• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Strategis Pembaruan dan Pengem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Strategis Pembaruan dan Pengem"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Strategis Pembaruan dan Pengembangan Madrasah

Oleh Mutammam, M. Ed. mutammamm@yahoo.com

Pendahuluan

1. Bismillahirrahmanirrahim. Dalam waktu dekat atau dalam beberapa tahun ke depan, satu persatu atau bersama-sama, kita semua akan mati meninggalkan alam dunia menuju alam akhirat. Kita percaya dengan yakin, di alam akhirat nantinya kita akan tetap hidup; bahkan di sana nanti kehidupan bersifat abadi karena akhirat adalah darul khulud. Maka agar tidak merugi dan hancur di alam keabadian yang pasti akan kita datangi nanti, kita tidak boleh ragu untuk berinvestasi akhirat. Hidup yang sekarang sedang kita jalani sesungguhnya peluang dan kesempatan untuk berinvestasi akhirat karena addunya mazra`tul akhirah.

2. Aktivitas-aktivitas kita selama di dunia nanti akan dinilai, dihitung, ditimbang, dihisab. Hasilnya nanti akan ikut menentukan apakah di alam keabadian akhirat nanti kita termasuk beruntung (minal faizin) atau rugi besar dan bangkrut (minal halikin). Sesungguhnya kita masih punya kesempatan menginvestasikan aktivitas-aktivitas (amal-amal) kita di “perusahaan Allah” (ikhlas lillahi ta’ala) jika kita memang menghendaki keberuntungan akhirat (fauzan ‘adzima).

3. Peluang itu terutama karena kita semua berkhidmat di dunia pendidikan.

Meminjam ungkapan Imam al-Ghazali dalam Ihya, tenaga pendidik adalah

khalifatullah dan ‘abdullah secara sekaligus. Tenaga pendidik mendapat status

khalifatullah karena ia adalah “wakil” Allah yang menjaga gudang

perbendaharaan ilmu Allah dan diberi hak untuk mengambil dari simpanan ilmu-ilmu tersebut untuk diberikan kepada orang-orang yang datang membutuhkan (para thalibul ilm). Pada sisi lain, tenaga pendidik adalah ‘abdullah atau hamba Allah yang mulia karena senantiasa berurusan dengan salah satu sifat Allah yang tinggi, yakni ilmu. Fa ta’lim al-`ilm min wajhin `ibadah lillah wa min wajhin khilafah lillah wa huwa min ajalli khilafah lillah... (Ihya, I/14).Tentu kita tidak akan main-main dengan posisi kita sebagai khalifatullah dan ‘abdullah secara sekaligus.

4. Kesadaran akan status kita sebagai khalifatullah dan ‘abdullah harus mendorong kita untuk (1) senantiasa berusaha berbuat yang terbaik (ashlah wa shalih) dalam

semua aktivitas („amal) kita sebagai tenaga kependidikan; dan (2) meniatkan aktivitas-aktivitas tersebut semata demi mendapatkan ridlallah, bukan demi kepentingan duniawi seperti gengsi dan uang. Kalau kita main-main dan tidak serius dalam aktivitas kita sebagai tenaga kependidikan, padahal dalam posisi tersebut kita berstatus sebagai khalifatullah dan ‘abdullah, dikuatirkan kita tidak lagi bersifat amanah namun khianat. Sementara kalau kita meniatkan aktivitas-aktivitas profesi kependidikan kita demi selain Allah, dikuatirkan kita menuhankan hal-hal duniawi seperti uang, popularitas, jabatan dan sebagainya. Tidak amanah dan tidak ikhlas lillah bisa menyebabkan habithat a’maaluh yang pada akhirnya mengantarkan kepada kerugian nyata (al-khusran al-mubin) yakni

khasiraddunya wal akhirah.

