Data dan In formasi Pen dukun g Ran can gan Buku III RPJ MN 20 10 – 20 14 Berdim en si Kewilayahan
D
ATA DAN
I
NFORMASI
P
ENDUKUNG
R
ANCANGAN
B
UKU
III
RPJMN
T
AHUN
2010
–
2014
TIM PENYUSUN
Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D; Awan Setiawan, SE, MM, ME; Uke M. Hussein, Ssi, MPP; Agung Widodo, SP, MDEC; Yudianto, ST,MT, MPP; Anang Budi Gunawan, SE; Fidelia Silvana, SP.
M.Int.Econ & F; Ika Retna Wulandary, ST; Ir. Wawan Heryawan; Nana Mulyana, SP
Tim Ahli:
Dr. Rasidin K. Sitepu, SP. Msi, I r. M. Rizal Taufikurahman, Msi, Sofyan Sjaf, S.Pt, Msi, I r. Hery Suhartono, ME, I r. Zulkifli, MSc
Tim Pendukung :
Chrisna Triehadi Permana, ST, Sandra Dewi E. Kaunang, S.Pi, Rizal Assani, SE, Tri Supriyana, ST; Setya Rusdianto, S.Si; Selenia Ediyani P., ST; Donny Yanuar
Tim Editor:
Uke M. Hussein, Ssi, MPP; Awan Setiawan, SE, MM, ME; Agung Widodo, SP, MDEC; Rudi Alfian, SE ; Supriyadi, SSi, MTP;Anang Budi Gunawan, SE; Fidelia Silvana, SP. M.Int.Econ & F; Ika Retna
Wulandary, ST; Ir. Wawan Heryawan; Nana Mulyana, SP
K
EPULAUAN
N
USA
T
ENGGARA
Komentar, saran dan kritik dapat disampaikan ke :
Direktorat Pengembangan Wilayah
Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan i
Bagian i
KATA PENGANTAR
Penyusunan buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan, dilaksanakan melalui serangkaian proses kegiatan perencanaan sebelum akhirnya diperoleh hasil rumusan dokumen perencanaan pembangunan berdimensi wilayah yang akan ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Proses yang sudah dilaksanakan melalui pendekatan teknokratis, partisipatif dan politis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan. Rangkaian proses penyusunan dan input terkait substansi memiliki nilai penting untuk didokumentasikan untuk memberi pemahaman bagi kalangan yang ingin mengetahui input dan proses penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014. Berdasarkan pertimbangan tersebut dilakukan penyusunan buku sebagai bahan publikasi dengan judul ‘Data dan Informasi Pendukung Penyusunan Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan.
Isi dari buku ini, sebagian besar memuat berbagai masukan yang menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan rancangan Buku III RPJM. Berbagai masukan tersebut antara lain ; Background study yang menyajikan informasi tentang perkembangan kinerja pembangunan wilayah pulau terkait bidang ekonomi, kependudukan dan sosial budaya, infrastruktur, tata ruang pertanahan, sumberdaya alam dan linngkungan hidup, serta politik pertahanan dan keamanan, Hasil RTR Nasional berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rancangan RTR pulau yang mengacu pada Raperpres Rencana Tata Ruang Wilayah, Visi Misi SBY-Budiono yang menjelaskan perspektif masa depan Indonesia jangka menengah dan jangka panjang serta agenda dan sasaran pembangunan 2010-2014, dan beberapa hasil kajian terkait dengan pengembangan wilayah.
Isu buku ini menggambarkan perkembangan penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 sampai dengan bulan November 2009, sehingga belum menggambarkan seluruh proses dan hasil akhir rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 yang akan ditetapkan oleh presiden pada bulan Januari 2010. Namun demikian, melalui buku ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap para pembaca mengenai serangkaian proses yang telah dilakukan sampai kepada tersusunnya rancangan awal Buku III RPJMN 2010-2014.
Harapan kami buku ini dapat memberikan ilustrasi yang melatarbelakangi disusunnya Buku III RPJMN Berdimensi Kewilayahan dan kami sangat menghargai kritik dan saran guna penyempurnaan hasil publikasi dimasa mendatang.
Jakarta, November 2009
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan ii
Bagian ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
vii
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Tujuan dan Sasaran
2
1.3.
Ruang Lingkup Data dan Informasi
2
1.4.
Sistematika Penyanjian Buku Publikasi
3
II.
PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN BUKU III RPJMN 2010-2014
•
AMANAT PENYUSUNAN RPJMN 2010-2014
1
•
APA TUJUAN DAN MANFAAT BUKU III RPJMN 2010-2014
DENGAN PENDEKATAN KEWILAYAHAN ?
2
•
BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN BUKU III RPJMN
2010-2014 BERDIMENSI KEWILAYAHAN ?
4
•
APA SAJA MASUKAN UNTUK PERBAIKAN RANCANGAN
BUKU III RPJMN 2010-2014 BERDIMENSI KEWILAYAHAN ?
5
III.
BACKGROUND STUDY
PENYUSUNAN RANCANGAN DOKUMEN
RPJMN 2010-2014 BERDIMENSI KEWILAYAHAN DI WILAYAH
JAWA-BALI
3.1. Perekonomian Daerah
1
3.1.1. Struktur Perekonomian
1
3.1.2. Pertumbuhan Ekonomi
1
3.1.3.
Investasi dan Perdagangan.
15
3.1.4.
Isu Strategis Bidang Ekonomi Wilayah Pulau Jawa-Bali
17
3.2.
Keuangan Daerah
17
3.3. Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
22
3.3.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
22
3.3.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
25
3.3.3. Indeks Pembangunan Manusia
30
3.3.4. Isu Strategis Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
32
3.4.
Bidang Infrastruktur
33
3.4.1.
Prasarana Transportasi
33
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan iii
3.4.3.
Sumber Daya Air dan Irigasi
38
3.4.4.
Isu Strategis Bidang Infrastruktur
41
3.5. Bidang Penataan Ruang
41
3.5.1.
Pola Pemanfaatan Ruang
41
3.5.2. Tata Guna Lahan
44
3.5.3. Isu Strategis Bidang Penataan Ruang
49
3.6. Bidang Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup
50
3.6.1. Sumber Daya Alam
50
3.6.2. Lingkungan
51
3.6.3. Isu Strategis Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup
54
3.7.
Bidang Politik, Pertahanan Dan Keamanan
54
IV.
MASUKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH
4.1.
Rencana Tata Tuang Wilayah Nasional
1
4.2.
Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Jawa-Bali
8
V.
VISI MISI SBY – BOEDIONO
5.1.
Perspektif Masa Depan Indonesia Jangka Menengah dan Panjang
1
5.2.
Misi Pembangunan Indonesia
2
5.3.
Agenda dan Sasaran Pembangunan
6
5.4.
Sasaran Pembangunan 2009-2014
9
5.5. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan 2009-2014
11
VI
.
