• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.1 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

esuai dengan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, pengembangan kawasan Bat u Put u t idak dapat berdiri sendiri, karena sangat dipengaruhi dan mempengaruhi kawasan ekst ernalnya, baik desakan Kot a Bandarlampung maupun Kawasan Tahura Wan Abdurrahman (WAR) at au Gunung Bet ung. Dalam jangka pendek dan menengah perkembangan Bat u Put u akan jenuh, karena ket erbat asan ket ersediaan lahan.. Kecenderungan sepert i yang t erjadi saat ini akan t erus t erjadi, dimana perkembangan daerah t erbangunnya cukup pesat . Berbagai perat uran berkenaan dengan arahan penggunaan lahan harus t et ap mengawal perkembangan kawasan ini. Pengembangan pariwisat a alam skala yang lebih besar, sepert i Taman Safari, dan berbagai jenis wisat a ekologi lainnya dengan kebut uhan area lebih luas dan sasaran pasar yang lebih beragam memerlukan area pengembangan ke arah Tahura WAR Gunung Betung. Dalam jangka panjang Kawasan Batu Putu dan sekitarnya hanya akan berfungsi sebagai pusat fasilit as wisat a alam yang merupakan pint u masuk unt uk wisat a ekologi ke Tahura Wan Abdurrahman. Beberapa arahan kebijakan di bawah ini kiranya dapat menjadi dasar bagi pemerint ah Kot a Bandarlampung bersama dengan Pemerint ah Propinsi unt uk mengambil langkah-langkah strategis kedepan.

(2)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

1. Mengembangkan kawasan Tahura WAR menjadi kawasan wisata ekologi yang bernilai ekonomi

a. Kawasan Gunung Bet ung saat ini berfungsi sebagai penyangga kehidupan ekonomi, social dan ekologis bagi masyarakat Lampung. Dengan st at us sebagai Tahura dan dengan kondisi 7 0 % rusak, maka t idak mungkin dengan membiarkan WAR “ t idak boleh” disent uh akan dapat menjaga kawasan sebagai kawasan konservasi. Kebijakan yang harus diambil adalah bagaimana agar kawasan ini dapat bernilai ekonomi, tapi tetap terlindungi.

b. Kebijakan unt uk membangun akses ke Tahura WAR dari kawasan Bat u Put u kiranya sudah harus dilakukan secara bersama ant ara Pemerint ah Kot a BandarLampung, Pemerint ah Kabupat en Lampung Selat an/Pesawaran dengan Dinas Kehut anan Propinsi Lampung. Tentunya pembangunan akses jalan tersebut nanti harus mempertimbangkan kaedah kelestarian lingkungan.

c. Membuka peluang bagi invest or bidang pariwisat a alam unt uk mengembangkan wisat a ekologi di kawasan Tahura WAR dengan syst em insent if dan disinsent if. Pola ini perlu dilakukan unt uk menyerahkan sebagian t anggung jawab pelest arian lingkungan kepada pihak ket iga dengan memberi imbalan yait u boleh melakukan kegiat an yang bernilai ekonomi, t et api t et ap memperhat ikan fungsinya sebagai kawasan konservasi. Misalnya: invest or diberi ijin unt uk mengelola suat u bagian dari kawasan Tahura WAR dalam jangka wakt u t ert ent u dengan berbagai persyaratan, diantaranya harus mematuhi kaedah pelestarian lingkungan dan jika persyaratannya dilanggar maka ijinnya dicabut. 2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata ekologi atau pengembangan wisata ekologi berbasis masyarakat

a. Pengembangan pusat -pusat ekonomi masyarakat perlu dipriorit askan dalam pengembangan kawasan Bat u Put u dan sekit arnya, sepert i: pasar buah dan sayur, pusat-pusat kerajinan (cinderamat a) sert a menyiapkan kampung-kampung wisat a dengan jasa penginapan (hom stay).

b. Mengarahkan berbagai kegiat an ekonomi masyarakat saat ini unt uk t ujuan pengembangan pariwisat a, sepert i: usaha kopi Gunung Betung, dengan sedikit memberi cita rasa berbeda, misalnya ditambahkan rasa aren, tentunya akan menarik para penikmat kopi.

(3)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

3. Diversifikasi objek wisat a, t erut ama yang berbasis budaya Lampung dan daya t arik lainnya sepert i: legenda Bat u Put u, legenda kapal yang terdampar ketika letusan Gunung Krakatau tahun 1883 di Sungai Kahuripan.

a. Daya t arik wisat a sepert i: berbagai kegiat an seni budaya dan legenda yang mendunia sepert i melet usnya Krakat au akan menarik wisat awan. Pembuat an kembali replica kapal yang t erdampar di sungai Kahuripan perlu dilakukan , karena “ kekuat an” sejarah at au nilai histories meletusnya Krakatau adalah milik dunia.

b. Memusat kan berbagai kegiat an seni budaya di lokasi yang berada di kawasan Bat u Put u, misalnya sanggar-sanggar t empat belajar t ari at au pert unjukan budaya yang rut in. Walaupun penduduk Bat u Put u dan sekit arnya umunya masyarakat pendat ang, t et api memncipt akan berbagai kegiatan seni budaya akan dapat menambah pilihan wisatawan dalam menikmati pariwisata di kawasan ini.

4. Meningkat kan ket erlibat an stakeholders t erut ama masyarakat ,pengusaha dan LSM yang selama ini sudah banyak t erlibat di kawasan Bat u Put u dan Tahura WAR untuk bersama-sama mengembangkan kawasan Batu Putu dan Tahura WAR.

a. Agar masing-masing “kekuatan” yang ada dapat bersinergi unt uk mengembangkan pariwisat a Bat u Put u, maka perlu secara kelembagaan ada suatu bentuk organisasi yang mewadahi berbagai unsur di atas untuk dapat secara bersama-sama mengembangkan pariwisata sesuai dengan kepent ingan masing-masing. Memang t idak mudah, t et api bukan t idak mungkin, yang dibut uhkan adalah kesungguhan unt uk berkomitmen.

