• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan Waralaba Minimarket te (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Keberadaan Waralaba Minimarket te (1)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Keberadaan Waralaba Minimarket terhadap

Kelangsungan Bisnis Toko di Sekitarnya: Berdasarkan

Penelitian di Beberapa Kota pada Kurun Waktu 2012

Dosen Pembimbing:

Drs. Eddy Sugiri, M.Hum.

Diusulkan Oleh:

BAYU AKSAN Z

NIM: (041211331006)

DEDI RAHMAN

NIM: (041211331025)

JEFFRY KURNIAWAN

NIM: (041211331046)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

ABSTRACT

Rule is made to consider microeconomy in its area. With minimarket wide spread out,

The Local government of Surabaya publishes Regent’s Regulation Number 16 Year 2007. This regulation’s purpose is to control the minimarket establishment and protect traditional trader. The growth of modern stores, especially minimarket type, recently has grown up in big cities.

Since the distance between traditional retail and the minimarket is in a same range of services, it will influence the community preferences in determining a place to shop. Each trading facilities, both traditional and modern retail has their advantages and disadvantages based on the variables assessed by the consumer. There is a changes of trend in shopping destination selection preferences before and after the expansion of minimarket in the city of Surabaya.

The purpose of this study is to investigate the characteristics of traditional retail and minimarket, public perception and preference towards them, and also to understand the impact of the minimarket existence to the traditional retail associated. For that reason, it is necessary to survey the implementation of this policy with the reality in the field and the impact of minimarket establishment toward traditional trader.

Keywords : Microeconomy, Minimarket, Regulation, Impact, Traditional retail

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehubungan dengan terselesaikannya makalah dengan judul Dampak Keberadaan Waralaba Minimarket terhadap Kelangsungan Bisnis Toko di Sekitarnya: Berdasarkan Penelitian di Beberapa

Kota pada Kurun Waktu 2012 ini. Makalah ini kami harap dapat memberikan banyak informasi mengenai keadaan bisnis toko di sekitar bisnis waralaba minimarket.

Di samping itu kami juga membahas lebih dalam lagi mengenai bisnis waralaba. Isi dari makalah ini kami perjelas dengan data-data yang didapat dari studi pustaka yang kemudian dikembangkan secara pribadi oleh tim kami dengan memperhatikan keaslian data tanpa menyertakan unsur plagiarisme.

Kami berharap dengan terselesaikannya makalah ini pembaca dapat menangkap pemahaman kami dan memperoleh informasi-informasi baru yang berkaitan dengan apa yang kami ungkap dan bahas melalui studi pustaka yang kami torehkan dalam tulisan ini. Terima kasih atas kesediannya untuk membaca makalah kami ini dan semoga segala informasi yang tertera di dalam makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik.

Surabaya, 28 September 2012

Tim Penulis

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. iv

DAFTAR GAMBAR ………. v

Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ……….. 2

1.3. Tujuan Penelitian ……… 2

1.4. Tinjauan Pustaka ……… 2

Bab II MANFAAT DAN METODE PENELITIAN 2.1. Manfaat Penelitian ………. 5

2.2. Metode Penelitian ……….. 5

Bab III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian ……….. 10

3.2. Pembahasan ……… 14

Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ……… 22

4.2. Saran ……….. 23

DAFTAR PUSTAKA 25

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jawaban narasumber pemilik toko ……..……….. 11 Tabel 2. Perbandingan harga barang di minimarket dan toko ………. 12 Tabel 3. Perkembangan usaha waralaba di Indonesia ………. 19

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fenomena Minimarket di Indonesia ………. 1 Gambar 2. Produk yang dijual di Minimarket ………. 13 Gambar 3. Penandatanganan franchisee Indomaret ……… 14

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Permintaan masyarakat akan barang konsumsi mengakibatkan banyak penawaran diberikan kepada masyarakat baik melalui cara-cara sederhana maupun modern. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang menjajakan barang-barang makanan, sayuran, minuman, dan sebagainya kepada masyarakat baik dengan cara mendatangi konsumen langsung ataupun membuka warung/toko di sepanjang jalan bahkan banyak bermunculan toko modern yang menawarkan sistem belanja di tempat.

Minimarket menawarkan konsep recreational shopping atau wisata belanja yang tidak jauh dari rumah. Minimarket pun dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, seperti mesin anjungan tunai bank swasta maupun BUMN, penarikan uang tunai, dan pembayaran menggunakan kartu debit, bahkan beberapa minimarket dilengkapi dengan permainan anak-anak, serta beberapa promosi atau penawaran bonus/keuntungan lainnya yang ditawarkan. Bagi beberapa masyarakat belanja di minimarket dapat meningkatkan prestise. Kemudahan, kebersihan, kenyamanan serta

(8)

berbagai fasilitas tersebut dapat memalingkan masyarakat yang biasa berbelanja di pasar tradisional maupun warung untuk berbelanja di minimarket.

Dengan memperhatikan segala fakta yang tertulis di atas, kami membuat makalah penelitian studi pustaka ini untuk mencari segala informasi mengenai keorganisasian, manuver, dan cara penyusunan organisasi waralaba minimarket. Kami juga akan menelaah penerapan dasar-dasar manajemen yang dipakai minimarket secara umum dalam berbisnis serta Menjelaskan dengan rinci manuver bisnis mereka ditambah dengan pembahasan struktur organisasi dari bisnis tersebut.