RANCANGAN BUKU III RPJMN BERDIMENSI WILAYAH
6.1. Kerangka Kerja Perumusan Isu Strategis, Arah Kebijakan dan Strategi
Pengembangan
1
6.2. Arah Kebijakan Nasional Pengembangan Wilayah 2010-2014
2
6.3. Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
14
6.3.1. Isu Strategis
14
6.3.2. Arah Pengembangan Wilayah
16
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan iv
Bagian iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi (%) Dengan dan Tanpa Migas
Tahun 2002-2007
2
Tabel 3.2 Rata-rata Kontribusi Pertumbuhan Sektoral terhadap Laju
Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 2002– 2007
2
Tabel 3.3 Tipologi Daerah Wilayah Jawa-Bali Berdasarkan Pertumbuhan
Ekonomi dan PDRB per Kapita Tahun 2006
3
Tabel 3.4 Indeks Pemusatan (LQ) Sektor Ekonomi Per Provinsi di Wilayah
Jawa-Bali
4
Tabel 3.5 Nilai LC Setiap Sektor untuk Provinsi di Wilayah Jawa-Bali
4
Tabel 3.6 Nilai Proportional Share
5
Tabel 3.7 Nilai Differential Share
5
Tabel 3.8 Sektor Unggulan Masing-Masing Provinsi di Pulau Jawa-Bali
10
Tabel 3.9 Nilai Persetujuan Investasi PMDN dan PMA Tahun 2002 – 2006
16
Tabel 3.10 Nilai Ekspor dan Impor Tahun 2002 – 2006 (dalam jutaan US$)
16
Tabel 3.11 Nilai Penerimaan dan Belanja Daerah Tahun 2002 – 2006 (dalam
jutaan rupiah)
17
Tabel 3.12 Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi dan Daerah-Daerah di
Wilayah Jawa-Bali Tahun 2004-2006
19
Tabel 3.13 Kontribusi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak terhadap APBD
Provinsi di Wilayah Jawa-Bali Tahun 2004-2006. (persen)
19
Tabel 3.14 Proporsi DAU terhadap Pendapatan Daerah Menurut Provinsi
di Pulau Jawa-Bali Tahun 2004-2006 (persen)
20
Tabel 3.15 Perkembangan Kebutuhan Fiskal Per Provinsi di Pulau Jawa-Bali
Tahun 2004-2006
21
Tabel 3.16 Perbandingan Kapasitas Fiskal Per Provinsi di Pulau Jawa-Bali
Tahun 2004-2006
21
Tabel 3.17 Upaya Fiskal Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali
22
Tabel 3.18 Perkembangan PAD Standar Menurut Provinsi di Pulau
Jawa-Bali Tahun 2004-2006
22
Tabel 3.19 Populasi dan Kepadatan Penduduk per km2 (Jiwa)
23
Tabel 3.20 Kelompok Umur Penduduk
23
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan v
Jawa Bali, Tahun 2000,2004,2008
24
Tabel 3.22 Tingkat Upah Minimum Provinsi Tahun 2002 -2006
25
Tabel 3.23 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Perdesaan dan
Perkotaan, Tahun 2000,2004 dan 2008
26
Tabel 3.24 Koefisien Gini di Perdesaan dan Perkotaan Tahun
2002,2004,2006
26
Tabel 3.25 Rasio Murid/Sekolah
27
Tabel 3.26 Rasio Guru/Sekolah Tahun 2004 – 2006
27
Tabel 3.27 Rasio Murid /Guru Tahun 2004 – 2006
27
Tabel 3.28 Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2004 – 2006
28
Tabel 3.29 Fasilitas Kesehatan
29
Tabel 3.30 Tenaga Pelayanan Kesehatan
30
Tabel 3.31 Analisis Spasial Beberapa Variabel Tahun 2004 dan 2006
31
Tabel 3.32 Tingkat Ketersediaan Prasarana Transportasi Tahun 2005 (%)
33
Tabel 3.33 Jumlah Stasiun, Pelabuhan Laut dan Udara
34
Tabel 3.34 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (%)
34
Tabel 3.35 Rasio Kondisi Jalan Rusak terhadap Total Panjang Jalan (%)
35
Tabel 3.36 Neraca Daya listrik (mw)
36
Tabel 3.37 Daya Tersambung Per Sektor Pelanggan Per Wlayah Tahun 2006 (Mw) 37
Tabel 3.38 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem Jawa-Madura-Bali,
Tahun 2008-2014
38
Tabel 3.39 Jumlah Pelanggan Air Bersih Kelompok Non Niaga4
39
Tabel 3.40 Proporsi Luas Irigasi Sawah Teknis dan non teknis (%)
40
Tabel 3.41 Neraca Penggunaan Tanah Pada Wilayah Lindung dan Budidaya
di Pulau Jawa Tahun 2007
42
Tabel 3.42 Ketersediaan Lahan Lindung Berdasarkan Kesesuaian Peraturan
Pemerintah dan Fungsi Wilayah di Pulau Jawa dan Bali Tahun 2007
43
Tabel 3.43 Wilayah Lindung Nasional Di Pulau Jawa
43
Tabel 3.44 Penggunaan/Peruntukan Tanah di Pulau Jawa-Bali Tahun 2007
45
Tabel 3.45 Penggunaan/Peruntukan Tanah Non Pertanian di Pulau Jawa-Bali
Tahun 2007
46
Tabel 3.46 Lahan Tersedia Untuk Perluasan Areal Pertanian di Indonesia
46
Tabel 3.47 Peruntukan/Penggunaan Pertanian, Perkebunan, dan Hutan di
Pulau Jawa-Bali Tahun 2007
48
Tabel 3.48 Penggunaan/Peruntukan Tanah Non Pertanian Lainnya di Pulau
Jawa dan Bali Tahun 2007
48
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan vi
dan Non Hutan di Pulau Jawa -Bali Tahun 2007
49
Tabel 3.50 Luas Wilayah Hutan dan Tata Guna Hutan (Ha) tahun 2005
50
Tabel 3.51 Luas daerah pengaliran dan debit beberapa sungai yang pengalirannya
lebih dari 1000 Km2 Tahun 2005
50
Tabel 3.52 Potensi Energi Pulau Jawa Bali tahun 2007
51
Tabel 3.53 Cadangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Batubara Pulau Jawa
Bali sampai tahun 2007
51
Tabel 3.54 Luas lahan kritis dan tingkat kekritisannya (Ha) Tahun 2004
52
Tabel 3.55 Kerusakan Hutan menurut jenis kerusakan tahun 2005
52
Tabel 3.56 Luas wilayah konservasi daratan (ha)
53
Tabel 3.57 Luas Reboisasi dan rehabilitasi Lahan tahun 2002 dan 2005
53
Tabel 3.58 Perkiraan besarnya emisi yang berasal dari kendaraan bermotor
(ton/tahun)
54
Tabel 6.1
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan
Wilayah (dalam persen) T ahun 2010-2014
7
Tabel 6.2
Perkiraan Angka Kematian Bayi, Rata-rata Lama Sekolah dan
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan vii
Bagian iv
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1 Pendapatan Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Dengan Migas
Tahun 2002-2007 (dalam juta rupiah)
2
Gambar 3.2 Pendapatan Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Tanpa Migas
Tahun 2002 -2006 (dalam juta rupiah)
3
Gambar 3.3 Nilai Trade Intensity Index
17
Gambar 3.4 Perkembangan Jumlah Pengangguran Terbuka Antarprovinsi di Jawa
Bali
24
Gambar 3.5 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Antarprovinsi di Jawa
Bali
24
Gambar 3.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Jawa Bali
25
Gambar 3.7 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Wilayah Jawa Bali
25
Gambar 3.8 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Menurut Provinsi di Wilayah
Jawa-Bali
28
Gambar 3.9 Angka Melek Huruf (Persen) Menurut Provinsi di Wilayah Jawa-Bali
29
Gambar 3.10 Angka Harapan Hidup (tahun)
30
Gambar 3.11 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi di Wilayah
Jawa-Bali
31
Gambar 3.12 Perbandingan Tingkat Persentase Penduduk Miskin 2004, Jawa-Bali
32
Gambar 3.13 Perbandingan Tingkat Persentase Penduduk Miskin 2006, Jawa-Bali
32
Gambar 3.14 Perbandingan Rasio Elektrifikasi Jawa Bali dan Indonesia
36
Gambar 3.15 Jaringan Transmisi Jawa Bali (Sumber: Dept. ESDM)
37
Gambar 3.16 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih
39
Gambar 3.17 Efektivitas Produksi Air Bersih
40
Gambar 3.18 Penggunaan tanah pada wilayah lindung di Pulau Jawa tahun 2007
42
Gambar 3.19 Penggunaan tanah pada wilayah budidaya di Pulau Jawa tahun 2007
42
Gambar 3.20 Perubahan Penggunaan Tanah 2002 – 2007 Pulau Jawa-Bali (dalam
ribu hektar)
45
Gambar 3.21 Peruntukan Tanah Non Pertanian Lainnya Di Pulau Jawa Dan Bali
Tahun 2007
46
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan viii
Gambar 3.23 Peta peruntukan tanah sawah di Pulau Jawa-Bali tahun 2007
47
Gambar 2.24 Peta Peruntukan/Penggunaan Pertanian, Perkebunan, dan Hutan di
Pulau Jawa dan Bali Tahun 2007
48
Gambar 3.25 Tingkat Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif 2004
per Provinsi (%)
55
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 1
Bagian I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sesuai dengan amanat Undang-Undang no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaiannya, yaitu : politik; teknokratik; partisipatif; atas-bawah (top-down); dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan, sehingga dengan aspirasi tersebut dapat menciptakan rasa memiliki (ownership). Sedangkan pendekatan top-down dan bottom-up dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan, yaitu dimulai dari musyawarah perencanaan pembangunan ditingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai kepada tingkat Nasional.
