• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF DAN DINAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF DAN DINAM (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita rumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Apa saja masalah-masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas?

2. Bagaimana pengelolaan kelas yang efektif?

3. Bagaimana pengelolaan kelas yang dinamis?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, kita dapat mengetahui beberapa tujuan masalahnya, yaitu:

1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas

2. Mengetahui pengelolaan kelas yang efektif

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika guru mampu siswa dan sarana pengajaran serta mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar.

Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar.

Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa gurulah yang mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin, bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.

Di samping itu pula guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuannya.

(4)

kelas maka dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati guru dalam mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar.

2.1 Masalah pengelolaan kelas

Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multidimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun, kapan pun, dan dimana pun. Karena itu, bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja bukan waktu yang dikehendaki anak.

Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa, seperti:

1. Kurangnya kesatuan antar siswa karena perbedaan gender (jenis kelamin), rasa

tidak senang, atau persaingan tidak sehat.

2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut,

bercakap-cakap pergi kesana-kemari, dan sebagainya.

3. Terkadang timbul reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut,

bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh, dan sebagainya. 4. Kelas mentolerir kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong

perilaku siswa yang keliru.

5. Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu,

iklim yang berubah, dan sebgainya.

6. Moral rendah, permusuhan, sikap agresif, misalnya dalam lembaga dengan

alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.

7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas

tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.

2.2 Pengelolaan Kelas yang Efektif

(5)

Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang

dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan guru.

2) Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi

bagi semua anak atau kelompok.

3) Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku

masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-ondividu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana pelajar.

4) Kelompok kelas menyyisipkan pengaruhnya kepada anggota-amggota. Pengaruh

yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dikelas dikala belajar.

5) Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa.

Makin meningkat ketrampilan guru mengelola kelas secara kelompok, makin puas murid-murid dikelas.

6) Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesattuan kelompok ditentukan oleh

cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah mauupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.

Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dan siswa, tetapi juga menambah terciptanya efektivitas, yaitu interaksi yang bersifat kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan beberapa variabel masalah yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang efektif dan sehat, yaitu :

a. Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi

kelompok harus diminimalkan.

b. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan

kerja sama.

c. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam

(6)

d. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan,

ketegangan, dan perasaan tertekan.

e. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.

Figur seorang guru yang baik adalah guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mau mendengarkan saran dan kritikan siswa, dan sebagainya. itulah guru yang disenangi murid, yang selalu dirindukan, didambakan siswa. Guru yang memiliki ciri demikian biasanya kurang menemui kesulitan dalam mengelola kelas.

Thomas Gordon mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan

membuka diri satu sama lain.

2. Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.

3. Saling ketrgantungan, antara stu dengan yang lain.

4. Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang utmbuh dan mengembangkan

keunikannya, kreativitasnya, dan kepribadiannya.

5. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang

tidak terpenuhi.

2.3 Pengelolaan Kelas yang Dinamis

(7)

1) Berbagai Jenis Kelas

Kelas harus dirancang dan dikelola dengan seksama agar memberi hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru terhadap proses pembelajaran, dan hubungan siswa yang mereka ciptakan. Ada empat jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai berikut :

a. Jenis kelas yang selalu gaduh

Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabaikan, dan hukuman tampaknya tidak efektif.

b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif.

Guru mencoba untuk membuat sekolah tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita serta menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa kurang memberi perhatian di kelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kegiatan akademik tersebut menyenangkan.

c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin.

Guru telah menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipenuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman.

d. Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya.

(8)

beberapa tempat secara bersamaan. Akan tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling mengganggu.

2) Belajar bersama dengan kelompok

Belajar bersama dalam kelompok merupakan salah satu ciri khas proses pembelajaran berbasis kompetensi. Melalui kegiatan interaksi dan komunikasi, siswa menjadi aktif belajar sehingga belajar mereka menjadi efektif. Kerja sama dalam kelompok dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerjasama siswa makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya.