Secara tidak langsung, kehadiran minimarket juga memperlihatkan bahwa kapitalisme mulai menjajah ke Indonesia, padahal secara tekstual Indonesia menganut sistem perekonomian Pancasila yang berasaskan kekeluargaan (koperasi). Sistem kapitalisme sangat menguntungkan bagi pemilik modal. Kapitalisme memberikan keleluasaan para pemilik modal untuk menjalankan perekonomian yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya, maka pemilik modal besar akan memiliki kesempatan seluas-luasnya dalam mengembangkan sayap perekonomian tetapi bagi pedagang tradisional yang memiliki modal kecil sulit bersaing dengan minimarket akan merugi hingga akhirnya bangkrut atau gulung tikar.

1.2.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut, dapat kami rumuskan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah bisnis waralaba minimarket itu? Dan bagaimana kebijakan dan aturan-aturan yang dipakai oleh bisnis tersebut?

2. Bagaimana pengaruh keberadaaan waralaba minimarket terhadap kelangsungan bisnis toko di sekitarnya?

3. Apa peranan pemerintah yang diharapkan pada kelangsungan bisnis waralaba minimarket dan toko sekitar?

(9)

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

Beberapa tujuan yang menjadi sasaran kami, dapat kami jabarkan sebagai berikut: 1. Menganalisis dan menjelaskan secara singkat jalan bisnis waralaba

minimarket dalam mempraktekkan menajemen yang efektif.

2. Menganalisis dan menjabarkan bagaimana pengaruh waralaba minimarket terhadap kelangsungan bisnis toko di sekitarnya.

3. Menganalisis peran pemerintah terhadap kelangsungan bisnis waralaba minimarket.

1.4. TINJAUAN PUSTAKA

Ada dua sumber yang kami jadikan tinjauan pustaka, yaitu :

1. Pendapat Para Ahli Ekonomi Mengenai Bisnis Waralaba Nasional

Menurut Hotma P.D. Sitompoel SH., M.Hum. pengaturan waralaba di Indonesia diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42

Tahun 2007 Tentang Waralaba (“PP Waralaba”). Menurut pasal 1 angka 1 PP Waralaba, Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap waralaba. Campbell Black dalam bukunya Black’’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek tersebut.

David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem

pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.

(10)

2. Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pendirian Bisnis Waralaba Minimarket Dalam penelitian ini kami menggunakan beberapa peraturan pemerintah dan pemerintah daerah sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian tersebut. Ketentuan-ketentuan yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut.

 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

 Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

 Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.

 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

 Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

 Peraturan Bupati No.16 Tahun 2007 sebagai upaya untuk melindungi wirausahawan.

(11)

5

BAB II

MANFAAT DAN METODE PENELITIAN

2.1.

MANFAAT

PENELITIAN

Bagi Pembaca :

1. Mengenal bisnis waralaba minimarket secara lebih dalam.

2. Memahami penggunaan aturan-aturan dalam pendirian bisnis waralaba minimarket.

3. Memahami dampak berdirinya waralaba minimarket terhadap kelangsungan bisnis toko-toko di sekitarnya.

4. Memahami peranan pemerintah terhadap kelangsungan bisnis waralaba minimarket.

Bagi Pemilik Bisnis Waralaba :

1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem bisnis waralaba minimarket.

2. Menelaah dampak positif maupun negatif bisnis waralaba minimarket terhadap bisnis toko sekitarnya.

2.2. METODE PENELITIAN

1. Bidang Penelitian

Penelitian dengan judul Dampak Keberadaan Waralaba Minimarket terhadap Kelangsungan Bisnis Toko di Sekitarnya: Berdasarkan Penelitian di

Beberapa Kota pada Kurun Waktu 2012 ini memusatkan pada bidang penelitian dari

sudut pandang ekonomi dan sosial. Kemudian diperluas tiap bidangnya dengan memadukan survei langsung dan data pustaka mengenai materi dan bidang terkait.

(12)

Untuk sudut pandang sosial akan diambil beberapa data dari survei langsung ke pemilik toko. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait, diharapkan data yang valid mengenai dampak sosial-ekonomi dari permasalahan yang kami bahas mampu didapatkan dan ditelaah secara keilmuan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk penelitian di kota Surabaya dilakukan langsung ke pemilik toko di sekitar tempat didirikannya minimarket. Jarak antara toko tersebut dengan minimarket tidak lebih dari 10 meter. Jadi pengaruh adanya minimarket dapat dirasakan jelas oleh pemilik toko. Mengenai deskripsi surveinya antara lain sebagai berikut :

Nama : Toko Selamat Jaya

Alamat : Jalan Menur No.2, Surabaya Pemilik : Bu Martini

Waktu : Sabtu, 13 Oktober 2012, pukul 15.00 WIB

Sedangkan penelitian di 2 kota di luar Surabaya (Madiun dan Jakarta) agar lebih efisien dan memudahkan jalannya survei, penulis melakukan wawancara via telepon. Adapun deskripsi surveinya sebagai berikut :

