• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEDOMAN PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT A"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT ASY ASYAFI

(HOSPITAL BY LAWS)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDRAL PELAYANAN MEDIK

(2)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/SK/VI/2002

Tentang

PEDOMAN PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS)

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa rumah sakit tidak lagi sebagai lembaga social yang kebal hokum tetapi telah begeser menjadi lembaga yang dapat sebagai subjek hokum;

b. bahwa perubahan paradigm tersebut perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan peraturan internal yang mengatur peran dan fungsi pemilik, pengelola dan staf medis ;

(3)

Mengingat : 1. Undang Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan 2. Undang undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah

3. peraturan pemerintah No.32 tahun 1966 tentang tenaga kesehatan.

4. peraturan menteri kesehatan RI No. 159.b/1988 tentanh rumah sakit

M E M U T U S K A N

Menetapkan : keputusan menteri kesehatan R.I tentang berlakunya pedomab peraturan internal rumah sakit.

Pertama : pedoman peraturan internal rumah sakit yang diberlakukan , telah disusun sebagaiamana tercantum dalam lampiran keputusan ini

Kedua : setiap rumah sakit penyusunan peraturan internal rumah sakit dengan mengacu pada pedoman peraturan rumah sakit yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan masing masing rumah sakit.

(4)

Keempat : Pedoman peraturan internal rumah sakit akan dievaluasi dan disempurnakan secara berkala.

Kelima : surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan .

Ditetapkan di : B O G O R Pada tanggal : 16 juni 2018

MENTERI KESEHATAN R.I

(5)

TIM PENYUSUN

PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT

Ketua : Lukman Nurhakim,MARS

Sekretaris :Dr. Lisda Yuni Nurmala, Amd.AK., MSc Anggota :

1. Dr.Willy almatsir,Sp.S (RSUP.Dr Ciptomangunkusumo ,Bogor ) 2. Dr. Hasan Yudi ,Sp.S (RSUP.Dr Ciptomangunkusumo ,Bogor ) 3. Drg. Alisa Yunia (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik, depkes RI) 4. Dr. Hasna Amelia ulfah, Sp.KJ (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik,

depkes RI)

5. Dr. Nailya Amelia U (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik, depkes RI) 6. Dr. winda Febry,MPH (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik, depkes RI) 7. Muhammad Rizky, SH, M.kes (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik,

depkes RI)

8. Drg. Ayu sri rahayu, (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik, depkes RI) 9. Drg. Syahrul iqbal (Dit. Yanmed & GIGI Spesialistik, depkes RI) 10. Dr. Paul, Sp.BM ( Spesialistik bedah Mulut, depkes RI)

11. Dr. Epon yuningsih ,Sp.M ( Speasialistik MATA, Depkes RI) 12. Dr. susi ,Sp.M (Speasialistik MATA, Depkes RI)

13. Dr. susan ,Sp.M ( Speasialistik MATA, Depkes RI)

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Pasal 1 Latar Belakang

Secara historis, rumah sakit atau hospital merupakan suatu institusi hasil pelembagaan dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, menurut sejarahnya rumah sakit tidak terpisah dengan sebuah upaya pengobatan. Pada mulanya Rumah sakit sebagai lembaga pelayanan kesehatan didirikan dengan latar belakang pelaksanaan tugas keagamaan atau pelaksanaan ibadah.

Rumah sakit dalam konteks ini melaksanakan tugas semata-mata untuk tujuan sosial kemanusiaan sesuai dengan perintah agama. Pelayanan rumah sakit pada waktu itu terutama difokuskan pada pengobatan masyarakat yang kurang mampu. Pada masa itu, pelayanan kesehatan di rumah sakit dikenal suatu doktrin charitable community, yaitu rumah sakit merupakan lembaga karitas yang sarat dengan sifat sosial, kemanusiaan yang dilandasi nilai Ke-Tuhanan serta tidak untuk mencari keuntungan. Melalui doktrin charitable community pada prinsipnya rumah sakit tidak dapat digugat jika melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian pada diri pasien. Alasannya adalah rumah sakit melakukan tugas kemanusiaan, menolong pasien tanpa pamrih. Namun, sesuai dengan perkembangan masyarakat dan dinamika pelayanan kesehatan, rumah sakit telah berubah dari pelayanan yang bersifat sosial kemanusiaan mengarah pada pelayanankesehatan dengan tujuan mencari keuntungan (profit motive).

(7)

BAB II

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Definisi

• Berasal dari dua kata, yaitu : – hospital ( rumah sakit ) dan – By laws ( peraturan institusi )

Kata ‘By law’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The Oxford Illustrated Dictionary: By law is regulation made by local authority or corporation. Pengertian lainnya, By laws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization (Guwandi, 2004).

Jadi pengertian yang sebenarnya dari hospital by laws adalah seperangkat peraturan yang dibuat oleh rumah sakit (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan. Tetapi dapat mengikat pihak-pihak lain seperti pasien sepanjang merekasepakat dirawat di rumah sakit yang bersangkutan. Hospital by-laws bukanlah suatu peraturan yang standar dan berlaku atau dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit, namun juga bukan suatu peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan bertentangan dengan hospital by-laws pada umumnya. Hospital by-laws dibuat dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di bidang hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada yang berkepentingan di rumah sakit yang akan membuatnya untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang mengenal hukum kedokteran.

Pasal 2 Tujuan penyusunan hospital by law

(8)

2. Khusus: - Kejelasan Visi, Misi, Tujuan RS - Kejelasan sifat organisasi RS

- Kejelasan pengaturan staf medik dan tenaga kesehatan lainnya

Tingkat dan jenis peraturan di dalam rs

1. PERATURAN INTERNAL RS (HBL), terdiri atas: corporate by laws

(peraturan internal korporat) dan medical staff by laws (peraturan internal staf medik).

2. Peraturan internal RS merupakan jenjang tertinggi konstitusi (peraturan dasar), yang disusun dan ditetapkan oleh pemilik/yang mewakili pemilik; dan mengatur tentang visi, misi, tujuan RS, hubungan pemilik, Direktur RS, dan staf medik.

3. KEBIJAKAN TEKNIK OPERASIONAL, - Disusun dengan mengacu padan HBL, dan ditetapkan Direktur.

- Terdiri dari kebijakan dan prosedur administrasi & teknik profesi-Contoh: SPO, SK, dll

Dasar hukum

1. Kepmenkes No. 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (HospitalBy laws).

2. Kepmenkes No. 631/MENKES/SK/IV/2005 Tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical StaffBy laws) di Rumah Sakit.

3. Kepmenkes No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit

4. KepMenKes No. 228/SK/III/2002 SPM RS Daerah. Secara hukum pembahasan mengenai Hukum Rumah Sakit (Hospital Low) dijelaskan sebagai berikut,

I. Pidana

(9)

dan perbuatan melawan hukum serta unsur lainya yang tercantum dalam ketentuan pidana yang bersangkutan.

Perlu dikemukakan bahwa dalam sistem hukum pidana kita, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pengurusnya dapat dikenakan pidana penjara dan denda. Sedangkan untuk korporasi, dapat dijatuhi pidana denda dengan pemberatan.

Ketentuan pidana ( UU No.44 Tahun 2009 pasal 62-63 )

1. setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan rumah sakit tidak memiliki izin dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. apabila tindakan pidana tersebut dilakukan koorporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap koorporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda.

3. selain pidana denda terhadap koorporasi tersebut, koorporasi dijauhi pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha, dan/atau b. pencabutan status badan hokum

II. Perdata

Merujuk pendapat Triana Ohoiwutun(2007:81), hubungan hukum ini menyangkut dua macam perjanjian yaitu perjanjian perawatan dan perjanjian pelayanan medis. Perjanjian perawatan adalah perjanjian antara rumah sakit untuk menyediakan perawatan dengan segala fasilitasnya kepada pasen. Sedangkan perjanjian pelayanan medis adalah perjanjian antra rumah sakit dan pasen untuk memberikan tindakan medis sesuai kebutuhan pasen.

(10)

Sikap/tindakan semua orang yang turut terlibat dalam organisasi rumah sakit. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1367 yang berbunyi: "Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri, tetapi juga untuk

kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggung

jawabnya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah penga wasannya....".

Tanggung jawab rumah sakit dalam garis besarnya dapat dibagi dalam 3 kelompok,

yaitu:

1. Menyangkut personalia, termasuk sikap tindakan atau kelalaian semua orang yang terlibat dalam kegiatan rumah sakit

2. Menyangkut mutu pemberian pelayanan kesehatan (Standard of Care) d i rumah sakit.

3. Menyangkut sarana dan peralatan yang disediakan

Menurut hukum kedokteran, ada 4 bentuk risiko yang harus ditanggun g oleh pasien itu sendiri, yaitu:

1. Kecelakaan (accident, mishap, mischance, misad venture) 2. Risiko pengobatan (risk of treatment)

3. Kesalahan penilaian profesional (error of clinical judgment) 4. Kelalaian pasien (contributory negligence)

Administratif

(11)

menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional.

Jika rumah sakit tidak memenuhi kewajiban atau persyaratan administratif tersebut, maka berdasarkan Pasal 46 UU RS, rumah sakit dapat dijatuhi sanksi administratif berupa teguran, teguran tertulis, tidak diperpanjang izin operasional, dan/atau denda dan pencabutan izin.

Ciri hospital by law yang bertanggung jawab :

Menurut Husein Karbala, ciri-ciri hospital by laws yang bertanggung jawab adalah :

- Tidak menyimpang dari hukum yang berlaku

- Tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku - Tidak menyimpang dari ketertiban umum dan kesusilaan.

Fungsi dan manfaat hospital by law • Fungsi :

- Mengatur kewenangan dan kewajiban pemilik, direksi, manajer, profesional dan

tenaga kerja lainnya.

- Mengatur hak dan kewajiban klien.

- Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban rumah sakit terhadap pemerintah serta lembaga penegakan hukum.

- Mengatur tatalaksana melaksanakan kewajiban, kewenagan dan hak.

• Manfaat :

•Untuk RS: - Memiliki acuan aspek hukum

- Memiliki kepastian hukum eksternal & internal - Mendukung akreditasi RS

(12)

- Pedoman menyusun kebijakan teknis operasional

● •Untuk Pemerintah: - Mengetahui arah & tujuan RS tersebut didirikan

- Acuan menyelesaikan konflik di RS

● •Untuk Pemilik RS: - Mengetahui tugas & kewajibannya

- Acuan dalam menyelesaikan konflik internal

- Acuan dalam menilai kinerja Direktur RS

Bentuk hospital by law

Menurut Guwandi, bentuk hospital by laws: - Peraturan Rumah Sakit

- Standard Operating Procedure (SOP) - Surat Keputusan

- Surat Penugasan - Pengumuman - Pemberitahuan

• Perlu dilakukan sosialisasi agar hospital by laws dapat diketahui oleh pihak-pihakyang berkepentingan.

Pasal 3 Hakikat hospital by law

• Regulasi yang dibuat oleh rumah sakit dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan

• Merupakan norma yang lebih dari sekedar legal restatment.

• Prasyarat bagi rumah sakit agar dapat melaksanakan tugas dan kewenangan dengan baik

(13)

• Transformasi atau diskresi dari berbagai peraturan perundang-undangan yang ada agar supaya lebih profesional, termasuk peraturan dari pihak pemilik rumah sakit.

• Klausula baku (perjanjian baku) yang akan berlaku sebagai undang-undang bagi siapa saja yang berinteraksi dengan rumah sakit.

BAB III

NAMA,KEDUDUKAN,VISI, MISI, FILOSOFI, TUJUAN ,

Pasal 4

1. Nama : Rumah Sakit ini bernama RUMAH SAKIT ASY ASYAFI

2. Pemilik Rumah Sakit Asy Asyafi Adalah Dr. Lisda Yuni Nurmala.Amd.AK,Msc

3. RS ASY ASYAFI adalah Rumah Sakit dengan klasifikasi Type Madya atau kelas C Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 542/MENKES/SK/VI/1996 Tanggal 05 Juni 1996, Diselengarakan pemerintah Kabupaten Bogor Berdasarkan izin Oprasional Dengan Keputusan Bupati Bogor

RS ASY ASYAFI berkedudukan di Jalan Raya Bogor Kabupaten Bogor 4. Visi :

Rumah Sakit ASY ASYAFI adalah menjadi Rumah Sakit yang modern dengan menjalankan pelayanan professional yaitu aman,damai,sejahtera dan maju.

5. Misi Rumah Sakit Asy Asyafi Adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pembangunan SDM dan melakukan pengadaan dokter Spesialis yang Profesional, Visioner, Inovatif, dan Berakhlak Mulia.

b. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana rumah sakit.

(14)

6. Filosofi RS ASY ASYAFI merupakan rumah saki tumum daerah berorentasi sosial dengan tetap memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang berkualitas,dan memuaskan kepada pasien/pelanggan serta meningkatkan kesejatraan seluruh pegawa.

7. Tujuan RS Asy Asyafi:

a. Tujuan Umum : Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada pasien/pelanggan serta meningkatkan kesejahteraan seluruh pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Asy Asyafi.

b. Tujuan Khusus :Meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, Penyelenggara kegiatan manajemen rumah sakit secara professional, efisien dan efektif.

BAB IV

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN STAF MEDIS

Pasal 5

1. Direktur diangkat dan diberhentikan berdasarkan keputusan Bupati

2. Direktur secara teknes Medis berkoordinasi dengan kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

3. Persyaratan untuk menjadi Direkturadalah Orang yang ahli dibidang Manajemen rumah sakit, pendidikan terakhir minimal dokter dan/dokter gigi dan dokter mata.