Belajar bersama dalam kelompok adalah suatu cara yang dipakai untuk menyelenggarakan pembelajaran dalam bentuk kelompok belajar yang lebih kecil. Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan diusahakan agar terdiri atas siswa yang heterogen dalam hal kemampuan intelektual, jenis kelamin dan latar belakang budayanya. Melalui metodenya, belajar bersama secara kooperatif akan menanamkan nilai dan membentuk hati nurani siswa.

3) Mengadakan analisis sosial

Sekolah merupakan unit pendidikan yang ingin mengembangkan seluruh potensi siswa. Sekolah merupakan sarana untuk mendidik siswa menuju pembentukan diri sebagai insan yang berpribadi, utuh, cerdas dan beriman kepada Tuhan. Dengan demikian, sekolah juga dapat menjadi sarana bagaimana ia mampu untuk menjadi manusia yang berguna tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi sesama dan lingkungannya, bahkan bagi bangsa dan negaranya. Namun, idealisme tersebut masih jauh dari kenyataan. Dalam realitas sehari-hari tidak sulit ditemukan bahwa proses pendidikan hanya terfokus pada perolehan nilai yang tinggi atau prestasi yang tinggi. Ujung-ujungnya adalah agar dapat diterima di jenjang pendidikan lebih tinggo yang terbaik, di perguruan tinggi terbaik, dan akhirnya mampu bersaing untuk merebut pekerjaan yang paling menjanjikan secara finansial.

(9)

masalah-masalah berat yang bersifat global dan nasional yang mengancam kemanusiaan. Kepekaan dan kemampuan menanggapi situasi seperti itu dapat dilakukan dengan melakukan penelitian atas masalah global, nasional ataupun lokal disekitar lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan penelitian dirancang oleh guru dan dipikirkan secara sungguh-sungguh sehingga melalui penelitian tersebut para siswa membentuk atau mengubah sikap terhadap dirinya sendiri, lingkungan, sesama dan dunia, serta terdorong mereka untuk menjadi pelaku perubahan sosial yang konsisten dengan nilai-nilai kehidupan.

4) Mengefektifkan papan tulis

Hampir semua sekolah menggunakan papan tulis, tetapi ada yang sudah ada menggunakan white board. Namun, bagaimana menggunakan papan tulis secara berdaya guna dan menarik? Istilah relajar aktif sering sudah sering kali didengar oleh sebagian besar guru, juga dikalangan murid. Titik pusat proses pembelajaran yang sehat dan berhasil guna terletak pada murid. Peran utama guru untuk memaksimalkan proses pembelajaran siswa tergantung pada rancangan pembelajaran, termasuk pilihan piranti penunjang yang akan diperlukan. Piranti di sini termasuk segala macam alat dan benda yang diharapkan menunjang keberhasilan pembelajaran siswa. Secara tradisional, guru kelas lebih sering memanfaatkan papan tulis di kelasnya hanya bagisatu orang siswa pada satu desempatan untuk satu jenis soal atau kegiatan. Sesungguhnya papan tulis memiliki banyak peluang pemaikaian baik ditinjau dari aspek waktu maupun ruang. Aspek waktu jangan hanya hanya diartikan bahwa pesan tulisan bahan ajar tidak boleh dihapus dalam jangka waktu tertentu sebagaimana terjadi. Maksudnya, pada saat yang sama papan tulis dapat dimafaatkan untuk berbagai kepentingan. Dari aspek ruang, papan tulis dapat dibagi menjadi beberapa kolom besar dan memiliki mobilitas yang memadai. Jumlah kolom disesuaikan dengan lebar papan tulis dan jenis kegiatan yang sedang berlangsung.

(10)

Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas tidaklah netral. Pengaturan Sangat berpengaruh bagi para siswa, interaksi antarmeraka, dan interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk siswa memberi dampak dalam proses pembelajaran. Agar pengaturan posisi tempat duduk siswa menjadi efektif dan mendukung proses pembelajaran menuju kompetensi perlulah dipahami syarat-syarat pengaturannya.

