• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang mempengaruhi pemiliha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor faktor yang mempengaruhi pemiliha"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

.

Tugas Besar Mata Kuliah

ANALISIS LOKASI

DAN

KERUANGAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi

RS Haji dengan Metode Analisis Faktor

Oleh:

Muhammad Fakhriansyah

3615100062

Erlina Komaruljannah

3615100086

Anugrah Emier R

3615100103

Dwiky Satrio Septawicaksono

3615100106

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga makalah tugas mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

lokasi RS Haji dengan Metode Analisis Faktor” dapat terselesaikan tepat

waktu.

Selama proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada .

Demikian makalah Perancangan Kota ini yang kiranya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 27Mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Central Place Theory ... 4

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit ... 12

2.3 Hirarki Tingkat Pelayanan Kesehatan ... 13

2.4 Pertimbangan Distribusi Fasilitas Kesehatan ... 13

2.5 Explanatory Factor Analysis ... 14

BAB III... 16

METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Sumber Data ... 16

3.2 Variabel Penelitian ... 16

3.3 Langkah Analisis ... 16

3.4 Diagram Alir... 17

5.2 Explanatory Factor Analysis ... 25

BAB VI ... 30

PENUTUP ... 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Lesson Learned ... 31

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam teori Central Palace yang dikemukakan oleh Chirstaller konsumen (penduduk pengguna fasilitas) akan berusaha mencari pusat pelayanan yang terdekat. Hal ini berarti bahwa pusat pelayanan tersebut harus ditempatkan pada daerah kosentrasi pemukiman penduduk. Setiap pusat pelayanan akan saling terhubung oleh suatu jaringan heksagonal.

Dalam konteks dunia modern saat ini, pendapat Christaller ini dapat diartikan bahwa lokasi pusat pelayanan harus sedekat mungkin dengan daerah kosentrasi permukiman penduduk. Sementara itu, jaringan heksagonal dapat diartikan sebagai jaringan pergerakan yang menghubungkan antara bagian wilayah yang satu dengan yang lainnya. Jadi, pusat pelayanan harus berlokasi di simpul-simpul pertemuan jaringan pergerakan yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pusat pelayanan tersebut dapat dengan mudah dicapai penduduk.

Dalam hal ini, Jarak menciptakan gangguan ketika manusia berhubungan atau berpegian dari suatu tempat ke tempat lainnya. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori central palace adalah kerterjangkauan pusat pelayanan terhadap intensitas orang berpergian dari suatu lokasi ke lokasi lainnya. asumsinya masyarakat akan terus menuju pusat pelayanan yang paling dekat dengan tempat tinggalnya.

Teori ini dapat digunakan sebagai pendekatan untuk beberapa alternatif lokasi fasilitas, perdagangan dan jasa, dll. Dalam hal ini, kelompok kami mengambil studi kasus fasilitas umum dan lebih di spesifikan untuk fasilitas kesehatan.

(5)

pencegahan, dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan salah satu rumah sakit di Kota Surabaya, yang juga merupakan rumah sakit negeri milik pemerintah Kota Surabaya dan sejak Oktober 2008 ditetapkan sebagai rumah sakit tipe B pendidikan. Rumah sakit ini terletak di Manyar Kertoadi, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Aktivitas pelayanan medis yang dilakukan rumah sakit ini dapat dikatakan sibuk. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya pasien setiap tahunnya di rumah sakit ini yaitu berjumlah 230.482 pasien. Dalam makalah kali ini, kelompok kami ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis pemilihan lokasi fasilitas umum yaitu pada RSU Haji Surabaya. Dalam hal ini, kelompok kami ingin mengetahui apakah pemilihan lokasi RSU Haji Surabaya ini sudah ideal, sesuai dengan jarak dan kebutuhan masyarakat sekitar, dengan menggunakan analisis explanatory factor, wawancara maupun kuisioner yang kami gunakan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Analisis LokasiKeterjangkauan pelayanan RS Haji dengan Metode Analisis Buffer dan Analisis Faktoradalah.

1. Bagaimana keterjangkauan pelayanan RS Haji dengan lingkungan sekitar dengan Analisa Explanatory Factor Analisis?

2. Apa faktor-faktor pemilihan lokasi RS Haji?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian dalam penelitian Analisis Lokasi Keterjangkauan pelayanan RS Haji dengan Metode Analisis Buffer dan Analisis Faktoradalah

(6)

3. Mengaplikasikan metode analisis yang berkaitan dengan faktor penentuan lokasi fasilitas umum khususnya rumah sakit

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisikan latar belakang, tujuan, serta

sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, merupakan pedoman literature untuk

menentukan faktor-faktor pemilihan lokasi rumah sakit menurut undang-undang dan para ahli serta alat analisis lokasi pemilihan rumah sakit