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih yang penyusunannya berpedoman Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Dalam RPJM Nasional memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik.
Terpilihnya SBY-Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2009, maka 3 bulan setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden harus sudah tersedia dokumen RPJMN periode 2010-2014, dan siap untuk ditetapkan melalui Peraturan Presiden (PerPres). Pelaksanaan dari agenda tersebut, lembaga Bappenas memiliki peran utama dalam penyiapan rancangan RPJMN 2010 – 2014, sekaligus memfasilitasi seluruh proses perencanaan yang harus dilakukan. Dokumen RPJMN tersebut akan disiapkan dalam 3 (tiga) buah dokumen, yaitu: dokumen pertama akan memuat prioritas pembangunan nasional yang sesuai dengan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden, dokumen kedua memuat prioritas pembangunan bidang, dan dokumen ketiga memuat prioritas pembangunan wilayah atau pembangunan berdimensi kewilayahan.
Proses penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 yang berdimensi kewilayahan, telah dimulai dari penyusunan rancangan awal berdasarkan hasil pendekatan teknokratis yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Wilayah, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Berbagai masukan dari hasil kajian ilmiah (kuantitatif dan kualitatif) telah dipertimbangkan secara komprehensif, sekaligus pelaksanaan lokakarya untuk memperoleh verifikasi dari staholders terkait di tingkat pusat maupun daerah. Rumusan dari berbagai kajian dan kegiatan lokakarya, selanjutnya dirangkum dan didokumentasikan sebagai laporan
background study, yang kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan awal Buku III RPJMN
Berdimensi Kewilayahan. Tahap lebih lanjut, penyelarasan dengan visi misi SBY- Boediono, penyelarasan dengan program kementerian dan lembaga (KL), serta dengan rencana pembangunan daerah. Penyelarasan dengan KL dan rencana pembangunan daerah, dilakukan melalui serangkaian lokakarya yang dihadiri oleh perwakilan KL serta setiap provinsi yang dikelompokkan menurut wilayah pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 2
1.2.
Tujuan dan Sasaran
Publikasi data dan informasi dalam rangka penyusunan Rancangan RPJMN 2010-2014 berdimensi wilayah bertujuan untuk:
1. Mendokumentasikan berbagai data dan informasi yang terkait sebagai input (referensi) yang digunakan, proses penyusunan rancangan Buku III, dan penyajian hasil rancangan dokumen Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.
2. Menyediakan bahan publikasi berupa buku yang berisi dokumentasi Input, proses dan hasil rancangan dokumen Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.
Sasaran dari penyediaan buku publikasi ini, diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengenai input yang digunakan, proses yang berjalan, serta hasil rancangan buku III RPJMN 2010-2014.
1.3.
Ruang Lingkup Data dan informasi
Ruang lingkup data dan informasi yang menjadi bahan publikasi ini, meliputi:
1. Berbagai referensi utama yang merupakan hasil kegiatan teknokratis yang dirangkum dalam dokumen Background Study penyusunan rancangan dokumen RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.
2. Masukan dari Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Pulau. 3. Uraian Visi Misi SBY-Boediono sebagai acuan dari pertimbangan politik.
4. Informasi dari proses diskusi dan konsultasi publik dalam proses penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan.
Data dan informasi yang disajikan dalam buku publikasi ini baru menggambarkan proses penyusunan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 hingga bulan November 2009, sehingga belum menyajikan keseluruhan proses dan rancangan akhir dari dokumen Buku III.
1.4.
Sistematika Penyajian Buku Publikasi
1. Bagian I Pendahuluan, berisi penjesalan tentang latar belakang penyusunan buku publikasi, tujuan
dan sasaran, lingkup data dan informasi, dan sistematika penyajian buku publikasi.
2. Bagian II Proses Penyusunan Dokumen BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah, berisi
penjelasan tentang amanat penyusunan dokumen RPJMN 2010-1014, tujuan dan manfaat penyusunan dokumen BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah, proses dan masukan dalam penyusunan dokumen BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah.
3. Bagian III Background study, merupakan sajian informasi tentang perkembangan kinerja
pembangunan wilayah Jawa-Bali terkait bidang ekonomi, kependudukan dan sosial budaya, infrastruktur fisik, tata ruang pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dan politik pertahanan dan keamanan. Laporan ini juga memuat permasalahan dan isu strategis yang terjadi di wilayah Pulau yang disajikan dalam bentuk matrik.
4. Bagian IV Rencana tata ruang nasional dan tata ruang pulau. RTR Nasional berdasarkan
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 3
5. Bagian V Visi Misi SBY-Boediono, merupakan penjelasan mengenai Perspektif Masa Depan
Indonesia Jangka Menengah dan Panjang, misi pembangunan Indonesia, agenda dan sasaran pembangunan 2009-2014 yang terdiri atas lima agenda utama pembangunan nasional 2009-2014.
6. Bagian VI Perumusan Rancangan BUKU III RPJMN Berdimensi Wilayah, merupakan
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 1
Bagian II
PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN
BUKU III RPJMN 2010-2014
AMANAT PENYUSUNAN RPJMN 2010-2014
Pasal 19 ayat (1), Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menetapkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional merupakan penjabaran visi, misi, dan program
Presiden selama 5 (lima) tahun, ditempuh melalui Strategi Pokok yang dijabarkan dalam
Agenda Pembangunan Nasional memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah
kebijakan, dan program-program pembangunan.
Perencanaan jangka panjang
telah ditetapkan dengan UU
Nomor 17 tahun 2007 tentang
Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005 – 2025. Amanat
UU ini akan menjadi dasar bagi
penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional Tahap I (2005
– 2009), Tahap II (2010 – 2014),
Tahap III (2015-2019) dan Tahap
IV (2020 – 2024). RPJM
Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan
umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dan
lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.
Terpilihnya SBY-Boediono
sebagai presiden dan wakil
persiden, dan yang dilantik pada
tanggal 20 Oktober 2009, maka 3
bulan kemudian yaitu bulan
Januari 2010 dokumen RPJMN
2010-2014
harus sudah
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 2
proses politik, yaitu program-program prioritas dari ‘Visi dan Misi’ Presiden dan Wakil
Presiden terpilih. Dalam menyusun RPJMN 2010-2014, Bappenas akan menyiapkan 3 (tiga)
buah dokumen perencanaan. Dokumen pertama akan memuat prioritas pembangunan nasional
yang sesuai dengan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden. Dokumen kedua memuat
prioritas pembangunan bidang dan dokumen ketiga memuat prioritas pembangunan wilayah
atau pembangunan berdimensi kewilayahan.
