• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Celebrity Endorser Dalam Meningkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Celebrity Endorser Dalam Meningkat"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 1

PERAN CELEBRITY ENDORSER DALAM MENINGKATKAN

MINAT PEMBELIAN KONSUMEN TERHADAP TOP COFFEE

(Studi Pada Mahasiswa Universitas Widyatama)

ARTIKEL

OLEH :

FANSURI MUNAWAR

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA

(2)

Page | 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Minuman kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam mendatangkan devisa

negara. Jika di tinjau dari segi produksi kopi, Indonesia menmpati posisi ke-3 setelah Brazil

dan Vietnam. Seperti yang telah diketahui persaingan bisnis terutama pada industri kopi

sudah semakin ketat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kompetitor yang semakin

bermunculan dan saling menawarkan keunikan dan nilai lebih kepada konsumen baik

dari segi produk, layanan, dan sebagainya. Tingginya minat masyarakat terutama

masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi kopi ternyata menarik perhatian sejumlah

perusahaan untuk menciptakan produk innovatif berbahan dasar kopi. Salah satunya

adalah perusahaan Wings food, perusahaan fast moving consumer goods,yang baru

saja elu u ka kopi i sta e a a Top Coffee .

Sebelum meramaikan pasar kopi instan di Indonesia, Top Coffee sendiri melakukan

riset selama 2 tahun untuk menganalisa peluang bisnis, tren pasar hingga karakteristik

konsumen. Setelah itu pengembangan konsep produk dimulai dengan mencari produk

differensiasi, hingga distribusi penjualan. Saat ini industri kopi sendiri merupakan

industri global raksasa yang dikerjakan lebih dari 20 juta orang, komoditi ini

menempati urutan ke dua setelah minyak bumi, dengan lebih dari 400 milliar cangkir

kopi yang di konsumsi setiap tahunnya. Alhasil kopi menjadi minuman terfavorit

setelah air putih dan teh. Orang Indonesia gemar minum kopi tanpa mengenal gender

atau usia. Tren pasar kian lama kian berubah, Top Coffee bukanlah market follower,

tetapi lebih sebagai produsen yang menciptakan diferensiasi di tengah banyaknya pilihan.

Dan hal itu merupakan sebuah peluang menarik bagi perusahaan Top Coffee.

Pasar kopi di dalam negeri dewasa ini tidak hanya diramaikan oleh kopi bubuk dan kopi

instan, tetapi juga oleh kehadiran kopi mix yang makin mendapat tempat di penggemarkopi

dalam negeri. Keunggulan kopi ini tidak hanya terletak pada disain pengemasannya yang

(3)

Page | 3 sachet, tetapi juga kreatifitas para produsen kopi yang menyajikan dalam berbagai varian,

baik ditinjau dari sisi decafeinated atau pun non decafeinated; maupun ditinjau dari

beragam campuran rasa. Lonjakan produksi pun tak terhindarkan, bahkan secara kuantitas

menyamai atau pernah menyamai jumlah produksi kopi bubuk itu sendiri, yakni 102.053 ton

pada 2005 (Sumber: BPS). Memang, produksi masih terlihat fluktuatif, dan pada tahun 2008

tercatat sebesar 87.505 ton.

Fluktuasi perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir karena berbagai krisis dapat

mempengaruhi perkembangan produksi dari kopi mix dikarenakan sebagaimana diketahui,

bahwa proporsi kopi dalam kopi mix ini sebetulnya relatif kecil (antara 5 hingga 13%

volume), artinya yang terbesar adalah komponen lainnya seperti susu, gula dan campuran

lainnya seperti cokelat, ginseng, creamer, jahe dan lain-lain. Karena umumnya, kopi mix

dikemas dalam bentuk sachet, faktor biaya kemasan juga mempengaruhi produksi dari pada

kopi ini.

Sumber : pustakadunia.com, mix.co.id 2013 dan sumber lainnya

Gambar 1.1

Market Share Kopi Instan di Indonesia

Dilihat dari segi produsen, PT Santos Jaya Abadi (Kapal Api Group) masih menjadi leader di

(4)

Page | 4 ini menguasai antara 44% hingga 45% pangsa pasar kopi di Indonesia. Sedangkan PT

Torabika Eka Semesta tetap pada urutan kedua dengan pangsa priduksi pada kisaran 17%

hingga 22%, diikuti oleh PT Sari Incoffod Corporation pada share produksi antara 13% hingga

14% dan PT Nestle Indonesia pada kisaran share produksi pada 5% hingga 6%. Dari segi

produksi per perusahaan ini pula dapat menggambarkan peta persaingan kopi di Indonesia,

dimana masih dikuasai oleh segelintir perusahaan-perusahaan besar saja. Meskipun

sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa total produsen kopi di Indonesia

mencapai lebih dari 400 perusahaan, dimana yang dipastikan masih aktif berproduksi

sebanyak 205 perusahaan, tetapi jumlah usaha kecil yang jumlah ratusan tersebut hanya

memiliki pangsa dari sisi produksi tidak lebih dari 8% saja. Artinya, dalam peta persaingan ini

jelas perusahaan-perusahaan kecil tersebut sulit untuk mampu bersaing secara sehat

terhadap segelintir perusahaan besar yang mana sangat agresif dalam periklanan

produknya, baik di media televisi, radio maupun media cetak. (Pustakadunia.com).

Tabel 1.1 menunjukkan biaya belanja iklan kopi instan di televisi Top Kopi sebesar 344,2

miliar, Kapal Api 127,8 miliar, Torabika 96,8 miliar (sumber : mix.co.id, 2013)

Tabel 1.1

Belanja Iklan Kopi Instan di Televisi Tahun 2013 Nama Produk Belanja Iklan

membuat kopi, mulai dari proses pemilihan biji kopi, pemetikannya, ketepatan dalam

temperatur suhu, dan perhitungan dilakukan seara detail dan tepat. Sebagai

penyempurna dari semua tahapan di atas tadi dan untuk membangun brand

awareness Top Coffee langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperkenalkan

produk tersebut kepada konsumen, sehingga konsumen dapat mengetahui keberadaan

merek tersebut dan mengenal merek tersebut dengan baik yang pada akhirnya merek

(5)

Page | 5 sebuah merek tidak terjadi begitu saja secara cepat, melainkan memerlukan waktu

untuk membangun Brand awareness, assosiasi, image dan positioning dari suatu merek sehingga bisa dikenal dan di terima dengan baik oleh konsumen. Salah satu cara

dalam menyampaikan informasi tentang merek dari suatu produk adalah melalui iklan

(Suhandang,2008).

Iklan yang menarik adalah iklan yang memiliki daya tarik, yaitu iklan yang memiliki

kemampuan untuk menarik perhatian pasar. Daya tarik iklan atau power of impression

dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian

pemirsanya, selain itu periklanan menyebutkan bahwa periklanan adalah suatu proses

komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan, yang

membayar jasa sebuah media massa atas penyiaran iklannya (Suhandang,2008;pp.13).

Salah satu cara iklan suatu merek dapat dikenal cepat adalah dengan penggunaan endoser

yang kredibel. Kredibilitas endoser berpengaruh terhadap proses decoding suatu pesan.