5. Selanjutnya karena pada fitrahnya kehidupan dunia selalu mengalami perubahan

dan dinamika, maka konsep “berbuat yang terbaik” dalam dunia pendidikan

(2)

terbaik” pada masa yang lalu bisa jadi bukan lagi “yang terbaik” pada masa kini

dan di sini. Untuk itu selalu dibutuhkan proses pembaruan, tajaddud, terutama dalam hal strategi. Tuntutan untuk selalu melakukan pembaruan strategi pendidikan bersifat alamiah, karena:

“al-tajaddud huwa al-hayah wa huwa sunnah ‘aammah fi kulli hayy ... innal maut huwa thariun ‘alal ajsam yamna’u tajaddudaha

... fa idza kaanat al-ajsam al-hayyah muhtaajah ila al-tajaddud

lituhafidza ‘ala hayatiha fakadzalika ma’nawiyyatul ummah tajib an tatajaddad bi tajaddud haajaatiha ... fa inna al-tajaddud sirrul hayah” („idzatun nasyi-in li Musthafa al-Ghalayini)

6. Dewasa ini kebutuhan-kebutuhan sosial (haajaat al-ummah) dalam rangka

mempertahankan kehidupan umat manusia (lituhaafidza ‘ala hayatiha) telah berubah dari kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Jika pada awalnya untuk mempertahankan kehidupan umat manusia hanya dibutuhkan ketersediaan pangan, sandang dan papan dalam bentuknya yang sangat sederhana, maka dewasa ini hajat sosial umat manusia telah berkembang dalam jenis maupun bentuknya. Pada akhirnya, hal yang sama juga terjadi pada bidang pendidikan tempat kita berkhidmat. Kebutuhan-kebutuhan madrasah kita lituhaafidza ‘ala

hayaati madaarisina telah berkembang sedemikian rupa sampai pada kondisi yang menuntut terjadinya proses-proses tajaddud agar madrasah-madrasah tersebut bisa shalih li zamanina wa makanina alias sesuai tuntutan kemajuan masa kini dan di sini.

7. Tentang bagaimana kita membarui madrasah kita, sesungguhnya hal tersebut

pertama-tama bergantung kepada begaimana kita mentashawwuri atau

mencitrakan madrasah tempat kita berkhidmat dalam rangka mengabdi kepada

Allah. Untuk kali sekarang, marilah kita mentashawwuri madrasah kita

menggunakan sudut pandang teori organisasi, yakni satuan organisasi yang

memproduksi, mensuply, dan mengkonsumsi. Namun secara spesifik penekanan

tashawwur kita pada tulisan ini diletakkan pada madrasah sebagai satuan pendidikan yang memproduksi. Kalau ada kesempatan di lain waktu, kita bisa bisarakan bersama madrasah sebagai organisasi suplier dan madrasah sebagai organisasi pengguna produk organisasi lain.

Dua Produk Utama Madrasah

8. Menggunakan sudut pandang teori organisasi yang memproduksi,

sekurang-kurangnya terdapat dua jenis produk madrasah, yaitu barang dan jasa. Tentang yang pertama, produk barang, wujudnya adalah lulusan. Yang kedua, produk jasa, wujudnya adalah jasa pendidikan yang diterimakan kepada peserta didik. Produk berupa lulusan dihasilkan untuk disuplai ke atau dikonsumsi oleh

madrasah/sekolah di atasnya. Produk-produk (lulusan) MI/SD, misalnya, akan dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan baku oleh “perusahaan” MTs/SMP. Sementara produk-produk jasa pendidikan (proses pembelajaran/teaching and learning) dikonsumsi oleh para pebelajar, yakni para murid, di madrasah/sekolah tersebut.

9. Untuk bisa berhasil menjadikan “perusahaan” madrasah yang bergerak di bidang

(3)

dalam setiap persaingan, strategi adalah segala-galanya dan hanya bisa dikalahkan oleh keajaiban Tuhan.

10. Dalam kompetisi di pasar “perusahaan” madrasah ini, kemampuan mencari kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal ”perusahaan” dan kekuatan

-kekuatan eksternal, yakni determinan suatu pasar madrasah melalui pengamatan

terhadap persaingan antar madrasah, regulasi pemerintah di bidang pendidikan, serta faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasikan peluang dan ancaman, menjadi amat penting. Dalam ungkapan sederhana, para leader di lingkungan madrasah perlu menerapkan perencanaan strategis yakni strategi mengatasi ancaman dan merebut peluang.

