimaksudkan untuk penyelarasan antara rumusan fokus prioritas buka III

dengan Buku II. Untuk penyelarasan dengan program Kementerian dan Lembaga (KL)

dan Pemerintah daerah, juga dilakukan

workshop

secara lebih terfokus pada

pengembangan wilayah pulau. Pada

workshop

ini telah melibatkan perwakilan pakar dari

perguruan tinggi yang terkemuka disetiap pulau, perwakilan sektoral dan perwakilan dari

setiap Bappeda Provinsi. Agenda

workshop

per wilayah tersebut memiliki konteks

pembahasan yang lebih terfokus pada beberapa aspek berikut:

Masukan atas draft matriks Rancangan Awal Buku III RPJMN 2010-2014 sesuai

dengan wilayahnya, khususnya terkait isu strategis (yang didukung oleh fakta), tujuan,

sasaran dan arah kebijakan.

Menentukan berbagai target pembangunan daerah untuk mendukung target

pembangunan nasional dengan mempertimbangkan potensi serta kapasitas tiap daerah.

Masukan dari para akademisi atas atas draft matriks Rancangan Awal Buku III

RPJMN 2010-2014 serta memberikan masukan rumusan arah kebijakan pembangunan

disetiap wilayah.

APA SAJA MASUKAN UNTUK PERBAIKAN RANCANGAN BUKU III RPJMN 2010-2014

BERDIMENSI KEWILAYAHAN ?

Workshop

Penyusunan RPJMN 2010 – 2014 Berdimensi Kewilayahan Wilayah Jawa-Bali

telah dilaksanakan pada hari Senin, 7 September 2009. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan

dari Bappenas, Departemen/Kementerian Lembaga, nara sumber dari akademisi perguruan

tinggi di wilayah Jawa Bali, serta Bappeda diseluruh Provinsi wilayah-Jawa Bali. Rangkuman

dari masukan dan tanggapan dari peserta

workshop

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bappeda Bali

NO MATRIKS

MASUKAN

1 ISU STRATEGIS

WILAYAH 1: “Ketimpangan

Pembangunan Intra-Regional Wilayah Jawa Bali”

Bagian utara wilayah Bali masih merupakan daerah

tertinggal. Oleh karena itu, pengembangan bagian utara

wilayah Bali perlu ditambahkan dalam isu strategis

provinsi, beserta tujuan, sasaran dan arah kebijakannya.

Bali juga memiliki potensi wisata pantaiyang tinggi,

sehingga potensi wisata pantai Bali, antara lain di pesisir

utara dan timur Bali dan Pulau Nusa Penida, juga perlu

ditambahkan ke dalam matriks.

Pada kolom fakta, terkait dengan ketimpangan infrastruktur,

perlu ditambahkan mengenai ”

topografi bagian tengah

Pulau Bali yang berbukit dan bergunung sehingga

menghambat pembangunan infrastruktur antara utara

selatan”

2 ISU STRATEGIS

WILAYAH 5:

“Tingginya Ancaman terhadap Keunggulan Wilayah Jawa-Bali sebagai Lumbung Pangan Nasional”

Pada kolom fakta perlu ditambahkan bahwa ”

Bali menjadi

(19)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 6

NO MATRIKS

MASUKAN

3 ISU STRATEGIS

WILAYAH 12:

“Rendahnya Kapasitas dan Daya Saing SDM dalam Menghadapi Persaingan Global”

Pada kolom fakta perlu ditambahkan bahwa “Wilayah

Jawa-Bali menjadi tempat konsentrasi penyakit menular

seperti TB, polio dan AFP (

Acute Flaccid

Paralysis

)=lumpuh layu, liar, demam

berdarah,

chikungunya, antraks, leptospirosis, flu burung,

dan rabies.”

Oleh karena itu, sasaran perlu ditambah dengan

“menurunnya jumlah kasus rabies di Prov. Bali” ,

dan

indikator perlu ditambahkan dengan

“jumlah kasus TB,

polio dan AFP (

Acute Flaccid Paralysis

)=lumpuh layu, liar,

demam berdarah, chikungunya, antraks, leptospirosis, flu

burung, dan

rabies”.

Bappeda Jawa Tengah

NO MATRIKS

MASUKAN

1 ISU STRATEGIS BIDANG

EKONOMI

Fakta menunjukkan bahwa nilai tukar petani masih rendah.