(4)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.2 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

7.2.1 Rencana Struktur Ruang Kegiatan

Secara garis besar struktur kegiatan kawasan wisata alam Batu dan sekitarnya terbentuk karena adanya keterkaitan serta tarikan antar obyek wisata yang t elah eksist ing yang secara langsung t elah membent uk corak kawasan t ersebut . Dengan kondisi fisik sert a pot ensi kawasan yang dimiliki, secara t eorit is pola st rukt ur ruang kegiat an kawasan sudah mengarah membent uk pola menyebar dengan ikat an ket erkait an sat u dengan lainnya. Unt uk memperkuat st rukt ur runag kegiat an t ersebut akan diperkuat dengan jaringan jalan yang akan menghubungkan pusat-pusat dan sub-sub kegiat an sert a menghubungkan set iap elemen kawasan dan kegiat an . Dalam rencana st rut ur ruang kegiat an ini akan dikembangkan infrast rukt ur pendukung kawasaan yang meningkat kan aksesibilit as kawasan sert a ket erkait an dengan kawasan regist er 1 9 Gung Bet ung dan Tahura sebagai elemen pendukung penghubung kawasan.

Secara struktur kegiatan pada kawasan ini akan bertumpu pada tiga titik. Ketiga titik tersebut antara lain adalah obyek wisata Taman Bumi Kedaton, Taman Kupu – kupu, dan Obyek wisata keluarga Lembah Hijau. Ketiga obyek wisata ini dipilih mengingat obyek wisata ini telah tumbuh menjadi obyek wisat a yang masif, dan menjadi t ujuan wisat a pada kawasan. Karakt erist ik ket iga obyek wisat a ini cukup mewakili jenis kegiat an yang ada kawasan. Selain itu, ketiga obyek ini diharapkan menjadi pintu masuk aktifitas wisata ekologi pada tahura.

(5)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.2.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan

Secara umum penet apan zonasi akan dipengaruhi oleh beberapa kegiat an at au pot ensi kegiat an yang akan dikembangkan sesuai dengan pot ensi yang ada, dengan memperhatikan fungsi dan peran kawasan dalam lingkup yang lebih luas dan beberapa kegiatan wisata yang akan di kembangkan di sekitar kawasan.

Dari kriteria tersebut, aktivitas wisata yang sesuai untuk dikembangkan pada kawasan adalah aktivitas wisata ekologi yang berbasis kota. Penetapan ini di dasarkan mengingat kawasan dapat berfungsi sebagai pintu masuk wisatawan ke Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. Selain itu, pada kawasan akan t erjadi int egrasi kegiat an dari kegiat an wisat a yang berbasis kot a yang pada dasarnya t idak membut uhkan persyarat an khusus dalam upaya pengembangan dan aktifitasnya menuju wisata pada kawasan konservasi yang segala sesuatunya serba di batasi dan diawasi.

Secara sekilas dapat di ket ahui bahwa wisat a ekologi merupakan kunjungan t erbat as ke daerah wisat a alam oleh wisat awan yang t erlat ih dan canggih yang mencari pengalaman belajar yang baru. Dengan kat a lain, pengembangan wisat a ekologi diperunt ukan unt uk wisat awan dalam jumlah t ert ent u (bukan kelompok yang besar), yang memiliki kesadaran t inggi unt uk menjaga ekosist em dan kelest arian lingkungan, dan memiliki mot ivasi unt uk mendapat kan pengalaman baru dalam perjalanan. Kebut uhan akan lingkungan alam yang sangat baik merupakan inst rumen ut ama unt uk menarik minat wisatawan.

(6)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Dengan demikian Kawasan Wisat a Alam Bat u Put u dan Sekit arnya secara umum akan dibagi menjadi 3 (t iga) zona fungsional wisat a. Penet apan zona ini juga didasarkan pada sebaran dan kencenderungan pert umbuhan obyek wisat a yang muncul pada kawasan. Ket iga zona fungsional t ersebut antara lain adalah :

1. Zona Pendidikan pada Kawasan Konservasi

Zona Pendidikan pada kawasan konservasi ini di tetapkan dalam Masterplan TAHURA Wan Abdurahman. Beberapa aktivitas wisata yang dapat di kembangkan pada kawasan ant ara lain adalah wisat a pengamat an sat wa liar dan beraneka jenis flora. Zona ini secara keseluruhan t idak memerlukan rekayasa teknis dalam pengembangannya, dan sangat mengandalkan kondisi alamnya secara alamiah. Zona ini lebih di pusatkan pada beberapa obyek yang ada pada Taman Hutan Raya Wan Abdurahman.

2. Zona Wisata Alam Intensif

Zona Wisat a Alam Int ensif secara konsepsi merupakan zona degradasi at au pembat as ant ara obyek wisat a buat an dengan obyek wisat a di kawasan konservasi. Sebagai zona gradasi, kawasan ini sangat cocok dikembangkan beberapa obyek wisat a alam. Bukan t idak mungkin obyek wisat a alam yang t erdapat pada zona ini dikembangkan dengan sent uhan rekayasa, sepanjang rekayasa t ersebut t idak merubah bent ang alam dan kondisi sosial masyarakat yang ada. Zona ini diperuntukkan bagi pengunjung dengan kelompok kecil.

3. Zona Rekreasi Intensif

Zona Rekreasi int ensif merupakan zona pengelompokan obyek wisat a buat an yang berbasis alam. Pada zona ini akt ivit as pengunjung dengan skala yang lebih besar sangat di mungkinkan. Beberapa obyek yang dapat di kembangkan diant aranya t aman sat wa, out bound, dan beberapa aktifitas lainnya. Tidak ada persyaratan khusus untuk memasuki daerah ini selain tetap menjaga kebersihan lingkungan.

(7)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.2.3 Rencana Pengembangan Aksesibilitas Kawasan

Pengembangan Aksesibilit as merupakan prasyarat pokok bagi berhasilnya upaya unt uk menarik dan mendist ribusikan arus kunjungan wisat awan ke obyek wisata maupun pada kawasan. Beberapa upaya pengembangan yang dilakukan menitik beratkan pada tiga hal yaitu :

1. Penyempurnaan poros antar zona meningkatkan kemudahan pencapaian 2. Peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan moda angkutan perjalanan.