Konstelasi keterkaitan Keterkaitan Buku I-II-III, dapat dijelaskan sebagai berikut:
•
Buku I yang memuat Prioritas Nasional menjadi masukan di dalam penjabaran arah
kebijakan bidang dalam Buku II
•
Buku I memberikan arah kebijakan regional dalam Buku III
•
Buku III memuat kebutuhan dan permasalahan strategis masing-masing wilayah yang
menjadi arahan bidang dalam mengisi kebutuhan wilayah (lokus)
•
Buku II memuat arah kebijakan dan prioritas kegiatan bidang yang akan mengisi
kebutuhan wilayah (fokus)
APA TUJUAN DAN MANFAAT BUKU III RPJMN 2010-2014 DENGAN
PENDEKATAN KEWILAYAHAN ?
Salah satu arah pembangunan jangka panjang 2005-2025 dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah melalui pengembangan wilayah.
Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi
dengan semua rencana pembangunan sektoral dan daerah. Rencana pembangunan dijabarkan
dan disinkronkan ke dalam rencana tata ruang wilayah nasional dan pulau, baik materi
maupun jangka waktunya. Pendekatan pengembangan wilayah dalam rencana pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap II tahun 2010-2014 akan didokumentasikan ke
dalam Buku III RPJM Nasional yang di dalamnya akan membahas secara lebih lengkap
terkait dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan sampai kepada fokus prioritas
pembangunan disetiap wilayah. Tahapan dan skala prioritas dalam RPJMN Tahap II adalah
memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun
kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian.
Penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014 ini memiliki tujuan dan manfaat yaitu :
(1)
Menjadi landasan atau kerangka konsep bagi kebijakan nasional yang menyeluruh dan
terpadu, sekaligus menjadi acuan strategi pengembangan wilayah Jawa-Bali.
(2)
Teridentifikasinya isu strategis yang diperoleh dari fakta, potensi dan masalah
pengembangan wilayah Jawa-Bali.
(3)
Tersusunnya landasan konseptual dan arah kebijakan dalam pembangunan di wilayah
Jawa-Bali.
(4)
Tersusunnya skenario pengembangan wilayah Jawa-Bali untuk jangka menengah (5
tahun)
(5)
Menjadi acuan regional dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
daerah (RPJMD)
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 3
berdimensi kewilayahan. Dengan upaya ini diharapkan dapat mempertajam arah
pembangunan sebagai berikut:
(1)
Upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah secara lebih terarah;
(2)
Mempercepat kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah dalam pengembangan wilayah
tertentu yang disepakati bersama;
(3)
Sinergi semua pihak dalam upaya pengembangan wilayah;
(4)
Bertemunya prioritas nasional dan kepentingan daerah;
(5)
Terdapat instrumen koordinasi dalam pelaksanaan Musrenbang Nasional, Provinsi dan
Kabupaten.
Untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah, tentunya diperlukan adanya suatu koordinasi
perencanaan yang baik yaitu antara (1) perencanaan makro, (2) perencanaan sektoral dan (3)
perencanaan regional. Ketiga perencanan tersebut harus saling terkait satu dengan yang lain
serta harus tetap mempertimbangkan berbagai unsur penting yaitu unsur spasial, efektifitas
kebijakan, efisiensi sumberdaya serta kapasitas kelembagaan yang ada. Dengan adanya
keterkaitan satu dengan yang lain maka diharapkan strategi pembangunan ke depan akan
bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah yaitu perencanaan sektoral yang lintas wilayah dan
perencanaan wilayah yang lintas sektor. Secara skematis dapat dilihat pada bagan berikut:
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 4
BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN BUKU III RPJMN 2010-2014 BERDIMENSI
KEWILAYAHAN ?
Secara teknis proses penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014 berdimensi kewilayahan dapat
digambarkan dalam 5 tahapan utama, yakni 3 tahapan yang merupakan perkembangan dari
penyusunan rancangan Buku III, dan 2 tahapan berikutnya adalah tahap penetapan RPJMN
(Buku I, II, dan III) dengan Perpres dan penyempurnaan Renstra KL dengan mengacu pada
RPJMN yang telah ditetapkan. Gambaran secara skematis dapat dilihat pada Gambar berikut:
Proses penyelarasan rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 dengan program sektoral dan
daerah, disamping dilaksanakan antara Rancangan awal tahap 2 (15 juli 2009) sampai dengan
rancangan Buku III pada bulan November 2009, juga akan dimantapkan melalui pelaksanaan
Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang dijadwalkan pada bulan
Desember 2009.
Berdasarkan proses yang telah berjalan sampai dengan bulan November 2009, secara teknis
rancangan Buku III telah dilakukan konsultasi dengan sektoral dan daerah, serta telah
dilakukan konsolidasi dengan internal Bappenas. Gambaran umum dari realisasi proses
penyusunan rancangan buku III dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Perumusan rancangan awal Buku III RPJMN 2010-2014 tahap 1 dengan berbasis pada
background study
yang didukung oleh berbagai hasil kajian kuantitatif/ kualitatif
.
Kajian
kuantitatif yang telah dilakukan diantaranya melalui pendekatan Model Keterkaitan
Ekonomi berdasarkan IRIO, Ekonometrik,
Interregional Computable General
Equilibrium, Agen Based Model
, Model Spasial Dinamik, serta hasil kajian
Strategic
Development Region (SDR).
Hasil kajian lainnya meliputi kajian sosial ekonomi
penduduk, kajian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Analisis keuangan daerah,
tata ruang wilayah (nasional dan pulau), serta berbagai kajian lainnya yang relevan.
Melalui rancangan awal ini, telah dirumuskan isu strategis pulau, tujuan, sasaran, dan
arah kebijakan. Untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari stakeholders terkait,
Rumusan hasil
background study
ini telah dilakukan lokakarya dengan mengundang
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 5
2.
Rancangan Awal Buku III RPJMN 2010-2014 tahap 2, merupakan hasil sinkronisasi
dengan Sektoral dan Daerah, serta konsolidasi di internal Bappenas. Pada tahap ini, arah
kebijakan dari rancangan awal Buku III telah dijabarkan ke dalam fokus prioritas dan
pembagian 9 bidang yang digunakan dalam Buku II. Kegiatan konsolidasi diinternal
Bappenas dimaksudkan untuk penyelarasan antara rumusan fokus prioritas buka III
dengan Buku II. Untuk penyelarasan dengan program Kementerian dan Lembaga (KL)
dan Pemerintah daerah, juga dilakukan
workshop
secara lebih terfokus pada
pengembangan wilayah pulau. Pada
workshop
ini telah melibatkan perwakilan pakar dari
perguruan tinggi yang terkemuka disetiap pulau, perwakilan sektoral dan perwakilan dari
setiap Bappeda Provinsi. Agenda
workshop
per wilayah tersebut memiliki konteks
pembahasan yang lebih terfokus pada beberapa aspek berikut:
•
Masukan atas draft matriks Rancangan Awal Buku III RPJMN 2010-2014 sesuai
dengan wilayahnya, khususnya terkait isu strategis (yang didukung oleh fakta), tujuan,
sasaran dan arah kebijakan.
•
Menentukan berbagai target pembangunan daerah untuk mendukung target
pembangunan nasional dengan mempertimbangkan potensi serta kapasitas tiap daerah.
•
Masukan dari para akademisi atas atas draft matriks Rancangan Awal Buku III
RPJMN 2010-2014 serta memberikan masukan rumusan arah kebijakan pembangunan
disetiap wilayah.
APA SAJA MASUKAN UNTUK PERBAIKAN RANCANGAN BUKU III RPJMN 2010-2014
BERDIMENSI KEWILAYAHAN ?