Nama : Toko Bu Basuki

Alamat : Jalan Serayu 7A, Pandean, Kota Madiun Pemilik : Ibu Basuki

Waktu : Minggu, 14 Oktober 2012, pukul 09.00 WIB

Nama : Toko Grosir Taufik

Alamat : Jalan Serdang Baru Raya No.14, Kemayoran, Jakarta Pusat Pemilik : Bapak Taufik

Waktu : Minggu, 14 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB

(13)

3. Metode Penelitian

Metode yang kami gunakan dalam membahas dan mencari informasi mengenai makalah ini kami menggunakan beberapa metode, antara lain :

a. Survei langsung

Survei dengan mengambil narasumber dari pemilik atau pramuniaga di toko-toko dengan radius 1 km dari minimarket. Untuk mencapai keakuratan data penelitian yang tajam penulis mengambil narasumber dari 3 toko yang berbeda dari 3 kota yang berbeda pula.

Pengambilan narasumber toko dari 3 kota yang berbeda diharapkan dapat mempertajam hasil penelitian sehingga pengaruh adanya minimarket terhadap toko sekitar dapat didata dan ditelaah lebih dalam.

Dengan begitu dari segi ruang dan waktu penelitian ini mampu membaca keadaan bisnis dan ekonomi mengenai permasalahan yang terkait dengan wilayah atau region yang lebih luas.

b. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan memanfaatkan dua sumber, yaitu buku dan internet. Mengenai daftar website dan sumber-sumber internet terkait dapat pembaca temukan di daftar pustaka.

Sumber pustaka lain yang terkait penulis ambil dari beberapa buku mengenai aturan Perda dan PP (Peraturan Pemerintah) mengenai pendirian bisnis waralaba minimarket.

4. Alat Pengumpulan Data

Penelitian dengan dasar metode penelitian survei langsung dan studi pustaka yang penulis lakukan nantinya akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang kompeten untuk tiap-tiap metodenya.

Untuk metode survei langsung kami menggunakan tabel pertanyaan yang nantinya aka dijadikan dasar dalam mengumpulkan data dari metode survei langsung tersebut.

(14)

Pertanyaan bersifat essay dan dijawab dengan pendapat langsung dari narasumber. Penulis menggunakan lima buah pertanyaan yang masing-masing pertanyaan terkait dengan pengaruh bisnis waralaba minimaket terhadap kelangsungan bisnis toko di sekitarnya.

Hasil wawancara kami didasarkan atas jawaban dari lima pertanyaan yang sama untuk setiap toko, antara lain:

1. Bagaimana perbandingan harga barang-barang pokok di Toko dan minimarket ? 2. Bagaimana perubahan jumlah pelanggan setelah adanya minimarket ?

3. Bagaimana pengaruh adanya minimarket terhadap omset anda ?

4. Apakah Barang yang penjualannya naik atau turun setelah adanya minimarket ? 5. Bagaimana peranan pemerintah yang anda inginkan dalam menstabilkan bisnis waralaba minimarket agar tidak menggangu kelangsungan bisnis toko di sekitarnya ?

5. Sumber Data.

Metode penelitian dengan cara survei langsung mengambil data dari narasumber sebagai pemilik atau pramuniaga dari toko di sekitar berdirinya minimarket. Dan sudah dijelaskan di sub-bab sebelumnya bahwa demi keakuratan penulis mengambil sumber dari tiga toko yang berbeda dari tiga kota yang berbeda pula.

Sumber data internet yang akan melengkapi penelitian ini diambil penuli dari beberapa website yang terkait. Mengenai profil dan keterangan lebih jelas mengenai sumber data internet dapat pembaca temukan di daftar pustaka nanti.

6. Teknik Analisis Data.

Survei langsung menjadi tahap pertama dari penumpulan data. Dari survei-survei tersebut akan didapatkan data asli dari narasumber yang valid dan mampu memperkokoh penelitian.

Tahap selanjutnya ialah pembuatan tabel hasil survei dan wawancara. Terdiri dari lima pertanyaan dengan jawaban essay dari narasumber langsung. Pengumpulan data pustaka menjadi sumber data kedua yang akan melengkapi penelitian sekaligus sebagai referensi dari penarikan data.

(15)

Setelah tahap-tahap tersebut penulis mengumpulkan semua data dari berbagai metode yang digunakan. Setelah itu pembahasan akan dilakukan penulis dimulai dari menelaah hasil wawancara. Dilanjutkan dengan memberi data dan fakta mengenai aturan Perda dan PP (peraturan pemerintah) terkait pendirian sebuah minimarket.

Penarikan kesimpulan dari seluruh isi pembahasan menjadi terakhir dari penelitian ini. Disertai saran-saran dari penulis yang didasarkan atas pemecahan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Kebijakan pemerintah lebih lanjut yang diharapkan dari seluruh makna dan tujuan penelitian ini.

(16)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

3.1. HASIL PENELITIAN

Tahap penelitian pertama kami ialah survei langsung ke toko kelontong di berbagai daerah, antara lain di Kota Surabaya, Madiun, dan Jakarta. Di setiap kota kami mengambil data dari satu toko kelontong.