3. Peningkatan kenyamanan perjalanan wisata melalui pengembangan fasilitas pendukung transit dan peristirahatan

Berdasarkan fungsi kawasan, pengembangan jalur wisata pada kawasan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal yang antara lain adalah 1. Potensi fisik dan bentang alam kawasan

2. Fungsi Kawasan Sebagai Kawasan Konservasi 3. Memberikan kenyaman pencapaian bagi pengunjung Pengembangan pergerakan pada kawasan bertujuan untuk :

- Meningkatkan kemampuan lahan melalui perbaikan akses ke kawasan dan di dalam kawasan

- Mencipt akan int egrasi pada sist em penghubung yang mampu menst imulasi pergerakan manusia dan mencipt akan sist em penghubung yang lebih berorientasi pada pejalan kaki.

Dengan sasaran pengembangan :

- Mengupayakan keterkaitan antar sistem sirkulasi kawasan pengembangan dengan kawasan sekitarnya

- Menciptakan keterkaitan serta pemisahan yang jelas antar berbagai moda transportasi (kendaraan, pejalan kaki, angkutan umum) - Mengembangkan sistem yang mengutamakan dan memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki.

(8)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(9)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(10)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(11)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.3 STRATEGI DAN RENCANA PEMANFAATAN RUANG KAWASAN

Rencana pengembangan ruang kawasan dilakukan dengan melihat berbagai pot ensi obyek yang t erdapat pada kawasan. Pot ensi daya t arik wisat a yang t erbesar dan dominan dimiliki Kawasan Wisat a Bat u Put u dan Sekit arnya adalah pot ensi wisat a alam (nat ure based t ourism), mencakup: Taman Sat wa, ekologi hut an/t aman Hut an Raya, dan perkebunan); disisi lain t erdapat pot ensi penunjang daya t arik wisat a budaya yang berbasis pada legenda dan kehidupan masyarakat pedesaan.

7.3.1 Rencana Pengembangan Obyek Wisata

Perencanaan pembangunan pariwisata perlu lebih memperhatikan dan menerapkan tren pariwisata dunia secara tepat serta berpandangan ke depan. Hal ini dapat dicapai melalui upaya memperkuat kemit raan melalui kesadaran bersama t erhadap makna lint as bat as unt uk mencipt akan ruang-ruang pariwisata baru.

Pengalaman yang menyeluruh bagi wisat awan mengenai produk wisat a (mencakup objek at au layanan) dapat dicipt akan melalui penet apan zonazona t emat is, yang berupa objek-objek dengan keunikan karakt erist ik dan at raksi wisat a menarik, yang diint egrasikan t erpadu dan efisien, sehingga memiliki pembeda khas dengan produk di daerah wisat a lainnya. Pengembangan objek dengan beberapa t ema khusus ini selain mencipt akan alternatif pilihan baru bagi wisatawan, juga diharapkan mampu mendorong tumbuhnya peluang-peluang usaha bagi masyarakat pada kawasan.

(12)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

1 Taman Bermain Anak Merupakan sebuah taman yang disiapkan seca khusus untuk anak – anak bermain. Beberapa wahana seperti ayunan, jugkat – jungkit, terowongan dan beberapa wahana lainnya menjadi fasilitas yang umum tersedia. Selain itu tempat ini dapat dijadikan tempat interaksi bukan hanya sesama anak – anak, tetapi juga menjadi tempat interaksi anak – anak dengan alam sekitar.

2 Areal Camping Grown Merupakan tempat yang disediakan secara khusus untuk muda – mudi, maupun keluarga yang tertarik pada aktivitas berkemah. 3. Board Walk Pada board walk, wisatawan dapat melakukan aktifitas berjalan kaki

sambil menikmati pemandangan alam. Secara konsep pengembangan dua bukit yang ada di Kelurahan Sukarame II yaitu bukit Palu dan bukit Celigi

5. Wild Life Observasion Merupakan tempat melakukan pengamatan kehidupan alam liar. Pengembangan obyek ini diarahkan pada kelurahan Sumber Agung. 6. Gardu Menara Pandang Gardu menara pandang merupakan tempat untuk menikmati

keindahan alam pegunungan dan juga Kota Bandar Lampung. Melalui Menara pandang pengunjung dapat beristirahat sebentar untuk menikmati panorama alam secara lebih jelas.

(13)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

9. Agrowisata Pengembangan agrowisata pada kawasan dilakukan dengan konsep self service. Artinya setiap pengunjung yang datang pada obyek wisata ini dapat melakukan aktivitas memetik sendiri buah – buahan yang tersedia, dan mengolahnya untuk beberapa komoditas yang perlu diolah (kopi, kakao, dsb)

10. Kampung Wisata Pengembangan kampung wisata merupakan kawasan yang dipersiapkan untuk pengunjung yang ingin berinteraksi secara langsung dengan penduduk setempat. Pengembangan kampung wisata juga memberikan kesempatan pada pengunjung untuk mengamati aktivitas masyarakat lokal, atau menikmati hidangan dan beristirahat.

11. Theatre Alam Obyek ini dikembangkan untuk wisatawan yang ingin menikmati pertunjukan seni dan budaya pada kawasan. Theatre alam ini di

(14)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(15)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(16)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

(17)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

(18)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(19)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(20)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(21)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

(22)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

GAMBAR 7.8

RENCANA PENAMPANG JALAN

(23)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

GAMBAR 7.9

(24)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.3.2 Sistem Sirkulasi pergerakan

Jalan yang dapat mengakses langsung ke kawasan adalah jalan kolekt or, yang saat ini memiliki ROW 6 m yang t erbagi ke dalam 2 lajur. Kedepan untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung, rencana jalan ini akan tetap dibagi dalam dua lajur dengan ROW 9 m. Sedangkan untuk pencapaian kendaraan ke masing-masing kavling perlu dilakukan pemisahan jalur, agar pergerakan kendaraan yang keluar – masuk kavling t idak mengganggu pergerakan kendaraan yang melint as pada kawasan. Selain it u pola sirkulasi di dalam kawasan juga di dukung oleh angkut an umum khusus yang direncanakan melalui jalan tersebut, dengan membentuk tempat pemberhentian yang sesuai (halte) dengan jarak tentatif melayani obyek wisata. Selain jalur kendaraan bermot or, pencapaian obyek wisat a juga di dukung dengan jalur berkuda dan bersepeda dan jalur spesifik unt uk pejalan kaki berupa jalan setapak dengan lapisan tanah dengan permukaan yang halus. Untuk jalur bersepeda dan berkuda direncanakan dengan ROW 5 m. Jalur ini secara khusus dikembangkan t erpisah dari jalan kendaraan bermot or, dengan maksud memberikan ruang privasi unt uk masing – masing pengguna jalur (bermot or, berkuda dan berjalan kaki). Sedangkan jalur pejalan kaki, selain pengembangan jalan set apak dengan permukaan yang halus, pejalan kaki juga dapat melakukan aktivitas pada board walk.

