• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN GREEN ECONOMIC DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN GREEN ECONOMIC DI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN ‘GREEN-ECONOMI C’ DI WI LAYAH PERKOTAAN

GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN MP3EI

Oleh : I r. Udjianto Paw itro, MSP., I AP., I AI

Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur FTSP – I nstitut Teknologi Nasional (I tenas) Bandung Gedung 17 Lantai 1 – Jalan PH Hasan Mustopha 23 Bandung 40124

E-mail : udjianto_pawitro@yahoo.com / udjianto@itenas.ac.id

ABSTRAK

Dalam rumusan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia (MP3EI ) yang ditetapkan tahun 2011 hingga 2025, ditetapkan butir-butir penting yang perlu dicapai, antara lain : (a) proyeksi pendapatan per-kapita penduduk I ndonesia (2025) adalah sebesar US$-14.250,- hingga US$-15.500,- , (b) pendapatan domestik bruto (PDB) nasional mencapai US$ 4,0 hingga 4.5 trilyun, dan (c) I ndonesia diproyeksikan menjadi Negara sepuluh besar di dunia karena kekuatan ekonominya. Tentu saja rumusan dan sasaran yang hendak dicapai dalam MP3EI ini perlu didukung oleh adanya pokok-pokok strategi guna mencapai sasaran penting yang ditetapkan.

Salah satu bentuk strategi guna mendukung pelaksanaan MP3EI ini adalah strategi penerapan prinsip ‘green-economic’ yang dikembangkan khususnya di kawasan perkotaan (urban areas). Peter Hall, mengemukakan dalam era 2010-2025 di berbagai kawasan di dunia ini, terjadi peningkatan pembangunan kawasan perkotaan yang sangat menonjol. Diprediksi pembentukan kawasan perkotaan (yang identik dengan kegiatan pembangunan kawasan perkotaan) mencapai angka 53% dibandingkan yang hanya 47% untuk pembangunan kawasan pedesaan. Melihat pada prediksi tersebut, maka pembangunan ekonomi di kawasan perkotaan menjadi semakin penting dan dominan.

Pada makalah ini akan dibahas, bentuk - bentuk ‘green-ekonomi’ yang patut untuk dikembangkan di kawasan perkotaan, disamping terobosan-terobosan bidang kegiatan ekonomi

perkotaan yang perlu dikembangkan pada kota - kota di masa mendatang. Strategi

pengembangan ‘green-ecomoni’ ini perlu dipahami betul terutama oleh para pelaku pengembangan kawasan perkotaan, seperti: walikota, Bappeda, dinas tata ruang dan tata kota hingga kepada arsitek, urban planner, developers bahkan hingga para pelaku investasi di kawasan perkotaan. Kegiatan ‘green - economic’ yang diusulkan semestinya tidak lagi banyak mengembangkan pada kemampuan SDA tetapi lebih diarahkan bagi pengembangan ekonomi yang sarat pada potensi SDM beserta kreatifitas yang dimilikinya.

Kata Kunci : Ekonomi Hijau, Pembangunan Kawasan Perkotaan, MP3EI .

PENDAHULUAN.

I ndonesia saat ini telah memainkan perannya sebagai negara besar yang mempunyai kekuatan ekonomi dan telah menempati posisi kekuatan ekonomi ke 17 dalam peringkat dunia. Dari kondisi Negara yang berbasis pada kegiatan pertanian trandisional dalam kurun waktu enam puluh tahun ini – telah berkembang menjadi Negara dengan basis kegiatan industry manifaktur dan jasa yang lebih meningkat. Kemajuan pembangunan bidang ekonomi di I ndonesia juga telah

(2)

membawa kepada tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. I ndikator ini tercermin

pada: peningkatan income perkapita, adanya perbaikan di berbagai indicator social-ekonomi termasuk I ndeks Pembangunan Manusia (I PM) yang dalam periode 1980 hingga 2010 telah meningkat dari 0,39 menjadi 0,60.

Peran besar yang dimainkan I ndonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi, dapat terlihat nyata terutama dalam berbagai forum regional dan internasional. Seperti misalnya: ASEAN, OPEC, APEC, AFTA, G-20, dsb. Dari pengalaman I ndonesia, yang telah berhasil keluar mengatasi krisis ekonomi internail di tahun 1998 hingga 2003, serta mampu melewati krisis ekonomi global di tahun 2008 yang lalu. Dari keberhasilan tersebut diatas I ndonesia mendapatkan penghargaan (apresiasi) positif dari berbagai lembaga internasional, hal diatas tercermin pada menurunnya peringkat hutang I ndonesia.

Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia (MP3EI ) yang ditetapkan tahun 2011 hingga 2025, ditetapkan butir-butir penting yang perlu dicapai, antara lain : (a) proyeksi pendapatan per-kapita penduduk I ndonesia (2025) adalah sebesar US$-14.250,- hingga US$-15.500,- , (b) pendapatan domestik bruto (PDB) nasional mencapai US$ 4,0 hingga 4.5 trilyun, dan (c) I ndonesia diproyeksikan menjadi negara sepuluh besar di dunia karena kekuatan ekonominya dengan karakteristik: peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan terjadinya penurunan tingkat inflasi. Tentu saja rumusan yang hendak dicapai dalam MP3EI ini perlu didukung oleh adanya pokok - pokok strategi guna mencapai sasaran penting yang telah ditetapkan.

Dalam undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, maka dalam MP3EI ditetapkan visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia yang: Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dalam visi tersebut diwujudkan dalam 3 (tiga) misi pembangunan ekonomi yang menjadi focus utama. Ketiga misi tersebut adalah: (1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi : pengelolaan asset, akses SDA, gegrafis wilayah dan SDM melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi, (2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestic dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional, dan (3) mendorong penguatan system inovasi nasional di sisi produksi, proses dan pemasaran guna penguatan daya saing ekonomi global yang berkelanjutan (lihat Lampiran UU Nomor 17- tahun 2007).

Strategi yang ditetapkan dalam mencapai target MP3EI adalah dengan jalan Pelaksanaan Koridor Ekonomi I ndonesia melalui: pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama I ndonesia yang tersebar di seluruh wilayah I ndonesia. Strategi utama dalam pencapaian MP3EI dilakukan dengan cara mengfintegrasikan tiga komponen utama, yaitu: (a) Pengembangan enam koridor ekonomi I ndonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara dan Papua-Kepulauan Maluku), (b) Peningkatan konektifitas nasional yang terintegrasi secara local dan terhubung secara internasional, dan (c) Mempercepat peningkatan kapasitas SDM I ndonesia serta pengembangan I ptek guna penguatan ‘bonus demografi’ yang dimiliki I ndonesia dimasa yang akan datang.

(3)

Perubahan I klim (DNPI ) kearah pewujudan lingkungan yang berkelanjutan, maka arahan pada kegiatan ekonomi hijau di kawasan perkotaan sudah saatnya dilakukan.

TREND PEMBANGUNAN KAWASAN PERKOTAAN DALAM ERA 2010 - 2025.

Dalam memasuki abad 21, sejak dekade 1990 hingga 2010 dan diperkirakan hingga tahun 2025 mendatang, terjadi pertumbuhan dan perkembangan kawasan kota di berbagai belahan dunia mengalami peningkatan sangat pesat. Kawasan perkotaan atau ‘urban areas’ merupakan kawasan atau wilayah atau ruang yang mempunyai cirri utama dimana masyarakat yang menghuninya bermata-pencaharian dan berkegiatan yang bersifat ‘urbanis’ (perkotaan). Masyarakat kawasan perkotaan (urban society) pada dasarnya mempunyai kegiatan dan bermata-pencaharian bidang indsutri, perdagangan dan jasa lebih dominan serta tidak terlalu lekat dengan tanah seperti halnya kegiatan pertanian, perkebunan, dsb.

Pada banyak kota - kota besar terutama di kota yang sudah berstatus metropolitan, kegiatan ekonomi masyarakatnya bukan saja dalam bidang industri (awal) tetapi sudah berkembang kearah industri bersih (green-industry) pada saat sekarang ini. Sebagian besar masyarakat warga kota-kota besar dan metropolitan, kegiatan mata pencaharian yang dilakukannya sudah mengarah ke bidang perdagangan (busines) dan jasa. Sejak dekade 1990-an lalu dimana pengaruh besar dari teknologi telekomunikasi dan informasi sudah merambah pada sebagian besar kehidupan manusia. Era ini dikenal sebagai era informasi atau yang kita kenal sebagai ‘era gelombang ke-tiga dalam kebudayaan’ juga sudah berpengaruh pada pembangunan kawasan perkotaan.

