• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengertian manusia menurut al quran 4.do

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengertian manusia menurut al quran 4.do"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME AGAMA

DISUSUN OLEH :

DINA BELLA FRANSISKA

NIM : 1615401037

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PRODI DIII KEBIDANAN

(2)

RESUME AGAMA

1. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Itu terbukti, Di dalam kitab suci Alquran sebagai kitab penghulu dari segala kitab, di dalamnya, Allah SWT menggunakan beberapa istilah yang pada dasarnya ayat Al-Quran tersebut menjelaskan tentang apa saja konsep manusia, bahkan istilah-istilah itu disebutkan lebih dari satu kali. Istilah-istilah manusia dalam Alquran memiliki arti yang berbeda-beda. Berikut 5 istilah 'manusia' dalam Alquran, Sebaaimana dihimpun oleh coretan binder hijau dari berbagai sumber :

a. Al Basyr, Istilah ini menunjukkan makna bahwa manusia adalah anak keturunan Nabi Adam as dan makhluk fisik yang juga membutuhkan makan serta minum. Kata 'basyar' sendiri disebutkan sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam bentuk 'mutsanna' atau 'jama'. Sebagai makhluk yang bersifat fisik, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Kehidupan manusia terikat dengan kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak.

b. Al Insan, memiliki arti melihat, mengetahui, dan minta izin. Istilah ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan menalar dan berpikir dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui yang benar dan yang salah, serta dapat meminta izin ketika menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Manusia dalam istilah ini merupakan makhluk yang dapat dididik, memiliki potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

c. Al Nas, menunjukkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia harus menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Dari awal terciptanya, seorang manusia berawal dari sepasang laki-laki dan wanita. Ini menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan saling membantu.

(3)

mengingatkan dengan manusia lain agar tidak terjerumus dalam perbuatan dosa. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam untuk beribadah.

e. Al Ins, meiliki arti tidak liar atau tidak biadab. Istilah Al Ins berkebalikan dengan istilah al jins atau jin yang bersifat metafisik dan liar. Jin hidup bebas di alam yang tidak dapat dirasakan dengan panca indra. Berbeda dengan manusia yang disebut menggunakan istilah al ins. manusia adalah makhluk yang tidak liar, artinya jelas dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kata Al Ins disebutkan sebanyak 18 kali dalam Alquran, masing-masing dalam 17 ayat dan 9 surat.

2. PROSES KEJADIAN MANUSIA DALAM AL’QUAN

Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah. Terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang hal ini, di antaranya adalah Surat Al-Mu’minun 12-14, Al-Hajj:5, Ar-Ruum:20, Al-an’am:2, Al-A’raaf:, As-Sajdah: 7. Perhatikan ayat-ayat Al Qur-an berikut yang menjelaskan tentang hal tersebut :

َة َـــقَلَعلا ا َـــنْقَلَخَف ًة َـــقَلَع َة َـــفْطّنلا ا َـــنْقَلَخ ّمُث ٍنـــْيِكَم ٍراَرــَق ىِف ًةــَفْطُن ُهاـَنْلَعَج ّمُث ٍنْـيِط ْنِم ٍةَلَلُس ْنِم َناـَسْنِلْا اَنْـقَلَخ ْدَقَل َو َنْـيِقِلاَخلا ُنـَس ْحَأ ُا َكَراَـبَتَف َرَـخآ اًـقْلَخ ُهاَـنْأـَشْنَأ ّمُث اـًم ْحَل َماَظِعلْا اَنْوَسَكَف اًماَظِع َةـَغْضُمْلا اَـنْقَلَخَف ًةَـغْضُم “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal dari tanah). Lalu Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Lalu air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Lalu Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik ” (QS Al-Mu`minun:12-14)

(4)

sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami air diatasnya , hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan bermacam tumbuhan yang indah (QS.Al Hajj:5)

Tahapan-tahapan yang dipahami sain, yaitu terjadi pertemuan spermatozoa (laki-laki) dengan ovum (wanita). Sel telur (ovum) dibuahi spermatozoa sehingga terbentuk zygote yang kemudian berkembang menjadi embrio dan janin manusia. Pada suatu tahap proses pembentukan manusia tersebut, Allah meniupkan ruh sebagaimana firmanNya:

َنوُرُكْشَت اَم ليِلَق َةَدِئْفراَو َراَصْبراَو َعْمّسلا ُمُكَل َلَعَجَو ِهِحوُر ْنِم ِهيِف َخَفَنَو ُهاّوَس ّمُث “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya, dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikitu sekali bersyukur” (As Sajadah:9)

Hadits Rasulullah SAW. yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menjelaskan lebih rinci lagi, yaitu :

“ Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari sebagai nutfah, kemudian sebagai ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai mudghah (segumpal daging) seperti itu, kemudian diutus Malaikat kepadanya, lalu Malaikat itu meniupkan ruh ke dalam tubuhnya”

Pada tahapan selanjutnya, janin setelah menjalani masa dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari kemudian lahir sebagai seorang bayi yang berkembang menjadi seorang balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua-renta dan kemudian kembali kepada Allah.