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI, merupakan bab yang

membahas mengenai gambaran umum wilayah studi RSU Haji Surabaya

BAB IV PEMBAHASAN, merupakan bab inti dari makalah ini yang

membahas mengenai hasil analisis pemilihan lokasi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang didapatkan dari kegiatan tinjauan pustaka dan wawancara, kuisioner dan kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis pembobotan dan buffer

BAB V PENUTUP, merupakan bab akhir dari makalah ini yang berisi

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Central Place Theory

Salah satu teori yang dapat menjelaskan hubungan sosial-ekonomi dan fisik yang berkait erat dan saling mempengaruhi adalah Teori Central Place (Central Place Theory). Teori ini menjelaskan bahwa, sebuah kota atau pusat

merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan, sedangkan wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah yang harus dilayaninya, atau daerah belakangnya (hinterland). Sebuah pusat yang kecil akan memberikan penawaran pelayanan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan pusat yang lebih besar. Jarak wilayah yang dilayaninyapun relatif lebih dekat dengan luasan yang kecil (Knox, 1994). Pada intinya Central Place Theory menjelaskan peran sebuah kota sebagai pusat pelayanan, baik pelayanan barang maupun jasa bagi wilayah sekitarnya (tributary area). Teori ini diteliti oleh ahli geografi, Walter Christaller dan ahli ekonomi August Losch.

2.1.1 Teori Christaller

Seorang ahli geografi, Walter Christaller, melakukan sebuah penelitian pada tahun 1933 yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan keterbatasan hubungan ekonomi dan fisik suatu kota atau pusat dengan wilayah sekelilingnya, Penelitian ini dilakukan di Jerman bagian selatan, di daerah perdesaan (Hartshorn, 1980). Penelitian Christaller menghasilkan sebuah teori yang kemudian dikenal sebagai Central Place Theory

(8)

untuk menjangkau suatu komoditi atau jasa. Dalam kondisi ideal pusat pasar dengan ukuran dan fungsi yang sama akan memiliki jarak yang sama satu sama lain.

Teori Christaller mengasumsikan kondisi ideal dimana sebuah dataran homogen yang sama dengan kepadatan populasi dan daya beli yang sama. Dalam hal ini, teori Central Place mirip dengan teori lokasi Weber dan Von Thunen, dimana lokasi diasumsikan euclidean, dataran isotropic dengan kemampuan daya beli konsumen yang sama besar ke segala arah. Menurut Christaller, tidak semua kota dapat menjadi pusat pelayanan. Sebuah pusat pelayanan harus mampu menyediakan barang dan jasa bagi penduduk di daerah sekitarnya. Christaller menyatakan bahwa dua buah pusat permukiman yang mempunyai jumlah penduduk yang sama persis tidak selalu menjadi pusat pelayanan yang sama pentingnya. Istilah kepusatan(centrality) digunakan untuk menggambarkan bahwa besarnya jumlah penduduk dan pentingnya peran sebagai tempat terpusat (central place).

A. Asumsi

Penelitian Christaller diawali dengan menetapkan beberapa asumsi, yakni:

1. Asumsi dari sisi lingkungan fisik

Bahwa daerah yang akan menjadi wilayah penelitian merupakan wilayah yang homogen, datar, dan penduduk dapat mencapai semua arah tanpa hambatan. Daerah tersebut mempunyai karakteristik yang sama di semua bagiannya, tidak ada penghalang untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Tidak ada sungai sebagai penghalang, tidak ada bukit yang harus didaki dan akses ke semua tempat sama mudahnya. Biasanya penduduk menyebar secara merata di area dengan karakteristik perdesaan seperti ini.

2. Asumsi dari sisi perilaku pelanggan

Yang pertama adalah bahwa pelanggan hanya akan membeli barang dari pusat yang terdekat dari tempat tinggalnya. Asumsi yang ke dua, bahwa pusat pelayanan selalu dapat memenuhi kebutuhan barang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Apabila permintaan menurun hingga di bawah ambang batas, maka barang tersebut tidak lagi tersedia.

(9)

Hasil penelitian Christaller menunjukan jika kebutuhan penduduk membentuk hierarki playanan dengan sebuah pusat utama / tempat sentral yang didukung oleh beberapa pusat pelayanan dengan skala yang lebih rendah. Pembentukan hierarki pusat pelayanan tersebut terdiri dari tiga tahapan.