Workshop
Penyusunan RPJMN 2010 – 2014 Berdimensi Kewilayahan Wilayah Jawa-Bali
telah dilaksanakan pada hari Senin, 7 September 2009. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan
dari Bappenas, Departemen/Kementerian Lembaga, nara sumber dari akademisi perguruan
tinggi di wilayah Jawa Bali, serta Bappeda diseluruh Provinsi wilayah-Jawa Bali. Rangkuman
dari masukan dan tanggapan dari peserta
workshop
dapat dijelaskan sebagai berikut:
•
Bappeda Bali
NO MATRIKS
MASUKAN
1 ISU STRATEGIS
WILAYAH 1: “Ketimpangan
Pembangunan Intra-Regional Wilayah Jawa Bali”
Bagian utara wilayah Bali masih merupakan daerah
tertinggal. Oleh karena itu, pengembangan bagian utara
wilayah Bali perlu ditambahkan dalam isu strategis
provinsi, beserta tujuan, sasaran dan arah kebijakannya.
Bali juga memiliki potensi wisata pantaiyang tinggi,
sehingga potensi wisata pantai Bali, antara lain di pesisir
utara dan timur Bali dan Pulau Nusa Penida, juga perlu
ditambahkan ke dalam matriks.
•
Pada kolom fakta, terkait dengan ketimpangan infrastruktur,
perlu ditambahkan mengenai ”
topografi bagian tengah
Pulau Bali yang berbukit dan bergunung sehingga
menghambat pembangunan infrastruktur antara utara
selatan”
2 ISU STRATEGIS
WILAYAH 5:
“Tingginya Ancaman terhadap Keunggulan Wilayah Jawa-Bali sebagai Lumbung Pangan Nasional”
•
Pada kolom fakta perlu ditambahkan bahwa ”
Bali menjadi
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 6
NO MATRIKS
MASUKAN
3 ISU STRATEGIS
WILAYAH 12:
“Rendahnya Kapasitas dan Daya Saing SDM dalam Menghadapi Persaingan Global”
•
Pada kolom fakta perlu ditambahkan bahwa “Wilayah
Jawa-Bali menjadi tempat konsentrasi penyakit menular
seperti TB, polio dan AFP (
Acute Flaccid
Paralysis
)=lumpuh layu, liar, demam
berdarah,
chikungunya, antraks, leptospirosis, flu burung,
dan rabies.”
Oleh karena itu, sasaran perlu ditambah dengan
“menurunnya jumlah kasus rabies di Prov. Bali” ,
dan
indikator perlu ditambahkan dengan
“jumlah kasus TB,
polio dan AFP (
Acute Flaccid Paralysis
)=lumpuh layu, liar,
demam berdarah, chikungunya, antraks, leptospirosis, flu
burung, dan
rabies”.
•
Bappeda Jawa Tengah
NO MATRIKS
MASUKAN
1 ISU STRATEGIS BIDANG
EKONOMI
•
Fakta menunjukkan bahwa nilai tukar petani masih rendah.
Masih rendahnya pengelolaan usahatani menjadi isu
strategis dan perlu diupayakan untuk meningkatkan nilai
tambah petani dan penyediaan benih unggul.
•
Jawa Tengah akan mengembangkan usaha ternak dengan
skala besar.
2 ISU STRATEGIS BIDANG
SOSIAL
•
Di bidang pendidikan, masih adanya ketidaksesuaian antara
pendidikan dengan tenaga kerja. Jawa Tengah telah
berusaha meningkatkan kemampuan tenaga kerja yang akan
bekerja di luar negeri melalui pelatihan-pelatihan, namun
belum cukup, sehingga akan ditingkatkan dalam 5 tahun
kedepan, untuk menjadi andalan dalam meningkatkan
industri di Jawa Tengah.
•
Di bidang kesehatan, bencana berupa penyakit dari hewan
perlu mendapat perhatian. Selain itu, fakta menunjukkan
ketika terjadi gejala luar biasa, obat yang tersedia sudah
kadaluarsa.
3 ISU STRATEGIS BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP DAN BENCANA ALAM
•
Daya dukung lingkungan perlu mendapat perhatian, dimana
saat musim hujan terjadi banjir dan saat musim kemarau
terjadi kekeringan. Hal ini diharapkan dapat diatasi dalam 5
tahun kedepan.
•
Gempa bumi yang baru saja terjadi juga menyebabkan
kerugian di Jawa Tengah. Oleh karena itu, upaya
pengurangan resiko bencana perlu menjadi perhatian.
4 ISU STRATEGIS BIDANG
INFRASTRUKTUR WILAYAH
•
Pembangunan jalur lintas selatan Pulau Jawa menjadi
prioritas, dan diharapkan dapat selesai dalam 5 tahun
kedepan.
•
Terkait pelabuhan laut, pelabuhan Tanjung Mas sebagai
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 7
•
Bappeda DKI Jakarta
NO MATRIKS
MASUKAN
1 ISU STRATEGIS
•
Isu strategis di Provinsi DKI Jakarta antara lain terkait
dengan pelayanan publik, kualitas pendidikan dan
kesehatan, pengembangan pertanian dan dunia usaha,
pengurangan kemiskinan, dan antisipasi terhadap
perubahan iklim global.
•
Isu strategis hanya mencakup bencana teroris, namun
belum mencakup bencana alam, termasuk banjir, dan
penyakit.
•
Terkait dengan isu pengembangan ekonomi, perlu
ditambahkan upaya untuk menciptakan lahan pertanian
berkelanjutan. Selain itu, perlu juga dilakukan tindakan
terkait produk industri dan pertanian yang masuk dari
negara lain. Hak cipta perlu ditekankan.
•
Terkait bidang sosial, perlu diciptakan ketahanan terhadap
kebudayaan asing, khususnya bagi generasi muda, serta
pelestarian kebudayaan daerah.
•
Bappeda Jawa Barat
NO MATRIKS
MASUKAN
1 ISU STRATEGIS LINTAS
SEKTOR
•
1.
Isu strategis lintas sektor di Provinsi Jawa Barat antara lain:
Aksesibiltas dan layanan pendidikan
2.
Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat
3.
Apresiasi dan pengembangan budaya daerah
4.
Penanganan kemiskinan, pengangguran dan
ketenagakerjaan
5.
Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah
6.
Kesiagaan penanganan bencana alam dan pengendalian
serta peningkatan kualitas lingkungan hidup
7.
pelayanan publik dan pembentukan daerah otonom
kabupaten/kota
•
Bappeda Banten
NO MATRIKS
MASUKAN
1 KONDISI SAAT INI
•
Permasalahan yang dihadapi saat ini antara lain:
1.
Adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi wilayah
(antara utara dan selatan, hulu dan hilir).
2.
Ketersediaan sarana dan prasarana serta kondisi SDA
(ketersediaan air baku terbatas sebagai pengaruh global
warming, dsb).
2 RTRW BANTEN
•
Rencana struktur ruang wilayah Banten 2029 antara lain:
1.
Mengembangkan pelabuhan internasional Bojonegara
2.
Mengembangkan bandara Banten Selatan di Ujung
Kulon, untuk mengantisipasi bencana, dan untuk
mengembangkan pariwisata
3.
mengembangkan Bandara Soekarno Hatta
4.
Mengembangkan jalur jalan untuk wilayah selatan, serta
jalan tol dari Serang ke Panimbang.
3 ISU STRATEGIS WILAYAH 1
•
Perlu ditambahkan fakta “Kemiskinan terkonsentrasi di
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 8
NO MATRIKS
MASUKAN
29.6%)”
•
Perlu ditambahkan arah kebijakan pengembangan potensi
wisata pantai di wilayah selatan Banten, yaitu di Tanjung
Lesung dan Sawarna.
•
Terkait isu strategis rendahnya produktivitas ekonomi
kawasan perdesaan, perlu ditambahkan berkembangnya
kegiatan off farm untuk meningkatkan produktivitas
ekonomi perdesaan.