3. TUJUAN DAN FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot deprogram untuk mematuhi setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya.

Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56. ِِنوۥدۥﺐْﻌَـڍِﻟ َﻵِﺇ َﺲﻨ ِْﻹٱَو ّنِجْﻟُﺍُتـْقََﻟَﺨﺎَـمَو

“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka untuk menyembah kepada-Ku.”

(5)

berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical maupun horizontal.

Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan tersebut harus dilakukan secara sukarela tanpa paksaan, hanya karena Allah (penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah di muka bumi). Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum. Hukum kemanusiaan yang telah Allah tekankan. Kekacauan kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan tatanan kehidupan kemanusiaan mereka sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain.

َنﻴِﻤﻠٰـَﻌﻠّﻠ ًﺔَﻤْﺤَرّﻻِٳ َكٰـﻨْـﻠـَس ْرَٲآَـمَو

“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadikan rahmat bagi semesta alam” (Al-Anbiya 107)

Maka jalaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik jika manusia dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal selain naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan dengan misi penciptaan dirinya. Islam merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita, surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama yang dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan, kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia.

(6)

Mite Sisifus mengatakan bahwa sastra tidak boleh memihak apapun, kecuali dirinya sendiri. Pernyataan ini jelas bertentangan sekali dengan apa yang disampaikan Seno Gumiro Ajidaima dalam esainya kehidupan sastra dalam pikiran yang mengatakan, ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena jika jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran. Sastra tentu saja harus berfihak pada kebenaran dan keadilan, pada nilai-nilai Islam tanpa harus kehilangan nilai estetikanya (Helfi Tiana, 2001)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini”. Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman “ sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqoroh 130). Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna. Perngakat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki waktu untuk mengembangaka potensi itu.

Pada saat lahir manusia, belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti sekarang. Mereka baru bisa mendengar. Setelah itu diberikanlah penglihatan, kemudian ia mengembangkan organ-oragan geraknya agar dapat berdiri dan berjalan, ia mendapatkan informasi berupa suara, warna, rasa, bau dan tekstur, mulailah memiliki kemampuan berbahasa. Dia mulai dapat mempelajari hidup. Aqalnya semakin berkembang. Saat akalnya berkembang inilah seharusnya manusia diajarkan tentang Allah dan syariat yang dibebankan padanya. Sebab pada masa ini, nafsu dan emosi manusia belum sempurna, sehingga akal masih mendominasi fikiranya. Akal adalah elemen hati yang patuh kepada Allah. Emosi dan keinginannya belum sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan, minum, perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih, senang,dsb. Jika pada masa ini manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlak mulia, tugas manusia, insya Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka sangat penting nuntuk mengembangkan akal secara maksimal pada tahap-tahap awal.

(7)

khalifah. Tetapi ada satu hal yang mungkin dilupakan manusia, yaitu kedewasaan ruh. Dan ternyata tidak semua manusia berkembang dengan pesat diwaktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh pada nabi dan rosul saja yang berkembang pesat. Ruhnya disaan masih bayi. Sedangkan yang lain berumur tujuh tahun barulah berkembang pesat dan ada pula yang ruhnya malah makin kedil tidak berkembang. Ruh inilah yang didalamnya terdapat potensi pengenalan kepada Allah yang telah menciptakan segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah tujuan manusia diciptakan agar mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah alamat, dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah cara.

Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah selain-Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah gelisah dan gundah gulana.

Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyal suatu ciptaan. Allah menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang besar,untuk menjadi khalifah di bumi. Tetapi kita sering meipakan Allah disebabkan kta terlalu asyik dengan pekerjaan kita. Dan tidaklah kita ciptakan langit dan bumi dan segalanya yang ada diantara keduanya dengan bermain-main (QS. Al-Anbia’: 16). Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka (Az-Zukhruf: 83). Sesunggunya kami telah mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesunguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh (QS. Al-Absab:72).

Tujuan penciptaan manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).

(8)

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).

Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang lurus. (Bayinnah, 98:5)

Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.

Fungsi dan peranan manusia dalam islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

a. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

b. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan

c. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.

(9)

Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”

 Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172

 “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”

 Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.

4. SIFAT-SIFAT MANUSIA MENURUT ISLAM

a. Selalu berangan-angan. Firman Allah : …..dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.(Al hadid : 14)

b. Berlaku Tidak adil/curang. Firman Allah : Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.(Hud : 85)

(10)

d. Suka berdebat. Firman Allah : Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).(Albaqarah: 176)

e. Suka membuat kerusakan Firman Allah : Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (Ali Imran:64)

f. Suka meremehkan. Firman Allah : Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini? (alwaqiah : 81)

g. Hitung-hitung rezeki. Firman Allah : Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(An Nahl:18)

h. Mencampur aduk yang hak dan batil . Firman Allah : Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?(Ali Imran 71)

i. Suka mengejek dan berolok-olok: Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-ayat-ayat-Nya kamu selalu berolok-olok?”(Attaubah : 65)

j. Suka mengambil hak orang lain. Firman Allah Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. (Ataubah:34)

k. Berlebih-lebihan hingga melampaui batas. Firman Allah : Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (Al Alaq:6)

5. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN

Manusia dan makhluk lainnya itu memiliki persamaan dan juga perbedaan. Salah satunya adalah manusia dan makhluk lain memiliki tujuan yang sama dalam hal penciptaan yaitu untuk beribadah kepada Allah. Sedangkan dalam hal raga dan ruh manusia memiliki perbedaan. Raga manusia termasuk ke dalam derajat terendah diantara makhluk lainnya sedangkan ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi.

(11)

esensi sifat-sifat ruh yang diberikan Allah. Tidak ada satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatan ruh ini, baik itu malaikat maupun jin.

1) Quraish Shihab:Membumikan Al Quran : 28) 2) QS. Ar Rum 30

Berikut ini persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lainnya : 1. Persamaan

- Semua makhluk termasuk manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.

- Tujuan penciptaannya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. - Semua makhluk akan kembali kepada Allah.

- Dan tiap-tiap makhluk ada di dalam penjagaan dan pengawasan Allah. 2. Perbedaan

- Manusia memiliki hati nurani dan juga nafsu tapi makhluk lain hanya memiliki salah satunya saja.

- Derajat manusia sejati adalah lebih tinggi dari makhluk yang lain.

- Manusia tercipta dari tanah sebagai jasad dan nur sebagai hati. Sedangkan makhluk lain tidak ada yang tercipta dari tanah dan nur.

- Bentuk ibadah manusia telah diatur di dalam Al Qur’an. - Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan kehidupannya.

6. EKSITENSI DAN MARTABAT MANUSIA Tujuan Penciptaan Manusia

Setiap penciptaan sesuatu, pastilah punya tujuan. Seperti sama-sama telah kita ketahui, tiada sesuatupun diciptakan-Nya tanpa tujuan (QS. 3:191). Lalu apakah tujuan penciptaan kita (manusia) di bumi ini oleh Allah Ta’ala? Hal ini sangat penting sekali kita ketahui apabila kita ingin berjalan di muka bumi ini sesuai dengan apa kehendak sang pencipta. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia ada 3 (tiga) yaitu: Menjadi ABDI ALLAH (QS 51:56)

(12)

Contohnya seperti makna tersirat dari kisah Nabi Musa, ketika Musa A.S membebaskan Bani Israil (juga bermakna batin nafs muthmainnah) dari perbudakaan Fir’aun (makna batin: hawa nafsu dan syahwat), menuju tanah suci yang dijanjikan (makna batin: qalbun salim).

Menjadi SAKSI ALLAH (QS 7:172)

Sebelum lahir ke dunia ini nafs manusia berjanji (saksi; asyhadu, syahid, syuhada) kepada Allah Ta’ala di alam Alastu, mempersaksikan bahwa hanya Allah-lah Rabb-nya (Q.S. 7:172). Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.

Pada saat ini pula Allah Ta’ala telah menentukan kepadanya empat perkara , yaitu: (1) Ajal, (2) Rezeki, (3) Amal, serta (4) Keberuntungan dan Musibah (Hadits riwayat Muslim). Dari hadits ini, berbeda dengan anggapan umum, kita lihat bahwa jodoh tidak masuk ke dalam yang ditentukan saat itu.