Untuk mengetahui ilustrasi penampang jalan, dapat dilihat pada gambar 7.11 berikut.

7.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan

(25)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

(26)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Kawasan Wisat a Alam Bat u Put u dan sekit arnya yang secara administ rasi masuk dalam wilayah Kot a Bandar Lampung merupakan sebuah kawasan yang berpot ensi unt uk mendongkrak nilai ekonomi Kot a Bandar Lampung secara makro, oleh karenanya sebuah keniscayaan jika pengelolaan kawasan t ersebut harus melibat kan berbagai elemen, mulai dari pemerint ah, dunia usaha, masyarakat , dan lembaga swadaya masyarakat . Tingkat partisipasi setiap elemen tersebut akan turut menentukan nilai jual kawasan wisata alam Batu Putu dan sekitarnya.

Dengan berbagai elemen yang akan t urut mengelola kawasan wisat a ala mini nant inya, maka diperlukan pula arahan kelembagaan yang akan mengat ur kedudukan dan wewenang masing-masing elemen pengelolala agar t idak t erjadi overlaping dalam pengelolaannya. St rat egi pengembangan kelembagaan pada kawasan ini akan meliputi tiga hal utama, yaitu;

1) Peningkatan peran sektor swasta dan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata 2) Meningkatkan fungsi koordinasi pengelolaan pariwisata

3) Pengelolaan kelembagaan dengan tingkat efesiensi dan efektifitas yang tinggi

St rat egi pengembangan kelembagaan bagi kawasan wisat a alam Bat u Put u dan sekit arnya akan t ermuat dalam st rat egi dan rencana umum

Mendorong sektor swasta agar bersedia mengelola ODTW yang membutuhkan investasi tinggi. Mendorong kelompok masyarakat lokal agar mampu mengelola ODTW setempat

Mengembangkan model percontohan pola kerjasama pengelolaan antar pemerintah – swasta – masyarakat lokal/setempat.

Mengembangkan skema/sistem dukungan bagi kelompok masyarakat lokal agar mampu meningkatkan kapasitas pengelolaan ODTW setempat.

Meningkatkan fungsi koordinasi pengelolaan pariwisata

(27)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

(28)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Pengelolaan kawasan wisat a alam Bat u Put u dan sekit arnya sebagaimana t erlihat pada gambar diat as akan melibat kan kompenen int ernal kelembagaan dan eksternal. Dalam pengelolaan kawasan ini diarahkan untuk dibentuknya Badan Pengelola yang isinya merupakan kolabaorasi anatara pihak pemerint ah, st akeholder, masyarakat , dan LSM. Badan Pengelola ini nant inya akan memiliki wewenang dalam mengelolala kawasan secara langsung mulai dari penyiapan pengelolaan hingga pada upaya unt uk menarik investor. Wewenang masing-masing elemen pengelola t ersebut secara garis besar akan dijabarkan sebagai berikut;

Membuat regulasi sebagai payung hukum dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan.

Membuat pola arahan pengembangan & pengelolaan kawasan.

Mencipt akan iklim invest asi yang kondusif unt uk mendorong invest asi dalam dan luar kawasan.

Membangun jaringan infrastruktur kawasan.

Melakukan promsi yang t erint egrasi dengan kawasan wisat a lainnya di Kot a Bandar Lampung.

Bersama Badan Pengelolala dan Komit e Pariwisat a melakukan monit oring dan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan.

Berkoordinasi dengan Dinas Kehut anan Prop. Lampung dalam pengelolaan kawasan Tahura WAR dan Register 19 Gunung Betung.

Memanage pengelolaan kawasan secara kelembagaan sesuai dengan st andar operasional pengelolaan yang ditentukan.

Melakukan promosi t erhadapa ODTW yang dimiliki baik secara parsial maupun interkoneksi.

Melakukan pengembangan ODTW baru dalam rangka perluasan pasar. Masyarakat Setempat Bersama pemerintah dan dunia usaha mengeloa KWABP.

Menjaga citra KWABP.

(29)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.5 STRATEGI & RENCANA PENGEMBANGAN PASAR

Pengembangan wisat a ekologi merupakan paradigma pengembangan pariwisat a berbasis alam yang t idak hanya didasarkan kepada prinsip-prinsip kelest arian ekosist em sert a pemberdayaan masyarakat melainkan juga disarkan pada rinsip bisnis. Dengan demikian secara ot omat is, st rat egi ini dibangun dengan mempert imbangkan dinamika unt uk meningkat kan daya saing wisat a ekologi di Kot a Bandar Lampung dalam pasar indust ri pariwisat a lokal, regional, nasioanal, bahkan int ernasional. Upaya pert ama yang harus dilakukan adalah meningkat kan akses kawasan wisat a ekologi pada pasar baik pasar domest ik maupun pasar global. Upaya ini dilakukan dengan meningkat kan kemampuan para stakeholder sert a pihak t erkait yang mengelola wisata alam untuk mengidentifikasi peluang pasar dan menganalisis dinamika permintaan pasar.

Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka fakt or efisiensi merupakan fakt or kunci dalam pengembangan pariwisat a berbasi alam, termasuk wisat a ekologi. Pergerakan kearah efisiensi t ersebut menunt ut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan t eknologi maju. Dengan demikian, peran t eknologi informasi dan promosi usaha sert a kemampuan dalam menyiasat i pasar dengan berbagai karakt erist iknya akan menjadi komponen yang sangat pent ing unt uk selalu dicermat i. Pada bagian lain wisat a ekologi cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.