Perencanaan Strategis

11.Kegiatan perencanaan strategis dilakukan dalam paling kurang lima tahap

kegiatan. Pertama, perumusan pernyataan visi dan misi “perusahaan” madrasah.

Kedua, pengenalan lingkungan eksternal dan pengenalan internal untuk kemudian dibuat profil madrasah. Ketiga, penetapan sasaran jangka panjang dan strategi induk. Keempat, perumusan rencana strategis. Kelima, pelembagaan strategi dan evaluasi serta feedback.

12.Visi dan misi madrasah dirumuskan berdasar komitmen bersama semua

kalangan yang terlibat dalam proses-proses madrasah. Mengapa demikian,

karena visi merupakan filosofi “perusahaan” madrasah dan misi merupakan

tujuan yang hendak dicapai melalui program. Bila filosofi dan tujuan madrasah

tidak menjadi jiwa seluruh warga madrasah, maka “perusahaan” penghasil

lulusan dan jasa pendidikan ini akan berjalan tanpa arah yang fokus. Rumusan visi dan misi harus digali dari nilai-nilai madrasah dan tradisi atau kultur yang berkembang di dalamnya. Dengan demikian penjiwaan terhadap visi dan misi

madrasah akan menumbuhkan komitmen. Namun jika “bahan utama” rumusan

visi dan misi diambil dari nilai-nilai yang berkembang di luar madrasah, atau dirumuskan sebagai formalitas belaka, maka tidak bakal ada komitmen terhadapnya karena terjadi gap psikologis.

13.Pengenalan lingkungan eksternal dan faktor-faktor internal dilakukan untuk menbangun profil madrasah. Penyusunan profil diawali dengan penelusuran terhadap titik kordinat madrasah dalam peta konstelasi determinan-determinan eksternal. Misalnya, dalam percaturan (konstelasi) MI/SD di Jawa Tengah di mana titik kordinat MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes. Di kelompok 10 besar? Di kelompok 25 terbelakang? Atau di kelompok rata-rata MI/SD? Peletakkan madrasah pada titik kordinatnya ini dilanjutkan dengan penelusuran terhadap faktor-faktor internal madrasah untuk mendapatkan gambaran sebenarnya tentang kekuatan dan kelemahan MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes dalam konteks peluang dan ancaman.

Sasaran Jangka Panjang

(4)

produktifitas, keuntungan ekonomis, posisi kompetitif, pengembangan SDM, hubungan kerja, teknologi yang digunakan, dan tanggungjawab sosial.

15.Dalam konteks madrasah, yang dimaksud dengan produktifitas sebagai sasaran

jangka panjang adalah, misalnya, jumlah lulusan yang ditargetkan dihasilkan sepanjang 10 tahun ke depan sampai dengan tahun 2019 secara efisien. Katakanlah MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes mematok produktifitas di sepanjang 10 tahun ke depan di bidang produksi lulusan sebanyak 1000 (seribu) orang lulusan atau seratus lulusan per tahun. Target produksi selama sepuluh tahun ke depan sampai dengan tahun 2019 tersebut, selanjutnya dirinci dalam produktifitas tiap tahun yang harus dicapai masing-masing tahun di sepanjang sepuluh tahun ke depan sampai dengan tahun 2019. Sejak sekarang para leader di MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes dituntut sudah mulai ancang-ancang mempraktekkan manajemen strategi membuat rencana strategis yang salah satu langkahnya adalah menentukan

produktifitas “perusahaan” MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog

Brebes.

16.Termasuk dalam produktivitas adalah ketercapaian bentuk-bentuk prestasi yang

diprogramkan sebagai sasaran jangka panjang. Misalnya tahun sekian lulus semua dengan nilai rata-rata 9, tahun sekian menjadi MI terbaik se Jawa Tengah, tahun sekian menjadi MI bertaraf Internasional, dan sebagainya.