•
Terkait isu strategis lemahnya keterkaitan desa kota,
ditambahkan dalam arah kebijakan: mengembangkan
kerterkaitan desa kota dengan mengembangkan kegiatan
agroprimer di Banten.
•
Banten sebagai pintu gebang arus ekonomi dari Sumatera,
serta sebagai terminal poros/penghubung antara Jawa dan
Sumatera, sehingga diharapkan dibangun terminal
agropolitan.
•
Terkait penyediaan infrastruktur, diharapkan dapat dibangun
infrastruktur Kereta Api. Perlu ditambahkan isu strategis
”belum optimalnya perhubungan antar moda, misal
pemanfaatan jalur KA”.
4 ISU STRATEGIS WILAYAH 2
•
Perlu ditambahkan fakta ”Nilai PMDN tertinggi di Jawa
Barat (7,440 miliar rupiah), diikuti oleh Banten (5,802 miliar
rupiah (tahun 2008 1,989 triliun rupiah))”, serta fakta daerah
potensi banjir di Provinsi Banten
5 ISU STRATEGIS WILAYAH 3
•
Perlu ditambahkan fakta nilai ekspor di Banten (tahun 2009)
US$ 497,44 Juta, serta fakta nilai impor di Banten (tahun
2009) US$ 437,31 Juta
•
Perlu ditambahkan arah kebijakan ”Memperluas jaringan
perdagangan internasional di Banten, DKI Jakarta, Jabar,
Jateng”
6 ISU STRATEGIS WILAYAH 4
•
Perlu ditambahkan arah kebijakan “Mengembangkan industri
unggulan pertenunan, makanan dan minuman, kulit, karet,
kimia di Banten”
7 ISU STRATEGIS WILAYAH 5
•
Banten memiliki potensi peternakan dan perikanan antara
lain: Potensi peternakan di ... Banten (tahun 2007) terdapat
potensi Kerbau (145 ribu ekor), kambing (730 ribu ekor),
domba (580 ribu ekor). Potensi Pengembangan
peternakan... di Banten (tahun 2007) ayam petelur 5,8 juta
ekor, ayam pedaging 26,2 juta ekor .
•
Oleh karena itu, pada arah kebijakan perlu ditambahkan
dengan mengembangkan peternakan domba, kerbau,
kambing, ternak kecil ayam kampung, ayam petelur, dan
ayam pedaging di Banten, serta mengembangkan perikanan
tangkap di Banten. Ternak ayam petelur, terkonsentrasi di
Kab. Lebak dan Kab. Tanggerang, memiliki potensi supply
ke Jakarta. Terkait potensi perikanannya, pengembangan
Pelabuhan Samudera di Banten bagian barat juga perlu
mendapat perhatian.
•
Arah kebijakan juga perlu ditambahkan dengan
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 9
NO MATRIKS
MASUKAN
Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali”. Dalam hal ini,
tidak hanya membangun struktur irigasi tp juga membangun
tandon2 air, mengoptimalkan fungsi situ, serta membangun
tandon baru untuk persediaan air.
•
Banten memiliki potensi galian, yaitu di Kab. Lebak, juga di
Kawasan eks tambang emas Cikotok
8 ISU STRATEGIS WILAYAH 8
•
Arah kebijakan perlu ditambahkan dengan ”Meningkatkan
akses penduduk miskin terhadap pendidikan di Jabar, Jateng,
Jatim, DIY , Banten, serta Menyediakan bantuan modal
untuk usaha mikro Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten”
9 ISU STRATEGIS WILAYAH 9
•
Arah kebijakan ditambahkan dengan ”Melakukan rehabilitasi
dan konservasi hutan di kawasan hutan konservasi di Jabar,
Jatim dan Banten”,
”
Peningkatan luas RTH hingga 30% di
Wilayah Kota DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung,
Cirebon, Cimahi, Surakarta, Yogyakarta, Serang, Cilegon,
Tangerang Selatan”, ”Melakukan rehabilitasi kawasan
sempadan sungai di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur”,
”
Meningkatkan kesiapan
mitigasi bencana banjir di DKI Jakarta, Jabar, Banten,
Jateng, dan Jatim”, serta ”Melakukan rehabilitasi lahan kritis
di Jatim, Jateng, Jabar, Banten, DIY, Bali”
10 ISU STRATEGIS WILAYAH
12
•
Arah kebijakan perlu ditambahkan dengan ”Peningkatan
akses masyarakat terhadap infrastruktur kesehatan di Jabar,
Banten, Jatim dan Bali”, serta
”
Peningkatan akses
masyarakat terhadap infrastruktur pendidikan di Jabar,
Banten, Jateng, Jatim dan Bali”
•
Di Sasaran perlu ditambahkan terkait dengan flu burung dan
flu babi.
•
Banten akan mengembangkan kawasan Serang sebagai Pusat
Olah Raga.
•
Bappeda DI Yogyakarta
NO MATRIKS
MASUKAN
1 ISU STRATEGIS WILAYAH 1
•
Arah Kebijakan Pengembangan kawasan agropolitan di
DIY dihilangkan, karena dalam RTRW Provinsi DIY belum
menentukan kawasan agropolitan.
2 ISU STRATEGIS WILAYAH 4
•
Arah Kebijakan dan Sasaran Fokus Prioritas bagian Provinsi
DIY terdapat perbaikan
3 ISU STRATEGIS WILAYAH 11
•
Sasaran Fokus Prioritas bagian Provinsi DIY terdapat
perbaikan
•
Arah kebijakan terkait gerakan radikal perlu diperhatikan.
•
Sasaran fokus 1 menjadi ”meningkatnya…..”(tidak hanya
sadar tapi juga waspada)
4 ISU STRATEGIS WILAYAH 12
•
Fokus Prioritas dan Sasaran Fokus Prioritas bagian Provinsi
DIY terdapat perbaikan
•
Fokus prioritas menjadi “meningkatnya produktivitas
kesehatan (kedokteran diganti kesehatan)”.
•
Terkait bidang sarana prasarana, ada penekanan pada
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 10
menyediakan dan memakai).
•
Indikator kuantitatif, seperti tingkat kemiskinan, angka
pengangguran, dan AKB sudah sesuai
•
Bappeda Jawa Timur
NO MATRIKS
MASUKAN
1 TANGGAPAN UMUM
•
RTRW Prov. Jatim saat ini sedang direvisi
•
Jatim memiliki beberapa kawasan agropolitan, antara lain di
Bromo.
•
Jatim memiliki Kawasan segitiga emas: Tuban, Bojonegoro,
Lamongan
•
Dalam RPJMD, hal yang baru terkait pelayanan dasar
pendidikan dan kesehatan.
•
Terkait RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), ada 5 tolak ukur
yg mempengaruhi kemiskinan, yaitu masalah sarpras
perumahan dan sanitasi.
•
Dalam RPJMD ada 9 agenda. Agenda baru yaitu Cash
Transfer.
•
Di tingkat menengah ada kebijakan untuk mendorong UKM,
yakni dibantu dengan kredit dan penjaminan dari pemprov,
dengan tingkat suku bunga diperkecil.
2 ISU STRATEGIS WILAYAH 1
•
Kolom fakta dibuat lebih sistematis sehingga sinkron dengan
kolom lainnya.
•
Rendahnya produktivitas ekonomi diganti menjadi lemahnya
pelayanan infrastruktur perdesaan
•
Ditambah poin baru: “Rendahnya akses permodalan”,
tujuan: mendorong akses permodalan, dan sasaran:
meningkatnya akses permodalan dan perputaran modal.