1. Pemenuhan Kebutuhan Sendiri (Self-Suffienciency)

Pada tahap awal penduduk yang menempati area terpencil mulai memenuhi kebutuhannya sendiri dengan membuat atau memproduksi barang yang dibutuhkan. Selanjutnya mereka memiliki naluri berdagang akan memproduksi barang melebihi kebutuhan keluarganya. Dengan mengembangkan naluri wiraswastanya, kelebihan barang tersebut kemudian dijual pada tetangga. Biasanya diawali dengan pembuatan makan, seperti nasi dan berbagai lauk pauk lain. Jangkauan pasar si penjual memiliki anlogi dengan ideal outer dan inner range. Area pelayanan ini digambarkan melingkar karena disesuaikan dnegan asumsi dari Christaller sendiri. Biasanya tahap awal ini hanya menyediakan barang dan jasa low-order goods, seperti beras, telur, sayuran, dabun, dan berbagai kebutuhan sehari-hari. Berikut adalah ilustrasi tahap 1.

Gambar 1. Ilustrasi Tahap Pemenuhan Kebutuhan Sendiri

2. Berkembangnya Pasar Bebas dan Adanya Area yang Tidak Terlayani

Dengan dimulainya kegiatan jual beli yang diawali oleh petani, maka petani lain akan melakukan hal yang sama. Petani yang mengikuti petani awal ini akan memproduksi barang yang sama untuk memenuhi permintaan penduduk di lokasi yang belum dapat dijangkau oleh penjual pertama.

(10)

pusat pelayanan yang telah berkembang. Karena bentuk area pelayanan merupakan lingkaran, maka ada area yang tidak terlayani oleh satu pusatpun. Area tersebut dikenal sebagai interstitial areas. Penduduk di Interstitial area harus memproduksi barang yang dibutuhkan sendiri karena tidak ada pusat yang dapat melayaninya. Atau, hidup tanpa barang tersebut.Namun dalam perkembangannya, area yang tidak terlayani ini mengundang penjual baru untuk melayani penduduknya.

Penjual baru yang muncul adalah yang memanfaatkan ideal outer range of the goods, dan menjadikannya real outer range bila memperluas jangkauan pelayanan, atau inner range bila muncul dari bagian tengah interstitial areas. Bentuk tahap perkembangan pasar bebas ini dapat dilihat melalui ilustrasi berikut.

Gambar 2. Ilustrasi Tahap Perkembangan Pasar Bebas dan Area yang Tak

Terlayani

3. Kompetisi Spatial dan Penciutan Area Pasar

(11)

lingkaran, kemudian mengalami penyesuaian sehingga berbentuk polygon. Bentuk ini memiliki batas outer range of the good.

Gambar 3. Ilustrasi Tahap Kompetisi Spasial dan Penciutan Area

Real outer range of the goodakan menciptakan bentuk heksagon dari tahapan-tahapan diatas. Bentuk segi enam ini tidak menyisakan area yang tak terlayani dan tidak tidak membentuk area pelayanan yang saling tumpang tindih. Bentuk seglenam ini juga menciptakan jarak yang sama dari setiap bangunan untuk menuju pusat pelayanan. Bentuk heksagon ini merupakan daerah belakang dan satu pusat pelayanan.

Gambar 4 Ilustrasi Tahap-Tahap Pembentukan Heksagonal

Christaller merumuskan tiga hierarki sentralsesuai dengan luas kawasan pengaruhnya. Berikut adalah tiga hierarki yang dirumuskan oleh Christaller dan juga penjelasannnya.

(12)

Gambar 5. Model Jangkauan Layanan Pasar

Sistem jangkauan ini merupakan pusat pelayanan yang berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi kawasan yang ada di sekitarnya. Disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3 bagian wilayah sekitarnya. untuk membangun lokasi pasar ataupun fasilitas umum lainnya, sekurang-kurangnya harus di kawasan yang diperkirakan dapat berpengaruh terhadap 1/3 penduduk dari keenam kawasan yang ada di sekitarnya.

Sebagai penunjangnya, maka dalam pembangunan lokasi tersebut perlu diperhatikan:

 Jalan beserta sarana angkutannya  Tempat parkir

 Barang yang diperjualbelikan

2. Sistem Jangkauan Layanan K=4 (Jangkauan Layanan Transportasi) Christaller menunjukan bahwa prinsip pasar (Jangkauan Layanan K=3) merupakan konsep yang canggung dalam hal menghubungkan hierarki dengan level yang berbeda. Pada akhirnya Chirstaller memberikan alternatif dan menyarankan bahwa tempat sentral dapat diatur menurut apa yang disebut sebagai prinsip transportasi.

(13)

Jangkauan Layanan ini memberikan kemungkinan rute lalu lintas paling efisien yang diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral (1) dengan setengah bagian kawasan yang ada di sekitarnya yang berjumlah 6. Prinsip dari lalu lintas ini menyatakan bahwa distribusi tempat sentral yang paling menguntungkan ketika banyak tempat-tempat penting terletak pada satu rute lalu lintas diantara dua pusat kota, rute ini ditetapkan sebagai yang paling rute yang lurus dan semurah mungkin. Sedangkan tempat yang tidak terlalu penting dapat dikesampingkan. Menurut prinsip transportasi tempat pusat akan berbaris lurus pada rute lalu lintas yang menyebar dari titik pusat

Ketika pusat sentral disusun menurut prinsip transportasi, pusat dengan urutan paling rendah terletak pada titik tengah dari setiap sisi haxagonal daripada di pusatnya. Hal tersebut menyatakan prinsip transportasi menghasilkan hirarki terorganisir pada kawasan K=4 dimana tempat pengaturan sentral bersaing menurut aturan keempat.