Identitas toko kelontong yang kami survei antara lain : 1. Nama : Toko Selamat Jaya

Alamat : Jalan Menur No.2, Surabaya Pemilik : Bu Martini

2. Nama : Toko Bu Basuki

Alamat : Jalan Serayu 7A, Pandean, Kota Madiun Pemilik : Ibu Basuki

3. Nama : Toko Grosir Taufik

Alamat : Jalan Serdang Baru Raya No.14, Kemayoran, Jakarta Pusat Pemilik : Bapak Taufik

Hasil wawancara kami didasarkan atas jawaban dari lima pertanyaan yang sama untuk setiap toko, antara lain:

1. Bagaimana perbandingan harga barang-barang pokok di Toko dan minimarket? 2. Bagaimana perubahan jumlah pelanggan setelah adanya minimarket ?

3. Bagaimana pengaruh adanya minimarket terhadap omset anda ?

4. Apakah Barang yang penjualannya naik atau turun setelah adanya minimarket?

(17)

5. Bagaimana peranan pemerintah yang anda inginkan dalam menstabilkan bisnis waralaba minimarket agar tidak menggangu kelangsungan bisnis toko di sekitarnya ?

Dari pertanyaan-pertanyaan di atas kami mendapatkan data-data mengenai kondisi ekonomi toko dilihat dari omset, jumlah pelanggan, perbandingan harga, kuantitas barang yang laku terjual setelah didirikannya minimarket di sekitar toko. Pendapat serta jawaban dari para pemilik toko yang kami survei dan wawancarai kami rangkum sebagai berikut:

No. Keterangan Toko Selamat

Jaya Toko Bu basuki

Toko Grosir Taufik 1. Jumlah pelanggan toko

setelah adanya minimarket di daerah tersebut

Menurun menurun Jelas Menurun,

tapi pelanggan

Menurun menurun Normal, karena

(18)

5. Peran pemerintah yang

Perbandingan harga beberapa jenis produk yang dijual di warung dan minimarket:

No. Jenis Produk Harga

Di minimarket Di toko kelontong

1 Energen (isi 10) Rp 12.000 Rp 9.000

Tabel 1. Jawaban narasumber pemilik toko

Tabel 2. Perbandingan harga barang di minimarket dan toko

(19)

Menarik kesimpulan dari hasil penelitian di atas, dapat diartikan bahwa peran minimarket telah secara jelas mengurangi omset toko di sekitarnya. Selain itu banyak sekali aturan Pemerintah Daerah tentang pendirian minimarket yang dilanggar oleh pemilik waralaba yang bersangkutan. Hal tersebut akan dibahas di sub materi beikutnya.

Selain data di atas kami membaca komentar lain dari pemilik toko bahwa orang-orang lebih suka belanja di minimarket karena mereka menyediakan tempat jual beli yang nyaman dengan air conditioner (AC), keteraturan tata letak produk, banyaknya varian produk, dan harga yang tidak jauh beda dibandingkan dengan harga di toko biasa.

Pelanggan tidak begitu memperdulikan selisih harga tersebut jika dibandingkan dengan pelayanan yang mereka dapatkan saat berbelanja di minimarket. Alhasil, toko kelontong akan kalah bersaing dan kehilangan konsumen. Pola pendirian minimarket yang menyebar dan tidak memperdulikan peraturan Pemda yang dicanangkan membuat minimarket telah mampu memakan kelangsungan bisnis toko di sekitarnya.

Apalagi untuk beberapa produk kebutuhan sehari-hari minimarket telah mampu menekan harga jual sehingga mampu lebih rendah dari toko kelontong. Hal tersebut karena para minimarket memiliki pusat grosir yang jelas bagi produk mereka. Mereka juga telah bekerja sama dengan pabrik grosir untuk mengatur supply produk mereka. implikasinya, untuk beberapa produk minimarket mampu menjual dengan harga yang relative lebih rendah dibanding toko kelontong.

Gambar 2. Produk yang dijual di Minimarket

(20)

Sekali lagi peran pemerintah dipertanyakan, bahkan oleh narasumber yang kami wawancarai. Beberapa faktor mempengaruhi dalam kian lesunya bisnis toko kelontong yang kian tergerus oleh minimarket. Faktor tersebut antara lain ialah minimarket mampu memasang harga produk mereka di kisaran yang lebih murah dari toko. Ditambah beberapa pelayanan dan fasilitas ekstra yang orang tidak akan menemukannya di toko biasa. Seperti ATM (anjungan tunai mandiri), ruang ber-AC, pembayaran dengan kartu kredit, pemesanan tiket kereta api, hingga pelatan rumah tangga yang di jual di minimarket. Agaknya himbauan untuk memasang harga yang lebih tinggi dari toko sekitar pada produk yang dijual di minimarket tidak diindahkan oleh jajaran minimarket.

3.2. PEMBAHASAN

A. Waralaba di Indonesia

Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur namun juga memiliki hak untuk memproduksi

(21)

produknya. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba.

B. Peraturan Pemerintah Daerah tentang Minimarket

Ketentuan-ketentuan yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut.

 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

 Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba

 Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.