Adanya trend dan arah perkembangan yang meningkat berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan di banyak belahan dunia sudah banyak diprediksi oleh para pakar perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan (urban areas) ini ditengarai terjadi meningkat pesat sejak dekade 1990-an hingga diprediksi tahun 2025. Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan yang berkembang sangat pesat pada era tersebut diatas banyak terjadi di kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, Afrika Utara, Eropa, Amerika Utara hingga Amerika Latin. Fenomena lainnya adalah terjadinya pembentukan kota-kota metropolitan yang berasal dari kota-kota-kota-kota besar di berbagai belahan dunia.

Menurut para pakar perkotaan dunia, trend pertumbuhan kawasan kota yang terjadi di kawasan-kawasan tersebut diatas terlihat meningkat pesat. Kondisi yang diprediksi tersebut adalah: tentang perbandingan antara luas kawasan perkotaan (urban areas) berbanding luas kawasan pedesaan (rural areas) dari tahun ke tahun terlihat meningkat pesat. Dalam era 1970 -1980 perbandingannya adalah 39% : 61% , dalam era -1980 - 1990 perbandingannya adalah 49% : 51% sedangkan dalam era 2000 - 2010 perbandingannya menjadi 57% : 43% . Kondisi ini terus diperkirakan terus meningkat mendekati tahun 2025 mendatang (Hall, Peter – 2000).

Pada kondisi trend perkembangan kawasan perkotaan banyak kota - kota mengalami perkembangan yang sangat pesat dan berubah menjadi kota-kota besar yang dihuni lebih dari 5 juta penduduk. Kota-kota besar juga menjadi bertambah jumlah dengan jumlah penduduk yang menghuni kota –kota besar tersebut antara 5 juta hingga 8 juta penduduk. Demikian pula pembentukan kota metropolitan juga mengalami peningkatan pesat - dimana di kawasan kota metropolitan tersebut dapat dihuni oleh lebih dari 8 juta orang. Pada beberapa kota metropolitan, jumlah penduduk yang menghuninya diperkirakan sekitar 12 juta hingga 15 juta orang.

(4)

masyarakat perkotaan yang bersangkutan. Pada saat sekarang ini (dalam memasuki abad 21 / era informasi / era post-modern), perkembangan kawasan perkotaan juga diiringi oleh perkembangan tuntutan masyarakat warga perkotaan dalam hal peningkatan kualitas hidupnya. Masyarakat warga kota terlebih masyarakat warga kota metropolitan, pada saat sekarang ini mempunyai tuntutan yang makin tinggi terhadap ‘bagaimana kualitas hidup’ warga kota yang: aman, nyaman, tertib, teratur dan ‘berkualitas’ (lihat Udjianto – 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh National University of Singapore (NUS), melalui Department Building Engineering and Real Estate, mengungkapkan adanya kecenderungan peningkatan tuntutan akan kualitas hidup dari masyarakat warga kota di berbagai tempat / kota-kota di Asia Tenggara. Khususnya sebagai kota-kota metropolitan - kota-kota Singapore, diarahkan untuk direncanakan dan dirancang dengan matang untuk tuntutan kualitas hidup masyarakat kota dalam jangka waktu yang panjang. Kegiatan perencanaan kota yang dilakukan di Singapore pada dasarnya dengan mempertimbangkan tuntutan kualitas hidup dari warga kotanya yang terus mengalami peningkatan.

Lim Lan Yuan dan kawan-kawan di tahun 1999 dalam bukunya: ‘Urban Quality of Life : Critical I ssue and Options’, mengungkapkan tentang issue - isue menarik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup warga perkotaan yang terus meningkat di abad 21. I sue - isue dimaksud diantaranya adalah: (a) tempat (places) dan bentuk kota-kota global, (b) bentuk-bentuk dari tuntutan kualitas hidup perkotaan, (c) cara pengukuran dari ‘kualitas hidup’ warga perkotaan, (d) menentukan indicator ‘kualitas hidup’ warga perkotaan, (e) evaluasi / penilaian dari skala kualitas hidup masyarakat kota, dan (f) metabolisme perkotaan dan investigasi kualitas hidup lingkungan perkotaan (lihat Lim Lan Yuan – 1999).