17. Madrasah adalah termasuk “perusahaan” padat modal karena bidang produksi madrasah adalah lulusan (boleh kita sebut ilmuwan, meski baru taraf dasar) dan jasa pendidikan (boleh kita sebut ilmu, meski baru dasar-dasarnya). Jika kita bersedia menyebutnya ilmu, maka karakter paling menonjol dari ilmu adalah inovasi. Proses inovasi ilmu bisa dilakukan dengan bertumpu pada kegiatan penelitian. Penelitian sendiri, agar inovatif, hanya bisa dikerjakan oleh ilmwuan (untuk taraf madrasah, ilmuwan biasa kita sebut ustadz/guru) ahli dan spesialis di bidangnya (misalnya ustadz/guru ahli atau spesialis bidang matematika, fiqh, sejarah, bahasa, dan sebagainya). Untuk bisa memiliki ilmuwan (yang dimaksud adalah ustadz/guru) ahli dan spesialis di bidangnya tentu diperlukan investasi ekonomi sangat besar.

18.Agar berhasil memproduksi lulusan dan jasa pendidikan unggul, sebagai

“perusahaan” padat modal (the capital intensive company), mau tidak mau

madrasah harus menetapkan keuntungan ekonomis (yang nantinya

dipergunakan sebagai investasi SDM dan investasi infra-struktur

penyelenggaraan kegiatan pendidikan) dalam sasaran jangka panjang. Desakan agar madrasah menetapkan keuntungan ekonomis dalam sasaran jangka panjangnya diperkuat oleh gelagat dibukanya sekolah-sekolah cabang dari sekolah-sekolah luar negeri, sebagaimana sekarang telah dimulai di kota-kota besar di Indonesia. Kalau tidak punya keuntungan ekonomis untuk investasi pengembangan SDMnya, ke depan MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes akan kesulitan bersaing, apalagi dengan sekolah-sekolah cabang luar negeri tersebut.

19.Para leader di lingkungan madrasah diharapkan secara sungguh-sungguh

(5)

dana BOS dan sumbangan walimurid sebagai satu-satunya sumber pembiayaan, maka tujuan memproduksi lulusan unggul menjadi cita-cita belaka. Yang terjadi adalah kegiatan rutinitas pengajaran.

20.Pengembangan SDM sebagai sasaran jangka panjang tentu dilaksanakan secara penuh perencanaan. Apalagi madrasah kan berproduksi di bidang lulusan (boleh kita katakan sebagi ilmuwan kecil) dan jasa pendidikan (tadi kita sebut sebagai dasar-dasar ilmu). Kita ingat konsep tajaddud di depan, ... innal maut huwa thariun

‘alal ajsam yamna’u tajaddudaha .... Kalau kemampuan dan kompetensi SDM tidak diperbarui secara terus menerus, maka pada akhirnya madrasah akan ketinggalan dan semakin ketinggalan sampai akhirnya kedatangan maut. Daun-daun boleh berguguran, berganti sesuai musim, namun batang, cabang dan ranting tidak perlu berguguran karena selalu mengalami pembaruan sehingga semakin kokoh. Para ustadz/guru bukanlah daun yang harus digugurkan atau diganti dan dibuang setiap periode, namun mereka adalah batang, cabang dan ranting dari pohon madrasah yang harus selalui diperbarui kompetensinya. 21.Proses-proses produksi di lingkungan “perusahaan” madrasah dalam bentuk

pelaksanaan fungsi-fungsi pendidikan akan bersifat produktif hanya jika dilakukan dalam suatu mekanisme yang jelas, iklim kerja yang sehat dan kultur ramah dan menantang. Keterbukaan, akuntabilitas, kepedulian, sistem pengembangan karir yang jelas dan tidak menghambat merupakan sekian hal dari hal-hal amat penting dijadikan sebagai sasaran jangka panjang. Artinya kondisi-kondisi demikian harus terus menerus disempurnakan melalui program-program (sasaran) yang ditetapkan. Hubungan kerja antara ustadz/guru dengan ustadz/guru, ustadz/guru dengan kepala madrasah, ustadz/guru dengan tenaga lain, mereka semua dengan yayasan, merupakan hubungan harmonis yang dibangun oleh kebersamaan.