Di sini pula kita sering tergelincir memaknai ’syuhada’. Kata ’syuhada’, akar katanya sama dengan kata pada syahadat kita ‘Asyhadu’, artinya bersaksi, mempersaksikan dengan sepenuh kepercayaan, dengan sepenuh keyakinan (mengenai Tuhannya). Kata ’syuhada’ tidak semata-mata berarti orang yang mati di medan perang. Kata ’syuhada’ berarti ‘orang yang telah mempersaksikan’.

Di zaman Rasulullah, mereka yang gugur ketika berniat mengorbankan jiwa mereka untuk Allah melalui jalan yang tersedia dan dibutuhkan ummat pada masa itu (berperang), yang pengorbanannya diterima oleh Allah, dianugerahi sebuah ‘penyaksian (akan kebenaran)’ melalui gugurnya mereka di medan perang. Maka, belum tentu setiap orang yang gugur di medan perang adalah ’syuhada’. Juga hal ini berimplikasi bahwa banyak cara lain menjadi seorang ’syuhada’ selain melalui peperangan.

Menjadi KHALIFAH ALLAH (QS 2:30)

Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Adam A.S bukanlah manusia pertama, tetapi ia adalah khalifah pertama. Sebelumnya terdapat manusia-manusia yang tidak bertugas sebagai khalifah, seperti Pitecanthropus, Meganthropus, Paleo Javanicus, dsb. Lihatlah penggunaan kata: ‘Khalifah’ bukan ‘Insan’ di ayat tersebut.

(13)

berbuat yang Allah telah tentukan kepadanya di alam Alastu.

Masing-masing orang punya “Misi Suci” yang berbeda-beda, yang telah Allah tugaskan kepadanya. Berdasarkan misi suci inilah “untuk apa” seseorang diciptakan dan “menurut apa dimudahkan kepadanya”.

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan:

Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, sudahkah dikenal para penduduk neraka dan penduduk surga?” Jawab Rasulullah: “Sudah.” Lalu ia kembali bertanya: “Kalau begitu untuk apa manusia beramal ?” Rasulullah SAW menjawab: “Mereka beramal untuk apa dia diciptakan dan menurut apa yang dimudahkan kepadanya”. (Hadits Riwayat Bukhari).

Kebanyakan manusia tidak mengetahui untuk apa dia dicipta di dunia ini. Sehingga -masuk akal- apabila ia tidak dapat menjadi wakil serta penjelmaan citra Allah di muka bumi sebagai khalifah (pemakmur bumi).

Ketika seorang berkarya di bumi ini sesuai dengan Misi Hidup nya, maka secara langsung ia telah berkarya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki padanya. Maka secara langsung pula ia telah menjadi Abdi Allah (QS 51:56) secara hakiki.

Fungsi dan Peranan yang diberikan Allah pada Manusia Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah a. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

(14)

muslim sejati dimana seorang muslim yang mengerjakan kelima rukun Islam maka akan bisa memberikan warna yang baik dalam bermuamalah dengan sesama manusia dan banyak memberikan manfaat selama bermuamalah itu. Disamping itu segala aktifitas yang kita lakukan baik itu aktifitas ibadah maupun aktifitas keseharian kita dimanapun berada di rumah, di kampus di jalan dan dimanapun haruslah hanya dengan niat yang baik dan lillahi ta'ala, tanpa ada motivasi lain selain ALLAH, sebagai misal beribadah dan bersedekah hanya ingin dipuji oleh orang dengan sebutan “alim dan dermawan”; ingin mendapatkan pujian dari orang lain; ingin mendapatkan kemudahan dan fasilitas dari atasan selama bekerja dan studi dengan menghalalkan segala cara dan lain sebagainya. Sekali lagi jika segala aktifitas bedasarkan niatnya karena Allah, dan dilakukan dengan peraturan yang Allah turunkan maka hal ini disebut sebagai ibadah yang sesungguhnya. Di dalam Adz Dzariyat 56: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah sama sekali tidak membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun semua orang di dunia ini menyembah-Nya, melakukan sujud pada-menyembah-Nya, taat pada-menyembah-Nya, tidaklah hal tersebut semakin menyebabkan meningkatnya kekuasaan Allah. Demikian juga sebaliknya jika semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi sedikitpun kekuasaan Allah. Jadi sebenarnya yang membutuhkan Allah ini adalah kita, yang tergantung kepada Allah ini adalah kita, yang seharusnya mengemis minta belas kasihan Allah ini adalah kita. Yang seharusnya menjadi hamba yang baik ini adalah kita. Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terimakasih kepada-Nya, atas nikmat yang diberikan-Nya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa, Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” [2 : 21] Dan satu hal penting yang harus dicatat adalah bahwa beribadah hanyalah kepada Allah saja, menggantungkan hidup ini hanyalah kepada-Nya saja. Dunia ini adalah instrumen semata, yang akan berperan sebagai bahan ujian dari-Nya. b. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah

(15)

Malaikat:'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.' Jika tugas manusia adalah sebagai seorang pemimpin, tentu ia harus dapat membangun dunia ini dengan sinergis, dapat melakukan perbaikan-perbaikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar sesama itu sendiri.