Masih rendahnya pengelolaan usahatani menjadi isu

strategis dan perlu diupayakan untuk meningkatkan nilai

tambah petani dan penyediaan benih unggul.

Jawa Tengah akan mengembangkan usaha ternak dengan

skala besar.

2 ISU STRATEGIS BIDANG

SOSIAL

Di bidang pendidikan, masih adanya ketidaksesuaian antara

pendidikan dengan tenaga kerja. Jawa Tengah telah

berusaha meningkatkan kemampuan tenaga kerja yang akan

bekerja di luar negeri melalui pelatihan-pelatihan, namun

belum cukup, sehingga akan ditingkatkan dalam 5 tahun

kedepan, untuk menjadi andalan dalam meningkatkan

industri di Jawa Tengah.

Di bidang kesehatan, bencana berupa penyakit dari hewan

perlu mendapat perhatian. Selain itu, fakta menunjukkan

ketika terjadi gejala luar biasa, obat yang tersedia sudah

kadaluarsa.

3 ISU STRATEGIS BIDANG

LINGKUNGAN HIDUP DAN BENCANA ALAM

Daya dukung lingkungan perlu mendapat perhatian, dimana

saat musim hujan terjadi banjir dan saat musim kemarau

terjadi kekeringan. Hal ini diharapkan dapat diatasi dalam 5

tahun kedepan.

Gempa bumi yang baru saja terjadi juga menyebabkan

kerugian di Jawa Tengah. Oleh karena itu, upaya

pengurangan resiko bencana perlu menjadi perhatian.

4 ISU STRATEGIS BIDANG

INFRASTRUKTUR WILAYAH

Pembangunan jalur lintas selatan Pulau Jawa menjadi

prioritas, dan diharapkan dapat selesai dalam 5 tahun

kedepan.

Terkait pelabuhan laut, pelabuhan Tanjung Mas sebagai

(20)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 7

Bappeda DKI Jakarta

NO MATRIKS

MASUKAN

1 ISU STRATEGIS

Isu strategis di Provinsi DKI Jakarta antara lain terkait

dengan pelayanan publik, kualitas pendidikan dan

kesehatan, pengembangan pertanian dan dunia usaha,

pengurangan kemiskinan, dan antisipasi terhadap

perubahan iklim global.

Isu strategis hanya mencakup bencana teroris, namun

belum mencakup bencana alam, termasuk banjir, dan

penyakit.

Terkait dengan isu pengembangan ekonomi, perlu

ditambahkan upaya untuk menciptakan lahan pertanian

berkelanjutan. Selain itu, perlu juga dilakukan tindakan

terkait produk industri dan pertanian yang masuk dari

negara lain. Hak cipta perlu ditekankan.

Terkait bidang sosial, perlu diciptakan ketahanan terhadap

kebudayaan asing, khususnya bagi generasi muda, serta

pelestarian kebudayaan daerah.

Bappeda Jawa Barat

NO MATRIKS

MASUKAN

1 ISU STRATEGIS LINTAS

SEKTOR

1.

Isu strategis lintas sektor di Provinsi Jawa Barat antara lain:

Aksesibiltas dan layanan pendidikan

2.

Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat

3.

Apresiasi dan pengembangan budaya daerah

4.

Penanganan kemiskinan, pengangguran dan

ketenagakerjaan

5.

Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah

6.

Kesiagaan penanganan bencana alam dan pengendalian

serta peningkatan kualitas lingkungan hidup

7.

pelayanan publik dan pembentukan daerah otonom

kabupaten/kota

Bappeda Banten

NO MATRIKS

MASUKAN

1 KONDISI SAAT INI

Permasalahan yang dihadapi saat ini antara lain:

1.

Adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi wilayah

(antara utara dan selatan, hulu dan hilir).

2.

Ketersediaan sarana dan prasarana serta kondisi SDA

(ketersediaan air baku terbatas sebagai pengaruh global

warming, dsb).

2 RTRW BANTEN

Rencana struktur ruang wilayah Banten 2029 antara lain:

1.

Mengembangkan pelabuhan internasional Bojonegara

2.

Mengembangkan bandara Banten Selatan di Ujung

Kulon, untuk mengantisipasi bencana, dan untuk

mengembangkan pariwisata

3.

mengembangkan Bandara Soekarno Hatta

4.