Jadi periklanan disini dimaksudkan untuk menanamkan kesadaran akan suatu merek

(brand awareness), membangun citra positive merek (brand image), dan mendorong konsumen untuk melakukan tidakan pembelian (brand attitude).

Pertama-tama Top Coffee melakukan strategi komunikasi dengan memilih duta merek

(brand endoser) selebrtis Indonesia yang memiliki citra positif di dalam masyarakat

serta dipandang mampu untuk membangun merek (brand awareness) Top Coffee,

karena kekuatan merek dalam benak konsumen tentunya akan sangat berpengaruh

dalam penjualan. Brand endoser yang terpilih diharap dapat menyelaraskan citra diri

dengan citra produk.

Ada banyak faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah produk, namun penggunaan

selebritis memang bisa menjadi salah satu faktor terutama yang sifatnya sebagai

endoser atau pendorong agar konsumen mau membeli suatu produk. Penggunaan

selebritis sebagai bintang iklan bertujuan untuk memperoleh perhatian dari masyarakat

luas yang pada akhirnya dapat mendatangkan tanggapan yang positif. Banyak

masyarakat yang menganggap bahwa selebritis menjadi seorang panutan dalam

(6)

Page | 6 bahwa dampak pengiklanan dengan atau tanpa selebritis ditemukan dengan adanya

keberadaan selebritis tersebut mempunyai nilai positif tersendiri bagi suatu merek.

Menindak lanjuti upaya Top Coffee dalam meningkatkan citra mereknya dan lebih

memperkenalkan mereknya kepada khalayak luas, maka dilakukan penelitian

berdasarkan subyektif penulis dan dilihat dari kredibilitas penggunaan brand endorser

dan kredibilitas perusahaan terhadap sikap (Attitude) yang diciptakan melalui strategi

komunikasi perusahaan seperti iklan televisi.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan celebrity endorser dilakukan oleh Ohanian

pada tahu ya g e judul Construction and validation of a scale to measure celebrity endorser perceived expertise, trustworthiness, and attractiveness e ge ukaka ah a

hanya celebrity yang dipersepsikan dengan keahlian di bidangnya, yang secara signifikan

mempengaruhi responden untuk membeli suatu pproduk. Ohanian membagi tiga faktor

yang ada pada celebrity endorser yang bisa mempengaruhi responden untuk membeli, yaitu

daya tarik fisik (attractiveness), dapat dipercaya (trustworthiness), dan keahlian (expertise). Hasil penelitian ini adalah faktor daya tarik dan dapat dipercaya sangat kecil sangat kecil

pengaruhnya, sedangkan faktor keahlian yang paling signifikan hasilnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Daneshvary dan Schwer pada tahun 2000 yang berjudul "The

associatio e dorse e t a d co su ers’ i te tio to purchase pe elitia i i e e uka bahwa bagaimana pelanggan memiliki suatu ikatan terhadap celebrity endorser. Jika

perusahaan menginginkan seorang pelanggan menggunakan produknya dan dimana

menggunakannya adalah merupakan suatu reflexi dari keprofesionalan celebrity endorser

tersebut. Seorang top model terkenal mengendors tata rias adalah bagus tapi pemain

sepakbola terkenal mengendors sabun adalah kurang bagus.

Penelitian yang dilakukan Ahmed, Farooq, dan Iqbal pada tahun 2014 yang berjudul

Credibility of celebrity endorsement and buying intentions an evidence from student of Islamabad, Pakistan hasil ya adalah pe elitia i i e duku g pe elitia se elu ya ya g

dilakukan oleh Zahaf dan Anderson pada tahun 2008, dimana khususnya attractiveness dan

trustworthiness menjadi prioritas. Menggunakan celebrity endorser yang kredibilitasnya

tinggi akan membantu konsumen untuk mengingat merek dan dapat mempengaruhi

(7)

Page | 7 Menurut penelitian yang dilakukan Stephanie Elizabeth, dkk pada tahun 2013 yang berjudul

Analisa pengaruh rio dewanto dan donita sebagai Celebrity endorser terhadap minat beli produk axe Anarchy dengan daya tarik iklan dan efek iklan Sebagai variabel intervening

hasilnya adalah celebrity endorser tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention.

1.2 Identifikasi Masalah

Inti permasalahan yang telah diuraikan dapat dijelaskan melalui uraian fenomena

peningkatan intensitas persaingan. PT Wingsfood yang memproduksi Top Coffee harus

berusaha mewujudkan dalam meningkatkan minat untuk membeli bagi calon konsumennya

dalam menggunakan produk tersebut, sebab jika tidak dilakukan maka akan semakin sulit

dalam berkompetisi di industri kopi instan. PT Wingsfood diduga perlu senantiasa

menerapkan srategi pemasarannya melalui periklanan yang diimplementasikan dengan

kekuatan celebrity endorser dalam rangka meningkatkan minat pembelian konsumen terhadap produk Top Coffee sehingga mampu lebih meningkatkan persaingan dalam

industri kopi instan dan juga terciptanya target yang ditetapkan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah pelelitian ini

diidentifikasi masalah ke dalam tema sentral sebagai berikut. Meningkat pesatnya intensitas

persaingan di antara perusahaan industri kopi instan, menyebabkan semakin sulitnya untuk

meningkatkan minat pembelian konsumen dalam menggunakan produk perusahaannya dan

juga akan mempersulit target pencapaian jumlah pelanggan yang ditetapkan perusahaan.

Hal ini akan menjadi permasalahan yang cukup serius karena menyebabkan penurunan

jumlah pembeli produk Top Coffee dari tahun ke tahunnya. Hal ini harus segera

diperhatikan karena jika tidak maka calon pelanggan yang ditargetkan menggunakan produk

Top Coffee ternyata tidak membeli produk tersebut atau bahkan mengkonsumsi produk

kopi instan yang lain jelas akan berdampak penurunan penjualan dan market share Top

Coffee yang pada akhirnya akan menurunkan laba perusahaan, sehingga diduga perlu

dilakukan upaya untuk meningkatkan minat pembelian konsumen melalui periklanan yang

didukung oleh implementasi celebrity endorser yang baik.

(8)

Page | 8 perhatian konsumen lebih banyak dengan citra positif dari mereka. Dapat menarik perhatian

konsumen dan membawa minat dari konsumen untuk membeli dari produk yang diiklankan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul Peran Celebrity Endorser Dalam Meningkatkan Minat Beli Produk Top Coffee (Studi pada Mahasiswa Universitas Widyatama).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

mencoba meneliti mengenai permasalahan mengenai penggunaan celebrity sebagai

endorser suatu perusahaan atau pemasar, khususnya untuk meningkatkan minat beli konsumen. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa besar

peran Celebirty Endorser berdasarkan variabel Image, attractiveness, credibility dan expertiseIwan Fals, Samuel Zylgwyn dan Nikita Willydalam meningkatkan minat beli produk Top Coffee?