22.Bersamaan dengan pengembangan kultur madrasah yang peduli dan menantang

bagi semua pihak di dalamnya agar produktif, tentu yang tidak kalah penting sebagai sasaran jangka panjang adalah pemanfaatan teknologi sebagai sasaran jangka panjang. Teknologi di bidang komputer dan teknologi pendidikan, harus benar-benar dimasukkan dalam program sasaran jangka panjang. Artinya perumusan sasaran jangka panjang yang dibuat para pimpinan nantinya harus secara tegas menyebutkan pemenuhan jumlah, pemerataan, pemanfaatan dan peningkatan kecanggihannya.

23.Bahwa madrasah berada pada lingkungan sosial yang riil tentu menjadi

kesepakatan umum. Kenyataan demikian berimplikasi bahwa madrasah tidak bisa hidup sendirian, karena itu program-program di bidang rintisan dan pengembangan kerjasama menbentuk jaringan stake holders dengan masyarakat dan antar institusi menjadi sangat penting. Program-program rintisan dan pengembangan demikian pada satu sisi dilakukan dalam kerangka bagaimana sekolah bisa memperoleh manfaat dari luar untuk mengukuhkan eksistensi, pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Pada sisi lain, program-program demikian dijadikan sebagai bagian dari sasaran jangka panjang agar madrasah memiliki kesempatan luas untuk memberikan layanan kepada pihak-pihak di luar dirinya sebagai stake holdersnya.

(6)

24.Setelah mencapai kepastian bergerak di bidang produksi lulusan (sebut saja ilmuwan kecil) dan jasa pendidikan (atau dasar-dasar ilmu) dan menentukan sasaran jangka panjang, langkah berikutnya yang bisa segera dilakukan oleh para

leader di madrasah adalah menetapkan pilihan strategi induk. Pada prinsipnya, pemilihan strategi induk dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan diri dalam kerangka ancaman dan peluang yang mungkin diperoleh. Berikut sejumlah contoh strategi induk.

A. Strategi Konsentrasi

25.Strategi konsentrasi adalah konsentrasi pada produk lulusan dan jasa pendidikan standard. Untuk selama periode tertentu, sekolah diharapkan secara sungguh-sungguh terus menerus meyakinkan diri untuk tetap berkonsentrasi pada dua bidang produk tersebut. Strategi konsentrasi ini terus dilakukan sampai dengan sebuah madrasah benar-benar berhasil memproduksi lulusan unggul secara kompetitif dan komparatif. Setelah level ini bisa dicapai, baru sebuah madrasah bisa beralih ke strategi lain.

26.Selama menjalankan strategi konsentrasi ini sebuah madrasah tentu melakukan penguatan-penguatan diri dan penyempurnaan-penyempurnaan di segala bidang: struktur organisasi; sumber-sumber keuangan; SDM baik dalam jumlah maupun dalam rasio keahlian; infra struktur dan sarana; teknologi; dan lain sebagainya.

B. Strategi Pengembangan Produk

27.Strategi pengembangan produk merupakan kelengkapan dari strategi

konsentrasi. Pengembangan produk dilakukan untuk meningkatkan daya serap produk di pasar oleh konsumen (madrasah/sekolah di atasnya dan masyarakat luas). Produk lulusan pada kenyataannya mudah di dapat di pasar oleh konsumen (madrasah/sekolah di atasnya). Fakta ini tidak terbantah, karena secara kasat mata begitu mudah bagi konsumen untuk memperoleh lulusan. Jumlah lulusan SD/MI lebih banyak dari jumlah SMP/MTs, begitu pula lulusan SMP/MTs lebih banyak dari kursi yang disediakan SMA/MA/SMK. Dalam situasi demikian kekuasaan untuk memilih produk tertentu berada di tangan konsumen tersebut (misalnya MTs/SMP yang baik akan memilih, melalui proses seleksi, lulusan MI/SD yang dikehendakinya). Bagi para produsen, seperti madrasah-madrasah kita, persoalannya kemudian adalah bagaimana agar produknya benar-benar bisa laku di pasar madrasah/sekolah di atasnya dan menang dalam kompetisi antar sesama SD/MI, sesama MTs/SMP atau sesama SMA/MA/SMK dalam memperebutkan konsumen (yakni madrasah/sekolah di atasnya). Jawabnya adalah penerapan strategi pengembangan produk.