Mengembangkan jalur jalan untuk wilayah selatan, serta

jalan tol dari Serang ke Panimbang.

3 ISU STRATEGIS WILAYAH 1

Perlu ditambahkan fakta “Kemiskinan terkonsentrasi di

(21)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 8

NO MATRIKS

MASUKAN

29.6%)”

Perlu ditambahkan arah kebijakan pengembangan potensi

wisata pantai di wilayah selatan Banten, yaitu di Tanjung

Lesung dan Sawarna.

Terkait isu strategis rendahnya produktivitas ekonomi

kawasan perdesaan, perlu ditambahkan berkembangnya

kegiatan off farm untuk meningkatkan produktivitas

ekonomi perdesaan.

Terkait isu strategis lemahnya keterkaitan desa kota,

ditambahkan dalam arah kebijakan: mengembangkan

kerterkaitan desa kota dengan mengembangkan kegiatan

agroprimer di Banten.

Banten sebagai pintu gebang arus ekonomi dari Sumatera,

serta sebagai terminal poros/penghubung antara Jawa dan

Sumatera, sehingga diharapkan dibangun terminal

agropolitan.

Terkait penyediaan infrastruktur, diharapkan dapat dibangun

infrastruktur Kereta Api. Perlu ditambahkan isu strategis

”belum optimalnya perhubungan antar moda, misal

pemanfaatan jalur KA”.

4 ISU STRATEGIS WILAYAH 2

Perlu ditambahkan fakta ”Nilai PMDN tertinggi di Jawa

Barat (7,440 miliar rupiah), diikuti oleh Banten (5,802 miliar

rupiah (tahun 2008 1,989 triliun rupiah))”, serta fakta daerah

potensi banjir di Provinsi Banten

5 ISU STRATEGIS WILAYAH 3

Perlu ditambahkan fakta nilai ekspor di Banten (tahun 2009)

US$ 497,44 Juta, serta fakta nilai impor di Banten (tahun

2009) US$ 437,31 Juta

Perlu ditambahkan arah kebijakan ”Memperluas jaringan

perdagangan internasional di Banten, DKI Jakarta, Jabar,

Jateng”

6 ISU STRATEGIS WILAYAH 4

Perlu ditambahkan arah kebijakan “Mengembangkan industri

unggulan pertenunan, makanan dan minuman, kulit, karet,

kimia di Banten”

7 ISU STRATEGIS WILAYAH 5

Banten memiliki potensi peternakan dan perikanan antara

lain: Potensi peternakan di ... Banten (tahun 2007) terdapat

potensi Kerbau (145 ribu ekor), kambing (730 ribu ekor),

domba (580 ribu ekor). Potensi Pengembangan

peternakan... di Banten (tahun 2007) ayam petelur 5,8 juta

ekor, ayam pedaging 26,2 juta ekor .

Oleh karena itu, pada arah kebijakan perlu ditambahkan

dengan mengembangkan peternakan domba, kerbau,

kambing, ternak kecil ayam kampung, ayam petelur, dan

ayam pedaging di Banten, serta mengembangkan perikanan

tangkap di Banten. Ternak ayam petelur, terkonsentrasi di

Kab. Lebak dan Kab. Tanggerang, memiliki potensi supply

ke Jakarta. Terkait potensi perikanannya, pengembangan

Pelabuhan Samudera di Banten bagian barat juga perlu

mendapat perhatian.

Arah kebijakan juga perlu ditambahkan dengan

(22)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 9

NO MATRIKS

MASUKAN

Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali”. Dalam hal ini,

tidak hanya membangun struktur irigasi tp juga membangun

tandon2 air, mengoptimalkan fungsi situ, serta membangun

tandon baru untuk persediaan air.