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besarperanImage, attractiveness, credibility dan expertise dari

celebrity endorser Iwan Fals, Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy dalam meningkatkan minat beli produk Top Coffee.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakandalampenelitianiniadalah survey denganjenispenelitiandeskriptif

dan verifikatifmelaluikuesionersebagaialatpengumpul data.Analisis data menggunakan

regresi linear dengan sample yang digunakanadalahpurposive

(9)

Page | 9 BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi Pemasaran

Me u ut Kotle : ko u ikasi pe asa a adalah sa a a ya g pe usahaa usahakan untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara

langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual . Dala a ti

komunikasi pemasaran mewakili suara perusahaan dan merek; mereka adalah sarana

perusahaan dalam membangun dialog dan membangun hubungan dengan konsumen.

Dengan memperkuat pelanggan, loyalitas, komunikasi pemasaran dapat berkontribusi

terhadap ekuitas pelanggan.

Secara ringkas, komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran informasi tentang

perusahaan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar sasaran. Perannya

sangat vital mengingat peran komunikasi dalam memfasilitasi hubungan saling

menguntungkan antara perusahaan dengan pembeli prospektif. Berkat perkembangan ilmu

pemasaran, tujuan komunikasi kini tidak lagi terbatas untuk mendorong pembelian

pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga meningkatkan

kemungkinan terjadinya pembelian berulang dan pembeli tersebut menjadi pelanggan yang

royal.

(Sumber : Sulaksana, 2005:33)

GAMBAR 2.1

(10)

Page | 10 Dalam proses komunikasi tersebut, elemen-elemen di dalamnya dapat diaplikasikan sebagai

pemasaran. Dimana sender sebagai elemen utama merupakan perusahaan yang

memproduksi dan menjual produk. Biasanya, perusahaan menggunakan biro jasa iklan

dalam memasarkan produknya tapi ada pula yang melakukan pemasaran sendiri (in- house marketing).

Encoding adalah mengkomunikasikan ide-ide pemasaran yang ditransformasikan dalam

bentuk yang bisa menarik perhatian. Sedangkan message merupakan proses komunikasi

pemasaran. Dan media sebagai saluran komunikasi seperti tv, radio, koran atau billboard.

Decoding adalah persepsi konsumen yang terbentuk ketika mereka menerima pesan dari

pemasar. Receiver adalah target audiens yang menjadi sasaran oleh pemasar dan

masyarakat pada umumnya. Response adalah tanggapan atau reaksi pada target audiens

bisa berupa pembelian, pertanyaan, komplain dan kunjungan ke website atau toko. Noise

adalah banyaknya pesaing yang juga ingin menyampaikan pesan kepada audiens sejenis

sehingga terjadi penerimaan informasi yang overload oleh konsumen. Pemasar harus

mengefektifkan penggunaan komunikasi. Mereka harus memastikan target audiens dapat

menerima pesan sebaik-baiknya, dengan kemungkinan adanya noise sekecil mungkin

(Kotler& Keller, hal. 588-591).

Hal penting yang harus diperhatikan dan dipelajari oleh produsen ataupun pemasar di

dalam proses komunikasi pemasaran adalah proses terciptanya sebuah komunikasi. Dengan

pemahaman mendasar dan awal tersebut, maka pemasar dapat menyusun konsep

komunikasi pemasaran dengan baik.

Secara umum ada tiga tingkatan dasar untuk hirarki efek dalam praktik komunikasi

pemasaran (Prisgunanto, 2006: 69). Hal ini dapat dianggap sebagai tahapan dan posisi di

mana pelanggan atau khalayak merespon dan memahami suatu produk dari hasil interaksi

mereka lewat komunikasi pemasaran. Tahapan tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan

berikut:

1) Tahap knowings (mengetahui / ke nal)

2) Tahap feelings (merasakan / hasrat)

(11)

Page | 11 Guna keperluan persamaan dalam pengukuran efek komunikasi pemasaran, digunakan

standarisasi tingkat efek-efek model dari keterlibatan respon pelanggan dari komunikasi

pemasaran. Ada banyak versi yang ditawarkan para ahli komunikasi pemasaran dalam

mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pelanggan dalam konsep tingkatan efek

(Hierarchy of effects concept). Namun yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini

adalah konsep AIDDA; Attention (mendapatkan perhatian), Interest (mempertahankan

minat), Desire (menimbulkan keinginan), Decision (membuat keputusan) Action

(memperoleh perlakuan).

Adapun keterkaitan antara tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan

tahap-tahap dalam proses penerimaan pesan dapat dilihat pada gambar berikut:

GAMBAR 2.2

TUJUAN KOMUNIKASI, RESPON KHALAYAK, DAN PROSES PEMBELIAN

Komunikasi pemasaran dalam konteks ini juga harus lebih diartikan sebagai kemampuan

manusia dalam menyatukan pemikiran antara komunikatordengan komunikan atau orang

yang ditujukan dalam menerima pesan. Hasil akhir dari komunikasi adalah adanya

perubahan sikap lawan bicara atau komunikasi yang diartikan sebagai sikap menerima

komunikan akan pesan yang dibawa oleh komunikator dalam pertukaran dimaksud.

Diharapkan, komunikan akan menerima pesan, terpengaruh, bahkan mengikut i apa yang

diajukan oleh si komunikator yakni membeli atau mendapatkan barang tersebut dalam

(12)

Page | 12 2.2. Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Menurut George E.Belch dan Michael A.Belch (2009:11) bahwa pengertian komunikasi

pemasaran terpadu merupakan konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang

menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis

dari berbagai disiplin komunikasi misalnya, komunikasi umum, tanggapan langsung, promosi

penjualan dan hubungan masyarakat serta menggabungkan berbagai disiplin ini untuk

memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui

integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan.

Perusahaan di masa lalu sering menganggap elemen komunikasi sebagai aktivitas yang

terpisah dari pemasaran, sedangkan filosofi pemasaran saat ini menekankan pentingnya

keterpaduan keduanya untuk meraih sukses, seperti yang diringkaskan dengan jelas pada

kutipan di bawah ini:

Pe asa ya g sukses dala li gku ga baru adalah orang yang mengkoordinasikan bauran

komunikasi secara ketat, sehingga dapat dilihat dari media (periklanan) yang satu ke media

yang lainnya, dari program event yang satu ke program event lainnya, dan secara instan

dapat melihat bahwamerek tersebut berbicara satu suara. Alasan mendasar dari komunikasi

pemasaran terpadu ini adalah bahwa komunikasi pemasaran akan menjadi satu-satunya

keunggulan kompetitif yang terus berlanjut dari suatu organisasi pemasaran di tahun

1990-a e 1990-asuki 1990-a 1990-ad . “hi p, , hal. .

Unsur-unsur komunikasi pemasaran

1. Advertising — Any paid form of nonpersonal presentation and promotion of ideas, goods,or services by an identified sponsor via print media (newspapers and magazines), broadcast media (radio and television), network media (telephone, cable, satellite, wireless), electronic media (audiotape, videotape, videodisk, CD-ROM,Web page), and display media (billboards,signs, posters).

(13)

Page | 13

3. Event and experiences – Company sponsored activities and programs designed to create daily or special brand-related interactions with consumers, including sports, arts, entertainment,and cause events as well as less formal activities.

4. Public relations and publicity -- A variety of programs directed internally to employees of the company or externally to consumers, other firms, the government,

a d edia to pro ote or protect a co pa y’s i age or its i dividual product

communications.

5. Direct marketing—Use of mail, telephone, fax, e-mail, or Internet to communicate directly with or solicit response or dialogue from specific customers and prospects.

6. Interactive marketing—Online activities and programs designed to engage customers or prospects and directly or indirectly raise awareness, improve image, or elicit sales of products and services.

7. Word-of-mouth marketing—People-to-people oral, written, or electronic communications that relate to the merits or experiences of purchasing or using products or services.

8. Personal selling—Face-to-face interaction with one or more prospective purchasers for the purpose of making presentations, answering questions, and procuring

orders”.

2.3 Periklanan

Periklanan merupakan bagian dari Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) yang paling umum

digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan

masyarakat.

Menurut Kotler dan Armstrong (2009:153) mendefinisikan periklanan sebagai berikut:

Pe ikla a adalah segala iaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentukgagasa , a a g, atau jasa.

Pengertian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa periklanan(advertising) adalah

cara menjual yang efektif yang dilakukan melalui mass mediauntuk menjangkau banyak

pembeli yang tersebut secara geografis dengan biaya yang rendah untuk setiap

(14)

Page | 14 Periklanan merupakan cara menyebarkan pesan, baik itu untuk membangun preferensi

merek ataukah untuk mempercepat penjualan. Jadi, advertising adalah proses yang meliputi

penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan. Tujuan pokok periklanan

(advertising) adalah untuk meningkatkan permintaan bagi produk dengan cara menaikkan

jumlah pembeli, dan atau menaikkan tingkat penggunaan barang di antara pembeli yang

ada.

2.3.1 Tujuan Periklanan

Menurut Kotler (2009:658-659) tujuan periklanan dapat digolongkan berdasarkan

sasarannya yaitu apakah untuk menginformasikan, membujuk, atau mengingatkan:

a. Periklanan Informatif, diadakan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk,

tujuannya adalah untuk membentuk permintaan pertama. Dimana iklan tersebut ingin

memberitahu pasar tentang produk baru atau menganjurkan kegunaan baru dari produk

tertentu, memberikan informasi tentang perubahan harga, menjelaskan cara kerja suatu

produk, menyebutkan pula jasa yang ada. Mengoreksi kesan yang keliru, mengurangi

ketakutan konsumen dan membangun citra perusahaan yang baik dan berkualitas.

b. Periklanan Persuasif, penting untuk dilakukan dalam tahap persaingan, tujuannya adalah

membentuk permintaan selektif atas suatu merek tertentu.Beberapa periklanan persuasif

telah beralih ke jenis periklanan perbandingan (comparative advertising), yang membuat

perbandingan eksplisit antar atribut- atribut dari dua atau lebih merek. Periklanan

perbandingan berfungsi paling baik bila ia mendatangkan motivasi kognitif dan afektif

secara serentak.

c. Iklan Pengingat, bertujuan untuk mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin

akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan konsumen di mana membeli

produk itu, mengingatkan konsumen diwaktu pasaran sepi dan menjaga kesadaran

konsumen akan produk tersebut. Sangat penting untuk produk yang sudah mapan. Bentuk

iklan yang berhubungan dengan tujuan itu adalah iklan penguat.

d. Iklan/Pemantapan (reinforcement advertising), yang bertujuan untuk meyakinkan

(15)

Page | 15 2.4 Brand Endorser

2.4.1 Pengertian Brand Endorser

Penggunaan Brand Ambasador sekarang ini telah menjadi bagian penting dalam suatu

pekerjaan, dikarenakan fungsi dari Brand Ambasador sendiri adalah untuk membantu

mempromosikan merek ditengah semakin ketatnya persaingan. Seorang Ambasador

sebuah Merek adalah seseorang yang mewakili merek dengan cara yang positif dan

membawa pesan merek kepada masyarakat (Ron McDaniel,2009,pp.6). Brand Ambasador

yang baik adalah seseorang yang mengetahui seluk beluk produk, industri dan memiliki

motivasi untuk mengenalkan produk atau merek kepada orang lain. Menjadi Brand

Ambasador yang baik tidak dapat disiapkan dalam waktu yang singkat. Untuk bisnis

yang masih baru berkembang, sebaiknya pemilik perusahaannya sendiri yang berperan

sebagai Brand Ambasador.

Brand Ambasador tidak harus selalu orang yang terkenal, kini karyawan dapat menjadi

Brand Ambasador bagi perusahaanya, caranya dengan membangun suasana kerja yang

positive dan memotivasi karyawannya agar dapat menciptakan awareness atas

perusahaannya (Ron McDaniel,2009). Seiring dengan perkembangan teknologi. Seperti

sosial media dan blog, hal ini dapat memudahkan karyawan untuk menjadi Brand

Ambasador bagi produk yang dihasilkan dan juga dapat bermanfaat bagi

perusahaannya.

2.4.2 Tugas dan Fungsi Brand Endorser

Para Endorser biasanya memiliki tugas utama yaitu untuk menciptakan asosiaasi yang baik

antara Endorser dengan produk yang diiklankan hingga timbul sikap positive dalam diri

konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula dimata konsumen.

Para Endorser dapat berasal dari kalangan selebritis dan orang biasa atau non selebritis.

Endorser digunakan sebagai opinion leader yang menyampaikan suatu pesan sehingga

sampai ke konsumen mengenai merek suatu produk (Till,Busler,2005). Menurut

Till&Busler (2005), Opinion Leader berperan dalam memberikan informasi kepada

(16)

Page | 16 Endorser yang cocok sehingga dalam penyampaian pesannya iklan yang diinginkan

kepada target audience, sehingga pesan tersebut dapat tersampaikan kepada konsumen

yang kemudian dapat membentuk opini, dan mereka akan meneruskan opini tersebut

sesuai dengan presepsi masing masing, dengan demikian diharapkan akan

bertambahnya kesadaran terhadap suatu produk.

Menurut Peter dan Olson (2009), dalam penggunaannya sendiri Endorser diharapkan

dapat memberikan asosiasi positif antara suatu produk dengan selebritis endorsernya.

Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra

tertentu yang akan dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan suatu merek akan lebih

kuat apabila dilandasi banyak pengalamanuntuk membentuk citra merek dalam benak para

konsumen.

Pencitraan yang baik merupakan salah satu cara yang efektif dalam menjaring konsumen,

karena konsumen secara sadar maupun tidak sadar akan memilih suatu produk

berdasarkan pada ingatan mereka terhadap Brand Awareness positive yang ditimbulkan

terhadap merek tertentu. Sehingga akan tercipta sebuah presepsi yang baik dimata

para konsumen yang akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam diri konsumen dalam proses mengambil keputusan pembelian yang pada

akhirnya dapat menciptakan loyalitas terhadap suatu merek tertentu.

2.4.3 Endorser Sebagai Penyampai Pesan Iklan

Endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal juga sebagai bintang iklan dalam

mendukung iklan produknya. Menurut Terence A. Shimp (2006:459) produk-produk di

dalam banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari berbagai tokoh umum

yang populer. Selain dukungan kaum selebriti, produk-produk juga menerima dukungan

eksplisit atau secara terselubung dari para non-selebriti.

Endorser terbagi dalam dua jenis:

1. Typical-person Endorser

(17)

Page | 17

2. Celebrity Endorser

Para bintang televisi, aktor film, para atlet terkenal, dan pribadi-pribadi yang telah mati

digunakan secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, iklan radio, dan iklan televisi untuk

mendukung produk. Kedua jenis endorser diatas memiliki atribute dan karakteristik yang

sama tetapi dibedakan hanya dalam penggunaan orang sebagai pendukungnya, apakah

tokoh yang digunakan seorang tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahasan hanya

terfokus pada penyampai pesan yang menggunakan Celebrity Endorser saja, sedangkan

Typical-person Endorser dianggap konstan.

Definisi Celebrity Endorser itu sendiri menurut Terence A. Shimp (2006:460) adalah:

Cele ity E do se adalah pa a intang televisi, aktor film, para atlet terkenal, dan

pribadi-pribadi yang telah mati digunakan secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, iklan radio,

dan iklan televisi untuk e duku g p oduk.

“ele iti adalah seo a g akto , penghibur, tokoh atau atlet) yang dikenal masyarakat

karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang

diduku g.

Performance atau atribut-atribut endorser menurut Terence A. Shimp (2006:468-471) yaitu:

1. Attractiveness (kemenarikan)

Kemenarikan tidak selalu hal yang berhubungan dengan fisik endorser saja tetapi termasuk

juga hal-hal yang berhubungan dengan non fisiknya. Seperti memiliki intelektual skill yang

tinggi, personality propertise menarik, gaya hidupnya, keatletisan seorang atlet.

2. Credibility (kepercayaan)

Secara internalisasi (intern) dalam pikiran seorang konsumen terhadap endorser tersebut.

Kepercayaan merupakan keadaan dimana penerima informasi (komunikan) mempercayai

informasi yang disampaikan sebagai sumber informasi yang objektif dan jujur. Faktor-faktor

(18)

Page | 18 3. Expertise (keahlian)

Adalah pengetahuan, pengalaman, keterampilan yang dimiliki endorser yang berhubungan

dengantopik komunikasi yang disampaikannya. Keahlian merupakan sumber informasi bagi

komunikan yang berasal dari seseorang yang memiliki keahlian dibidangnya. Atau

kesesuaian yang melakukan komunikasi dengan sesuatu yang dikomunikasikan. Faktor

pendukung variabel keahlian adalah ahli dalam bidangnya berpengalaman, memiliki

pengetahuan, bermutu dan memiliki kecakapan.

4. Image (citra)

Citra merupakan jumlah dari keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran, dan kesan-kesan

yang dipunyai seseorang pada suatu obyek. Citra (image) adalah proses pengintegrasian,

penseleksian dan pengorganisasian stimuli dari lingkungan dalam suatu pola yang berarti

atau bermakna. Stimuli tersebut dapat berasal dari suatu obyek, kejadian, mupun situasi,

dalam hal ini adalah model iklan. Faktor-faktor pembentukcitra adalah berwibawa, simpatik,

ramah tamah, sederhana dan berkepribadian baik.

Dalam bukunya Kotler (2013:484) mengenai komunikasi pemasaran salah satunya

menggunakan advertising, pemasar sebelumnya harus mendesain suatu komunikasi pemasaran untuk mencapai respons yang diinginkan untuk memecahkan tiga permasalahan:

what to say (message strategy), how to say it (creative strategy), and who should say it (message source). Dalam message source pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik atau popular dapat mencapai perhatian yang tinggi dan mudah diingat, sehingga

mengapa pengiklan sering menggunakan celebrity sebagai juru bicara.

2.5Purchase Intention

Me u ut Kotle da Kelle ; customer buying decision – all their experince in learning, choosing, using, even disposing of a product , e iliki a ti i at eli ko su e

adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli

suatu produk berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi

atau bahkan menginginkan suatu produk. Selanjutnya menurut Kotler dan Keller (2003:186)

the consumer may also form an intention to buy the most preffered brand ya g e a ti

(19)

Page | 19 sebuah merek.Purchase Intention didefinisikan sebagai minat beli konsumen sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat konsumen melakukan

pembelian (Mehta,2008,pp.41).

Minat beli merupakan kecenderungan dari masing-masing konsumen untuk membeli

suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan prilaku pembelian

yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian terhadap

produk (Karim,et al, 2009, pp.89). Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan

sesuatu yang berhubungan dengan rencana-rencana konsumen untuk membeli produk

tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan konsumen pada periode

tertentu (Karim,et al, 2009, pp.90) selain itu juga minat beli merupakan suatu

pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian produk

dengan merek tertentu.

Menurut Bearman (2008,pp.41) mengemukan bahwa tumbuhnya minat beli seseorang

diakibatkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahapan :

- Rangsangan, merupakan suatu syarat yang ditunjukan untuk mendorong terjadinya

sesuatu tindakan ataumenyebabkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

- Kesadaran merupakan sesuatu yang dapat memasuki pikiran seseorang dan biasanya

dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri.

- Pencarian informasi, yaitu informasi intern yang bersumber dari data pribadi

konsumen itu sendiri dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang dapat

memberikan kepuasan kepada dirinya, Informasi ekstern yang diperoleh dari luar

konsumen yaitu, misalnya melalui iklan ataupun sumber sosial (teman,keluarga,dan,

kolega), hal ini dapat memastikan sifat yang khas dari pemilihan yang ada, yaitu

konsumen membandingkan beberapa produk sejenis yang mampu memuaskannya.

2.6 Kerangka Pemikiran

Celebrity endorser merupakan salah satu instrument dalam periklanan yang aktivitasnya

didasarkan pada konsep komunikasi. Sebagian besar, iklan menjadi salah satu pilihan yang

menarik, disamping sebagai sumber informasi iklan juga dipandang sebagai media hiburan

(20)

Page | 20 Definisi Celebrity Endorser itu sendiri menurut Terence A. Shimp (2006:460) adalah:

Cele ity E do se adalah pa a i ta g televisi, aktor film, para atlet terkenal, dan pribadi-pribadi yang telah mati digunakan secara luas didalam iklan-iklan di majalah, iklan radio, dan

iklan televisi untuk mendukung p oduk.

“ele ity adalah seo a g akto , penghibur, tokoh atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya didalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang

diduku g

Melalui celebrity endorser sebagai penyampai iklan yang menarik dan dapat memberikan

informasi mengenai manfaat dan tambahan dari produk yangditawarkan akan menarik

minat beli konsumen untuk mengetahui lebih lanjut mengenai produk yang telah

ditawarkan. Minat menjadi jembatan yang sangat penting antara perhatian dan hasrat

untuk melakukan suatu kegiatan.

Dengan melihat uraian diatas, bahwa pemilihan iklan yang menggunakan celebrity endorser

merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran yang dapat mempengaruhi perilaku

konsumen dalam menggunakan suatu produk jasa yang ditawarkan oleh konsumen dalam

menggunakan suatu produk jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.