 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

 Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Peraturan Bupati No.16 Tahun 2007 sebagai upaya untuk melindungi wirausahawan khususnya pedagan tradisional sebagai perhatian kepada pedagang kecil dan menanggapi kecemasan serta aspirasi rakyat dengan berkembangnya kapitalisme dibuktikan dengan maraknya pendirian diri minimarket di wilayahnya. Implementasi kebijakan sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif atau Dekrit Presiden). Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak terimplementasikan (Abdul Wahab: 1997 : 59). Begitupun dengan Peraturan Bupati No.16 Tahun 2007 memuat pasal-pasal yang memihak dan menguntungkan rakyat khususnya pedagang tradisonal.

(22)

Berikut adalah pasal-pasal dalam Peraturan Bupati No.16 Tahun 2007 beserta

pelanggaran yang dilakukan minimarket terhadapnya seperti yang terlampir pada Jurnal

Madani Edisi II/Nopember 2011.

1. Usaha dagang minimarket yang luas lahannya 100M², penempatannya terletak di

sisi jalan lokal primer/jalan raya atau utama kawasan perumahan/industri yang

disesuaikan dengan peruntukannya dan dilengkapi dengan persetujuan pedagang

kecil sejenis dalam radius paling jauh 200 meter (Pasal 9 ayat 1) dan Usaha dagang

minimarket yang luas lahannya di atas 200 M² sampai dengan 1000 M²,

penempatannya terletak di sisi jalan kolektor primer, jalan provinsi dan jalan

kabupaten yang disesuaikan dengan peruntukkannya dilengkapi dengan

persetujuan pedagang kecil sejenis dalam radius paling jauh 500 meter ( Pasal 9

ayat 2). Kenyataan dari pelaksanaan Pasal 9 ayat 1 dan 2 ini, tidak sesuai dengan bunyi

yang terkandung didalamnya. Dari 10 pedagang, 80% mengatakan bahwa minimarket tidak meminta persetujuan mendirikan dan memulai usaha baik radius 200-1000 M². Menurut Kepala Kios, perihal persetujuan berdiri dan memulai usaha minimarket diurus oleh pengelola pusat. Kantor Desa hanya menerima permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Pendirian Usaha (SIUP).

2. Dalam menyelenggarakan usaha dagang minimarket harus memakai tenaga kerja

lokal setempat, kecuali untuk tenaga pimpinan dan tenaga ahli bagi jabatan yang

belum dapat diisi dengan tenaga kerja lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 5 ayat 1) dan pemenuhan tenaga kerja lokal Jurnal

Madani Edisi II/Nopember 2011 setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus menampung dan mempergunakan tenaga kerja yang memenuhi persyaratan

dan berdomisili di sekitar lokasi kegiatan (Pasal 5 ayat 2). Pelaksanaan dari Pasal 5

ayat 1 dan 2 tidak sesuai dengan isi yang terkandung didalamnya. Karyawan minimarket berasal dari berbagai daerah yang sebelumnya merupakan karyawan di kios minimarket di daerah lain atau karyawan baru yang direkrut pusat untuk mengelola kios minimarket di Desa Karang Asih. Berdasarkan pernyataan Kepala Kios Minimarket C Agus Santoso

mengatakan “... kami adalah karyawan minimarket Direkrut pusat… sewaktu-waktu suka di rolling di kios-kios lain…”. Agus Santoso juga menjelaskan bahwa jika ada kerjasama dengan waralaba, karyawan pun berasal dari kantor pusat, tidak ada recruitment keluarga

(23)

waralaba. Sedangkan Hendra (Kepala Kios Minimarket A) mengatakan bahwa “… karyawan yang mengelola minimarket adalah karyawan pusat yang kadang dirolling di cabang Indomaret lain, tapi kalau Indomaret francise atau waralaba, jika pihak francise mau pekerjakan satu sodaranya dibolehkan, tapi dia kerja terus di kios francisenya dan nggak kena rolling di kios lain”.

3. Harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh lebih rendah dengan

harga yang ada di warung atau toko-toko sekitarnya (Pasal 7 point 7). Mencermati

isi pasal di atas, konsumen mengetahui dan merasakan harga barang terjadi perbedaan antara pedagang dengan minimarket, seperti mie instan perbedaannya sekitar Rp. 300 – Rp 500, minuman ringan perbedaannya sekitar Rp. 500 – Rp. 1.000, dan sama halnya dengan produk lainnya, bahkan pada waktu-waktu tertentu, Minimarket melakukan promosi produk dengan harga yang jauh lebih murah dari hari biasa. Pemerintah Kabupaten Bekasi mengambil jalan keluar seperti yang terjadi di kawasan Cilandak, sudah setahun beberapa pemilik warung mendapatkan pasokan dari pegawai minimarket yang terletak tak jauh dari tempat usahanya. Ada diskon khusus sehingga pedagang dapat menjual barang dengan harga yang sama dengan minimarket dan dapat bersaing secara sehat dengan minimarket. Sama halnya dengan pedagang tradisional di Desa Karang Asih tidak akan kehilangan konsumen jika ada kebijakan minimarket dan juga diatur oleh pemerintah.