7.5.1 Segmentasi dan Penetapan Target Pasar wisata

(30)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Pasar akt ual dan pot ensi pariwisat a Kot a Bandar Lampung secara umum adalah Wisat awan Nusant ara yang memiliki minat ke wisat a-wisat a buat an berbasis alam maupun bent uk rekreasi outdoor sert a Wisat awan Mancanegara yang memiliki minat khusus pada wisat a ekologi (ekotourism) dan wisat a budaya. Pasar Wisat awan Nusant ara yang berkunjung ke Kot a Bandar Lampung menunjukan proporsi yang sangat besar pada segmen keluarga (61,60%) disamping segmen pelajar dan mahasiswa, karena itu target pasar yang memiliki pengeluaran yang lebih besar (spending power) akan menjadi t arget pasar ut ama kawasan wisat a alam Bat u Put u dan sekit arnya dan segmen pelajar/mahasiswa akan menjadi t arget pasar kedua. Perkembangan pariwisat a Kot a Bandar Lampung juga merupakan bagian dari bordeless t ourism sehingga keberadaannya harus komplement er dengan daerah-daerah lain termasuk beberapa daerah tujuan wisata (DTW) yang ada disekitarnya, seperti kawasan Gunung Betung Lampung Selatan serta beberapa wisata pantai di wilayah Kabupaten Lampung Selatan.

(31)
(32)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

tersebut harus senantiasa dipantau dan dibenahai jika dibutuhkan. Implikasi dari arahan tersebut adalah pemantauan pasar wisatawan (nusantara dan mancanegara) dan penet rasi pasar wisat a pot ensial. Penet rasi pasar dimaksudkan unt uk meningkat kan kujungan pangsa pasar wisat awan yang t elah ada maupun upaya mencari peluang pengembangan pangsa pasar pot ensial unt uk pengembangan produk-produk wisat a di Kawasan Wisat a Alam Batu Putu dan sekitarnya.

Untuk pengembangan pasar wisatawan pada 5 – 10 tahun pertama, pasar yang diharapkan untuk datang pada kawasan adalah wisatawan nusantara. Tent unya obyek yang opt imal unt uk dikembangkan adalah obyek wisat a yang dapat menampung jumlah pengunjung dalam skala besar.sedangkan 1 0 – 15 tahun mendatang pasar yang dituju adalah pasar wisatawan mancanegara dengan pengembangan jenis obyek wisata ekologi.

7.5.2 Rencana dan Strategi Promosi Kawasan

Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan wisata di kawasan Batu dan sekitarnya. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, sepert i melalui leaflet , booklet , pameran, cinderamat a, mass media (dalam bent uk iklan at au media audiovisual), sert a penyediaan informasi pada t empat public (hot el, rest oran, bandara dan lainnya). Dalam kait an ini kerjasama ant ara pengelola kawasan wisat a alam Bat u Put u dan sekit arnya dengan Biro Perjalanan, Perhot elan, dan Jasa Angkut an sangat berperan. Salah sat u met oda promosi yang dinilai efekt if dalam mempromosikan produk wisat a adalah met oda "t ast ing", yait u memberi kesempat an kepada calon konsumen/wisat awan unt uk dat ang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.

7.6 RENCANA PENGEMBANGAN PRASARANA

(33)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Air bersih adalah suber daya t erbat as dan sensit if unt uk keberlangsunganhidup, pembangunan dan lingkungan, Pengembangan dan manejemennya harus berdasarkan pendekat an part isipasi, melibat kan pemakai, perencana dan pengambil keput usan pada semua tingkatan kebijakan Dalam lingkup wilayah Kota Bandar Lampung, kawasan wisata alam Bat u Put u dan sekit arnya merupakan kawasan resapan air dan daerah t angkapan air hujan (cat chmen area). Rencana pengembangan kawasan perencanaan menjadi kawasan wisat a alam t ent unya harus diant isipasi agar fungsi kawasan sebagai daerah resapan air t et ap t erjaga. Kondisi eksist ing di kawasan t ersebut memperlihat kan bahwa di beberapa t it ik masih mengalami krisis air sepert i di wilayah Sukarame II, Sukadanaham, dan Bat u Put u. Sumber-simber air baku sepert i sungai di beberapa wilayah juga t engah dilanda kekeringan. Selain it u, pengembangan lahan t erbangun di kawasan akan mendoring pergeseran fungsi kawasan serta mempersempit aren resapan air dan tankapan hujan.

Kebut uhan air bersih merupakan salah sat u kebut uhan vit al bagi makhluk hidup, pert umbuhan penduduk di kawasan t ent unya akan menambah t ingkat kebut uhan t erhadap air bersih. Selain it u adanya penambahan lahan t erbagun juga akan mendorong pert ambahan kebut uhan air bersih. Air bersih yang layak unt uk dikonsumsi t ent unya memiliki beberapa krit erian, yait u t idak berwarna (jernih), t idak berbau, dan bebas dari zat-zat berbahaya.

(34)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Kegiat an pemanfaat an air t anah dengan menggunakan sumur bor harus disesuaikan dengan at uran yang sudah ada mengenai pemanfataan air bawah tanah.

Penggunaan sumur bor unt uk mendapat kan air bersih dilakukan secara komunal, art inya set iap 1 (sat i) t it ik sumur bor dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah tangga.

Pengembangan lahan t erbangun harus disesuaikan dengan at uran KDB kawasan dalam Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Kot a Bandar Lampung dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) BWK G, BWK, H, BWK B.

Pengembangan lahan t erbangun harus dibarengi dengan pembuat an sumur resapan dan diupayakan pada set iap rumah t angga dan unit terbangun termasuk pada bangunan penunjang wisata harus memiliki sumur resapan.

Revit alisasi kawasan sungai dan pengendalian daerah sempadan sungai sesuai dengan arahan RTRW dan RDTR Kot a Bandar Lampung.

Pengembangan jaringan perpipaan PDAM pada kawasan sulit air, pada kawasan dengan kemiringan t ert ent u (t idak dat ar) direkomendasikan untuk menggunakan mesin penarik air yang digunakan secara kolektif.

Peningkatan mutu pelayanan air bersih oleh PDAM

Membuka peluang pengelolaan air bersih oleh pihak swasta.

(35)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.6.2 Arahan pengembangan sistem Drainase.

Drainase adalah suat u sist em yang bert ujuan unt uk menyalurkan limpasan air hujan dan air yang t erdapat di permukaan t anah. Upaya perbaikan drainase adalah unt uk mengurangi dan mengat asi masalah genangan yang disebabkan t ergenangnya air hujan pada permukaan tanah, seingga dapat mendukung terciptanya lingkungan permukiman yang sehat dan nyaman.