Iklan dengan menggunakan celebrity endorser dapat memperkenalkan produk yang

ditawarkan perusahaan. Agar konsumen memiliki kesadaran dan pengetahuan akan

keberadaan produk tersebut. Setelah mengetahui adanya suatu produk, konsumen

diharapkan akan tertarik pada produk yang ditawarkan. Pada celebrity endorser digunakan

secara luas didalam iklan-iklan di majalah, iklan radio, dan iklan televisi untuk mendukung

produk. Mereka banyak diminta sebagai juru bicara produk. Kemungkinan sebanyak

setengah dari semua diminta sebagai juru bicara produk, kemungkinan sebanyak setengah

(21)

Page | 21 Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran Penelitian Komunikasi

Pemasaran Terpadu (IMC)

Personal Selling

Direct

Marketing Advertising

Interactive

Marketing Event

Sales

Promotion WOM

Brand Ambasador

Celebrity Endorser

Image Attractiveness Credibility Expertise

(22)

Page | 22

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Kajian Objek Riset

“aat i i Wi gs telah e jadi perusahaan besar yang mengekspor produk-produknya ke

seluruh dunia sejak berdiri 90 tahun yang lalu di Jawa Timur. Setelah bertahun-tahun,

Wings telah tumbuh menjadi salah satu merk yang terkenal di Indonesia.

Sabun dan Detergen menjadi produk pertama ya g dip oduksi oleh Wi gs , da ya g

terbukti dapat diterima oleh konsumen dengan baik. Setelah itu, produk-produk pembersih

lainnya diperkenalkan dan saluran distribusi yang kuat terbentuk di seluruh Indonesia.

Be e apa dekade e ikut ya, Wi gs te us menerus memperluas ragam produknya dan

sekarang telah memproduksi serta menjual ratusan SKU produk-produk rumah tangga,

perawatan pribadi dan juga produk makanan.

Wi gs saat i i telah diakui se agai p oduse lokal da dist i uto u tuk p oduk u ah tangga dan produk perawatan pribadi yang terkemuka . Kombinasi antara ilmu

pe getahua da tek ologi a ufaktu ya g utakhi aka tetap e uat Wi gs berdedikasi untuk menyediakan produk-produk berkualitas dengan harga yang terjangkau

sesuai dengan visi perusahaan.

Top Coffee merupakan sebuah produk dari Wingsfood indonesia sebagai anak perusahaan

Wings. Produk yang resmi diperkenalkan pada tahun 2012 ini memiliki perbedaan kopi

instant pada umumnya dengan menciptakan cita rasa baru yaitu perpaduan antara kopi

arabica dan kopi robusta. Untuk mencapai target menjadi kopinya orang Indonesia seperti

tagline yang diangkatnya, maka Wingsfood menggunakan aktivitas above the line (ATL) seperti iklan televisi. Iwan Fals, Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy digandeng pihak Wingsfood

untuk menjadi endorser dalam iklan Top Coffee. (Swa.co.id, 2012)

Dalam iklan Top Coffee versi Bongkar yang berdurasi 14 detik tersebut dibagi menjadi tiga

(23)

Page | 23

Bagia kedua e pe lihatka I a Fals ya g e kata Bo gka ! Bo gka ! Bo gkar! Top Coffee, Kopi ya o a g I do esia , diakhi i de ga sua a I a Fals e kata Top Coffee da i Wi gsfood . Bagia ketiga da i ikla i i e pe lihatka I a Fals ya g e kata Bo gka ! Bo gka ! Bo gka ! Top Coffee , ke udia disa u g oleh Nikita Willy ya g e kata Kopi susu ya e ak a get , da diakhi i de ga sua a Beli G atis .

3.2 Aplikasi Penerapan Kajian Terhadap Objek 3.2.1 Karakteristik Responden

Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.1

Jenis Kelamin Responden

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari total 32 responden sebesar 56,3%

adalah wanita sedangkan 43,7% adalah pria. Responden adalah mahasiswa universitas

widyatama jurusan akuntansi dan jurusan manajemen, baik pada kelas reguler dan kelas

karyawan. Teknik sampling yang diambil adalah purposive sampling.

Jenis Kelamin Responden

Pria

Wanita

Pria (43,7 %) Wanita

(24)

Page | 24 Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.2 Pekerjaan Responden

Target responden pada penelitian ini adalah mahasiswa universitas widyatama dan penulis

banyak beraktifitas di sekitar wilayah kampus ini sehingga mayoritas dan mengajar kelas

reguler serta kelas karyawan, perbedaan komposisi pekerjaan mahasiswa yang kuliah sambil

bekerja kebanyakan adalah mahasiswa kelas karyawan dengan persentase 37,5%,

sedangkan mahasiswa yang kuliah tanpa bekerja sebesar 62,5%. Perbedaan komposisi

pekerjaan ini tidak menjadi hal yang berpengaruh, karena peneliti hanya ingin melihat

respon atau tanggapan responden terhadap selebriti endorser pada iklan Top Coffee.

Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.3 Usia Responden

Pekerjaan

Bekerja dan Kuliah

Kuliah

Bekerja dan Kuliah (37,5 %) Kuliah

(62,5 %)

Usia Responden

< 20 Tahun

20-25 Tahun

> 25 Tahun

72 %

(25)

Page | 25 Seluruh responden dari penelitian ini merupakan tipikal orang yang suka meminum kopi,

danseperti gambar 4.2 mayoritas responden meminum kopi di Rumah sebanyak 50% dari

32 responden, 29% dari 32 responden meminum kopi di cafe, 8% dari 32 responden sering

minum kopi di kantor dan sewaktu berada di rumah makan. Jika dilihat berdasarkan

kelompok jenis kelamin hasil yang didapatkan tetap sama. Baik pria maupun wanita paling

sering meminum kopi pada saat berada di rumah. Perhitungan mengenai tempat untuk

meminum kopi ini memang tidak dapat menginterprestasikan tipikal masing-masing

responden berdasarkan jenis kelamin, namun lebih kepada tendensi kelompok terhadap

media pilihannya, dimana data ini dapat digunakan juga sebagai bahan pertimbangan

penulis untuk menganalisa hasil diskusi.

Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.4

Tempat Minum Kopi Favorit Responden

Seluruh responden dari penelitian ini merupakan tipikal orang yang suka menonton televisi,

dan mayoritas responden menonton iklan dari televisi adalah 100% dari 32 responden. Jika

dilihat berdasarkan waktu para responden tersebut menonton televisi sebanyak 73% dari

Tempat Minum Kopi Favorit

Rumah

Kantor

Rumah Makan

Cafe

Mall

50 %

8 % 8 %

29 %

(26)

Page | 26 32 orang responden menonton televisi pada waktu malam hari,sedangkan sisanya

menonton teleivisi pada pagi dan siang hari.

Mengenai frekuensi reponden dalam melihat iklan Top Coffee di Televisi seperti pada

gambar 4.3 mayoritas responden terkadang memperhatian iklan Top Coffee sebanyak 47%,

kemudian responden yang menyatakan seringkali melihat iklan Top Coffee di Televisi

sebesar 37,5% dari total 32 responden, dan yang terakhir sebesar 16,5% responden jarang

melihat iklan Top Coffee.

Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.5

Frekuensi Melihat Iklan Top Coffee

Semua responden dalam penelitian ini mengenal bintang iklan Top Coffee, yaitu Iwan Fals,

Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy. Namun ketika diberikan pertanyaan mengenai bintang

iklan Top Coffee yang paling cocok dan pas memerankan iklan Top Coffee mayoritas

responden menyatakan bahwa 87,5% adalah Iwan Fals yang paling cocok, disusul oleh

Samuel Zylgwyn yang mewakili kaum muda yang senang minum kopi sebesar 12,5% dan

Nikita Willy tidak mendapatkan pilihan oleh responden.

Frekuensi Melihat Iklan Top Coffee

Sering

Terkadang

Jarang

Tidak Pernah

37,5%

(27)

Page | 27 Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.6

Bintang Iklan Paling Cocok Menurut Responden

3.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menilai kemampuan instrument penelitian untuk

mengukur variabel penelitian. Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi intrumen

penelitian dalam mengukur variabelpenelitian. Suatu instrument penelitian dikatakan valid

jika memiliki Corrected Item-Total Correlation > 0,3. Suatu instrument penelitian dikatakan

reliable jika koefienAlpha Cronbach > 0,7 (Kusnendi, 2014:14).

(28)

Page | 28

Berdasarkan hasil olah data untuk uji validitas dan reliabilitas pernyataan hasil kuesioner

yang diberikan kepada 32 responden didapat hasil yang dapat dilihat Tabel 3.1 menunjukkan

bahwa seluruh item pertanyaan dari variabel bebas (celebrity endorser) dan variabel terikat

(minat beli) adalah valid, namun dalam uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach’s

alpha dengan syarat > 0,70 maka variabel attractiveness dan expertise tidak dapat dilanjutkan

ke tahap selanjutnya dan dihapuskan dari uji regresi dan korelasi.

Tabel 3.2

Uji Reliabilitas

Variabel Cronbanch’s Alpha Syarat Reliabel Keterangan

(29)

Page | 29 3.2.3 Uji Asumsi Klasik

3.2.3.1 Uji Normalitas data Y: bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berdistrubusi normal

Sumber : Peneliti 2014

Gambar 3.7

Uji Normalitas dengan Scatter Plot

Dari grafik dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena sebaran datanya

berada di sekitar persamaan garis lurus.

3.2.3.2. Uji Multikoliniaritas

untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu

adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas.

Tabel 3.3

Uji Multikolinearitas

Variabel Bebas VIF Syarat Tidak

Multikolinearitas Keterangan

Image 1,611 < 10 Tidak Ada

Multikolinearitas

Credibility 1,611 < 10 Tidak Ada

Multikolinearitas

(30)

Page | 30 3.2.4. Analisis Verifikatif

3.2.4.1 Analisis Korelasi Product Moment

Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa besar hubungan antara variable Minat Beli dengan

Image dan Credibility mempunyai hubungan yang kuat yaitu 0,640 (Image) dan 0,652

Pada penelitian ini, analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan pengaruh image

dan credibility terhadap minat beli produk Top Coffee. Hasil pengujian disajikan dalam

rekapitulasi hasil analisi regresi berikut ini:

Dari Tabel 3.4 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :

(31)

Page | 31 Pada persamaan tersebut nilai a konstan adalah -1,01. Angka tersebut dapat diartikan

bahwa jika tidak ada image dan credibility maka nilai minat beli adalah -1,01. Koefisien

regresi pada variabel image adalah 0,384 artinya setiap perubahan satu satuan image, maka

nilai keputusan pembelian meningkat sebesar 0,384. Kemudian Koefisien regresi pada

variabel credibility adalah 0,415 artinya setiap perubahan satu satuan credibility, maka nilai

minat beli meningkat sebesar 0,415. Perubahan ini menunjukkan peningkatan karena

koefisien b berkonstanta positif.

3.2.4.3Koefisien Determinasi dan Pengujian Hipotesis

Untuk mengukur pengaruh brand equity terhadap keputusan pembelian maka dihitung

melalui koefisien determinasi (R).

Tabel 3.5

Besar Pengaruh Simultan Image dan Credibility Terhadap Minat Beli

Model R Square

Image dan Credibility  Minat Beli 0,516

Sumber : Peneliti 2014

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa image dan credibility mempunyai kontribusi positif

terhadap minat beli sebesar 51,6%, sedangkan sisanya yaitu 100% - 51,6% = 48,4%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti merek, harga, kualitas, kemasan, dan lain-lain.

Untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas yaitu image (X1) dan credibility

(X2) terhadap variabel terikat yaitu minat (Y) dapat digunakan uji F. Rumus uji F dan uji t,

yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Uji F Dengan ANOVA

Model F Signifikansi

Regresi 15,484 0,00

Sumber : Peneliti 2014

Berdasarkan Tabel 3.9 diperoleh nilai Fhitung =15,484dengan nilai signifikansi 0.000. Hasil uji

F ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel

(32)

Page | 32 Tabel 3.6

Uji Parsial Pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap Minat Beli Model Besar Pengaruh Signifikansi

Image  Minat Beli ,384 0,26

Credibility  Minat Beli ,415 0,17

Keterangan:

jika nilai signifikansi > 0.05, maka H0 diterima

jika nilai signifikansi < 0.05, maka H0 ditolak

Hasil analisis regresi berganda antara variable image(X1) dancredibility (X2) berpengaruh terhadap minat beli (Y) secara bersama-sama menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0.026

dan 0,17 atau lebih kecil dari 0.05, sehingga menolak Ho. Hasil ini menyatakan bahwa kedua

variabel bebas berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap minat beli.

Pengaruh variabel credibility memiliki pengaruh paling besar terhadap minat beli sebesar 41,5% dibandingkan variabel image sebesar 38,4%.

3.3 Solusi Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil pembahasan diatas mengenai image dan credibility dari celebrity endorserIwan Fals, Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy oleh perusahaan Wingsfood untuk produk Top Coffee dalam penelitian ini terbukti memang celebirty endorser dapat

meningkatkan minat beli. Top Coffee memang produk baru dalam dunia perkopian instan di

Indonesia namun telah memiliki pangsa pasar yang cukup baik. Meningkatkan pangsa pasar

yang bersaing dengan perusahaan yang begerak di bidang industri kopi instan seperti PT

Santos Jaya Abadi, PT Mayora, dan lain sebagainya PT Wingsfood harus terus

memperbaharui strategi pemasarannya, dalam menggunakan celebrity endorser, perusahaan harus lebih menyeleksi atribut dari celebrity endorser nya terutama menjaga Iwan Fals, Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy tetap dalam jalur yang benar supaya terus

berprestasi. Karena sampai saat ini khususnya Iwan Fals masih cukup effective membantu

menciptakan nilai dan citra dari produk Top Coffee. Berikutnya PT Wingsfood juga harus

(33)

Page | 33 membangun minat beli yang begitu kuat. PT Wingsfood harus terus menilai dan

membangkitkan arti produknya bagi konsumennya. Terutama dalam image dan kredibilitas

celebrity edorser nya harus benar-benar celebrity yang terpercaya dalam bidangnya dan terpecaya dalam menyampaikan pesan dari menggunakan dan mempromosikan produk Top

Coffee, seperti yang sudah dilakukan Iwan Fals, Samuel Zylgwyn dan Nikita Willyselama ini.