Trend dan arah perkembangan pembentukan kawasan kota (urban areas) yang semakin hari semakin meningkat, menyebabkan pula bertumpuknya berbagai kegiatan di kawasan perkotaan yang mempunyai nilai ekonomis. Pada bagian tertentu kota, misalnya pada kawasan pusat kota (centre of city) atau pada bagian sub pusat kota pada faktanya berkembang menjadi kawasan yang banyak berkaitan dengan kegiatan ekonomi kota terutama kegiatan perdagangan serta jasa. Kegiatan perdagangan dan jasa pada dasarnya merupakan ciri dari masyarakat kawasan perkotaan dimana pada kawasan tersebut banyak didirikan sarana dan prasarana guna mendukung kegiatan ekonomi perkotaan (urban economic activities).

Kegiatan peremajaan kota atau re-vitalisasi kawasan pusat kota serta pengembangan kawasan tertentu kota, yang banyak dilakukan dan diminati para pengembang (developers), pada dasarnya diarahkan untuk membangun dan mendukung kegiatan ekonomi kota yang lebih intensif. Kanaikan harga tanah serta tingginya pajak tanah untuk kawasan pusat kota pada kota –kota besar perlu diimbangi oleh adanya usaha-usaha dalam meningkatkan nilai ekonomis pada kawasan kota yang dkembangkan atau diremajakan. Karena itu bentuk-bentuk sarana atau fasilitas yang dibangun pada kawasan pusat kota cenderung kearah kegiatan bisnis ekonomi kota.

Karakteristik kota-kota besar di berbagai belahan dunia juga berkembang menjadi kota metropolitan juga ditandai oleh bermunculannya kota-kota satelit yang berada di sekeliling kota induknya. Selain terjadi pertumbuhan areal dan perkembangan kawasan pada kota metropolitan, terjadi pula pembentukan pusat-pusat kota (the centre of city) dalam areal kawasan yang cukup luas. Pada banyak kota metropolitan, kawasan pusat-pusat kota dapat satu atau lebih kawasan yang berkembang sangat pesat. Pada kawasan pusat kota dimaksud banyak dibangun dan dikembangkan fasilitas guna keperluan kegiatan bisnis / perdagangan dan jasa-jasa lainnya.

(5)

Makassar dan Palembang. Juga ditetapkan sebanyak 87 kota besar dan kota sedang serta kota kecil – yang diprioritaskan mendapat pembinaan dan penataan. Jika prediksi prosentase penduduk perkotaan adalah 34,62% dari jumlah penduduk total I ndonesia, serta prediksi tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan sebesar 5,72% , maka pertumbuhan kota-kota besar dan kota sedang di I ndonesia dalam kurun waktu 2010 – 2025 akan mengalami peningkatan cukup pesat. (lihat Suparti A Salim – 2011).

PEMBANGUNAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PENGEMBANGAN KORI DOR

EKONOMI DALAM MP3EI .

Di I ndonesia pada saat sekarang ini perkembangan pembangunan kawasan perkotaan juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kota-kota kecil terutama di Pulau Jawa berkembang pesat menjadi kota-kota besar. Sedangkan sebagian besar kota-kota besar yang ada tumbuh dan berkembang menjadi kota metropolitan. Khususnya di Pulau Jawa - kota-kota metropolitan tumbuh tumbuh dan berkembang menjadi kawasan megapolitan, sebagai contoh: kawasan Jabodetabek dan Gebangkertosusilo. Dua kawasan megapolitan tersebut memerlukan penanganan yang sangat intensif mengingat tingkat komplek permasalahan yang muncul sangat tinggi.

Jika kita melihat kepada acuan pembangunan yang termuat dalam MP3EI , maka setidaknya dicanangkan enam koridor ekonomi yang menjadi prioritas di I ndonesia. Ke enam koridor ekonomi dimaksud adalah: (a) Koridor Ekonomi Sumatra, (b) Koridor Ekonomi Jawa, (c) Koridor Ekonomi Kalimantan, (d) Koridor Ekonomi Sulawesi, (e) Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara dan (f) Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku. Dilihat dari perkembangan kawasan perkotaan (urban areas), pada enam koridor ekonomi diatas ternyata memiliki tingkat yang berbeda-beda, dimana Koridor Ekonomi Jawa diperkirakan sekitar 42% merupakan kawasan perkotaan.

Melihat perkiraan pemerintah yang tertuang dalam Repelita VI , kondisi kawasan perkotaan di I ndonesia sbb. : penduduk kawasan perkotaan dalam 25 tahun ini (2000 s/ d 2025) diperkirakan akan meningkat dua hingga tiga kali lipat dari semula. Jumlah penduduk di sekitar kota metropolitan Jakarta diperkirakan meningkat dari 15,5 juta menjadi 33 juta jiwa. Metropolitan Surabaya dan sekitarnya meningkat dari 3,9 juta menjadi 9,8 juta jiwa, Penduduk kota Medan meningkat dari 2,5 juta menjadi 5 juta jiwa, penduduk kota Palembang meningkat 1,3 juta menjadi 2,7 juta jiwa dan penduduk kota Samarinda mengalami peningkatan dari 400.000 jiwa menjadi 1,3 juta jiwa. (lihat pula : Suparti A Salim - 2010).

(6)

Kajian yang lebih mendalam berkaitan dengan pembangunan kawasan perkotaan, sudah sejak saat ini selayaknya disimak dengan cermat. Mengapa? Karena pembangunan di kawasan perkotaan selain memiliki corak dan karakteristik yang khas, juga memiliki tingkat kompleksitas permasalahan yang tinggi serta pada kawasan ini dihuni oleh lebih banyak penduduk dibandingkan dengan kawasan pedesaan. Jika kita melihat kajian tentang pembangunan kawasan perkotaan, secara garis besar hal ini dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (a) pembangunan di kota-kota metropolitan, (b) pembangunan di kota-kota besar dan sedang, dan (c) pembangunan di kota-kota kecil.

Jika kita lihat kondisi kota-kota yang ada di I ndonesia saat sekarang ini adalah sbb.: (a) Kota-kota metropolitan dengan penduduk diatas 3,6 juta jiwa adalah: Jakarta dan Surabaya, serta (b) kota-kota metropolitan dengan penduduk diatas 1,8 juta jiwa adalah: Medan, Bandung, Semarang, Palembang dan Makassar. Kota-kota besar dengan jumlah penduduk lebih dari 900.000 jiwa misalnya: Malang, Padang, Jogjakarta, Bogor, dsb. (lihat BPS-2010). Sedangkan kota-kota sedang dengan jumlah penduduk 250.000 jiwa hingga 500.000 jiwa misalnya: Banda Aceh, Bengkulu, Pekalongan, Tegal, Probolinggo, Samarinda, dsb.

Dalam menelaah pembangunan kawasan perkotaan, selain terjadinya trend peningkatan pembentukan kawasan perkotaan terutama di Pulau Jawa dan sebagian di Sumatera, kamimantan dan Sulawesi, perhitungan behutuhan lahan untuk ekspansi kawasan perkotaan dimasa mendatang juga perlu dibuat. Jika asumsi (BPS-2010) tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan adalah sebesar 5,72% per-tahun, dan prosentase penduduk perkotaan mencapai 34,62% maka prediksi kebutuhan lahan untuk pertumbuhan kawasan kota (baru) dapat dibuat / dilakukan. Demikian pula dengan tingkat kepadatan penduduk / hektar untuk kawasan perkotaan, untuk masa mendatang kondisinya dapat di-setting guna keperluan perencanaan.

Demikian pula dengan upaya pencapaian target ekonomi I ndonesia melalui MP3EI yang dicanangkan tahun 2010-2025, selain melihat pada prioritas enam koridor ekonomi I ndonesia, juga perlu dilihat dan disimak prioritas pengembangan pembangunan kota. Secara kajian perkotaan setidaknya terdapat dua kawasan megapolitan di I ndonesia yang tidak dapat dicegah pertumbuhannya, yaitu: Jabodetabek dengan kota raya Jakarta sebagai intinya, serta Gebangkertosusilo dengan kota raya Surabaya sebagai intinya. Kota-kota metropolitan di masa depan yang mungkin berkembang antara lain: Medan, Bandung, Semarang, Ujung-Pandang (Makassar) dan Palembang.

Daya dukung kegiatan ekonomi pada kawasan perkotaan (terutama di kota-kota metropolitan dan kota-kota besar) sudah saatnya berubah menuju arah yang lebih efisien serta memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Tingkat kepadatan penduduk atau jumlah penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan, sudah seharusnya dijadikan daya dukung potensi ekonomi kota sehingga kondisi ekonomi kota dapat lebih berkembang dan meningkat. Elaborasi pada kegiatan ekonomi perkotaan selain melihat pada aspek potensi dan daya saing, juga perlu melihat arah perkembangan iptek dan trend inovasi yang berkembang di masyarakat.