4. Minimarket menjalin pola kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi

lemah/pedagang kecil atau koperasi yang dilakukan diantaranya melalui

keterikatan/usaha atau bentuk subkontrak (Pasal 7 point E dan Pasal 8 point F).

Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2011. Pelaksanaan dua pasal di atas pun tidak

sesuai isinya, semua pedagang menyatakan tidak ada kemitraan dengan Minimarket, apalagi pembinaan usaha pedagang tradisional.

5. Waktu pelayanan penyelenggaraan usaha dagang minimarket dimulai pukul 09.00

WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB (Pasal 10 Ayat 1). Minimarket tidak menaati

(24)

pelayanannya di luar ketentuan sebagaimana di maksud point 1 dan 2 harus mendapatkan izin khusus dari Bupati dan atau Dinas/instansi yang diberikan kewenangan untuk itu. Apakah mereka telah izin? Bagaimana dengan minimarket yang jam operasionalnya 24 jam. Padahal pada jam 22.00 - 09.00 WIB merupakan jam yang diharapkan pedagang untuk mendapat omset yang lebih tanpa adanya pesaing (minimarket), karena pada jam tersebut sedikit warung yang buka.

6. Setiap penyelenggara usaha dagang minimarket wajib menjalin pola kemitraan

dengan usaha kecil, menengah, koperasi, pengrajin, dan pedagang setempat (Pasal

11 point a). Minimarket juga belum memenuhi Pasal 11 point 1, 90% pedagang sekitar

yang menjalin kemitraan dengan minimarket, hanya satu pedagang yang mendapatkan fasilitas listrik gratis untuk kiosnya yang juga beroperasi 24 jam. Pelataran minimarket yang dibuat kios kecil usaha disewakan antara Rp. 200.000 – Rp. 550.000 perbulan.

7. Minimarket yaitu menyediakan ruang usaha untuk pedaganng lain seluas 10% -

20% dari luas bangunan Minimarket (Pasal 12 ayat 1). Untuk pasal ini, minimarket

mentaatinya. Dipelataran atau teras minimarket disediakan lahan usaha untuk pedagang.

8. Penempatan dan penataan tempat usaha/usaha informal/pedagang kaki lima

dilaksanakan oleh penyelenggara usaha dagang minimarket dengan ketentuan

usaha kecil/usaha informal/pedagang kaki lima yang diprioritaskan untuk

ditempatkan adalah pedagang yang berada di sekitar lokasi bangunan tempat

usaha tersebut (Pasal 13 point a). Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2011. Ruang

usaha yang disediakan diperuntukkan untuk umum, dengan uang sewa yang memberatkan antara Rp. 200.000 – Rp. 550.000 perbulan sehingga pedagang yang menyewa lahan berasal dari berbagai daerah bahkan cabang-cabang usaha di setiap minimarket, seperti pedagang gorengan dan martabak yang merupakan karyawan seorang wirausahawan yang memiliki cabang dibeberapa daerah minimarket berdiri.

(25)

Perkembangan usaha waralaba di Indonesia dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Sumber data: Direktori Franchise Indonesia Edisi 3, 2007

C. Peran Pemerintah yang Diharapkan

Pemerintah diharapkan dapat menggurangi dampak berdirinya minimarket terhadap kelangsungan bisnis toko di sekitarnya baik secara langsung, yaitu persaingan dalam mendapatkan pelanggan serta dampak tidak langsung, yaitu kelangsungan bisnis toko di sekitar minimarket dengan peraturan-peraturan yang dibuat.

Sesungguhnya aturan yang digunakan oleh pemerintah sudang sangat tepat untuk membatasi pergerakan bisnis waralaba yang menyimpang dan mengancam kelangsungan bisnis toko di sekitarnya.

Namun masih banyak ditemui pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan aturan pemerintah tersebut. Untuk itu, penggunaan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba perlu di revisi kembali atau diperketat aturan demi aturan.

Perijinan waralaba minimarket perlu diperketat mengingat banyaknya praktek pelanggaran yang dilakukan pihak franchisor. Pembangunan minimarket baru perlu diawasi oleh pihak pemerintah dengan melibatkan persetujuan dari warga sekitar dalam hal tersebut.

Tabel 3. Perkembangan usaha waralaba di Indonesia

(26)

Survei dan pemeriksaan kepada minimarket-minimarket yang sudah berdiri atau baru berdiri juga diperlukan mengingat beberapa dari mereka berdiri dengan melanggar beberapa peraturan yang telah ditentukan pemerintah.

Pihak pemerintah seharusnya juga bisa mencegah terjadinya pelanggaran dengan memberikan moral suasion atau peringatan dan himbauan kepada pemilik waralaba mengenai aturan dalam pendirian waralaba tersebut. Dengan demikian dapat diharapkan terjadinya pelanggaran atas pendirian minimarket dapat berkurang drastis sehingga kelangsungan bisnis toko di sekitarnya tidak terganggu.

Serta manajemen harga yang sesuai harus diterapkan para pemilik waralaba sehingga pasaran toko di sekitar minimarket tidak mati. Penerapan harga yang proposional atau sedikit lebih tinggi itu untuk melindungi toko-toko sekitar yang bersaing dengan minimarket. Disini peran pemerintah sangatlah krusial untuk menjamin semua himbauan dan aturan di atas dapat dilaksanakan tanpa cacat di dunia bisnis Indonesia.