•
Kolom fakta perlu ditambahkan dengan banyaknya KK
pertanian yang menjadi buruh tani
3 ISU STRATEGIS...
•
Terkait Tata Ruang dan Pertanahan, perlu diperhatikan
pengembangan kawasan agropolitan dan minapolitan di
kawasan RTRW
•
Terkait Bidang Sarana prasarana, diubah menjadi
“terbangunnya infrastruktur perdesaan, irigasi..”
•
Fokus prioritas diubah menjadi ”penyiapan SDM dan
……..”, dengan sasaran menjadi ”meningkatnya SDM
pengelola dan terbentuknya lembaga pengelola agropolitan
dan minapolitan”
•
Belum melihat keterkaitan RPJM dengan RTRWN. Adanya
DAS Bengawan Solo belum muncul sasaran fokus riilnya.
•
Akademisi
1
Heru Purboyo
Latar Belakang
Catatan yang diberikan selanjutnya atas matriks Isu Strategis hingga Arah Kebijakan
berdasarkan keadaan Jawa dan juga Bali yang dinilai terjadi pada saat ini dan di jangka waktu
5 tahun mendatang. Pola ruang Jawa secara ringkas adalah kurang lebih sebagai berikut:
•
Jembatan Suromadu sudah beroperasi. Dengan demikian Surabaya dan sekitarnya
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 11
kegiatan jasa yang terkait dengannya di bagian Pulau Madura.
•
Jaringan jalan toll di Pantura Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah yang kemudian masuk ke
bagian tengah Jawa Tengah dan Jawa Timur akan menyambungkan Anyer hingga
Banyuwangi. Beberapa ruas toll akan menyambungkan “backbone” transportasi tersebut ke
beberapa wilayah pedalaman dan bagian Selatan Jawa, seperti ke Sukabumi hingga
Pelabuhan Ratu, juga lanjutan dari ruas toll Bandung yang akan menjangkau
Sumedang-Majalengka untuk bertemu di Cirebon. Transportasi berorientasi ekspor dan impor akan
lebih lancar. Peran Pelabuhan Tanjung Priok/ Jakarta sebagai outlet ekspor/ impor utama
Jawa akan semakin membesar dan dominan kalau tidak ada upaya pembagian peran tersebut
ke pelabuhan-pelabuhan lain. Pada sisi lain, daya tarik investasi dari koridor jaringan jalan
toll tersebut akan semakin meningkat dibandingkan dengan bagian wilayah lain di Jawa.
•
Kemungkinan ide Jembatan Selat Sunda akan disepakati untuk direalisasikan. Kawasan
Anyer dan sekitarnya akan menarik untuk dibangun guna memanfaatkan dan melayani serta
mendukung transportasi antarpulau. Investasi di kawasan tersebut akan mengubah tata ruang
dan juga sekaligus menciptakan kesempatan kerja.
•
Dengan demikian, bagian Utara Jawa dan sebagian di tengah akan terus menjadi konsentrasi
PMA dan juga sebagian besar PMDN. Secara lebih rinci, sebenarnya konsentrasi tersebut
relatif terbatas di kawasan Cilegon, Jabodetabek hingga Karawang, dan kawasan
metropolitan-metropolitan seperti Bandung, Semarang, Gerbangkertosusila (yang ke depan
akan lebih merambah Bangkalan karena faktor lumpur Lapindo). Dominasi atau Primacy
Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) sepertinya akan terus berlangsung kalau tidak
dilakukan suatu intervesi tertentu untuk menyebarkan kegiatan produktif
(ekonomi-sosial-budaya) ke kawasan-kawasan lain.
•
Pada bagian lain, yaitu di tengah dan Selatan Jawa, gerak pembangunan relatif
mengandalkan pada PMDN selain dari dana pemerintah serta masyarakat setempat di mana
kedua sumber terakhir juga terjadi di bagian Utara Jawa. Dana PMDN sangat terbatas
dibanding PMA. Kesempatan kerja yang diciptakan dengan demikian juga kalah dibanding
PMA.
•
Lahan di bagian tengah dan Selatan Jawa kebanyakan berfungsi lindung dan sebagian
lainnya dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dalam pen gertian luas. Sedikitnya
kesempatan kerja dan dan keadaan lingkungan membuat arus urbanisasi banyak berasal dari
bagian wilayah ini. Selain itu, di beberapa kawasan di bagian Selatan Jawa mengandung
ancaman bencana alam, seperti longsor, tanah bergerak, dll. Karena keterbatasan aksesibiltas
(kalau dibanding dengan bagian Utara), maka kadang kejadian bencana di bagian wilayah
ini tidak mudah segera bisa ditangani.
•
Potensi yang dimiliki bagian Selatan Jawa yang berdampak bagi kegiatan produktif adalah
pariwisata, khususnya wisata pantai yang bisa massal dan pada sebagian kecil lainnya wisata
minat khusus yang bersifat terbatas seperti selancar, jelajah dan pengenalan alam. Kegiatan
wisata tersebut cenderung membutuhkan kondisi alam yang lebih alami. Konservasi di
bagian wilayah ini bisa sejalan dengan kegiatan produktifnya
Tambahan Isu
•
Dengan latar belakang seperti tersebut di atas, 11 (sebelas) isu strategis wilayah yang ada di
dalam draf matrik relatif lengkap. Hanya mungkin bisa ditambahkan suatu isu terkait dengan
“kerawanan bencana”. Isu ini berada di luar cakupan masalah “daya dukung lingkungan”
mengingat seandainya daya dukung lingkungannya pun dipulihkan atau ditingkatkan, maka
akan tetap terdapat potensi bencana alam, seperti longsor, retakan tanah, patahan lereng,
atau banjir, khususnya di bagian Selatan Jawa karena karakteristik kawasannya memang
misal berada di daerah patahan, dari dulu merupakan plateau/ dataran rendah di pegunungan
yang berfungsi sebagai muara sementara suatu sungai.
•
Selain itu, potensi bencana tidak hanya terdapat di kawasan perdesaan dan pegunungan,
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 12
perumahan, maka potensi bencana cenderung meningkat.
Paradigma Pengembangan Wilayah
•
Draf Matrik RPJMN Jawa-Bali cenderung meneruskan momentum pembangunan yang sejak
lama dan sedang berlangsung, seperti melanjutkan pola pembangunan “Jaringan Jalan Raya
Pos - Daendels” 200 tahun lalu dan menguatkan struktur ruang wilayah dengan penegasan
PKN dan PKW-nya. Penerusan tersebut dilakukan dengan memberikan koreksi pada
sisi-sisi negatifnya, seperti kesenjangan antar-wilayah, kemiskinan, pencemaran lingkungan. Hal
tersebut dijalankan walau di dalamnya mengandung ironi, seperti berkurangnya secara
menerus lahan sawah kelas-1 di Pantura sehingga menjadi isu gugurnya peran lumbung
pangan karena terkonversi untuk industri dan pendukungnya. Sedang bagian Selatan Jawa
relatif kurang tersentuh yang sebagian terjelaskan karena kawasannya rawan bencana
sehingga sulit dan mahal untuk membangun jaringan jalan dan infrastuktur lainnya. Dugaan
seperti ini didasari oleh ketidak-terbukaan prinsip pengembangan atau paradigma yang
melatar-belakangi arah kebijakan.
Skenario
•
PP tentang RTRWN bisa saja dinilai kurang eksplisit tentang, misal, peran Pulau Jawa
secara nasional: apakah sebagai “mesin wilayah” pertumbuhan ekonomi dengan
menanggung segala resikonya?
•
Apakah ada skenario lain, misalnya, yang mengarahkan Jawa tetap sebagai lumbung padi
nasional atau minimum swasembada bagi dirinya sendiri? Skenario ini tentunya akan
berpengaruh terhadap RTRW Pulau Jawa dan pengembangan wilayahnya.