3. Sistem Jangkauan Layanan K=7 (Jangkauan Layanan Administratif)

Gambar 7. Model Jangkauan Layanan Administratif

Saran prinsip lain pengorganisasian dari christaller didasarkan pada kesadaran bahwa dari sudut pandang politik atau administratif pusat, sebuah sentral kota secara realistis tidak dapat dibagi. Sistem ini dinamakan sebagai situasi administrative yang optimal dengan pengaruh bagi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya selain mempengaruhi wilayah-wilayahnya sendiri. contohnya adalah tempat sentral berhierarki tujuh antara lain kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

2.1.2 Teori Losch

(14)

lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar tempat. berdasarkan pandangan ini, sebuah perusahaan akan memilih suatu tempat sebagai lokasi yang optimal berdasarkan kekuatan persaingan antar tempat dan luas pasar yang dapat dikuasainya. Dengan demikian terlihat bahwa permintaan dan penawaran antar tempat merupakan unsur penting dalam menentukan lokasi optimal dari suatu kegiatan perusahaan. Teori ini adalah penyempurna dari teori yang sudah dikemukakan oleh Walter Christaller dengan fokusan pada faktor ekonomi.

Asumsi dari ini adalah: (1) Lokasi penyedia layanan berpengaruh dengan jumlah konsumen (2) Produsen memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar (3) Produsen cenderung menempatkan diri di pasar utama (4) Potensi permintaan menjadi faktor penting dalam penentuan lokasi industri

Menurut Losch, suatu metrópolis memiliki fungsi yang beragam dan fungsi tersebut memiliki area pasar yang dibatasi oleh range dan thresholdnya masing-masing. Jadi tidak perlu ditentukan sebuah hirarki pasar karena akan muncul dengan sendirinya.

Gambar 8. Model Market Losch

(15)

tersebut. Barang-barang mewah hanya tersedia di pusat kegiatan atau pusat kota karena pusat kota memiliki range yang sangat luas dan mencakup seluruh kota. begitu seterusnya hingga mucul pusat-pusat kegiatan baru.

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan sistem pengelolaannya, rumah sakit dibagi atas:

-Rumah Sakit Pemerintah yaitu rumah sakit yang sistem organisasi dan operasionalnya diselenggarakan oleh pemerintah.

-Rumah Sakit Swasta yaitu rumah sakit yang sistem organisasi dan operasionalnya diselenggarakan oleh swasta yang berbadan hukum yang bertujuan membantu pemerintah di bidang penyediaan fasilitas medis. Berdasarkan jenis pelayanan dan medis dan tujuan pengadaannya, rumah sakit dibagi menjadi:

-Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberi pelayanan medis terhadap segala macam penyakit, termasuk pelayanan bersalin.

-Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang dihubungkan dengan pendidikan yang lengkap spesialisasinya dan digunakan secara menyeluruh Oleh satu fakultas kedokteran bagi pendidikan dan riset di bidang kedokteran tanpa mengganggu kepentingan penderita.

-Rumah sakit khusus, yaitu tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialisasi tertentu, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan secara rawat jalan, dan rawat inap.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/ Menkes/ PER/ II/ 1988 mengenai klasifikasi rumah sakit umum pemerintah, dapat digolongkan sebagai berikut:

-Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas

-Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas

(16)

-Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang kurangnya 4 jenis spesialistik

-Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang kurangnya pelayanan medik dasar

2.3 Hirarki Tingkat Pelayanan Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah suatu bagian dari fasilitas umum yang merupakan aktivitas atau materi yang berfungsi melayani kebutuhan masyarakat (perorangan atau kelompok) dalam bidang kesehatan. Menurut jenis pelayanan, dibagi menjadi swasta dan pemerintah, sedangkan berdasarkan hirarki pelayanan dibagi menjadi tingkat rumah tangga, tingkat masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan pertama, rujukan pertama, dan rujukan yang lebih tinggi. Fasilitas kesehatan juga mempunyai hirarki pelayanan. Menurut Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I. 1990/1991, mengelompokkan jenjang/ hirarki pelayanan kesehatan meliputi jenjang tingkat rumah tangga, tingkat masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan pertama, rujukan pertama dan rujukan yang lebih tinggi.

