• Tidak ada hasil yang ditemukan

25 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "25 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahl"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

25 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli

Dan

Komponennya

– Dalam dunia pendidikan tidak akan terlepas dari

kurikulum. Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang apa itu

kurikulum dan apa saja komponen yang menunjang dalam kurikulum itu

sendiri.

Kurikulum

merupakan sebuah

perangkat

dari mata pelajaran dan

juga program pendidikan yang diberikan oleh lembaga penyelenggara

pendidikan

yang isinya mengenai rancangan pelajaran yang akan diberikan

pendidik kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.

Kurikulum ini tidak sembarangan dibuat, namun disesuaikan pada keadaan

dan kemampuan setiap jenjang pendidikan serta kebutuhan lapangan kerja.

Pengertian Kurikulum

Menurut Para Ahli

Mengenai pengertian kurikulum, banyak sekali pendapat-pendapat yang

diungkapkan oleh para ahli, diantaranya yaitu:

1. UU No. 20 Tahun 2003

Kurikulum merupakan seperangkat

rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara

yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.

2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005)

Kurikulum merupakan niat &

harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program

pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum

sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar

mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta

didik.

3. Drs. Cece Wijaya, dkk

Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas

yakni meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.

4. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan

Kurikulum ialah suatu

formulasi

pedagogis

yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses

belajar mengajar.

5. Harsono (2005)

Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu

gagasan pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum

saat ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud dengan kurikulum itu

tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh program

(2)

6. Prof. Dr. S. Nasution, M. A.

Menjelaskan kurikulum sebagai suatu

rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar

di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab sekolah / lembaga

pendidikan.

7. H. Hasan (1992)

Menurutnya kurikulum itu

bersifat

fleksibilitas.

Yakni sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat,

sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai

sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang

kurikulum.

8. Prof. Drs. H. Darkir

Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat

dalam mencapai tujuan pendidikan. Jadi,

kurikulum ialah program pendidikan

dan bukan program pengajaran, sehingga program itu direncanakan dan

dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar.

9. Hamid Hasan (1988)

Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa

ditinjau dari 4 sudut yakni:

1.

Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui

teori-teori dan penelitian;

2.

Sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari

kurikulum sebagai suatu ide, didalamnya berisi tentang

tujuan, bahan ajar, aktiftas belajar, alat-alat atau media, dan

waktu pembelajaran;

3.

Sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari

kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yakni dalam bentuk

praktek pembelajaran;

4.

Sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum

sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan

kurikulum terhadap peserta didik.

10 Kerr, J.F (1968)

Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang

dirancang dan dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam

sekolah maupun diluar sekolah.

11. George A. Beaucham (1976)

Kurikulum diartikan sebagai

dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan

kepada peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

12. Murray Print

Menjelaskan bahwa

kurikulum ialah ruang

(3)

13. Good V.Carter (1973)

Mengatakan bahwa kurikulum merupakan

sekumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.

14. Inlow (1966)

Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang

dirancang secara khusus guna untuk membimbing peserta didik dalam

memperoleh hasil belajar dari pembelajaran yang sudah ditetapkan.

15. Daniel Tanner & Laurel Tanner

Mereka mengemukakan

pengertian kurikulum sebagai suatu pengalaman pembelajaran yang terarah,

terencana secara sistematis juga tersusun melalui proses rekontruksi

pengetahuan & pengalaman serta berada dibawah pengawasan lembaga

pendidikan sehingga para peserta didik

memiliki motivasi & minat belajar

yang tinggi.

16. Neagley dan Evans (1967)

Mengemukakan kurikulum sebagai

sebuah pengalaman yang telah dirancang dari pihak sekolah untuk

membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang baik.

17. Hilda Taba (1962)

Kurikulum dianggap sebagai

a plan of

learning

yang artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang

direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.

18. Grayson (1978)

Menjelaskan kurikulum sebagai suatu

perencanaan dalam memperoleh pengeluaran yang diharapkan dari suatu

pembelajaran yang telah diajarkan.