D. Pendapat Penulis

Bisnis waralaba minimarket memang menguntungkan dalam jangka waktu panjang dari 5-10 tahun bagi pemilik waralaba. Karena tanpa ikut berperan langsung dalam berjalannya kegiatan bisnis, mereka (para investor waralaba) dapat menyentuh angka BEP (break event point) dalam jangka waktu yang sudah ditentukan ditambah keuntungan bersih yang dibagi dengan kantor pusat waralaba.

Namun dampak lain dirasa oleh pemilik toko di sekitar lahan bisnis waralaba minimarket. Minimarket dengan sistem distribusi yang memungkinkan mereka memasang dan menjual produk-produk mereka dengan harga relative sama atau lebih rendah dari toko kelontong.

Alhasil, toko kelontong dari segi omset dan konsumen berkurang. Mereka mendapat saingan yang ketat dari beroperasinya minimarket. Persaingan bukan hanya terjadi dalam pemasangan harga produk namun dari segi pelayanan dan fitur-fitur tambahan yang disediakan minimarket. Misalnya ATM, kartu kredit, ruangan ber-AC, dan lain-lain yang tidak disediakan oleh toko biasa.

Dengan begitu konsumen akan cenderung lebih memilih membelanjakan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari di minimarket, walau harga produk-produk disana dipatok

(27)

sedikit lebih mahal. Namun sebagian dari mereka tidak terlalu memperhatikan selisih harga tersebut saat mereka mendapat fasilitas yang lebih di minimarket.

Dari segi kelangsungan bisnis toko sekitar, penulis berpendapat bahwa toko tidak melakukan manuver ekonomi apapun untuk bersaing dengan bisnis minimarket. Mereka hanya mampu menekan harga produk agar tetap lebih murah dari produk yang dijual di minimarket. Hanya itu cara yang mampu untuk menjaga konsumen langganan mereka tetap berbelanja di toko mereka, terutama dari harga produk-produk kebutuhan sehari-hari seperti sembako, minyak goreng, susu, beras, gula, dan lain sebagainya toko masih memasang harga yang lebih rendah dari minimarket.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa minimarket lebih inovatif dalam menarik minat pelanggan sehingga bukan tidak mugkin pelanggan yang tadinya membeli di toko akan beralih dan menjadi pelanggan tetap minimarket.

(28)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Bisnis waralaba memang secara ekonomi sangatlah menguntungkan dari pihak franchisee atau pemilik merek dagang dengan franchisor atau pemilik waralaba. Waralaba

adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan tujuan memasarkan barang dan jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan serta digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Pemberian hak tersebut berdasarkan peminjaman lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau jasa atas nama merek tersebut.dibawah asistensi pemilik merek dagang dan tentunya dengan perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua pihak.

Namun, merujuk pada pelaksanaan Peraturan Bupati No.16 Tahun 2007 masih banyak ditemukan berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh pemilik waralaba minimarket. Pelanggaran tersebut jelas memberikan dampak buruk bagi pedagang atau toko yang sama-sama bersaing dengan minimarket.

Dampak buruk itu jelas terlihat dari penurunan jumlah konsumen yang berujung pada penurunan omset secara jelas. Perang harga antara pihak minimarket dan toko sekitar menyebabkan toko sekitar mulai sepi peminta dikarenakan minimarket menawarkan beberapa pelayanan khusus yang tidak dimiliki toko sekitar.

Pada dasarnya persaingan bisnis itu lumrah dan wajar terjadi. Ada pihak yang kalah dan pihak yang menang. Namun sangat disayangkan jika pihak yang kalah tersebut (dalam hal ini toko di sekitar minimarket) kalah bukan karena persaingan bisnis namun kalah karena pendirian minimarket banyak melanggar aturan Pemda setempat.

Minimarket tidak meminta persetujuan mendirikan dan memulai usaha baik radius 200-1000 M². Karyawan minimarket berasal dari berbagai daerah yang sebelumnya merupakan karyawan di kios minimarket di daerah lain atau karyawan baru yang direkrut pusat untuk mengelola kios minimarket di daerah tersebut.

(29)

minimarket seharusnya melaksanakan kerja sama yang lebih utama dengan pedagang sekitar wilayah pendirian minimarket. Minimarket sudah mulai beroperasi pada pukul 08.00 WIB dan tutup di atas pukul 22.00 WIB, bahkan 20% di antaranya buka 24jam.

Tidak adanya komunikasi yang baik antara pihak pemilik waralaba, pemerintah daerah, dan pedagang sekitar membuat pihak pedagang merasa dirugikan dengan adanya minimarket yang masih beroperasi dengan melanggar beberapa aturan yang sudah dicanangkan pemerintah.

Konsumen cenderung lebih memilih membelanjakan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari di minimarket, walau harga produk-produk disana dipatok sedikit lebih mahal. Namun sebagian dari mereka tidak terlalu memperhatikan selisih harga tersebut saat mereka mendapat fasilitas yang lebih di minimarket.