6) Mengembangkan Pemetaan Bahan

Siswa yang cerdas akan dengan mudah melakukan visualisasi atas masalah, apa yang dibaca, hasil, pertanyaan, pembicaraan, dan sebagainya. Pemetaan adalah kemampuan seseorang untuk mencari yang inti, bagian ( sub ), sebab, akibat dan sebagainya.

7) Mengembangkan kemampuan bertanya

Sejak zaman Sócrates, teknik tanya-jawab telah menjadi salah satu teknik yang efektif dalam pendidikan. Meski demikian, tidak semua guru menguasai teknik tanya-jawab yang baik. Bertanya atau mengajukan pertanyaan merupakan salah satu fungís pokok bahasa selain fungís lain seperti menyatakan pendapat, perasaan, mengajukan alasan, mempertegas pendapat dan sebagainya. Banyak siswa mengalami kesulitan untuk bertanya. Banyak siswa lebih senang menunggu untuk menjawab pertanyaan daripada memperatanyakan sesuatu. Ketika seseorang mampu mempertanyakan dan menemukan jalaban untuk dirinya sendiri, maka pada dasarnya ia telah memahami masalahnya secara lebih mendalam.

8) Memanfaatkan perpustakaan sekolah

(11)

Posisi guru seperti digambarkan tersebut ternyata tidak berjalan lama. Kemajuan zaman dengan perkembangan teknologi dan informasi telah memberi dampak bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh tidak hanya melalui guru, tetapi dapat juga melalui media massa, buku, televisi, radio dan media elektronik lanilla. Muncullah banyak autodidak, ahli yang mumpuni dalam bidangnya tanpa viajar oleh guru. Mereka membaca dan mempelajari berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan melalui sumber belajar yang lain, misalnya buku-buku di perpustakaan. Banyak guru tidak menyadari pertimbangan diadakannya perpustakaan di sekolah.

9) Mengatasi masalah disiplin

(12)
(13)

BAB III

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajr-mengajar. Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,

emosional, dn inyelektual di dalam kelas. Pengelolaan kelas berdasarkan

pendekatannya terbagi kepada enam jenis, yaitu Pendekatan Otoriter, Pendekatan Permisif, Pendekatan Resep, Pendekatan Pengajaran, Pendekatan Perubahan Tingkah Laku, Pendekatan SUasana Emosi dan Hubungan Sosial, Pendekatan Proses Kelompok, serta Pendekatan Pluralistik. Keterampilan dalam pengelolaan kelas dapat bersifat Preventif serta Refresif dan Tingkah Laku. Namun dalam penerapannya kadang terdapat masalah dalam pengelolaan kelas baik secara individu maupun kelompok yang timbul dikarenakan adanya keanekaragaman perilaku siswa.

1. B. Saran

Sebagai mahasiswa yang nantinya bergelut di dunia pendidikan, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed., dan Drs. Moedjiono, 1988, Proses Belajar Mengajar,

CV. Remaja Karya, Bandung.

Drs. Syaiful bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar

Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Drs. Moh. Uzer Usman, 1992, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd., 2009, Strategi Belajar

(15)

Diposkan oleh faristin ichsan di 01.42

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Label: PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF DAN DINAMIS

Referensi

Dokumen terkait

1) Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. 2) DNA

33.8 Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak atas nama penyedia adalah direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi yang disebutkan namanya dalam

Banyak hal yang menyebabkan masih tingginya angka kejadian medication error , antara lain tidak konsistennya dokter dalam penulisan resep, terdapat ketidaksamaan

Kemudian, akan dipilih 10 essai terbaik yang telah diseleksi oleh tim juri yang sudah ditentukan panitia dan peserta yang masuk dalam 10 essai terbaik harus

Keempat, Mengingat pemilih perempuan berasal dari kondisi sosial yang berbeda-beda, dengan tingkat pendidikan yang tidak sama dan hal ini sangat berkorelasi dengan

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi respon meliputi usia, pendidikan formal, pendidikan non- formal, pendapatan, manfaat

Pada tahap awal Panitia melakukan koreksi aritmatik terhadap semua penawaran yang masuk sehingga didapat urutan penawaran dari nilai terendah berdasarkan hasil

Diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja (Pokja) II menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku, Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP)