“Arang Biji Karet (Havea braziliensis Muell. Arg.) Pengganti Pasta Baterai sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan”
Oleh : Miftahul Khayati
Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar nomor 2 di dunia (DISBUN). Tanaman karet banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di pulau Sumatra dan juga di pulau lain yang diusahakan baik oleh perkebunan negara, swasta maupun rakyat. Sejumlah areal di Indonesia memiliki keadaan yang cocok dimanfaatkan untuk perkebunan karet yang kebanyakan terdapat di Sumatra dan beberapa ada di Jawa. Menurut Diah Kasmirah dalam Murni 2008, biji karet sangat melimpah karena tanaman karet menghasilkan rata-rata 800 biji karet per pohon dalam setahun. Selama ini biji karet di Indonesia hanya sedikit sekali yang dimanfaatkan untuk pembibitan, sisanya hanya dibiarkan berserakan di kebun karet. Biji karet apabila dibakar akan menghasilkan arang aktif (Saur, 2011).
Menurut BKSDAKALTIM, 2014 arang aktif dapat menghasilkan energi listrik.Cangkang biji karet memiliki komponen kendaga tersusun oleh selulosa yang memiliki karbon yang cukup. Jika dibakar biji karet akan menjadi arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif. Sifat adsorpsi ini bergantung pada luas permukaan dan besar atau volume pori-pori (Wijaya, 2014).
Sesuai hakikatnya, baterai sebagai barang konsumsi energinya pasti akan berkurang dan pada akhirnya akan habis. Baterai yang telah habis dipakai menjadi tidak berguna lagi. Menyikapi hal ini, apakah yang sebaiknya yang dilakukan terhadap baterai bekas tersebut? Lantas apa hubungannya permasalahan lingkungan dengan baterai bekas pakai?
Bila dibuang sembarangan atau tidak didaur ulang, maka kandungan logam berat dan zat-zat berbahaya lain yang ada di baterai dapat mencemari air dan tanah, yang pada akhirnya membahayakan tubuh manusia. Inilah masalah sepele yang jika tidak ditanggapi secara cepat dan tepat akan menjadi permasalahan lingkungan yang serius.
dipakai untuk minum, mandi dan mencuci. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk menangani limbah batu baterai. Baterai terbuat dari zink anoda, karbon sebagai katoda dan elektrolit yang dipakai berupa pasta campuran MnO2, serbuk karbon, dan NH4Cl.
Kemudahan dan ketersediaan biji karet dan batu baterai bekas inilah yang mendasari untuk memilih biji karet sebagai sumber energi listrik alternatif dengan arang biji karet sebagai pengganti pasta batu baterai bekas. Biji karet yang praktis, murah dan mudah diproduksi untuk energi listrik alternatif secara mandiri diharapkan dapat menjadi salah satu solusi limbah biji karet dan limbah batu baterai.
Analisis yang digunakan dalam pembuatan energi alternatif dari arang biji karet ini adalah analisis fisika, kimia dan statistika. Analisis fisika yaitu dengan menggunakan alat multitester untuk mengukur tegangan listrik yang dihasilkan. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang mempengaruhi tegangan listrik. Analisis statistika yaitu data diolah dengan menggunakan rata-rata hasil tegangan listrik dan dengan menggunakan standar eror.
Metode Pembuatan Energi Listrik dari Biji Karet dan Arang Biji Karet a. Membuat pasta baterai
Menyiapkan 2 kg biji karet selanjutnya 1 kg untuk dibakar dan 1 kg untuk ditumbuk. proses pembakaran biji karet dilakukan dengan cara melubangi tanah dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm. Selanjutnya meletakan ranting-ranting, kayu dan daun kering didasar lubang dan membakarnya. Biji karet diletakkan di atas ranting-ranting dan di tutup kembali dengan ranting-ranting-ranting-ranting. Pembakaran dilakukan sampai biji karet menjadi arang.
Percobaan juga menggunakan cangkang biji karet dan isi biji karet untuk di uji. Sebanyak 1 kg biji karet dipisahkan cangkang dan bagian isi dan diarangkan di tempat terpisah. Masing-masing di haluskan hingga menjadi serbuk. Selanjutnya arang cangkang dan arang isi biji karet masing-masing di tambahkan jeruk nipis.
Penambahan air, garam, cuka, jeruk nipis, jeruk sambal, jeruk makan, jeruk bali ke dalam arang biji karet yaitu setiap 2,70 g serbuk arang biji karet memerlukan 4 mL masing-masing zat tersebut. Penambahan jeruk nipis dengan biji karet, cangkang biji karet dan isi biji karet juga memerlukan 4mL air jeruk setiap 2,70 g masing-masing serbuk.
b. Mengosongkan baterai bekas
Mengambil baterai bekas yang telah terkumpul, kemudian membuka lapisan luar kulit baterai menggunakan pisau besar. Seteah lapisan luar kulit baterai dilepas selanjutnya membuka bagian atas baterai dan mencabut karbon baterai. Kemudian membersihkan tabung baterai dengan membuang pasta baterai menggunakan paku, jangan sampai ada pasta yang masih tersisa di tabung baterai dan melihat kedalam tabung baterai apakah baterai benar-benar sudah bersih, setelah selesai lalu dikumpulkan didalam satu wadah.
c. Mengisi baterai
Mengambil semua jenis pasta yang sudah disiapkan, memasukkan pasta kedalam tabung baterai yang sudah kosong menggunakan sendok kecil, press pasta agar padat menggunakan bagian kepala paku. Kemudian memberi lubang ditengah-tengah pasta menggunakan sedotan dan memasukkan batang karbon bekas kedalam pasta yang telah diberi lubang tadi. Setelah semua terisi penuh, menutup baterai menggunakan tutup baterai sebelumnya.
Nah karena arang biji karet dan baterai bekas dapat dijadikan sebagai energi alternatif maka dengan cara demikian kita bisa memanfaatkan keberadaan biji karet yang melimpah yang tidak terpakai untuk mengisi pasta baterai yang daya tegangannya sudah habis. Disamping itu kita juga bisa memanfaatkan limbah baterai menjadi barang yang lebih berguna agar mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat zat-zat kimia berbahaya yang berasal dari baterai.
DAFTAR PUSTAKA
Castellan,1982. Laporan Absorbsi Isoterm. Diakses pada tanggal 15 September 2016.
Grist, 1929. Ekstraksi Biji Karet. Jurnal IPB. Bogor. Diakses pada tanggal 16 September 2016
Johari & Rahmawati, 2004. Kimia SMA untuk Kelas XI. Jakarta. Diakses pada tanggal 15 September 2016
Khorik, Dian Eka dkk. 2011. Baterai Listrik Dari Buah Jeruk Nipis. Universitas Negeri Surabaya. Suabaya. Diakses pada tanggal 16 September 2016