Table 2.1 Tingkat Hirarki Pelayanan Fasilitas Kesehatan Menurut

Pemerintah

No Jenjang Komponen/Unsur Pelayanan Kesehatan

Tingkat rumah tangga Pelayanan kesehatan oleh individu

Tingkat masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam

menolong mereka sendiri oleh kelompok paguyuban PKK, saka bhakti husada, anggota RW, RT, dan masyarakat

Fasilitas pelayanan kesehatan pertama

Puskesmas, puskesmas pembantu,

puskesmas keliling, praktek dokter swasta, poliklinik swasta, dan lainnya.

Rujukan pertama RS Kabupaten, RS Swasta, laboratorium,

klinik swasta, dan lainnya.

Rujukan yang lebih tinggi RS kelas B dan A serta lembaga spesialistik swasta, laboratorium dan kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan lainnya. Sumber: Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I. 1990/ 1991

2.4 Pertimbangan Distribusi Fasilitas Kesehatan

(17)

1. Distribusi kepadatan penduduk, melayani kebutuhan seluruh penduduk daerah-daerah padat penduduk

2. Aksesibilitas, mudah diakses sehingga kondisi transportasi sangat penting

3. Ketersediaan lahan, lokasi lahan untuk rumah sakit yang dibangun atau pengembangan

4. Lingkungan, pertimbangan lingkungan sekitar (misalnya ketenangan, udara, kebersihan)

Dalam perencanaan kesehatan yang paling penting adalah pemenuhan pelayanan kepada masyarakat, maka perlu penyesuaian antar fungsi-fungsi yang ada pada fasilitas kesehatan dengan kebutuhan yang diinginkan masyarakat. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penentuan lokasi fasilitas kesehatan:

1. Tingkat sosial budaya masyarakat, yaitu untuk menentukan suatu lokasi fasilitas perlu dipertimbangkan apakah dapat menyerap penduduk disekitarnya

2. Pertimbangan administrasi daerah pelayanan dan pembinaan fasilitas kesehatan yaitu dimaksudkan untuk mengukur daerah pelayanan dan pembinaan dari fasilitas kesehatan. Keuntungan bila memperhatikan masalah administrasi, adalah:

a. Memiliki kejelasan tentang daerah pelayanan atau pembinaan b. Beban tugas kesehatan sama

c. Koordinasi kerja akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien d. Pembinaan kesehatan terhadap masyarakat dapat secara rutin.

3. Pertimbangan tingkat aksesibilitas fasilitas kesehatan, yaitu kemudahan mencapai suatu aktivitas.

2.5 Explanatory Factor Analysis

Explonatory Factor Analysis adalah metode statistik yang digunakan

(18)

konstruk. EFA digunakan dalam kondisi dimana peneliti tidak memiliki informasi awal atau hipotesis harus dikelompokkan ke dalam variabel mana saja sekumpulan indikator yang telah dibuat. jadi peneliti berangkat dari indikator (manifest) kemudian membentuk variabel. EFA juga digunakan dalam kondisi dimana variabel laten memiliki indikator yang belum jelas. indikator satu variabel laten dimungkinkan overlap dengan indikator variabel laten lainnya.

Peneliti dapat menggunakan software SPSS untuk menganalisis EFA. Input yang digunakan adalah data dari variabel-variabel indikator. Oleh karena belum ada asumsi ke mana saja indikator-indikator akan mengelompok maka biasanya dalam analisis EFA belum diketahui berapa faktor atau variabel laten yang akan terbentuk. Walaupun diperbolehkan peneliti menentukan berapa jumlah faktor yang diharapkan.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakandalam penelitian ini berasal dari data primer. Data primer diperoleh melalui survei secara langsung dengan responden (survei primer), dan wawancara di RS Haji Surabaya pada hari Sabtu, tanggal 14 Mei 2017. Sampel kami berjumlah 32 responden dengan menggunakan random sampling. Penggunaan 32 sample ini agar dapat dilakukan analisis pada software SPSS. Menurut Cohen, et.al, (2007, hlm. 101) semakin besar sample dari besarnya populasi yang ada adalah semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas minimal yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. Sebagaimana dikemukakan oleh Baley dalam Mahmud (2011, hlm. 159) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kemudahan dicapai, Jarak dari Fasilitas Umum, Kelengkapan Fasilitas, Jarak dengan Jalan Raya (Tingkat Aksesbilitas), Biaya Operasional, Pelayanan Pegawai

3.3 Langkah Analisis

Langkah – langkah dalam analisis kami adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh data dengan cara survei primer ke 30 responden 2. Melakukan pengo lahan data dengan Micr osoft Excel.

3. Menyajikan data dalam bentuk diagram pada masing-masing variabel dengan kajian skala likert.

4. Melakukan Explanatory Factor Analysisterhadap data dengan tujuan mengetahui fakotr penentuan lokasi dari proses pengolahan data yang telahdilakukan.