•
Apakah Jawa akan menangkap peluang eksternal/ internasional di mana di Afrika misalnya
terjadi ancaman kelaparan karena krisis pangan sehingga dikembangkan arahan untuk tidak
hanya swasembada pangan, tetapi malah ditingkatkan untuk bisa ekspor bahan pangan?
•
Peluang sejenis juga terdapat pada masalah energi di mana bio-diesel cenderung
mengemuka belakangan ini. Apakah Jawa akan ditugaskan untuk terlibat di dalam hal
tersebut?
•
Menghadapi kenyataan adanya “koridor pembangunan fisik” dari Anyer hingga Banyuwangi
sehingga kemudian ada yang menyatakan bahwa Jawa adalah kota terpanjang di dunia,
apakah hal ini akan “diterima” dan diteruskan? Apalagi kalau dikaitkan dengan
pembangunan jaringan toll baru sepanjang Jawa.
2
Lincolin Arsyad
ISU-ISU STRATEGIS WILAYAH:
1.
Ketimpangan Pembangunan Intra-Regional Wilayah Jawa-Bali
Untuk menghadapi isu strategis
rendahnya produktivitas ekonomi kawasan perdesaan
,
arahan kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:
Mengembangkan kegiatan agrobisnis/agroindustri
Menumbuhkembangkan lembaga kredit mikro yang berbasis lokal
Meningkatkan ketersediaan pasokan listrik
Untuk menghadapi isu
lemahnya keterkaitan desa-kota
, arahan kebijakan perlu ditambahkan
sebagai berikut:
Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan
Untuk menghadapi isu
rendahnya produktivitas ekonomi kawasan selatan Jawa
, arahan
kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:
Pengembangan desa pesisir (bukan hanya pengembangan potensi wisata pantai saja,
tetapi juga perikanan laut dengan pembangunan dermaga-dermaga kecil serta fasilitasnya
untuk para nelayan tradisional)
Sebagai catatan, pengembangan dan optimalitas
modal sosial
belum muncul di dalam
arahan kebijakan.
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 13
Untuk menghadapi isu strategis, arahan kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:
Selain membangun infrastruktur,
pemeliharaan infrastruktur
perlu diperhatikan.
3.
Belum Optimalnya Potensi Peningkatan Nilai Tambah dari Aktivitas Perdagangan
Internasional
4.
Semakin Meningkatnya Dominasi Sektor Sekunder (Industri Pengolahan) dan Tersier
(Perdagangan dan Jasa) dalam Perekonomian
Fakta di Jawa Tengah dan DIY menunjukkan bahwa kedua provinsi ini memiliki potensin
yang cukup tinggi untuk pengembangan industri furniture yang berorientasi ekspor. Oleh
karena itu, arahan kebijakan perlu ditambahkan yaitu mengembangkan industri furniture
yang berorientasi ekspor.
5.
Tingginya Ancaman terhadap Keunggulan Wilayah Jawa-Bali sebagai Lumbung
Pangan Nasional
Untuk provinsi DIY, fokus prioritas perlu ditambahkan:
pembentukan dan pengembangan modal sosial (misalnya: gotong royong dan jejaring
sosial) masyarakat
Pemeliharaan
sarana irigasi, bukan hanya pembangunan sarana irigasi.
6.
Tingginya Konsentrasi Jumlah Penduduk dan Kecenderungan yang Terus Meningkat
Untuk menghadapi isu tingginya konsentrasi jumlah penduduk dan kecenderungannya yang
semakin meningkat, arahan kebijakan perlu ditambahkan sebagai berikut:
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk juga ditekankan pada pengendalian pertumbuhan
alamiah yakni pengendalian tingkat kelahiran dengan cara mengintensifkan program KB di
semua provinsi
7.
Tingginya Tingkat Pengangguran di Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi
8.
Tingginya Tingkat Kemiskinan Perdesaan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Tingkat Kemiskinan Perkotaan di DIY
Untuk menghadapi isu strategis wilayah tentang tingginya tingkat kemiskinan perdesaan,
selain data tentang tingkat pendidikan:
perlu ditambahkan data tentang
tingkat kesehatan
penduduk miskin, sehingga arahaan
kebijakan perlu ditambahkan yaitu meningkatkan akses penduduk miskin terhadap fasilitas
kesehatan untuk semua provinsi
9.
Menurunnya Daya Dukung Lingkungan
10.
Tingginya Kasus Tindak Pidana Korupsi
Untuk menghadapi isu strategis wilayah tentang tingginya kasus tindak pidana korupsi, ada
baiknya dikembangkan suatu
sistem kompensasi
(
reward and punishment
) yang
mendorong produktivitas dan efektivitas birokrasi.
11.
Tingginya Ancaman Terorisme terhadap Obyek Vital
Untuk menghadapi isu strategis wilayah tentang tingginya ancaman terorisme terhadap
obyek vital, arahan kebijakan yang perlu ditambahkan:
meningkatkan kapasitas dan pemahaman masyarakat terhadap agama secara benar
melalui jalur pendidikan (pesantren)
12.
Rendahnya Kapasitas dan Daya Saing SDM dalam Menghadapi Persaingan Global
Fokus prioritas untuk provinsi DIY untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran
berbagai penyakit menular perlu ditambahkan atau ditekankan tentang
pentingnga pola
hidup sehat sejak usia dini
.
3
Dr. Suahasil Nazara
Tata Ruang Pulau Jawa
•
Khusus untuk Pulau Jawa
harus lebih mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem
ketimbang memperhitungkan daya untuk pertumbuhan ekonomi
•
Harus lebih berorientasi membuka ruang devolusi untuk pengelolaan sumber daya alam
Data dan Informasi Pendukung Rancangan Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan 14
•
Spatial planning is a social construct & product of power struggle for access & control to
resource!
•
Pemetaan partisipatif seberapa jauh diberi ruang dalam perencanaan tata ruang menurut
hukum positif?
Kasus-kasus di P Jawa
•
Pertanian – pupuk & pencemaran tanah
•
Agraria – konflik dng hutan dan kebun
•
Kehutanan & Perkebunan - agraria
•
SD Air – irigasi, kebun, pabrik, air kemasan
•
Laut dan Pesisir – pencemaran
•
Pertambangan – galian C
•
Penyelesaian Konflik – kelemb. lokal
Perubahan Penutupan Lahan P. Jawa
(2000 – 2005)
1.
hutan mangrove (-6,37%),
2.
hutan tanaman (-2,09%),
3.
hutan alam (-1,02%),
4.
sawah (-4,31%),
5.
pertanian lahan kering (-6,10%),
6.
semak belukar (-2,25%),
7.
tanah terbuka (-5,54%),
8.
tambak (-0,53%),
9.
air/danau (-4,97%),
10.
pemukiman + 30,91%
”Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditopang oleh pulihnya daya dukung
lingkungan”
•
Penataan hak dan akses masyarakat terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA)
•
Penguatan PSDA berbasis ekosistem termasuk pemulihan fungsi kawasan lindung,
•
Memperbaiki peraturan-perundangan, reformasi birokrasi dan tata pemerintahan, termasuk
pembenahan proses-proses administrasi pelaksanaan program dan kegiatan, terutama yang
berkaitan dengan PSDA
•
Kebijakan kependudukan khususnya untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk
Indonesia, khususnya di P. Jawa,
•
Pengembangan ekonomi di luar P. Jawa untuk mendorong perpindahan penduduk keluar P.
Jawa secara spontan
• Departemen / KL
NO MATRIKS
MASUKAN
1 DEPKES
•
Komentar terhadap buku III: penanganan kesehatan harus
secara kesatuan. Penyebaran penyakit yang antar provinsi,
penanganannya juga harus antar provinsi.
•
Topik/tema RPJM dalam permasalahan kesehatan harusnya
bersifat lintas wilayah.
•
Ketersediaan obat merupakan masalah distribusi.
2 DEPTAN