Penulis berpendapat bahwa toko tidak melakukan manuver ekonomi apapun untuk bersaing dengan bisnis minimarket. Mereka hanya mampu menekan harga produk agar tetap lebih murah dari produk yang dijual di minimarket. Dapat disimpulkan bahwa minimarket lebih inovatif dalam menarik minat pelanggan sehingga bukan tidak mugkin pelanggan yang tadinya membeli di toko akan beralih dan menjadi pelanggan tetap minimarket.

4.2. SARAN

Merujuk pada pembahasan penelitian di atas beberapa saran yang mampu penulis sampaikan lebih berkaitan dengan peran pemerintah yang dicanangkan. Karena menurut persaingan pasar dari segi harga produk dan pelayanan yang diberikan oleh pihak minimarket tidak ada salahnya.

Jika minimarket memasang harga yang murah tentu wajar saja karena mereka memiliki alur distribusi pembelian inventory yang mirip dengan toko tradisional, yaitu langsung ke distributor utama atau distributor pabrik. Selain itu pelayanan lebih seperti ATM, AC, kartu kredit, dan lain sebagainya memang tidak ada larangan untuk semua layanan tersebut yang diberikan oleh minimarket.

Namun kunci perlindungan bisnis untuk para pedagang toko tradisonal ialah di pihak pemerintah dengan membatasi harga yang dipakai oleh minimarket agar di atas harga yang di pakai oleh toko tradisional. Mengenain pelayanan tambahan oleh minimarket sejatinya hal itu tidak perlu dipermasalahkan.

(30)

pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan aturan pemerintah tersebut. Untuk itu, penggunaan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba perlu di revisi kembali atau diperketat aturan demi aturan.

Survei dan pemeriksaan kepada minimarket-minimarket yang sudah berdiri atau baru berdiri juga diperlukan. Pihak pemerintah seharusnya juga bisa mencegah terjadinya pelanggaran dengan memberikan moral suasion atau peringatan dan himbauan kepada pemilik waralaba mengenai aturan dalam pendirian waralaba tersebut.

Pemerintah juga dituntut harus konsekuen dalam mencanangkan aturan demi aturannya. Serta manajemen harga yang sesuai harus diterapkan para pemilik waralaba sehingga pasaran toko di sekitar minimarket tidak mati. Penerapan harga yang proposional atau sedikit lebih tinggi itu untuk melindungi toko-toko sekitar yang bersaing dengan minimarket.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ekatama, Suryono. 2012. Rahasia Kontrak Franchise. Jakarta: Citra Media.

Fajriyah, Wardah. 2008. Panduan Mendirikan dan Mengelola Usaha Minimarket. Jakarta: TransMedia Pustaka.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal

30 Juli 1997.

Madura, Jeff. 2012. Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.

Peraturan Pemerintah (PP) RI No 42 tahun 2007 tentang Waralaba.

Sujana, Asep. 2012. Manajemen Minimarket. Jakarta: Grup Penebar Swadaya.

Sumardi, Jaujir. 2005. Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional. Bandung: PT Citra Afitya Bakti.

Tunggal, Hadi Setia. 2006. Dasar-dasar Pewaralabaan (Franchising). Jakarta: Harvarindo.

Widjaja, Gunawan. 2003. Waralaba. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

“Waralaba”. http://id.wikipedia.org/waralaba/ diunduh pada tanggal 28 September 2012. Pukul 11.45 WIB.

“Waralaba Indomaret”. http://www.indomaret.com/ diunduh pada tanggal 28 September 2012. Pukul 11.50 WIB.

Gambar

Gambar 1.   Fenomena Minimarket di Indonesia
Tabel 1.   Jawaban narasumber pemilik toko
Gambar 2.   Produk yang dijual di Minimarket
Gambar 3.   Penandatanganan  franchisee Indomaret
+2

Referensi

Dokumen terkait

kesehatan dan pendidikan, termasuk bidang pelatihan pengenbangan keterampilan masyarakat (pendidikan informal). 3) kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Tujuan umum dari

Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang muncul di setiap penerbitan majalah adalah political cartoon (kartun politik) atau editorial cartoon (kartun editorial),

Batasan struktur dalam penelitian ini adalah bentuk yang menyertai keishiki meishi mono dan jenis kelas kata yang mengikutinya, serta makna yang

Paduan Al-Mg 5052 adalah material yang biasa digunakan untuk kelongsong elemen bakar nuklir karena serapan fluks netronnya rendah dan tahan korosi di dalam air demineralisasi

Virus parvo anjing baik pada aplikasi oral maupun infravena tidak berhasil diisolasi dari feses dengan menggunakan jaringan FK dan uji HA selama penelitian

Disiplin merupakan suatu tindakan yang dilakukan pimpinan untuk memberikan pengarahan atas pelanggaran yang dilakukan pegawai sesuai dengan peratuaran atau kebijakan yang

Kebijakan organisasi yang cepat dan tepat dalam menyikapi perubahan paradigma ini merupakan aplikasi dari perubahan organisasi dalam rangka merespon tuntutan lingkungan

6 D.Jr. Stevenson Wiliam,Analisis Sistem Tenaga Listrik,Jakarta,1990,hlm 319.. Politeknik Negeri Sriwijaya relay). Rele pengaman adalah suatu piranti, baik elektronik atau