19. Crow and Crow

Kurikulum ialah suatu rancangan dalam

(4)

20. William B. Ragam &

Robert S. Flaming

Kurikulum

merupakan keseluruhan pengalaman peserta didik yang menjadi tanggung

jawab pihak sekolah atau lembaga.

21. David Praf

Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari

pendidikan formal / pusat-pusat pelatihan pembelajaran.

22. Saylor (1958)

Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah

untuk mempengaruhi PBM baik secara langsung didalam kelas, tempat

bermain, ataupun di luar sekolah.

23. Valiga, T & Magel, C

Kurikulum merupakan suatu urutan

pengalaman yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan

cara berfikir & bertindak para peserta didik.

24. Bara, Ch (2008)

Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian

yakni:

1.

Kurikulum sebagai suatu produk;

2.

Sebagai program;

3.

Sebagai hasil yang diinginkan atau dicapai;

4.

Sebagai pengalaman belajar.

25. Donald E. Orlasky,

Othanel Smith (1978)

& Peter F.

Olivva (1982)

Menyatakan bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu

bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman peserta didik

yang

diarahkan dan dikembangkan di sekolah.

Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan

pendidikan secara universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah

dan memiliki komponen utama & penunjang yang saling terkait diantara

keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum antara lain yaitu:

Tujuan

: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Materi atau isi

: Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan

oleh pendidik kepada peserta didik.

Media

(sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana

prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

(5)

Proses belajar Mengajar

: Mengarah pada sebuah proses

dalam pembelajaran yang meliputi segala bentuk apresiasi

peserta didik.

Banyak pendapat mengenai komponen-komponen kurikulum, ada beberapa

diantaranya yang hanya mengemukakan empat komponen penting, salah

satunya yaitu Nana Sudjana dan Nasution. Adapun komponen-komponen

yang dikemukakan pada dasarnya tetap sama yaitu:

Tujuan pembelajaran

Isi & struktur kurikulum;

Strategi dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar;

Evaluasi atau penilaian.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa didalam kurikulum itu ada kegiatan

belajar mengajar yang tidak hanya mementingkan bahan ajarnya saja, akan

tetapi juga proses belajarnya itu sendiri yang teramat penting.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli

Menurut Daniel Tanner dan juga Laurel Tanner

pengertian kurikulum ialah pengalaman pembelajaran yang terarah dan

juga terencana dengan secara terstuktur dan juga tersusun dengan melalui

proses rekontruksi pengetahuan serta pengalaman secara sistematis yang

berada dibawah suatu pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar

tersebut mempunyai motivasi dan juga minat belajar.

Menurut Inlow (1966)

Pengertian kurikulum ialah usaha menyeluruh yang dirancang secara

khusus oleh sekolah didalam membimbing murid untuk dapat memperoleh

hasil dari pelajaran yang telah ditentukan tersebut.

Menurut Hilda Taba (1962)

Pengertian kurikulum dituangkan kedalam bukunya yang berjudul

“Curriculum Development Theory and Pratice” ialah sebagai “a plan of

learning” yang mempunyai bahwa kurikulum ialah sesuatu yang

direncanakan untuk dapat dipelajari oleh siswa yang didalamnya

memuat rencana untuk para peserta didik(murid). .

Menurut Kerr, J. F (1968)

(6)

dilaksanakan dengan individu serta juga berkelompok baik itu di luar

ataupun di dalam sekolah.

Menurut George A. Beaucham (1976)

Pengertian kurikulum ialah suatu dokumen tertulis yang didalamnya

terkandung isi mata pelajaran yang akan diajar kepada peserta

didik(murid) dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin

ilmu, rumusan masalah yang dalam kehidupan sehari-hari

Menurut Neagley dan Evans (1967)

Pengertian kurikulum ialah semua pengalaman yang telah dibangung atau

dirancang oleh pihak sekolah untuk dapat menolong para siswa didalam

mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik

Menurut UU. No. 20 Tahun 2003

Pengertian kurikulum ialah suatu perangkat rencana dan juga pengaturan

tentang tujuan, isi, dan juga bahan pengajaran dan cara yang digunakan

ialah sebagai suatu pedoman didalam suatu penyelenggaraan kegiatan

dalam pembelajaran untuk dapat mencapai suatu tujuan pendidikan

nasional.