STRATEGI ‘GREEN- ECONOMI C’ DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN

PERKOTAAN.

(7)

hendaknya dilihat sebagai suatu upaya keharusan atau keniscayaan menghadapi tantangan kota di masa depan.

Ekonomi perkotaan pada dasarnya meliputi: (a) kegiatan produksi barang dan jasa, (b) kegiatan distribusi (termasuk ekspor dan impor) dari barang dan jasa, serta (c) kegiatan konsumsi bagi masyarakat perkotaan. Kegiatan produksi barang dan jasa – selain mempertimbangkan aspek potensi kawasan, hendaknya juga diarahkan ke pengembangan industry tersier (hilir) dimana banyak digunakan teknologi maju, bentuk barang atau komuditas yang diproduksi hendaknya mengarah kepada kebutuhan mandiri kota serta selebihnya digunakan untuk meningkatkan nilai ekonomi atau pendapatan dari kota bersangkutan. Pada kota-kota besar dan terlebih kota-kota metropolitan, jenis industri yang dikembangkan adalah industri bersih yang dikenal sebagai ‘green-industry’.

Tenaga Kerja atau SDM pendukung pengembangan green-industri adalah SDM yang memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan kerja yang tinggi, biasanya mereka kenal dengan perkembangan iptek serta pada komunitasnya terjadi pula trend pertumbuhan inovasi. Karena jenis industrinya yang cenderung industry hilir, maka tingkat polusi air, tanah dan udara dapat dicegah hingga tingkat minimum. I ndustri aneka kerajinan, industri kreatif (creative industry) hingga industri pariwisata kota (termasuk industry kuliner) menjadi potensi menarik untuk dikembangkan sebagai kegiatan ekonomi kawasan perkotaan di masa-masa pendatang.

Selain komuditas berbentuk barang (goods), juga berkembang pesat pusat-pusat produksi dalam bentuk jasa (services) yang tumbuh di kawasan perkotaan. Sebagai contoh: jasa riset (R and D) rumahan, jasa rancang-bangun dari produk industry, jasa pendidikan dan pelatihan kerja guna mengisi lapangan kerja di perkotaan hingga jasa industri wisata perkotaan, dsb. Selain dibentuknya kawasan-kawasan industry yang ‘ramah-lingkungan’ di kawasan perkotaan, trend di masa depan akan bergeser dengan terbentuknya ‘kampung-kampung’ (sebagai perkembangan rumah-kantor mandiri) yang menjalankan kegiatan ekonomi kota. Hal ini masih mungkin terjadi jika kegiatan ekonomi sector informal di kawasan perkotaan kurang mendapat pembinaan.

Sekolah-sekolah (Universitas dan PT) beserta Pusat Pelatihan Kerja, sebagian pekerjaannya akan mengarah pada pembuatan riset (R and D) yang dinilai adaptif serta memiliki harga (biaya) yang cukup murah / kompetitif. I ndustri - industri skala rumahan, menjadi alternatif bagi kegiatan ekonomi perkotaan yang menjadi bagian komplementer keberadaan kegiatan industry sector formal. Dengan memperhatikan trend market serta perkembangan iptek yang terjadi, masyarakat perkotaan akan melihat / melirik pada potensi berkembang pesatnya ‘industri-kreatif’ di kawasan perkotaan.

I ndustri wisata kota, juga dapat berkembang di masa mendatang – manakala Pemerintah Kota yang bersangkutan memberi perhatian penuh terhadap potensi wisata kota dan potensi arsitektur kota yang dimilikinya. I ndustri wisata kota – akan member pengaruh positif terhadap perkembangan misalnya: industry kreatif – terutama aneka kerajinan (souvenir), industry kuliner (seni memasak dan anekamakanan), industry perhotelan, arsitektur kota (terutama bangunan -bangunan bersejarah / hystorical buildings) hingga kegiatan atau atraksi kesenian dan kebudayaan di lingkungan perkotaan.

(8)

lingkungan sekitar’ pada kegiatan industri di kawasan perkotaan menjadi suatu keharusan di masa datang.