Banten memiliki potensi galian, yaitu di Kab. Lebak, juga di

Kawasan eks tambang emas Cikotok

8 ISU STRATEGIS WILAYAH 8

Arah kebijakan perlu ditambahkan dengan ”Meningkatkan

akses penduduk miskin terhadap pendidikan di Jabar, Jateng,

Jatim, DIY , Banten, serta Menyediakan bantuan modal

untuk usaha mikro Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten”

9 ISU STRATEGIS WILAYAH 9

Arah kebijakan ditambahkan dengan ”Melakukan rehabilitasi

dan konservasi hutan di kawasan hutan konservasi di Jabar,

Jatim dan Banten”,

Peningkatan luas RTH hingga 30% di

Wilayah Kota DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung,

Cirebon, Cimahi, Surakarta, Yogyakarta, Serang, Cilegon,

Tangerang Selatan”, ”Melakukan rehabilitasi kawasan

sempadan sungai di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur”,

Meningkatkan kesiapan

mitigasi bencana banjir di DKI Jakarta, Jabar, Banten,

Jateng, dan Jatim”, serta ”Melakukan rehabilitasi lahan kritis

di Jatim, Jateng, Jabar, Banten, DIY, Bali”

10 ISU STRATEGIS WILAYAH

12

Arah kebijakan perlu ditambahkan dengan ”Peningkatan

akses masyarakat terhadap infrastruktur kesehatan di Jabar,

Banten, Jatim dan Bali”, serta

Peningkatan akses

masyarakat terhadap infrastruktur pendidikan di Jabar,

Banten, Jateng, Jatim dan Bali”

Di Sasaran perlu ditambahkan terkait dengan flu burung dan

flu babi.

Banten akan mengembangkan kawasan Serang sebagai Pusat

Olah Raga.

Bappeda DI Yogyakarta

NO MATRIKS

MASUKAN

1 ISU STRATEGIS WILAYAH 1

Arah Kebijakan Pengembangan kawasan agropolitan di

DIY dihilangkan, karena dalam RTRW Provinsi DIY belum

menentukan kawasan agropolitan.

2 ISU STRATEGIS WILAYAH 4

Arah Kebijakan dan Sasaran Fokus Prioritas bagian Provinsi

DIY terdapat perbaikan

3 ISU STRATEGIS WILAYAH 11

Sasaran Fokus Prioritas bagian Provinsi DIY terdapat

perbaikan

Arah kebijakan terkait gerakan radikal perlu diperhatikan.

Sasaran fokus 1 menjadi ”meningkatnya…..”(tidak hanya

sadar tapi juga waspada)

4 ISU STRATEGIS WILAYAH 12

Fokus Prioritas dan Sasaran Fokus Prioritas bagian Provinsi

DIY terdapat perbaikan

Fokus prioritas menjadi “meningkatnya produktivitas

kesehatan (kedokteran diganti kesehatan)”.

Terkait bidang sarana prasarana, ada penekanan pada

(23)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 10

menyediakan dan memakai).

Indikator kuantitatif, seperti tingkat kemiskinan, angka

pengangguran, dan AKB sudah sesuai

Bappeda Jawa Timur

NO MATRIKS

MASUKAN

1 TANGGAPAN UMUM

RTRW Prov. Jatim saat ini sedang direvisi

Jatim memiliki beberapa kawasan agropolitan, antara lain di

Bromo.

Jatim memiliki Kawasan segitiga emas: Tuban, Bojonegoro,

Lamongan

Dalam RPJMD, hal yang baru terkait pelayanan dasar

pendidikan dan kesehatan.

Terkait RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), ada 5 tolak ukur

yg mempengaruhi kemiskinan, yaitu masalah sarpras

perumahan dan sanitasi.

Dalam RPJMD ada 9 agenda. Agenda baru yaitu Cash

Transfer.

Di tingkat menengah ada kebijakan untuk mendorong UKM,

yakni dibantu dengan kredit dan penjaminan dari pemprov,

dengan tingkat suku bunga diperkecil.

2 ISU STRATEGIS WILAYAH 1

Kolom fakta dibuat lebih sistematis sehingga sinkron dengan

kolom lainnya.

Rendahnya produktivitas ekonomi diganti menjadi lemahnya

pelayanan infrastruktur perdesaan

Ditambah poin baru: “Rendahnya akses permodalan”,

tujuan: mendorong akses permodalan, dan sasaran:

meningkatnya akses permodalan dan perputaran modal.

Kolom fakta perlu ditambahkan dengan banyaknya KK

pertanian yang menjadi buruh tani

3 ISU STRATEGIS...

Terkait Tata Ruang dan Pertanahan, perlu diperhatikan

pengembangan kawasan agropolitan dan minapolitan di

kawasan RTRW

Terkait Bidang Sarana prasarana, diubah menjadi

“terbangunnya infrastruktur perdesaan, irigasi..”