Keadaan drainase dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu apabila :

Drainase dalam kondisi baik, dimana suatu wilayah tidak mengalami genangan air.

(36)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Berdasarkan klasifikasi diat as, keadaan drainase di kawasan wisat a alam Bat u Put u dan Sekit arnya t ermasuk ke dalam klasifikasi kesat u dan kedua, dimana t idak t erdapat masalah banjir walaupun dengan kondisi t opografi yang bergelombang. Kalupun t eralami, genangan yang terjadi masih secara periodik (tidak lebih dari 2 jam), dengan luas genangan kurang dari 10 Ha.

Keadaan drainase buruk dapat mengakibatkan genangan jika didukung oleh:

Kondisi alamiah dimana curah hujan yang cukup t inggi dan kondisi t opografi yang cekung at au relat if dat ar sehingga air t idak dapat mengalir secara alamiah.

Akibat ulah masayarakat yang membuang sampah dan kot oran lain sehingga mengakibat kan sumbat an pada saluran drainase, dimensi saluran yang kecil dan sebagainya.

Belum adanya arah dan penataan yang jelas mengenai drainase kota.

Pola jaringan drainase pada wilayah perencanaan mengikut i pola jaringan jalan, baik it u jalan-jalan ut ama maupun jaringan jalan lokal/lingkungan unt uk kemudian dialirkan ke sungai sebagai penampung akhir limpasan air hujan kot a. Jaringan drainase yang ada di Kecamat an Pardasuka masih berupa jaringan drainase t ersier. Peningkat an pemeliharaan dan perbaikan jaringan drainase pada wilayah perencanaan akan t et ap int ensif dilakukan dimasa yang akan dat ang unt uk mengant isipasi t erjadinya genangan di beberapa lokasi kawasan pusat kota secara periodik.

Konsep Pengembangan Sistem Drainase

Menurut keberadaannya sistem jaringan drainase dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : Drainase Alamiah (Natural Drainage)

(37)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Dalam sistem resapan/alamiah cara pembuangan air adalah dengan meresapkan ke dalam tanah sehingga tidak mengganggu kepentingan yang ada di at as permukaan lahan. Sist em resapan ini berlangsung melalui resapan langsung ke dalam t anah dari genangan di permukaan at au melalui sumur/saluran resapan atau danau-danau buatan. Dalam hal ini sering terkait dengan kepentingan konservasi. Dalam tinjauan sistem jaringan drainase kedua sist em t ersebut harus merupakan kesat uan t injauan yang berfungsi secara bersama. Selanjut nya kedua sist em t ersebut akan merupakan sistem yang berwawasan lingkungan kalau dalam pelaksanaannya sangat memperhatikan lingkungan yang ada.

Sist em drainase berwawasan lingkungan merupakan sist em drainase yang memperhat ikan aspek-aspek lingkungan sehingga t idak mencemari lingkungan. Dalam hal ini sist em t ersebut t idak menyebabkan t erjadinya genangan banjir dan t idak mencemari kualit as air t anah. Konsep sumur resapan dan saluran porus dapat dit erapkan dalam sist em ini, agar t idak mencemari kualit as air t anah pada sist em t ersebut perlu adanya media filt rasi berupa t anah dengan ket ebalan minimal 1 met er sehingga air yang diresapkan t idak mencemari air t anah. Terdapat beberapa sist em drainase yang dapat diterapkan di wilayah perencanaan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sistem Drainase Permukaan

Sistem drainase permukaan merupakan sistem drainase yang mengalirkan air di permukaan tanah. Sistem drainase permukaan ini akan mengalirkan air limpasan dan banjir yang t erjadi, sist em ini merupakan t indak lanjut dari dua sist em di at as. Jadi prinsipnya set elah air hujan yang akan menyebabkan banjir dit ampung oleh penampungan-penampungan alam maupun buat an (sist em ret ensi), kemudian dengan sist em infilt rasi air hujan/debit banjir akan diresapkan ke dalam t anah dengan menggunakan sumur-sumur resapan dan saluran porus maka sisa dari kedua sist em ini akan merupakan limpasan permukaan yang akan dit ampung oleh sist em drainase permukaan yang ada. Dengan begit u debit banjir yang melint as di permukaan hanya merupakan sisa limpasan dari debit banjir yang terjadi.

2. Sistem Drainase Terpadu

(38)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

pengaliran). Diharapkan dengan sistem drainase yang terpadu masalah O & P akan mudah dilaksanakan karena sesuai dengan batasan wilayah akan mempermudah dalam kontrol pelaksanaan di lapangan.

Sistem drainase terpadu akan membedakan badan saluran menjadi 2 fungsi : Fungsi fasilitas umum (bagian atas)

Bagian atas saluran akan dimanfaatkan sebagai prasarana umum, bisa dimanfaatkan untuk fasilitas sambungan telepon, listrik bawah tanah, pipa air minum, dan lain-lain. Dengan desain seperti ini diharapkan penggali untuk fasilitas PDAM (air minum), telepon tidak akan terjadi lagi. Untuk memudahkan dalam pengecekan fasilitas terpasang maka pada beberapa ruas (jarak 100 m) dibuatkan lubang kontrol (manhole).

Fungsi utama (bagian bawah)

Bagian bawah saluran dimanfaatkan sebagai saluran drainase, bisa berupa air limbah rumah tangga maupun air hujan pada musim hujan. Dengan fasilitas seperti ini, bau tidak sedap yang biasa timbul dari saluran drainase tidak akan terjadi lagi. Jika dilihat dari segi

kebersihan, keindahan, kenyamanan dan kesehatan, sistem drainase terpadu memang layak untuk diterapkan. Kebiasaan masyarakat kota dalam memandang saluran drainase secara lambat laun akan berubah ke arah yang lebih baik.

Pada sistem drainase terpadu akan dibuatkan tempat-tempat penampungan sampah, sehingga sampah yang ada tidak langsung terbawa dan masuk pada sist em drainase alam. Dengan pembuat an jaring-jaring sampah diharapkan kadar polut an yang masuk pada sist em persungaian akan lebih kecil, sehingga sungai sebagai habitat dan ekosistem laut dapat berfungsi dengan baik.