Menurut Good V. Carter (1973)

Pengertian kurikulum ialah kelompok pengajaran yang sistematik atau

juga urutan subjek yang dipersyaratkan untuk dapat lulus atau juga

sertifikasi dalam pelajaran mayor

Menurut Grayson (1978)

Pengertian kurikulum ialah suatu perencanaan untuk mendapatkan suatu

pengeluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran

Menurut Murray Print

Pengertian kurikulum ialah sebuah ruang pembelajaran yang sudah

terencana diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga

pendidikan dan juga pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa

pada saat kurikulum tersebut diterapkan.

Menurut Crow and Crow

Pengertian kurikulum ialah rancangan pengajaran atau juga sejumlah mata

pelajaran yang disusun secara sistematis untuk dapat menyelesaikan suatu

program untuk dapat memperoleh ijazah.

SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA 1945-2013

(7)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat. Hal ini mengakibatkan semakin cepatnya perkembangan pemikiran peserta didik terutama peserta didik di Indonesia. Perkembangan pesat dari teknologi ini juga berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan oleh guru kepada para peserta didik yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi pendidikan juga sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu kurikulum di indonesia juga sudah kesekian kali diubah untuk menyesuaikan perkembangan pendidikan dengan perkembangan teknologi dan perkembangan peserta didik.

Perubahan-perubahan yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia bertujuan untuk menyesuaikan dan mengembangkan pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum juga ditujukan untuk menyesuaikan perkembangan peserta didik.

Namun dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di indonesia tidak selalu berdampak positif, namun juga ada yang bersifat negatif sehingga diperlukan adanya perbaikan kembali pada sistem pendidikan yang diterapkan pada saat itu.

Dalam makalah ini penulis ingin menguraikan beberapa hal mengenai beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya. Sehingga penulis dan pembaca dapat memahami dan mengambil pelajaran dari rangkuman beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang?

C. TUJUAN

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

A. KURIKULUM

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.

Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni:

1. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup

masyarakat dan falsafah bangsa.

2. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran

-mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap -mata pelajaran.

3. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan

kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.

4. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik

dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

5. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut

metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

(9)

1. KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)

Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):

a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan

pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.

b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun

dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun.

c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai

perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.

a. Rencana pelajaran 1947

Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”, artinya rencana pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikannya lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.

Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat

juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development

(10)

Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:

1) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya

2) Garis-garis besar pengajaran (GBP)

Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :

1) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat;

2) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari

3) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Fokus pelajarannya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :

1) Daya cipta,

2) Rasa,

3) Karsa,

4) Karya,

5) Moral.

Mata pelajaran diklasifkasikan dalam lima kelompok bidang studi.

1) Moral

2) Kecerdasan

3) Emosional/artistik

4) Keprigelan (keterampilan)

5) Jasmaniah.

(11)

Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut

1) Bahasa Indonesia

2) Bahasa Daerah

3) Berhitung

4) Ilmu Alam

5) Ilmu Hayat

6) Ilmu Bumi

7) Sejarah

8) Menggambar

9) Menulis

10) Seni Suara

11) Pekerjaan Tangan

12) Pekerjaan kepurtian

13) Gerak Badan

14) Kebersihan dan kesehatan

15) Didikan budi pekerti

16) Pendidikan agama

(12)

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.

Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1964 adalah:

1) Pengembangan Moral

a) Pendidikan kemasyarakatan

b) Pendidikan agama/budi pekerti

2) Perkembangan kecerdasan

a) Bahasa Daerah

b) Bahasa Indonesia

c) Berhitung

d) Pengetahuan Alamiah

3) Pengembangan emosional atau Artistik

Pendidikan kesenian

4) Pengembangan keprigelan

Pendidikan keprigelan

(13)

Pendidikan jasmani/Kesehatan

d. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Kurikulum 1968 bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fsik yang sehat dan kuat.

Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum bulat. Karena kurikulum ini hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yakni:

1) Pembinaan Jiwa Pancasila

a) Pendidikan agama

b) Pendidikan kewarganegaraan

c) Bahasa Indonesia

d) Bahasa Daerah

e) Pendidikan olahraga

(14)

a) Berhitung

b) IPA

c) Pendidikan kesenian

d) Pendidikan kesejahteraan keluarga

3) Pembinaan kecakapan khusus

Pendidikan kejuruan

2. KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)

Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.

Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik.

a) Kurikulum 1975

Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:

1) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan

baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

2) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang

(15)

3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.

4) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efsien

dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.

5) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem

yang kini sedang berlaku.

6) Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai

dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut.

1) Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus

dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan.

2) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki

arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

3) Menekankan kepada efsiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

5) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus

respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :

1) Tujuan institusional.

Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.

2) Struktur Program Kurikulum.

Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.

(16)

Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu.

a) Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program

pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.

b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap

satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.

c) Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran

bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

d) Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun

pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.

4) Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional)

Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefnisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen PPSI meliputi:

a) Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan

petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.

b) b) Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan

dalam PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektiftas program/ pelaksanaan pengajaran.

c) Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar

siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh para siswa

d) Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru

merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.

e) Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan

(17)

f) Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang

merupakan pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.

5) Sistem Penilaian

Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu.

6) Sistem Bimbingan dan Penyuluhan

Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik.

7) Supervisi dan Administrasi

Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.

Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah

1) Pendidikan agama

2) Pendidikan Moral Pancasila

3) Bahasa Indonesia

4) IPS

5) Matematika

6) IPA

7) Olah raga dan kesehatan

8) Kesenian

9) Keterampilan khusus

b) Kurikulum 1984

(18)

kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi . Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke

dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi

dengan kemampuan anak didik.

3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di

sekolah.

4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.

5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang

pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan

perkembangan lapangan kerja.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa

pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.

2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar

siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fsik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral

adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.

4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk

menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

c) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.

(19)

semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.

d) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah

pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.

1) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984

memiliki enam belas mata pelajaran inti.

2) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan

masing-masing.

3) Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3

jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari.

a) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika

b) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi

c) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi

d) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.

e) B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B

memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.

4) Pentahapan waktu pelaksanaan

Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

a) Kurikulum 1994

(20)

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut.

1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.

Diharapkan agar siswa memperoleh materi yang cukup banyak.

2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup

padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem

kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan

strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fsik, dan sosial.

5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan

kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah siswa.

6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke

hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk

pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, di antaranya sebagai berikut:

1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan

banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan

(21)

Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum dengan diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu :

1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya

menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang

tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

3. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/ 2006)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994) berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik.

Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yangdimaksudkan itu telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasionalsebagai berikut:

1) Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.

2) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.

3) Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4) Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah

5) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan

(22)

Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum KBK sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaannya dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

a) Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan.j pendidikan nasional.

KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.

Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.

Adapun kompentensi sendiri diklasifkasikan menjadi: kompetensi lulusan (dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal (memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa

Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfeksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sedangkan Kurkikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pebelajar, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3).

(23)

Anderson dan Krathwhol (2001:ii), Kompetensi Utama dapat dikelompok menjadi 4 (empat) gugus, yaitu:

a) factual knowledge, menyangkut pengetahuan tentang ftur-ftur dasar

pebelajar dalam disiplin keilmuan dan dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Jenis kompetensi ini, yaitu: pengetahuan tentang terminologi, dan pengetahuan tentang detil spesifk (specific details) serta fturftur dasar (basic elements).

b) conceptual knowledge, meliputi kompetensi yang menunjukkan pemahaman

tata hubungan antar ftur dasar dalam suatu struktur yang lebih luas dan yang memungkinkan berfungsinya ftur-ftur tersebut. Termasuk ke dalam kompetensi ini adalah, pengetahuan tentang klasifkasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsi-prinsip kerja dan generalisasinya, serta pengetahuan tentang teori, model, paradigma dan struktur dasar.