28.Strategi pengembangan produk adalah strategi menyertakan karakter nilai lebih

dalam produk. Katakanlah produknya berupa lulusan MI standard (sesuai standard nasional), maka kualitas yang ditambahkan ke dalamnya adalah, misalnya, hafal 4 juz al-Quran atau fasih berbicara satu bahasa asing. Atau lulusan MI yang secara akademik memenuhi standard nasional, namun memiliki nilai lebih berupa keterampilan menarikan 100 (seratus) jenis tari tradisional.

(7)

29.Pandangan kita terhadap madrasah sebagai produsen ilmuwan dan ilmu pengetahuan berimplikasi pada pandangan bahwa agar sebuah madrasah berhasil, melalui strategi konsentrasi dan strategi pengembangan produk, memproduksi produk-produk dengan penyertaan karakter kualitas, maka harus ada jaminan pasokan raw material (bahan baku) berupa calon pebelajar/siswa dengan karakter kualitas (kualifikasi) yang standard. Bak perusahaan roti yang hanya bersedia menerima tepung terigu dengan kualitas sesuai standard yang telah ditetapkan perusahaan agar produk rotinya memenuhi standard yang telah ditetapkannya pula, maka sebuah madrasah yang telah menentukan standard kualitas produk lulusannya tentu bakal hanya bersedia menerima calon siswa yang memenuhi standard calon siswa yang telah ditetapkannya. Pasokan calon siswa yang standard tentu tidak mudah. Untuk menjamin ketersediaan secara terus menerus pasokan calon siswa yang kualifaid demikian, perlu diterapkan strategi integrasi.

30.Strategi intergrasi dilakukan dengan cara mengembangkan kerjasama dengan madrasah/sekolah yang diyakini mampu menghasilkan lulusan yang sesuai standard calon siswa untuk ditransformasikan selama proses pembelajaran di madrasah A, misalnya, menjadi lulusan unggul. Misalnya MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes berintegrasi dengan 5 (lima) TK dan 5 (lima) RA unggul di Jateng; maka MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes hanya mengkonsumsi lulusan 5 (lima) TK dan 5 (lima) RA unggul di Jateng. Lalu misalnya juga berintegrasi dengan 12 (dua belas) MTs/SMP unggul di Indonesia. Sehingga, semua lulusan MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes bisa diserap oleh 12 (dua belas) madrasah/sekolah tersebut.

31.Bila integrasi vertikal berhasil dilaksanakan maka tahap berikutnya adalah strategi integrasi horisontal, seperti integrasi MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes dengan MI/SD unggul di Jateng/Nasional, agar siswa-siswa MI Tamrinussibyan Alhikmah 01 Benda Sirampog Brebes bisa memanfaatkan fasilitas ustadz/guru, teknologi, dan prasarana MI/SD unggul tersebut. Strategi ini sering disebut school sisters.

D. Strategi Diversifikasi

32.Diversifikasi adalah strategi penganekaan produk. Penganekaan produk ini intinya ada dua. Penganekaan konsentrik dan penganekaan konglomerat. Penganekaan konsentrik, misalnya pembuatan grading kelas paralel, pengem-bangan aneka spesifikasi, penganekaan jurusan (IPA/IPS/Bahasa/Agama) di MA/SMA. Penganekaan konglomerat misalnya madrasah membuka unit usaha, madrasah membuka kursus untuk umum, madrasah memiliki klub sepakbola menasional, madrasah memiliki TPQ, madrasah memiliki klub musik menasional, dll.

Dari Mana Memulai

(8)

seperti panjang lebar diurai di atas, menjalin kerjasama dengan pihal lain dalam rangka promosi madrasah, memasarkan produk madrasah, mencari bantuan dana, mendapatkan bahan baku bermutu, dan sebagainya.