3. Sistem Drainase Secara Retensi

(39)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Dalam satu daerah pengaliran sungai, sistem drainase secara retensi dapat dibangun pada beberapa tempat, hal ini terkait dengan pengendalian banjir dan ketersediaan lokasi yang memenuhi syarat untuk keperluan tersebut.

Pemanfaat an lahan t ersebut dapat berfungsi mult i guna yait u pada saat musim penghujan dapat menggenangkan air dan saat musim kemarau lahan t ersebut dapat dimanfaat kan unt uk kegiat an lain ant ara lain unt uk lapangan olah raga. Penempat an sist em drinase secara ret ensi harus memperhat ikan t opografi daerah st udi dan t at a guna lahan yang ada. Sist em ini dapat dit erapkan jika ada koordinasi ant ara Pemerint ah Daerah dan masyarakat setempat. Luas lahan yang digunakan sangat ditentukan oleh topografi.

4. Eko Hydraulik Ramah Lingkungan

Kesat uan ant ara fakt or ekologi dan hindraulik sungai alami biasanya memiliki t ampang melint ang yang bervariasi dan dit umbuhi veget asi yang lebat . Kondisi habit at sepert i ini mengunt ungkan berbagai jenis flora dan fauna sungai, sepert i rept ilia, mamalia sungai, amphibi sungai, ikan bent os, dan lainnya. Veget asi ini mempunyai fungsi hidraulis yang sangat vit al yait u sebagai resist ensi banjir dan resist ensi erosi dasar sungai dan t ebingnya. Di sini t erlihat jelas ant ara fakt or ekologis dan hidraulis sebenarnya saling mendukung. Pada saat banjir, veget asi di sepanjang sungai akan berfungsi sebagai faktor retensi yang akan menghambat laju aliran air sungai ke daerah hilir. Karena kecepatan air diperlambat, maka muka air laut naik dan menggenangi daerah bant aran kali dimana veget asi t umbuh. Penggenangan wilayah bant aran dinamis dengan durasi yang alamiah ini justru sangat diperlukan oleh flora dan fauna sungai demi kelangsungan hidupnya.

(40)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

5. Sistem Drainase Secara Infiltrasi

Jika ditinjau secara regional dapat dilihat bahwa ketersediaan air akan cenderung menurun dan ironisnya jumlah penduduk di wilayah perencanaan bert ambah dengan pesat , hingga jika masalah konservasi ini t idak segera dit at a dan dibenahi baik dari segi legalit as maupun t eknis di lapangan maka akan t erjadi defisit air yang semakin besar. Sebagai salah sat u met ode unt uk mencapai imbangan air yang cukup relevan unt uk dit erapkan adalah pemenuhan kebut uhan air unt uk hidup sehari-hari dengan cara meresapkan air hujan secara langsung dari at ap at au perkerasan lainnya ke dalam tanah di sekitar bangunan tersebut.

Dari berbagai disiplin ilmu t elah dilakukan pengkajian usaha-usaha unt uk menanggulangi masalah defisit air yang pada hakekat nya adalah memperbesar aliran mant ap, yait u penanggulangan Daerah Aliran Sungai secara t erpadu baik dengan reboisasi, t erasering sert a penggunaan bangunan-banguan maupun cara-cara lainnya sampai pada met ode pembuat an imbuhan-imbuhan buat an maupun dengan cara mekanis/t eknik pemompaan maupun genangan dengan sumber air dari sungai.

Konsep drainase yang berwawasan lingkungan mempunyai prinsip dasar mengendalikan aliran permukaan sedemikian rupa sehingga air permukaan dapat mengalir secara t erkendali dan lebih banyak mendapat kesempat an unt uk meresap ke dalam t anah. Dengan debit aliran yang t erkendali dan semakin bert ambahnya air hujan meresap ke dalam t anah, maka kondisi air t anah akan semakin baik dan dimensi st rukt ur bangunan prasarana drainase perkot aan dapat lebih baik.Penerapan sist em drainase di sekit ar hunian yang padat penduduknya paling memadai menggunakan sumur resapan dan saluran porus.

6. Drainase Sumur Resapan

(41)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

Dengan kat a lain sist em ini merupakan sist em t radisional t et api dalam t ingkat sekarang ini diberdayakan agar mendapat kan suat u bangunan yang aman secara konstruksi, mudah dalam pelaksanaan serta biaya murah dan meminimalkan dampak lingkungan yang terjadi.

Unt uk keamanan konst ruksi sumur resapan perlu dilengkapi dengan pelindung dinding. Pelindung dining ini dapat dilaksanakan dengan konst ruksi pasangan bat u kosong, bat u cadas at au buis bet on yang kesemuanya akan mempengaruhi besaran fakt or geomet riknya. Sedangkan air yang ditampung adalah dari at ap melalui t alang dat ar dan t egak yang kemudian masuk dalam resapan, at au air dari at ap dit ampung dalam selokan keliling t rit isan (t anpa t alang) kemudian masuk juga ke resapan. Resapan ini perlu dilengkapi dengan pipa peluap unt uk melewatkan air hujan yang t elah diperhit ungkan t et api mengalami kelebihan sehingga bisa langsung disalurkan pada saluran drainase. Jika dalam perhit ungan didapat kan kedalaman air lebih dari kedalaman air tanah yang ada, dapat dibuat sumur resapan lebih dari satu buah.

7. Drainase Saluran Porus

Pada kawasan pemukiman dengan elevasi air t anah t idak t erlalu dalam maka penggunaan sumur resapan air hujan menjadi kurang efekt if lagi. Unt uk air t anah dengan kedalaman kurang dari 3 ,0 met er maka digunakan saluran porus yang merupakan suat u konst ruksi yang berfungsi menampung serta meresapkan air ke dalam tanah namun harus dapat mengatasi kendala elevasi air tanah yang dangkal sehingga bukan merupakan suat u pola vert ikal namun pola horizonal at au saluran porus, t et api dalam kenyat aan sama fungsinya yait u meresapkan air ke dalam t anah t et api dengan konst ruksi yang memanjang disebabkan muka air t anah yang dangkal sehingga kalau met ode sumur resapan yang dit erapkan akan cepat penuh sehingga cepat meluap.