c) procedural knowledge, meliputi pengetahuan dan pemahaman bagaimana

melakukan sesuatu (technical know how), metode inkuiri, dan kriteria dalam menggunakan keterampilan, algotima, teknik, dan metode. Termasuk dalam kompetensi ini, yaitu pengetahuan tentang keterampilan khusus ( subject-specific skills) dan perhitungan-perhitungan (algorithm), pengetahuan tentang teknik dan metode khusus (subject-specific techniques and methods),serta pengetahuan tentang kriteria penggunaan sebuah prosedur yang tepat.

d) metacognitive knowledge. merupakan kompetensi yang menyangkut tentang

pengetahuan terhadap kognisi secara umum dan kesadaran serta memahami kognisi diri sendiri. Kompetensi ini meliputi 3 hal, yaitu: pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk pengetahuan tentang kontekstualitas dan kondisi khusus, dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan lima unsur pokok yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu: Pengembangan kepribadian (MK), pengembangan keahlian dan keterampilan (MKK), pengemabngan keahlian berkarya (MKB), pengembangan perilaku berkarya (PPB), dan pengembangan berkehidupan bermasyarakat (PBB).

Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah.

1) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi

Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know,learning to do, learning to live together, dan learning to be.

2) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses

(24)

3) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah

mata pelajaran belum bisa dikurangi.

4) Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode

pembelajaran PAKEM dan CTL,

5) Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian

memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis kelas.

6) KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB),

penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS).

b) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum,

(25)

3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan

pendidikan, dan

4) Kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifkasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Dengan demikian diharapkan KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

1) Tujuan diadakannya KTSP

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.

(26)

KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal berikut :

a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi

dirinya.

b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan.

c) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah

sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.

d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum

dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

e) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya

masing-masing.

f) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah

lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.

g) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakatdan lingkungan yang berubah

secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut.

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan

lingkungannya.

b) Beragam dan terpadu.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d) Relevan dengan kebutuhan.

e) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan

tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan.

g) Belajar sepanjang hayat,

h) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.

(27)

Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut.

a) Visi dan misi satuan pendidikan

Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.

b) Tujuan pendidikan satuan pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c) Kalender pendidikan

Kalender pendidikan untuk pengembang kurikulum jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.

d) Struktur muatan KTSP

Struktur muatan KTSP terdiri atas.

 Mata pelajaran

 Muatan lokal

 Kegiatan pengembangan diri

 Pengaturan beban belajar

 Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

 Pendidikan kecakapan hidup

 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

e) Silabus

(28)

f) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

4. KURIKULUM 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.

Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah;

2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;

3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

(29)

Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:

1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD).

2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran

3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, konsep, generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based curriculum” atau “content-based curriculum”.

6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.

7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.

(30)

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran.

2) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.

3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya.

7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.

8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan..

9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

10) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

(31)

- Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X

- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI

- Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

2) Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015

3) Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014

4) Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013

5) Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016

1. Kurikulum 1975

Disebut demikian karena pembakuannya dilakukan pada tahun 1975 dan berlaku mulai tahu itu pula. Kurikulum 1975 menyempurnakan atau bahkan merubah kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1968. kurikulum 1975 banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Behavioral; segala sesuatu diukur dari hasilnya, dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur. Oleh sebab itu, kurikulum 1975 berorientasi pada tujuan yang dirumuskan secara operasional dan behavioral. Bentuk kurikulum yang demikian dipandang mengandung beberapa kelemahan, antara lain terlalu terpusat pada pencapaian tujuan, sehingga melupakan proses yang dalam dunia pendidikan sangatlah penting.

2. Kurikulum 1984

Kurikulum ini banyak dipengharuhi oleh aliran psikologi Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya. Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan.

3. Kurikulum 1994

Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya dengan dasar kurikulum 1984 pada kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif.