4. Standar kompentisi Dirikturb.

a. Seorang tenaga medis pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kemampuan dan keahlian dalam bidang perumahsakitan.

b. Berpangkat minimal piñata Tingkat I(III/d)

(15)

d. Atau berpengalaman menjabat kepala Bidang Pelayanan minimal 1 Tahun.

e. Mengikuti pelatihan pelatihan Kepemimpinan, Rencana startigis Bisnis, Rencana Aksi Strategis, Rencana tahunan, Tata kelola Rumah Sakit, Standar pelayanan

2. Kabag Tata Usaha sebagai Pembina kepegawaian dan keuangan RS Asy Asyafi bertanggung jawab langsuing kepada Direktur.

3. Standar kompentisi Kabag Tata Usaha:

a. Seorang pegawai negeri sipil berpendidikan Minimal Strata 1 (S1) b. Berpangkat minimal peñata (III/C)

c. Berpengalaman dibidang Tata Usaha minimal 3 Tahun

d. Mengikuti pelatihan pelatihan dibidang kepemimpinan dan kewirausahaan, Rencana setratigis, Rencana Implementasai, dan rencana tahunan , Sistem Rekrutmen pegawai, system Remunerasi, sistemInformasi Rencana Bisnis.

BAB V

SUSUNAN ORGANISASI, DAN KOMITE MEDIS DAN STAF MEDIS

Pasal 7 Organisasi terdiri dari

RS Asy Asyafi terdiri : 1. Direktur

2. Tata Usaha 3. Kepala Bidang 4. Kepala Sub

(16)

6. Fungsional medis

7. Fungsional Pelayanan dan keperawatan Staf Administrasi Umum dan Keuangan Pasal 8

1. Komite medis adalah sekelompok tenaga medis/Wadah professional Medis yang keanggotaanya dipilih dari dan oleh anggota staf medis Fungsional yang kedudukannya berada di bawah bdan bertangguang jawab kepada direktur.

2. Pembentukan Komite Medis ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur berdasarkan hasil rapat staf medis secara demokrasi dengan masa kerja 3 (tiga) Tahun.

3. Untuk melaksanakan tugasnya komite medis membuat sub komite yang anggoatanya terdiri dari staf medis fungsional.

4. Didalam melaksanakan tugasnya masing-masing sub komite bertangagung jawab kepada ketua komite medis.

Pasal 9

Komite Medis mempunyai fungsi sebagai berikut 1. Memberikan saran kepada Direktur

2. Mengkoordinasikan dan mengarakan kegiatan pelayanan MEDIS. 3. Menangani Hal-hal yang berkaitan dengan etika kedokteran

4. Menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus dilaksanakan oleh semua kelompok staf medis di Rumah Sakit.

Pasal 10

Komite Medis mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Membantu Direktur Rumah Sakit Menyusun Standar Pelayanan medis dan memantaupelaksanaannya.

2. Melaksanakan pembinaan etika profesi dan mutu dan profesi 3. Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf medis

(17)

5. Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan etiko legal.

6. Membantu Diretur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan etiko-legal.

7. Melakukan koordinasi dengan Direktur dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf medis.

8. Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian danpengembangan dalam bidang medis.

9. Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain melalui monitoring dan evaluasikasus bedah, penggunaan obat (drug usage), farmasi dan terafi, ketepatan, kelengkapan da keakuratan rekam medis, tissue review, mortalitas dan morbidilitas medical care review / per review / audit medis melalui pembentukan sub komite–sub komite.

10. Memberikan laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit.

Pasal 11

Komite Medis memiliki Wewenang sebagai berikut :

1. Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis

2. Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis dan penunjang medis serta pengembangan pelayanan medis.

3. Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis sesuai yang

4. tercantum di dalam tugas Komite medis.

5. Monitorig dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat kedokteran di rumah sakit.

6. Melaksanakan pembinaan etika pofesi serta mengatur kewenangan profesi antara kelompok staf medis.

(18)

8. Memberikan rekomendasi tentang kerjasama rumah sakit dan fakultas kedokteran / kedokteran gigi / institusi pendidikan lain.

Pasal 12

Staf Medis adalah dokter, dokter gigi, dokter mata dokter spesialis mata dan dokter gigi spesialis, serta Apoteker yang be kerja purna waktu maupun paruh waktu di Unit pelayanan Rumah sakit.

Pasal 13

Staf medis berfungsi sebagai pelaksana pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang medis.

Pasal 14 Tugas Staf Medis adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi prosedur diagnosis, pengobatan, pencegahan, pencegahan akibat penyakit peningkatan dan pemuliah.

2. Meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan / pelatihan berkelanjut.

3. Menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan medis dan etika kedokteran yang sudah ditetapkan.

4. Menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan pemantau indicator mutu klinik.

BAB VI KEWENANGAN

Pasal 15

Kewenangan staf medis disusun oleh ketua kelompok staf medis dan kemudian diusulkan oleh ketua komite medis kepada direktur untuk ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

(19)

1. Memberikan rekomendasi melalui ketua komite medik / Sub komite kredensial kepada Direktur rumah sakit terhadap permohonan penempatan dokter baru di rumah sakit.

2. Mlakukan penampilankinerja praktek kedokteran berdasarkan data yang komprehensip.

3. Memberikan rekomendasi melalui ketua komite medic / Sub komite kredensial kepada Direktur rumah sakit terhadap permohonan penempatan ulang dokter di rumah sakit.

4. Memberikan kesempatan bagi para dokter untuk mengikuti continuing professional development (CDP).

5. Memberi masukan kepada Direktur rumah sakit melalui komite medis, hal-hal yang terkait dengan praktek kedokteran.

6. Memberi laporan melalui komite medis kepada Direktur.

7. Melakukan perbaikan (up-dating) standar prosedur operasional dokumen terkait.

Pasal 17 Kewajiban staf medis :

1. Menyusun standar operasional pelayanan Medis, bidang administrasi dan keilmuanserta keprofesian

2. Menyusun indikator Mutu klinis.

3. Menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotan

BAB VII RAPAT DIREKSI

Pasal 18

1. Rapat Direksi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali. 2. Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibicarakan hal-hal yang

berhubungan dengan Rumah Skit sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajibannya.

(20)

4. Untuk setiap rapat harus dibuat notulen dan daftar hadir.

BAB VIII PENGAWASAN

Pasal 19

1. Satuan Pengawas Internal adalah Satuan kerja Fugsional yang bertugas melaksanakan

2. pemeriksaan di internal rumah sakit.

3. Satuan Pengawas Internal berada dibawah langsung dan bertanggung jawab kepada Direktur.

Pasal 21

1. Satuan Pengawas Internal (SPI) melakukan pengawasan internal keuangan dan Operasional Rumah Sakit, mulai pengendalian, Pengelolaan dan pelaksanaan pada rumah sakit serta memberikan saran-saran perbaikan. 2. Komite Medis melakukan Pengawasan internal di bidang praktik

kedokteran dalam

3. rangka penyelenggaraan pelayanan profesi agar sesuai dengan standar 4. etika profesi.

Pasal 22

1. Peraturan Internal Rumah Sakit ini selanjutnya akan menjadi pedoman semua peraturn dan kebijakan Rumah Sakit yang dibuat dengan keputusan Direkur.

2. Setiap satuan kerja harus membuat standar prosedur operasional yang mengacu pada peraturan internal Rumah Sakit.

3. Semua Kebijakan Operasional, Prosedur tetap administrasi dan manajemen rumah sakit.

4. Semua kebijakan Operasional, Prosedur tetap administrasi dan manajemen rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan internal ini.

BAB IX

(21)

Pasal 23

Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal di undangkan Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bogor.

Ditetapkan di bogor Pada tanggal :...2018

Bupati Bogor

Referensi

Dokumen terkait

orgazm veya birleþme sorunu olarak tanýmlayabileceði- miz sorunlara viagra gibi ilaçlara baðýmlý olmak isteme- yenler için, tadý garip olan þeyler yiyip içmekten daha kolay

Dalam hal pelayanan kesehatan, hubungan hukum yang terjadi antara dokter dengan pasiennya dimulai ketika seorang pasien datang kepada dokter dan mengutarakan keluhannya

Kembali ke Spoon, buatlah transformasi baru, lalu dengan cara yang sama seperti task 1 dan task 2, tambahkan step input csv.. Sedangkan untuk output, pilih

McLeod, Jr., (2001: 15) menyatakan bahwa data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sebagai contoh, jumlah jam kerja pegawai,

Dari analisis deskriptif dan uji skoring yang telah dilakukan dengan menggunakan kelima parameter tersebut terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang ditawarkan, maka penulis

13 (3) Pernyataan Kanselir Jerm an, Angela M erkel, terka it pe ngungsi dan pencari suaka dari Suriah bahwa M erkel berjanji akan m em berikan perlindungan ekstra ke

kagustuhan ng isang partikular na grupo na nagkakaroon ng sariling pagkakakilanlan. ito rin ay maaring nabuo sa pag-baliktad ng mga salitang Kolokyal/pambansa. Pampanitikan -