(42)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.6.3 Pengelolaan Air Kotor dan Persampahan

1. Pengelolaan Air Kotor

Sist em sanit asi secara umum dibagi dalam 2 kelompok, yait u unt uk pembuangan air kot or dan pembuangan t inja. Unt uk pembuangan air kotor (gray dan Balck wat er), umumnya berupa jaringan yang menghubungkan beberapa bagian kot a, sedangkan pembuangan t inja umumnya individual maupun berkelompok. Unt uk sist em saluran air kot or di wilayah perencanaan pada saat ini adalah sist em jaringan onsit e syst em, sedangkan sist em pembuangan limbah tinja adalah dengan menggunakan septick tank.

Sesuai dengan st andar pelayanan minimal, dimana pengelolaan air kot or (grey wat er) unt uk kot a dengan kepadat an rendah (> 2 0 0 jiwa/Ha) masih cukup mengandalkan jenis onsit e syst em yang t ergabung dengan saluran drainase. Dengan analisa t erhadap t ingkat pert umbuhan penduduk yang t erdapat di Rencana Det ail Tat a Ruang Kot a sert a perkembangan kawasan wisat a alam dimasa yang akan dat ang, sist em pengengelolaan air kot or masih cukup dengan pengelolaan pada jenis onsit e syst em. Namun unt uk mengant isipasi perkembangan di masa depan arahan yang dilakukan dalam pengembangan sisit em jaringan air kot or adalah menyediakan sist em pengelolaan limbah air kot or secara t erpadu dan t ert ut up (riol) pada permukiman-permukiman baru yang direncanakan.

2 . Pengelolaan Persampahan

(43)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

7.6.4 Penyediaan Listrik dan Telekomunikasi

1. Listrik

Mengenai sist em jaringan list rik pada kawasan Bat u Put u dan sekit arnya mengikut i pola jaringan jalan yang ada dimana kawasan ini belum t erlayani aliran list rik secara merat a. Beberapa perumahan penduduk kawasan Bat u Put u dan sekit arnya t idak layak huni dan banyak yang masih berdinding bambu sehingga unt uk dijadikan rumah t inggal t idak layak, khususnya pada Kelurahan Bat u Put u. Oleh sebab it u jaringan list rik di kawasan ini t idak

(44)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

sama sekali dapat menikmat i penerangan PLN. Masyarakat t ersebut masih menggunakan lampu minyak sebagai prasarana list rik. Masyarakat setempat juga sepert i sudah bosan mengajukan agar list rik secepat nya masuk. Padahal, daerah ini menjadi sent ra perkembangbiakan bibit unt uk pengadaan penghijauan seperti GNRHL.

Namun t idak semua daerah mengalami masalah kesulit an akan penerangan (list rik), di beberapa kelurahan lainnya saat ini t elah dianggap cukup melayani kebutuhan listrik masyarakat. Pelanggan sangat memanfaatkan pelayanan yang dilakukan oleh PT PLN. Pengembangan kabutuhan listrik pada kawasan ini unt uk masa yang akan dat ang adalah kebut uhan list rik unt uk daerah pengembangan permukiman, penerangan jalan raya maupun lingkungan khususnya pada daerah-daerah di sekitar wisata alam.

Ket erbat asan yang dimiliki oleh Perusahaan List rik Negara (PLN) dalam menyediakan kebut uhan list rik unt uk kepent ingan pembangunan kawasan Bat u Putu dan Sekitarnya pada masa yang akan datang, perlu diantisipasi oleh pihak pemerintah daerah dengan mengembangkan kerjasama dengan pihak swasta/investor dalam menyediakan alternatif sumber pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan kawasan.

2. Telekomunikasi

Di kawasan Bat u Put u dan Sekit arnya memiliki sarana t elekomunikasi t elepon umum/wart el, pesawat TV, radio dan t elepon rumah. Melalui media t ersebut lah masyarakat di kawasan ini pada umumnya memperoleh informasi. Kawasan Bat u Put u dan Sekit arnya paling banyak memiliki alat komunikasi pesawat TV. Selain it u pemenuhan kebut uhan akan jasa t elekomunikasi khususnya t elepon di kawasan Bat u Put u dan Sekit arnya saat ini semakin dibut uhkan seiring dengan pert ambahan penduduk, perkembangan akt ivit as perekonomian yang lebih berciri pada perdagangan dan jasa. Telepon juga merupakan salah satu sarana telekomunikasi yang paling efektif saat ini.

(45)

PENYUSUNAN MASTERPLAN WISATA ALAM BATU PUTU DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2007

t erdiri dari dua jaringan yait u jaringan kabel primer yang mengikut i pola jalan ut ama dan jaringan kabel sekunder yang mengikut i jaringan lokal. Dengan tersedianya jenis prasarana ini sedikitnya dapat membantu perkembangan kawasan secara keseluruhan.

Dengan demikian, secara umum arahan pengembangan kebutuhan listrik dan telepon untuk memenuhi kebutuhan adalah :

Meningkatkan kemampuan produksi listrik, dengan mencari sumber energi lain untuk membantu produksi listrik dari sumber sebelumnya. Membangun jaringan listrik baru dengan arahan pengalokasian sesuai dengan distribusi fasilitas dan perumahan baru.

Gambar

GAMBAR 7.1PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KEGIATAN KAWASAN
GAMBAR 7.2 PETA RENCANA UMUM PEMBAGIAN ZONA KAWASAN
Tabel 7.1
GAMBAR 7.3 PETA RENCANA UMUM BLOK KEGIATAN
+2

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pengelolaan terhadap Perusahaan Daerah sebagai satuan Usaha dilakukan oleh Direksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.. (2) Pertanggugjawaban

Dengan latar belakang di atas permasalahan yang dapat diangkat adalah tanggung jawab lessee terhadap obyek perjanjian dan upaya yang ditempuh pihak lessor dalam

12 Pegawai adalah Pegawai atau Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum di Kabupaten Seram Bagian Barat yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur; 13 Ijasah adalah Ijasah atau

[r]

(4) Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada

[r]

bahwa untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan

Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh wajib pajak jika terjadi sengketa pajak adalah dengan melakukan upaya Keberatan yang diajukan secara tertulis ke Direktorat Jenderal Pajak