(20)

6. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh berdasarkan hasil Explanatory Factor Analysis.

3.4 Diagram Alir

Diagram alir menggambarkan alur perjalanan dari pembuatan laporan ini, dimulai dari proses perumusan masalah sampai pemberian kesimpulan dan saran. Diagram alir yang dipakai adalah:

Gambar 3.1 Flowchart Analisis Lokasi RS Haji

Mulai

Mengolah data dalam Microsoft Excel

Explanatory Factor Analysis Penyajian data bentuk Diagram Lingkaran dan

Tabel

Kesimpulan dan Saran

Selesai

(21)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya adalah rumah sakit milik Pemerintah provinsi Jawa Timur yang didirikan berkenaan pada peristiwa yang menimpa para jamaah Jamaah Haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun 1990. Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah Arab Saudi dan dilanjutkan dengan biaya dari Pemerintah provinsi Jawa Timur, berhasil dibangun gedung beserta fasilitasnya yang resmi dibuka pada tanggal 17 April 1993, sebagai RSU tipe C. Pada tahun 1998 berkembang menjadi RSU tipe B Non pendidikan dan pada tanggal 30 Oktober 2008 sesuai SK, RSU Haji Surabaya berubah status menjadi RSU tipe B pendidikan.

RSU Haji Surabaya memiliki 226 tempat tidur perawatan, ditunjang dengan alat medis canggih dan dokter spesialis senior Kota Surabaya. RSU Haji Surabaya tersedia 108 dokter, 81 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa Timur dan 73 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa. Dari 108 dokter di rumah sakit ini, 72 adalah spesialis. Dibandingkan dengan rata-rata rumah sakit di wilayah, ini ; 55 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa Timur, dan 50 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa.

(22)

Gambar 3.1Peta Lokasi RS Haji Surabaya

(23)

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengolahan Data

Pada kuesioner yang telah dibuat dilakukan random sampling pada 37 sampel yang merupakan keluarga pasien dan penjenguk yang ada di Rumah Sakit Haji Surabaya.Setelah data hasil kuesioner didapat langsung dilakukan pengolahan data kuesioner. Disini data yang merupakan data kualitatif kemudian dijadikan sebagai data kuantitatif agar nantinya dapat dihitung dan dilakukan analisis melalui program SPSS. Data yang berupa kualitas ini dirubah dalam bentuk angka dengan menggunakan skala likert. Setiap faktor diberikan tingkatan sesuai dengan level dari keberpengaruhan. Berikut adalah lima tingkatan keberpengaruhan yang kemudian dijadikan data kuantitatif.

 Sangat tidak berpengaruh → 1

 Tidak berpengaruh → 2

 Cukup berpengaruh → 3

 Berpengaruh → 4

 Sangat Berpengaruh → 5

Dilakukan pengolahan data kuesioner ke dalam bentuk tabel dengan skala likert diatas dan menghasilkan tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1Hasil Kuesioner Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan RS Haji

(24)

12 Rio Ananta 3 3 3 2 2 1

(25)

Gambar 3.1 Diagram berdasarkan Jenis Variabel

Dari diagram tersebut didapatkan bahwa secara keseluruhan variabel kemudahan dicapai merupakan variabel yang paling berpengaruh dibandingkan dengan variabel lainnya. Sedangkan variabel yang paling tidak berpengaruh adalah pelayanan pegawai berdasarkan preferensi responden. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing variabel

1. Kemudahan di Capai

Gambar 3.2 Diagram Kemudahan Dicapai

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menganggap kemudahan dicapai dari jangkauan tempat tinggal cukup berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya. RS Haji surabaya merupakan RS Pemerintah Kota yang memiliki skala pelayanan seluruh kota. Hal tersebut

(26)

tentunya berhubungan dengan teori central place, lokasi pusat pelayanan harus sedekat mungkin dengan daerah kosentrasi permukiman penduduk.

2. Jarak dari Fasilitas Umum

Gambar 3.3 Diagram Jarak RS Haji dengan Fasilitas Umum

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menganggap jarak RS Haji dengan fasilitas umum lain tidak berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Namun disamping itu, kedekatan dengan fasilitas umum lain tentunya sangat membantu pengunjung dalam pemenuhan pelayanan, seperti masjid, supermarket dll.

3. Kelengkapan Fasilitas

Gambar 3.4 Diagram Fasilitas RS Haji

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menganggap kelengkapan RS Haji sangat tidak berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Berdasarkan wawancara

0%

53% 34%

13% 0%

Jarak RS Haji dengan Fasilitas Umum Lain

(27)

yang kami dapatkan, kelengkapan fasilitas di RS Haji dirasa cukup kurang baik dalam segi dokter, maupun perlengkapan medis.