Fokus prioritas diubah menjadi ”penyiapan SDM dan

……..”, dengan sasaran menjadi ”meningkatnya SDM

pengelola dan terbentuknya lembaga pengelola agropolitan

dan minapolitan”

Belum melihat keterkaitan RPJM dengan RTRWN. Adanya

DAS Bengawan Solo belum muncul sasaran fokus riilnya.

Akademisi

1

Heru Purboyo

Latar Belakang

Catatan yang diberikan selanjutnya atas matriks Isu Strategis hingga Arah Kebijakan

berdasarkan keadaan Jawa dan juga Bali yang dinilai terjadi pada saat ini dan di jangka waktu

5 tahun mendatang. Pola ruang Jawa secara ringkas adalah kurang lebih sebagai berikut:

Jembatan Suromadu sudah beroperasi. Dengan demikian Surabaya dan sekitarnya

(24)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 11

kegiatan jasa yang terkait dengannya di bagian Pulau Madura.

Jaringan jalan toll di Pantura Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah yang kemudian masuk ke

bagian tengah Jawa Tengah dan Jawa Timur akan menyambungkan Anyer hingga

Banyuwangi. Beberapa ruas toll akan menyambungkan “backbone” transportasi tersebut ke

beberapa wilayah pedalaman dan bagian Selatan Jawa, seperti ke Sukabumi hingga

Pelabuhan Ratu, juga lanjutan dari ruas toll Bandung yang akan menjangkau

Sumedang-Majalengka untuk bertemu di Cirebon. Transportasi berorientasi ekspor dan impor akan

lebih lancar. Peran Pelabuhan Tanjung Priok/ Jakarta sebagai outlet ekspor/ impor utama

Jawa akan semakin membesar dan dominan kalau tidak ada upaya pembagian peran tersebut

ke pelabuhan-pelabuhan lain. Pada sisi lain, daya tarik investasi dari koridor jaringan jalan

toll tersebut akan semakin meningkat dibandingkan dengan bagian wilayah lain di Jawa.

Kemungkinan ide Jembatan Selat Sunda akan disepakati untuk direalisasikan. Kawasan

Anyer dan sekitarnya akan menarik untuk dibangun guna memanfaatkan dan melayani serta

mendukung transportasi antarpulau. Investasi di kawasan tersebut akan mengubah tata ruang

dan juga sekaligus menciptakan kesempatan kerja.

Dengan demikian, bagian Utara Jawa dan sebagian di tengah akan terus menjadi konsentrasi

PMA dan juga sebagian besar PMDN. Secara lebih rinci, sebenarnya konsentrasi tersebut

relatif terbatas di kawasan Cilegon, Jabodetabek hingga Karawang, dan kawasan

metropolitan-metropolitan seperti Bandung, Semarang, Gerbangkertosusila (yang ke depan

akan lebih merambah Bangkalan karena faktor lumpur Lapindo). Dominasi atau Primacy

Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) sepertinya akan terus berlangsung kalau tidak

dilakukan suatu intervesi tertentu untuk menyebarkan kegiatan produktif

(ekonomi-sosial-budaya) ke kawasan-kawasan lain.

Pada bagian lain, yaitu di tengah dan Selatan Jawa, gerak pembangunan relatif

mengandalkan pada PMDN selain dari dana pemerintah serta masyarakat setempat di mana

kedua sumber terakhir juga terjadi di bagian Utara Jawa. Dana PMDN sangat terbatas

dibanding PMA. Kesempatan kerja yang diciptakan dengan demikian juga kalah dibanding

PMA.

Lahan di bagian tengah dan Selatan Jawa kebanyakan berfungsi lindung dan sebagian

lainnya dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dalam pen gertian luas. Sedikitnya

kesempatan kerja dan dan keadaan lingkungan membuat arus urbanisasi banyak berasal dari

bagian wilayah ini. Selain itu, di beberapa kawasan di bagian Selatan Jawa mengandung

ancaman bencana alam, seperti longsor, tanah bergerak, dll. Karena keterbatasan aksesibiltas

(kalau dibanding dengan bagian Utara), maka kadang kejadian bencana di bagian wilayah

ini tidak mudah segera bisa ditangani.

Potensi yang dimiliki bagian Selatan Jawa yang berdampak bagi kegiatan produktif adalah

pariwisata, khususnya wisata pantai yang bisa massal dan pada sebagian kecil lainnya wisata

minat khusus yang bersifat terbatas seperti selancar, jelajah dan pengenalan alam. Kegiatan

wisata tersebut cenderung membutuhkan kondisi alam yang lebih alami. Konservasi di

bagian wilayah ini bisa sejalan dengan kegiatan produktifnya

Tambahan Isu

Dengan latar belakang seperti tersebut di atas, 11 (sebelas) isu strategis wilayah yang ada di

dalam draf matrik relatif lengkap. Hanya mungkin bisa ditambahkan suatu isu terkait dengan

“kerawanan bencana”. Isu ini berada di luar cakupan masalah “daya dukung lingkungan”

mengingat seandainya daya dukung lingkungannya pun dipulihkan atau ditingkatkan, maka

akan tetap terdapat potensi bencana alam, seperti longsor, retakan tanah, patahan lereng,

atau banjir, khususnya di bagian Selatan Jawa karena karakteristik kawasannya memang

misal berada di daerah patahan, dari dulu merupakan plateau/ dataran rendah di pegunungan

yang berfungsi sebagai muara sementara suatu sungai.

Selain itu, potensi bencana tidak hanya terdapat di kawasan perdesaan dan pegunungan,

(25)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 12

perumahan, maka potensi bencana cenderung meningkat.

Paradigma Pengembangan Wilayah

Draf Matrik RPJMN Jawa-Bali cenderung meneruskan momentum pembangunan yang sejak

lama dan sedang berlangsung, seperti melanjutkan pola pembangunan “Jaringan Jalan Raya

Pos - Daendels” 200 tahun lalu dan menguatkan struktur ruang wilayah dengan penegasan

PKN dan PKW-nya. Penerusan tersebut dilakukan dengan memberikan koreksi pada

sisi-sisi negatifnya, seperti kesenjangan antar-wilayah, kemiskinan, pencemaran lingkungan. Hal

tersebut dijalankan walau di dalamnya mengandung ironi, seperti berkurangnya secara

menerus lahan sawah kelas-1 di Pantura sehingga menjadi isu gugurnya peran lumbung

pangan karena terkonversi untuk industri dan pendukungnya. Sedang bagian Selatan Jawa

relatif kurang tersentuh yang sebagian terjelaskan karena kawasannya rawan bencana

sehingga sulit dan mahal untuk membangun jaringan jalan dan infrastuktur lainnya. Dugaan

seperti ini didasari oleh ketidak-terbukaan prinsip pengembangan atau paradigma yang

melatar-belakangi arah kebijakan.

Skenario

PP tentang RTRWN bisa saja dinilai kurang eksplisit tentang, misal, peran Pulau Jawa

secara nasional: apakah sebagai “mesin wilayah” pertumbuhan ekonomi dengan

menanggung segala resikonya?

Apakah ada skenario lain, misalnya, yang mengarahkan Jawa tetap sebagai lumbung padi

nasional atau minimum swasembada bagi dirinya sendiri? Skenario ini tentunya akan

berpengaruh terhadap RTRW Pulau Jawa dan pengembangan wilayahnya.

Apakah Jawa akan menangkap peluang eksternal/ internasional di mana di Afrika misalnya

terjadi ancaman kelaparan karena krisis pangan sehingga dikembangkan arahan untuk tidak

hanya swasembada pangan, tetapi malah ditingkatkan untuk bisa ekspor bahan pangan?

Peluang sejenis juga terdapat pada masalah energi di mana bio-diesel cenderung

mengemuka belakangan ini. Apakah Jawa akan ditugaskan untuk terlibat di dalam hal

tersebut?

Menghadapi kenyataan adanya “koridor pembangunan fisik” dari Anyer hingga Banyuwangi

sehingga kemudian ada yang menyatakan bahwa Jawa adalah kota terpanjang di dunia,

apakah hal ini akan “diterima” dan diteruskan? Apalagi kalau dikaitkan dengan

pembangunan jaringan toll baru sepanjang Jawa.

2

Lincolin Arsyad

ISU-ISU STRATEGIS WILAYAH:

1.