34.Kelompok operating core atau para pelaksana inti adalah para ustadz/guru. Tugas utama kelompok ini, dengan variasi bidang studi, adalah belajar, mengajar dan meneliti. Untuk itu, kelompok manajer harus mampu menyekolahkan mereka, menggaji tinggi mereka, dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan mereka. Mereka harus diperlakukan dengan sangat terhormat seperti Beckham, Ronaldinho, Zidane pernah diperlakukan oleh clubnya. Jika dalam club sepakbola operating corenya adalah para pemain, maka dalam madrasah/sekolah para ustadz/guru adalah the operating corenya. Kalau kelompok ini tidak difasilitasi maka prestasi madrasah akan jelek.

35.Penfasilitasian terhadap para operating core madrasah dimaksudkan agar mereka memiliki ahliyatul ada alias kompetensi dan kemampuan melaksanakan tugas-tugas utama madrasah, yakni memproduk lulusan yang unggul dan jasa pendidikan yang unggul. Maka studi lanjut, gaji yang tinggi, penghormatan, merupakan kewajiban madrasah bagi para ustadz/guru. Mereka yang belum selesai S1 harus di S1-kan, mereka yang bidang keahliannya belum sesuai S1-nya di S1-kan ulang sesuai bidang keahliannya, mereka yang sudah S1 harus di S2-kan. Jika ini terjadi, maka harga diri madrasah atas ustadz/guru pun akan tinggi. Ustadz/guru pun akan hati-hati dan serius lantaran kuatir dikeluarkan dari

“daftar pemain.” Ustadz/guru akan sadar mereka khalifahtullah dan ‘abdullah

yang tidak boleh main-main dengan profesinya.

36.Kelompok support staff adalah kelompok yang membantu suksesnya proses produksi lulusan dan jasa pendidikan oleh ustadz/guru. Mereka seperti tenaga administrasi, tenaga marketing, pustakawan, laboran, teknisi kompoter, dan

sebagainya. Sementara kelompok techno-structure adalah orang-orang yang

dipekerjakan madrasah untuk seleksi tenaga operating core, menetapkan standard prestasi madrasah, dan sebaginya.

Memotivasi Siswa untuk Memproduksi Lulusan Unggul

37.Sebagai kelompok the operating core atau para pelaksana inti proses-proses

produksi “perusahaan” madrasah, para ustadz/guru adalah penanggungjawab

utama dihasilkannya produk lulusan yang unggul. Dengan berbagai variasi

bidang studi yang diampunya, keseluruhan mereka harus memahami profil

lulusan yang hendak diproduksi madrasah. Profil lulusan adalah arsitektur, blue-print atau potret utuh yang menggambarkan secara relatif detil pengetahuan, keterampilan dan kepribadian lulusan. Profil lulusan adalah juga standar dan

ukuran mutu produk lulusan yang dipersyaratkan oleh “perusahaan”

madrasah/sekolah di atasnya sebagai konsumen dari produk madrasah tempat kita berkhidmat.

(9)

berkepribadian seperti apa pada tahun pertama, tahun kedua dan pada tahun ketiga.

39.Standar performa yang diturunkan dari konsep profil lulusan bisa dicapai oleh para siswa, dengan bimbingan ustadz/guru, hanya jika para siswa benar-benar (1) memahami tujuan proses pembelajaran; (2) mengarahkan fokus perhatiannya kepada proses pembelajaran; dan (3) menunjukkan usaha serius mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Memahami secara jelas tujuan pembelajaran memungkinkan para siswa menjadi fokus. Selanjutnya fokus perhatian terhadap tujuan melahirkan energi yang besar dalam melakukan usaha. Ketidakpahaman terhadap tujuan pembelajaran menjadikan siswa tidak mudah fokus. Tidak fokus akan melemahkan usaha. Rendahnya keseriusan usaha berujung kepada prestasi yang rendah.

40.Sebenarnya bisa saja para siswa sangat serius usahanya, namun kalau tidak fokus maka usahanya akan ngelantur kemana-mana yang menurut ukuran standar performa tidak perlu. Tidak fokus terjadi, sekali lagi, karena tidak paham tujuan. Kata kitab Zubad, Wa kullu man bighair ilm ya`mal a`maluh mardudah laa tuqbal. Maka di samping menjadi teladan, membimbing dan mengajari, tugas utama lain bagi ustadz/guru adalah memahamkan tujuan pembelajaran kepada siswa, mengarahkan fokus perhatian siswa dan memotivasi siswa agar menunjukkan usaha serius guna mencapai standar performa.