4. Jarak dengan Jalan Raya (Tingkat Aksesbilitas)

Gambar 3.5Jarak RS Haji dengan Jalan Raya

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menganggap jarak RS Haji dengan Jalan Raya sangat tidak berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Letak RS Haji tidak berhadapan langsung dengan jalan Arteri namun berada dijalan Lokal. Berdasarkan wawancara yang kami dapatkan, beberapa responden yang berasal dari luar kota sempat mengalami kesulitan dalam menemukan rumah sakit ini.

Jarak RS Haji dengan Jalan Raya

(28)

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menganggap biaya operasional tidak berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya.

6. Pelayanan Pegawai

Gambar 3.7Diagram Tingkat Pelayanan Pegawai

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menganggap tingkat pelayanan pegawai tidak berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Berdasarkan wawancara yang kami dapatkan, beberapa responden merasa bahwa beberapa pegawai di RS Haji kurang tanggap dalam pelayanannya.

5.2 Explanatory Factor Analysis

Explanatory Factor Analisis (EFA) ini dilakukan dengan pendekatan

kuesioner (terlampir) yang disebarkan dengan teknik random sampling pada lokasi studi yaitu Rumah Sakit Haji Surabaya. Awalnya ditentukan faktor-fator yang mungkin berpengaruh melalui kajian literatur pada jurnal. Kemudian didapatkan faktor berupa mudah diakses dan kondisi sekitar lokasi Dari faktor-faktor tersebut kemudian ditambah dengan faktor-faktor-faktor-faktor lain hasil diskusi kelompok yang mungkin menyebabkan masarakat memilih Rumah Sakit Haji. Faktor-faktor ini yang kemudian dijadikan variabel untuk penelitian kecil ini. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kemudahan dicapai (dekat dengan rumah), jarak rumah sakit dengan fasilitas lain, jarak rumah sakit dengan jalan raya, biaya oprasional, dan pelayanan pegawai. Pada masing-masing faktor

(29)

tersebut diberikan pilihan tingkat keberpengaruhan memilih fasilitas umum rumah sakit dengan penjabaran sangat berpengaruh, berpengaruh, cukup berpengaruh, tidak berpengaruh dan sangat tidak berpengaruh. Langkah – langkah dalam analisis Explanatory Factor Analisis (EFA) adalah sebagai berikut

1. Input Data

Melakukan input data hasil penilaian likert dari excel ke SPSS.

2. Menyamakan standar nilai data

(30)

standarisasi nilai kemudian analisis faktor baru dapat dilakukan. Berikut adalah contoh hasil dari Zscore input data kuesioner yang telah kita dapatkan.

3. Menguji signifikansi dan matriks korelasi.

Angka KMO and Bartlett’s untuk semua variable adalah 0,609 dengan signifikansi 0,001. Oleh Karena KMO > 0,5 dan sig < 0,05 maka variable dan sampel yang ada sebenarnya sudah bisa dianalisis lebih lanjut tetapi belum tentu dapat dikelompokkan menjadi faktor yang dimasuk kan kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rumah Sakit Haji Surabaya.

Dari tabel Anti-image Matrices dapat dilihat pada bars Anti-image correlation, nilai variabel yang memiliki angka MSA (a) harus > 0,5. Jika ada

(31)

dilanjutkan pada tahap analisis selanjutnya. Direduksinya variabel biaya operasional didukung dengan pendapat responden yang menganggap variabel ini tidak berpengaruh dalam pemilihan lokasi RS Haji Surabaya.

4. Melakukan uji signifikansi dan matriks korelasi ulang

Setelah data direduksi kemudian dilihat lagi signifikansi dan KMOnya.

Nilai KMO sudah lebih dari 0,5 yaitu sebesar 0,609 dengan signifikansi yang kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,001. Sehingga dapat dilakukan analisis pada proses selanjutnya.

Dari tabel Anti-image Matrices sendiri dapat dilihat bahwa setelah data direduksi ternyata nilai MSA dari semua variabel diatas 0,5. Jika semua data sudah diatas 0,5 maka tidak perlu lagi dilakukan reduksi variabel. Dari tabel tersebut kemudian dapat diketahui bobot dari masing-masing variabel. Bobot tersebut merupakan besar pengaruh kelima variabel terhadap pemilihan lokasi RS Haji melalui preferensi pemakai jasa.

(32)

No. Variabel Bobot 1. Kemudahan Dicapai 0,730 2. Jarak dengan Jalan Raya 0,685 3. Pelayanan Pegawai 0,679 4. Jarak dengan Fasilitas

Lain

0,633

5. Kelengapan Fasilitas 0,576 6. Biaya Oprasional -

(33)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ternyata dapat dikelompokan kedalam dua karakteristik. Karakteristik ini berupa klasifikasi variabel yaitu variabel lokasi dan variabel yang tidak menyangkut dengan lokasi (lebih pada kualitas pelayanan). Kemudian variabel-variabel tersebut dimasukan kedalam masing-masing klasifikasi. Berikut adalah kesimpulan identifikasi masing-masing variabel yang sudah dikelompokan kedalam variabel lokasi dan variabel non lokasi dalam bentuk tabel.