Ketimpangan Pembangunan Intra-Regional Wilayah Jawa-Bali

Untuk menghadapi isu strategis

rendahnya produktivitas ekonomi kawasan perdesaan

,

arahan kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:

Mengembangkan kegiatan agrobisnis/agroindustri

Menumbuhkembangkan lembaga kredit mikro yang berbasis lokal

Meningkatkan ketersediaan pasokan listrik

Untuk menghadapi isu

lemahnya keterkaitan desa-kota

, arahan kebijakan perlu ditambahkan

sebagai berikut:

Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan

Untuk menghadapi isu

rendahnya produktivitas ekonomi kawasan selatan Jawa

, arahan

kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:

Pengembangan desa pesisir (bukan hanya pengembangan potensi wisata pantai saja,

tetapi juga perikanan laut dengan pembangunan dermaga-dermaga kecil serta fasilitasnya

untuk para nelayan tradisional)

Sebagai catatan, pengembangan dan optimalitas

modal sosial

belum muncul di dalam

arahan kebijakan.

(26)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 13

Untuk menghadapi isu strategis, arahan kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:

Selain membangun infrastruktur,

pemeliharaan infrastruktur

perlu diperhatikan.

3.

Belum Optimalnya Potensi Peningkatan Nilai Tambah dari Aktivitas Perdagangan

Internasional

4.

Semakin Meningkatnya Dominasi Sektor Sekunder (Industri Pengolahan) dan Tersier

(Perdagangan dan Jasa) dalam Perekonomian

Fakta di Jawa Tengah dan DIY menunjukkan bahwa kedua provinsi ini memiliki potensin

yang cukup tinggi untuk pengembangan industri furniture yang berorientasi ekspor. Oleh

karena itu, arahan kebijakan perlu ditambahkan yaitu mengembangkan industri furniture

yang berorientasi ekspor.

5.

Tingginya Ancaman terhadap Keunggulan Wilayah Jawa-Bali sebagai Lumbung

Pangan Nasional

Untuk provinsi DIY, fokus prioritas perlu ditambahkan:

pembentukan dan pengembangan modal sosial (misalnya: gotong royong dan jejaring

sosial) masyarakat

Pemeliharaan

sarana irigasi, bukan hanya pembangunan sarana irigasi.

6.

Tingginya Konsentrasi Jumlah Penduduk dan Kecenderungan yang Terus Meningkat

Untuk menghadapi isu tingginya konsentrasi jumlah penduduk dan kecenderungannya yang

semakin meningkat, arahan kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:

Pengendalian laju pertumbuhan penduduk juga ditekankan pada pengendalian pertumbuhan

alamiah yakni pengendalian tingkat kelahiran dengan cara mengintensifkan program KB di

semua provinsi

7.

Tingginya Tingkat Pengangguran di Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi

8.

Tingginya Tingkat Kemiskinan Perdesaan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, dan Tingkat Kemiskinan Perkotaan di DIY

Untuk menghadapi isu strategis wilayah tentang tingginya tingkat kemiskinan perdesaan,

selain data tentang tingkat pendidikan:

perlu ditambahkan data tentang

tingkat kesehatan

penduduk miskin, sehingga arahaan

kebijakan perlu ditambahkan yaitu meningkatkan akses penduduk miskin terhadap fasilitas

kesehatan untuk semua provinsi

9.

Menurunnya Daya Dukung Lingkungan

10.

Tingginya Kasus Tindak Pidana Korupsi

Untuk menghadapi isu strategis wilayah tentang tingginya kasus tindak pidana korupsi, ada

baiknya dikembangkan suatu

sistem kompensasi

(

reward and punishment

) yang

mendorong produktivitas dan efektivitas birokrasi.

11.

Tingginya Ancaman Terorisme terhadap Obyek Vital

Untuk menghadapi isu strategis wilayah tentang tingginya ancaman terorisme terhadap

obyek vital, arahan kebijakan yang perlu ditambahkan:

meningkatkan kapasitas dan pemahaman masyarakat terhadap agama secara benar

melalui jalur pendidikan (pesantren)

12.

Rendahnya Kapasitas dan Daya Saing SDM dalam Menghadapi Persaingan Global

Fokus prioritas untuk provinsi DIY untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran

berbagai penyakit menular perlu ditambahkan atau ditekankan tentang

pentingnga pola

hidup sehat sejak usia dini

.