41.Motivasi adalah kemauan untuk mencurahkan segala daya upaya. Kemauan adalah energi latent yang diam tersembunyi. Agar ia berubah menjadi energi kinetik, atau berubah menjadi curahan daya upaya yang menggerakkan, diperlukan adanya sesuatu yang menimbulkan pengharapan (expectancy). Bagi siswa MI, faktor motivasi yang menimbulkan pengharapan adalah gelar siswa teladan, medali, beasiswa, jaminan diterima tanpa test di MTs/SMP unggul, dan sebagainya.

42.Di samping faktor motivasi luar yang menimbulkan harapan, ada faktor motivasi

luar lain yang bersifat menimbulkan kecemasan. Termasuk ke dalam faktor motivasi luar yang menimbulkan kecemasan adalah sanksi skorsing, sanksi tidak naik, sanksi tidak lulus, sanksi dipindahsekolahkan, sanksi dikeluarkan, dan lain sebagainya.

43.Secara umum, siswa yang termotivasi adalah siswa yang berada antara cemas-cemas penuh harap. Cemas terkena sanksi (punishment) dan penuh pengharapan terhadap penghargaan (rewards). An yakuuna qalbuh mu`allaqan bainal khauf warraja, kata Kitab Ihya. Yang takut kena sanksi akan disiplin. Yang berpengharapan mendapat rewards akan rajin. Di sini, kiat memotivasi siswa dilakukan dengan memberlakukan peraturan yang tegas, guru yang konsekwen, budaya disiplin, penyediaan anggaran untuk hadiah, beasiswa, jaminan masuk tanpa test di MTs/SMP unggul, dan sebagainya.

44.Standar performa memang bisa dicapai karena adanya motivasi luar yang menimbulkan kecemasan dan menimbulkan pengharapan. Namun pencapaian standar performa di sini tidak maksimal karena faktor motivasi yang mendorong berasal dari luar (extrincic motivators). Pencapaian standar performa akan berada pada titik maksimal jika faktor motivasinya bersifat bawaan (intrinsic motivators). 45.Faktor motivasi-dalam yang bersifat bawaan (intrinsic motivators) bukan sekadar

(10)

akan menumbuhkan kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement disingkat

N-ach) atau kebutuhan beraktualisasi diri. Di sini, berprestasi bukan karena

dorongan luar namun karena dorongan dalam yang tumbuh dalam diri siswa.

N-achtinggi akan menggerakkan menjadikan para siswa “gila” prestasi.

46.Menyuburkan N-ach di kalangan siswa tidak dengan ancaman sanksi dan

iming-iming hadiah, namun dengan “cuci otak” atau pencerahan. Kiatnya adalah

Referensi

Dokumen terkait

sebanyak 43 (71,67%) responden menyatakan sangat setujuh, sebanyak 8 (13,63%) menyatakan setuju, sebanyak 4 (6,67%) menyatakan ragu-ragu, sebanyak 4 (6,67%) menyatakan tidak setuju,

Tradisi piduduk sendiri akan menjadi al-„urf fasid dikarenakan terdapat bebrapa ritual atau prosesi yang diyakini oleh masyarakat tersebut yang berada di Kelurahan Sidomulyo

Bersadarkan hasil pengamatan dan wawancara maka di dapat hasil bahwa ada faktor-faktor penyebab dilarangnya perkawinan semarga yaitu racunnya hubungan istilah

89."Ya Mughniy" ( Maha Pemberi Kekayaan ) - mintalah kekayaan yang bermnfat untuk kehidupan di dunia & akhirat kepada Allah dengan memperbanyakkan zikir ini 1000x

Berdasarkan hasil pengujian tentang pengaruh variabel resiko likui- ditas, resiko kredit dan efisiensi ter- hadap laba pada bank umum nasional terbesar di

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya

BETOAMBARI KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA SMEA ANGGOTA DPRD KOTA BAUBAU, PERIODE 2009-2014..

Running a quantum mechanical simulation requires the creation of simulation input files. There are several approaches to create these files. For example: 1) using