Klasifikasi

Variabel Variabel Deskribsi

Variabel Lokasi

Kemudahan Dicapai Mayoritas responden menganggap kemudahan

dicapai dari jangkauan tempat tinggal cukup

berpengaruh dalam memilih RS Haji

Surabaya. RS Haji surabaya merupakan RS

Pemerintah Kota yang memiliki skala

pelayanan seluruh kota. Hal tersebut tentunya berhubungan dengan teori central place, lokasi pusat pelayanan harus sedekat mungkin

dengan daerah kosentrasi permukiman

penduduk. Jarak dengan Jalan

Raya

mayoritas responden menganggap jarak RS

Haji dengan Jalan Raya sangat tidak

berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya

sebagai jasa pelayanannya. Letak RS Haji

tidak berhadapan langsung dengan jalan Arteri

namun berada dijalan Lokal. Berdasarkan

wawancara yang kami dapatkan, beberapa

responden yang berasal dari luar kota sempat

mengalami kesulitan dalam menemukan

rumah sakit ini.

Jarak dengan Fasilitas Lain

Mayoritas responden menganggap jarak RS Haji dengan fasilitas umum lain tidak berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Namun disamping itu, kedekatan dengan fasilitas umum lain tentunya sangat membantu pengunjung dalam

pemenuhan pelayanan, seperti masjid,

(34)

Variabel non Lokasi

Pelayanan Pegawai Mayoritas responden menganggap tingkat

pelayanan pegawai tidak berpengaruh dalam

memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa

pelayanannya. Berdasarkan wawancara yang

kami dapatkan, beberapa responden merasa

bahwa beberapa pegawai di RS Haji kurang

tanggap dalam pelayanannya.

Kelengkapan Fasilitas

Mayoritas responden menganggap

kelengkapan RS Haji sangat tidak berpengaruh

dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa

pelayanannya. Berdasarkan wawancara yang

kami dapatkan, kelengkapan fasilitas di RS

Haji dirasa cukup kurang baik dalam segi

dokter, maupun perlengkapan medis.

Biaya Oprasional Mayoritas responden menganggap biaya

operasional tidak berpengaruh dalam memilih

RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya.

Hal tersebut dapat dikarenakan adanya BPJS

sehingga biaya tidak terlalu terpengaruh

Dari hasil explanatory factor analysis didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rumah Sakit Haji menurut preferensi pengguna jasa adalah kemudahan dicapai, jarak dengan jalan raya, pelayanan pegawai, jarak dengan fasilitas lain, kelengkapan fasilitas, dan biaya oprasional. Dengan vaktor yang paling berpengaruh adalah kemudahan dicapai dengan bobot 0,73 dan vaktor yang memiliki pengaruh paling kecil adalah kelengkapan fasilitas dengan bobot 0,576. Jadi vaktor yang paling berpengaruh bagi pengunjung untuk memilih Rumah Sakit Haji Surabaya adalah kemudahan dicapai.

6.2Lesson Learned

 Rumah sakit haji dekat dengan pemukiman penduduk dengan jarak pemukiman terdekat 25 meter dan memiliki jarak akses dengan pemukiman terdekat sejauh 487 m.

(35)

lain, dan kelengkapan fasilitas. Dan yang paling berpengaruh adalah kemudahan dicapai.

 Pengguna jasa memilih Rumah Sakit Haji karena RS Haji dekat dengan tempat tinggal mereka dengan bobot hasil analisis 0,73 yang berarti faktor tersebut paling berpengaruh bagi penduduk dalam memilih lokasi Rumah Sakit Haji

DAFTAR PUSTAKA

(36)

 Dokumentasi

Gambar 1. Kondisi Rumah Sakit Haji Surabaya

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Tahap Pemenuhan Kebutuhan Sendiri
Gambar 2. Ilustrasi Tahap Perkembangan Pasar Bebas dan Area yang Tak
Gambar 3. Ilustrasi Tahap Kompetisi Spasial dan Penciutan Area
Gambar 5. Model Jangkauan Layanan Pasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam produk beras analog adalah tekstur beras analog yang bersifat pera akibat tingginya kandungan amilosa pada tepung ubi kelapa putih dan adanya aroma

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Coming to be the member to constantly see just what up-to-date from this publication Think Well, Live Well Now By Benay Behnke website will certainly make you feel appropriate to

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

As it is stated before, glocalization is a process of using local genius, in this case Balinese language to be part of international communication in international