Parameter yang jelas dan terukur, seperti misalnya: beban CO2 yang dihasilkan oleh suatu kegiatan, tingkat penghematan energy, penggunaan material / bahan baku yang dapat di-daur-ulang, hingga cara-cara pengolahan limbah / sampah - pada kegiatan industri, transportasi dan kegiatan penghunian – juga merupakan parameter yang dinilai untuk mengarahkan berkembangnya kegiatan ‘green-economic’. Demikian pula pembangunan bidang industri property, real-estate dan perumahan-permukiman di kawasan perkotaan, di masa datang perlu mendapat arahan yang ketat sehinga dapat terbentuk kawasan kota yang aman, nyaman serta harmoni dengan lingkungan alam sekitar.

Arsitek, perencana kota (urban planners), Bappeda, Dinas Tata Kota, para pengembang (developers), beserta para investor yang hendak mengembangkan kawasan kota, sudah seharusnya ‘sepakat’ untuk memilih dan menetapkan kegiatan-kegiatan ekonomi kota yang memiliki ‘daya-tarik’ tinggi dari segi ekonomi, tetapi juga sekaligus memenuhi kriteria ramah terhadap kondisi lingkungan alam sekitar. Jenis industry hilir yang ‘bersih’ dengan penggunaan teknologi tinggi, pengembangan industri aneka-kerajinan, kegiatan industri kreatif perkotaan, kegiatan industri wisata kota hingga industri kuliner – menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi perkotaan yang potensial di masa mendatang.

Untuk kawasan pusat-pusat kota besar terutama di kota metropolitan yang sudah ada, kegiatan re-vitaliasasi kawasan pusat kota, merupakan suatu bentuk kegiatan pembangunan yang mesti dan seharusnya dijalankan. Tujuan utamanya adalah untuk: (a) meningkatkan nilai tambah ekonomi pada lahan - lahan kota yang belum berkembang optimum, (b) meningkatkan pertumbuhan pusat-pusat kegiatan ekonomi kota yang intensif sehingga hemat penggunaan tanah dan lahan, (c) meningkatkan potensi arsitektur kota guna menambah makin pesatnya kegiatan wisata perkotaan.

PENUTUP DAN KESI MPULAN.

Daya dukung kegiatan ekonomi di kawasan perkotaan terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan, sudah saatnya berubah menuju arah yang lebih efisien serta memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Tingkat kepadatan penduduk atau jumlah penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan, sudah seharusnya dijadikan daya dukung potensi ekonomi kota sehingga kondisi ekonomi kota dapat lebih berkembang dan meningkat. Elaborasi pada kegiatan ekonomi perkotaan selain melihat pada aspek potensi dan daya saing, juga perlu melihat arah perkembangan iptek dan trend inovasi yang berkembang di masyarakat.

Salah satu strategi guna mendukung pelaksanaan MP3EI ini adalah strategi penerapan prinsip ‘green-economic’ yang dikembangkan khususnya di kawasan perkotaan (urban areas). Dalam era 2010 - 2025 di berbagai kawasan di dunia ini, terjadi peningkatan pembangunan kawasan perkotaan yang sangat menonjol. Diprediksi pembentukan kawasan perkotaan (yang identik dengan kegiatan pembangunan kawasan perkotaan) mencapai angka 53% dibandingkan yang hanya 47% untuk pembangunan kawasan pedesaan. Melihat pada prediksi tersebut maka kegiatan pembangunan ekonomi di kawasan perkotaan menjadi semakin penting dan dominan.

(9)

yang diproduksi hendaknya mengarah kepada kebutuhan mandiri kota serta selebihnya digunakan untuk meningkatkan nilai ekonomi (pendapatan) dari kota berdangkutan. Pada kota-kota besar dan terlebih kota-kota-kota-kota skala metropolitan, jenis industri yang dikembangkan adalah industri bersih yang dikenal sebagai ‘green-industry’.

Tenaga kerja / SDM pendukung pengembangan green-industry adalah SDM yang memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan kerja yang tinggi, biasanya mereka mengenal akan perkembangan iptek serta pada komunitasnya terjadi pula trend pertumbuhan inovasi. Karena jenis industrinya yang cenderung industry hilir, maka tingkat polusi air, tanah dan udara dapat dicegah hingga tingkat minimum. I ndustri aneka kerajinan, industri kreatif (creative industry) hingga industri pariwisata kota (termasuk didalamnya industry kuliner) menjadi potensi menarik untuk dikembangkan sebagai kegiatan ekonomi kawasan perkotaan di masa-masa pendatang.