Hal ini juga disebabkan karena dari hasil penelitian ini yang paling dominan adalah credibility

(34)

Page | 34 BAB IV

PENUTUP

4.1 Konklusi

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap responden, Iwan Fals merupakan celebrity

endorser yang paling cocok dalam mengiklankan Top Coffee dikarenakan citra dan

kredibilitasnya dibandingkan dengan Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran Celebrity Endorser dalam Meningkatkan Minat

Pembelian Top Coffee maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Celebrity Endorser melalui

variabel image dan credibility memiliki korelasi yang kuat dengan minat pembelian. Hasil

pengukuran nilai pengaruh yang ditujukkan oleh koefisien determinasi menunjukkan bahwa

Celebrity Endorser mempunyai kontribusi terhadap minat beli sebesar 51,6%, sedangkan

sisanya yaitu 100% - 51,6% = 48,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti merek, harga,

kualitas, kemasan, dan lain-lain.Pengaruh variabel credibility memiliki pengaruh paling besar terhadap minat beli sebesar 41,5% dibandingkan variabel image sebesar 38,4%.

Hasil pengujian hipotesis memberikan hasil : menolak Ho dan menerima Ha,

artinyaperan celebirty endorserdapat meningkatkan minat beli Kopi Instan Merek Top

Coffee.

4.2 Rekomendasi

Pada bagian akhir ini, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan. Adapun rekomendasi yang

diajukan antara lain:

1. Dari survey yang dilakukan ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian

perusahaan, yaitu kesesuaian celebirty endorser dan produk yang dipasarkan. Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy masih dirasakan kurang cocok dalam mengiklankan

Top Coffee dibandingkan Iwan Fals, direkomendasikan untuk diganti dengan

celebirty endorser yang dicitrakan sebagai penikmat kopi.

2. Citra dan Kredibilitas celebrity edorser nya harus benar-benar celebrity yang terpercaya dalam bidangnya dan terpecaya dalam menyampaikan pesan dari

menggunakan dan mempromosikan produk Top Coffee, seperti yang sudah

(35)

Page | 35 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang melibatkan variabel lain selain celebrity

(36)

Page | 36

DAFTAR PUSTAKA

Ah ed, Fa oo , a d I al, , C edi ility of Cele ity E do se e t a d Buyi g I te tio a E ide e f o Isla a ad, Pakista , I te atio al Lette of “o ial a d Humanistic Sciences, Vol 9, pp. 1-13, ISSN 2300 2697.

Bearman, P. W. and M. M. Zdarkovich. 1987. Flow Around a Circular Cylinder Near a Plane Boundary, Journal of Fluid Mechanic. Vol 89. 33-47.

Belch, G.E. & Belch, M.A. (2009) Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. Boston: McGraw Hill-Irwin

Da esh a y, ‘. a d “ h e , K., , The Asso iatio E do se e t a d Co su e s I te tio to Pu hase , Jou al of Co su e Ma keti g, Vol , pp. -213.

Elizabeth, Stephanie, Lounid Rumambi, Yohanes Kunto. 2013. Analisa pengaruh rio dewanto dan donita sebagai Celebrity endorser terhadap minat beli produk axe Anarchy dengan daya tarik iklan dan efek iklan Sebagai variabel intervening Ju al a aje e pemasaran Vol 1 No 2. 1-9

Karim,S.et al. 2007. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir. Bandung.

Kotle a d Kelle , , Ma keti g Ma age e t , th edition, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Inc

Kotler and Keller, (2003, Ma keti g Ma age e t , 11th edition, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Inc.

Kusnendi, 2014, Model Pengukuran, Model Mata Kuliah Statistika Terapan pada Program Doktor Ilmu Manajemen UPI

(37)

Page | 37

Oha ia , ‘., , The I pa t of Cele ity Pe ei ed o Co su e s I te tio to Pu hase , Jou al of Ad e tisi g ‘esea h, Vol , pp. -54.

Paul Peter and Jerry C.Olson. 2009. Consumer Behaviour and Marketing Strategy 7th Edition Mc Growhill

Prisgunanto, Ilham.2006. Komunikasi Pemasaran: strategi dan taktik . Bogor: Ghalia Indonesia

Ron Mcdaniels. 2009. Buzzoodle Buzz Marketing. Jakarta:PT.Elex Media Komputindo. [72] Rosenberg, M. J. (2001). E- learning: Strategies for delivering knowledge in the digital age. New York: McGraw-Hill

Shimp, A. Terence. 2006. Advertising, Promotion, and Suplemental Aspect of Integrated Marketing, 6th edition, South Western College Pub. Dialih Bahasa Revyani Syahrial dan Dyah Ahira Sari. Jakarta

Shimp, A. Terence. 2003, Pe ikla a P o osi , Jilid , Jaka ta: Pe e it E la gga.

Suhandang. 2005. Periklanan Manajemen, kiat dan Strategi, Bandung,Nuansa.

Sulaksana, Uyung. 2005. Integrated Marketing Communication. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Till, Brian D. & Michael Busler. 2000. The Match- Up Hypothesis: Physical Attractiveness, Expertise, and The Role of Fit on Brand Attitude, Purchase Intention, and Brand Belief. Journal of Advertising.29, 1- 13.

(38)

Page | 38 http://www.mix.co.id

http://www.pustakadunia.com/artikel-pustaka-umum/perkembangan-produksi-kopi-di-indonesia/

Gambar

Gambar 1.1 Market Share Kopi Instan di Indonesia
GAMBAR 2.1 MODEL KOMUNIKASI PEMASARAN
GAMBAR 2.2  TUJUAN KOMUNIKASI, RESPON KHALAYAK, DAN PROSES PEMBELIAN
Gambar 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan Program BOS, masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota,

Setelah mendapatkan semua data yang dibutuhkan, dilakukan perancangan desain sistem yang akan digunakan untuk melakukan ekstraksi ciri suara tangis bayi versi DBL dengan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Split Plot dengan 2 faktor yaitu: varietas sebagai petak utama, dan pemberian dosis giberelin

Instead, they have been so completely subjugated as to automatically dispense punishment to themselves when needed” (Green). Dobby‟s reaction proves that the enslavement of

Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Produk di Indonesia (Penelitian Online).. Peranan Celebrity Endorser Dalam Menarik Minat Beli Pengguna Media

Sehubungan dengan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2013 bersama ini kami mengundang saudara/i

Execute a Tutorial D VAR statement for each of S, P and SP. Use INTEGER as the declared type for STATUS and QTY, RATIONAL for WEIGHT, and CHAR for all the other attributes. Feel

Ragi yang paling sering digunakan pada fermentasi glukosa menjadi etanol adalah Saccharomyces cerevisiae karena jenis ini mampu menghasilkan produk yang cukup