4. Kurikulum 2004

Kurikulum ini disusun lebih kompleks sebagai pengembangan kurikulum sebelumnya , tujuan terarah pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pengembangan ada pada guru dan sekolah. Semua proses terstandarisasi mulai dari proses pembelajaran hingga hasil belajar siswa. Perubahan total nampak jelas jika dibandingkan antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 dengan alasan relevansi. Kurikulum ini populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Konpetensi)

Untuk mempermudah memahami kurikulum dari tahun 1974 hingga 2004 maka perhatikan tabel perbandingan kurikulum dibawah ini :

Ditjen Dikti, Kemendikbud, Senin (15/12/2014): 6. Kurikulum 1984

Kurikulum ini dikenal dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dengan pendekatan keterampilan proses (skill approach), guru menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum memberikan latihan kepada peserta didik.

(32)

tersebut.

Orientasi Kurikulum 1984 adalah tujuan instruksional. Tujuan tersebut didasari pandangan bahwa sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas. 7. Kurikulum 1994

Penyempurna Kurikulum 1984 ini mengubah sistem pembagian waktu pelajaran, dari semester ke caturwulan. Dengan begitu, siswa diharapkan dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Penekanan pengajaran adalah pada pemahaman konsep serta keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Kurikulum 1994 bersifat populis. Artinya, satu kurikulum diberlakukan secara merata untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

8. Kurikulum 2004

Kurikulum 2004 lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Titik beratnya adalah pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Karena berorientasi pada pencapaian kompetensi individu siswa itulah, maka

penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Siswa dapat mencari sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif. Proses penilaian menekanakan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

9. Kurikulum 2006 (KTSP)

Setelah KBK, lahirlah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum yang diluncurkan pada 2006 ini memberikan otoritas kepada guru dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolahnya.

Dalam mengembangkan kurikulum, guru mengacu pada kerangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL) serta standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD). Ketiga parameter tersebut sudah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (kini Kementerian Pendidikan dan Kebudayan - red) untuk setiap mata pelajaran pada tiap jenjang pendidikan.

10. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah dicetuskan pada masa

kepemimpinan Mendikbud M Nuh untuk menggantikan KTSP. Ia menekankan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk memahami materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Pada kurikulum 2013, siswa harus mengikuti mata pelajaran wajib dan bisa menentukan sendiri mata pelajaran pilihan mereka. Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah yaitu di SMA dan SMK.

(33)

dasar (SD). Pendekatan ini mengintegrasikan seluruh mata pelajaran dalam bentuk tema-tema. Artinya materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu. Kontroversi seputar Kurikulum 2013 muncul karena penerapannya dinilai tergesa-gesa dan tanpa evaluasi mendalam terhadap KTSP. Beberapa hal yang menjadi sorotan pokok pelaksanaan kurikulum 2013 adalah kesiapan guru, kesiapan fasilitas sekolah dan kesiapan logistik seperti buku teks.

(34)

REFERENSI

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju

Referensi

Dokumen terkait

Melalui beberapa produk TAMAPAN berupa tabungan tempat tinggal, tabungan biaya kuliah, tabungan modal usaha, tabungan investasi, dan pembiayaan usaha maka mahasiswa

Matematika disebut sebagai bahasa universal karena matematika merupakan bahasa simbolis yang mampu melakukan pencatatan serta mengkomunikasikan ide-ide berkaitan

Dari hasil perhitungan diperoleh hubungan yang menunjukkan nilai kuat tekan pada bata ringan berbahan dasar tailing berdasarkan variasi campuran serta umur benda uji di

Walaupun dari hasil penelitian ada juga yang menilai anak laki- laki tidak berperan di dalam keluarga Lampung hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa zaman sudah

Zato pri podpori novonastali državi Kosovo s strani ZDA in tudi ključnih evropskih držav ne gre toliko za reševanje kriznega območja, temveč predvsem za spreminjanje

Pengamatan terhadap aspek reproduksi cumi tarusan (Loligo edulls) di perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat telah dilakukan pada Oktober 1996 sampai dengan

Faktor penyebab utama pada ACS adalah kurangnya aliran darah ke miokard yang terbanyak sering disebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis ditandai dengan adanya akumulasi

Dalam penelitian ini, untuk mengukur efektivitas transmisi kebijakan moneter, berdasarkan eksekusi model ECM pada jalur suku bunga, nilai tukar dan kredit, diperoleh