Arsitek, perencana kota (urban planners), Bappeda, Dinas Tata Kota, para pengembang (developers), beserta para investor yang hendak mengembangkan kawasan kota, sudah seharusnya ‘sepakat’ untuk memilih dan menetapkan kegiatan-kegiatan ekonomi kota yang memiliki ‘daya-tarik’ tinggi dari segi ekonomi, tetapi juga sekaligus memenuhi kriteria ramah terhadap kondisi lingkungan alam sekitar. Jenis industry hilir yang ‘bersih’ dengan penggunaan teknologi tinggi, pengembangan industry aneka-kerajinan, kegiatan industry kreatif perkotaan, kegiatan industry wisata kota hingga industry kuliner – menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang potensial di masa mendatang.

Untuk kawasan pusat-pusat kota besar terutama di kota metropolitan yang sudah ada, kegiatan re-vitaliasasi kawasan pusat kota, merupakan suatu bentuk kegiatan pembangunan yang mesti dan seharusnya dijalankan. Tujuan utama kegiatan tersebut adalah untuk: (a) meningkatkan nilai tambah ekonomi pada lahan-lahan kota yang belum berkembang optimum, (b) meningkatkan pertumbuhan pusat-pusat kegiatan ekonomi kota yang intensif sehingga hemat penggunaan tanah dan lahan, (c) meningkatkan potensi arsitektur kota guna menambah pesat kegiatan wisata kota di kawasan perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA.

1) Bukhari, Ansari, (2012) : Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian RI Pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 ‘Akselerasi Tahun 2012-2014’, Biro Humas Kementerian Perindustrian RI , Jakarta.

2) Deputi BPPT / Kemenristek RI , (2012) : Hasil Perumusan Workshop Peningkatan Kontribusi I ptek Dalam Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia, Kemenristek RI , Jakarta..

3) Hall, Peter & Pfieffer. Ulrich, (2000): Urban Future 21: A Global Agenda For Twenty First Century Cities), E and FN Spon, Publisher, London.

4) Lim Lan Yuan, cs. (editor), (1999): Urban Quality of Life : Critical I ssues and Options, School of Building And Real-Estate, National University of Singapore, Singapore.

5)

Apa dan Bagaimana MP3EI ? Dan Konektifitas Enam Koridor Ekonomi (Edisi Khusus Bulan Desember 2011), Penerbit I RSDP Bappenas RI , Jakarta.

6) Suparti A Salim, dkk., (2010) : Menelisik Pembangunan Lingkungan Hidup dan Perumahan Permukiman (70 Tahun I r. Tjuk Kuswartojo), KBK Perumahan dan Permukiman, SAPPK I TB,

Bandung.

(10)

8) Udjianto Pawitro, (2011) : The Metropolis Development I n Post-Modern Era : Accomodating The Flow Of Capitalist Economic Globalization I n Urban Trends (Case Study: The Development of CBD I n The Metropolitan City of Jakarta), (Makalah), Proceeding Seminar Nasional ASPI -VI , Jurusan Arsitektur FT Universitas Hasanudin, Makassar, 13 July 2011

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan penulis yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan aktif dari daun asam jawa yang mempunyai daya antibakteri dan

1) Lightning arrester pada gardu induk sangat penting, karena semua peralatan pada gardu induk harus dilindungi untuk menunjang kinerjanya. 2) Lightning arrester atau disingkat

Laporan adalah laporan, keterbukaan informasi, atau dokumen yang wajib disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana

Penanaman kedelai di lahan sawah sesudah panen padi sangat besar artinya dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan sawah tadah hujan atau yang beririgasi sederhana

Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak

Rencana untuk pemulihan dari kerusakan, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia, tidak hanya berdampak pada kemampuan proses komputer suatu perusahaan, tetapi juga akan

Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad di daerah yang bermusim empat antara lain adalah suhu dan makanan, akan tetapi untuk ikan di daerah tropis suhu relatif

Berisi tentang kesimpulan dari data–data yang telah dianalisa dan selanjutnya akan diberikan saran dari kesimpulan yang telah didapat terutama bagi pihak