3

Dr. Suahasil Nazara

Tata Ruang Pulau Jawa

Khusus untuk Pulau Jawa

harus lebih mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem

ketimbang memperhitungkan daya untuk pertumbuhan ekonomi

Harus lebih berorientasi membuka ruang devolusi untuk pengelolaan sumber daya alam

(27)

Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 14

Spatial planning is a social construct & product of power struggle for access & control to

resource!

Pemetaan partisipatif seberapa jauh diberi ruang dalam perencanaan tata ruang menurut

hukum positif?

Kasus-kasus di P Jawa

Pertanian – pupuk & pencemaran tanah

Agraria – konflik dng hutan dan kebun

Kehutanan & Perkebunan - agraria

SD Air – irigasi, kebun, pabrik, air kemasan

Laut dan Pesisir – pencemaran

Pertambangan – galian C

Penyelesaian Konflik – kelemb. lokal

Perubahan Penutupan Lahan P. Jawa

(2000 – 2005)

1.

hutan mangrove (-6,37%),

2.

hutan tanaman (-2,09%),

3.

hutan alam (-1,02%),

4.

sawah (-4,31%),

5.

pertanian lahan kering (-6,10%),

6.

semak belukar (-2,25%),

7.

tanah terbuka (-5,54%),

8.

tambak (-0,53%),

9.

air/danau (-4,97%),

10.

pemukiman + 30,91%

”Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditopang oleh pulihnya daya dukung

lingkungan”

Penataan hak dan akses masyarakat terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA)

Penguatan PSDA berbasis ekosistem termasuk pemulihan fungsi kawasan lindung,

Memperbaiki peraturan-perundangan, reformasi birokrasi dan tata pemerintahan, termasuk

pembenahan proses-proses administrasi pelaksanaan program dan kegiatan, terutama yang

berkaitan dengan PSDA

Kebijakan kependudukan khususnya untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk

Indonesia, khususnya di P. Jawa,

Pengembangan ekonomi di luar P. Jawa untuk mendorong perpindahan penduduk keluar P.

Jawa secara spontan

Departemen / KL

NO MATRIKS

MASUKAN

1 DEPKES

Komentar terhadap buku III: penanganan kesehatan harus

secara kesatuan. Penyebaran penyakit yang antar provinsi,

penanganannya juga harus antar provinsi.

Topik/tema RPJM dalam permasalahan kesehatan harusnya

bersifat lintas wilayah.

Ketersediaan obat merupakan masalah distribusi.

2 DEPTAN

Sependapat dengan Bappeda Jawa Bali.

Saran: terkait fungsi Bali sebagai lumbung pangan, pangan

berkelanjutan perlu ditindaklanjuti dengan perlunya

perlindungan pangan, serta optimasi penggunaan bahan

organik.

Terkait kesenjangan wilayah antar provinsi, perlu

Gambar

Tabel 3.8.
Tabel 3.12.
Tabel 3.15. Perkembangan Kebutuhan Fiskal Per Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2004-2006
Tabel 3.20. Kelompok Umur Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh

Perusahaan dapat menggunakan sistem penggajian dan pengupahan yang terintegrasi dimana pencatatan berbagai transaksi HRD serta perhitungan gaji dan upah sudah

Pertama, calon Presiden dan Wakil Presiden peserta pemilu ialah calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta

Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara naungan dengan genotipe terhadap beberapa karakter morfologi (jumlah helai daun, luas

Eksistensi pengaruh simultan seluruh variabel tidak terikat terhadap variabel terikat dapat ditemukan apabila f hitung melampaui f tabel dengan standar alpha 5%

• 1.25 - 2.0 m : Samudera Hindia barat Aceh, Perairan barat Sumatera Utara, Selat Makassar bagian utara, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Buru, Laut Seram, Laut Banda bagian

Perusahaan Gas Negara saat ini telah melakukan kerjasama dengan pihak bank untuk mempermudah pembayaran gas kepada pelanggan kecil dan rumah tangga.Layanan ini dilakukan

Jadi rata – rata total biaya yang dikeluarkan pengrajin gula semut dalam satu kali pengiriman adalah sebesar Rp.812.549,-, seperti tersaji dalam tabel berikut.. Total Biaya