Tanpa kepekaan dan pengasahan diri sejak awal serta menggali pengalaman sebagai seorang pemimpin yang sesugguhnya maka akan sangat jauhlah diri kita dengan sebutan “Kalifah di muka bumi”, ini seperti halnya “sipunguk merindukan bulan”, tanpa berbuat sesuatu namun mengharapkan sesuatu yang besar. Seorang pemimpin dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, kemampuan untuk mengolah dan mengeksplorasi alam, maka sebenarnya ia tak boleh semena-mena terhadap.

Akan tetapi jika fungsi kekalifahan di bumi yang diberikan Allah dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka begitu besar keberuntungan yang akan diperolehnya, sebagaimana yang dilakukan nabi Saleh kepada umatnya "Dan kepada Tsamud [Kami utus] saudara mereka Shaleh. Shaeh berkata: 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi [tanah] dan menjadikan kamu pemakmurnya , karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat [rahmat-Nya] lagi memperkenankan [do'a hamba-Nya].' [11:61] Maka hendaknya kita berhati-hati, akan amanah yang telah diberikan Allah kepada kita, karena sebenarnya setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya masing-masing di sisi Allah

Pedoman Dan Bekal Manusia.

(16)

kullu ulaaaika 'anhu mas'uula, (sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, tiap-tiap dari mereka akan dimintai pertangunggjawabannya).

Allah telah memberikan banyak hal kepada kita, pedoman yang berupa Al Quran, demikian pula Allah telah memberikan bagi kita bekal berupa mata, telinga, dan hati yang bisa digunakan untuk mencerna ayat-ayat Allah dan petunjuk Rasulullah SAW. Karenanya sangatlah adil jika kemudian Allah menuntut tanggungjawab kita sebagai manusia. Selama di dunia ini, apa saja yang telah kita lakukan. Al Qur'an yang kita punya, kita gunakan untuk apa saja, apakah memang telah kita gunakan sebagai pedoman dalam keseluruhan aspek kehidupan, ataukah kita abaikan begitu saja. Demikian pula petunjuk yang diberikan Rasul, apakah kita taati, ataukah selama ini kita hanya menggunakan Sunnah Nabi dan al Qur'an sebagai pembenar-pembenar saja dari apa yang ada pada pikiran kita. Karenanya Allah menegaskan, bahwa pertanggungjawaban manusia itu akan diminta. Akan tetapi manusia banyak yang mengira bahwa hidup ini dibiarkan begitu saja, atau barangkali ia tahu akan tetapi tidak menyadarinya, karena tertutupi penglihatannya dengan fatamorgana dunia. Karenanya tidaklah salah jika Allah dengan pertanyaan retorisnya mengatakan : 'Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpa pertanggung jawaban]?' [75:36].

'Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.' [15:92-93]. Dan ayat yang lain: 'Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,' [74:38].

Dalam surat Al zalzalah yang menceritakan hari kiamat Allah memberikan gambaran bahwa di hari itu, manusia akan keluar dari kuburnya dalam berbagai macam keadaan sesuai dengan amalan yang telah mereka kerjakan, "Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka [balasan] pekerjaan mereka" [99:6]. ''Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya pula.'' (99:7-8)

(17)

demikian menanamkan semangat bahwa sesuatu yang kita lakukan selalu saja ada pertanggungjawabannya, dan setiap lintasan pikiran yang ada di hati kita juga diketahui oleh Allah SWT, maka barangkali harus selalu kita camkan, agar kita berhati - hati dalam berbuat dan bertingkah laku serta kita luruskan segala niat kita untuk menggapai Ridho Allah SWT semata.. Dan dihari kiamat itu Allah akan memasang timbangan yang akan menimbang amal dan dosa manusia dengan seadil-adilnya, tanpa kezaliman sedikitpun. Meski sedikit sebuah amal, maka ia akan tertimbang juga, demikian pula meski sedikit dosa yang terpercik akan ada nilai yang diperhitungkan pula. Tak kan ada yang dirugikan dalam penimbangan itu. Semuanya tergantung dari manusia,dan semuanya tergantung pada sikap kita selama di dunia. "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika [amalan itu] hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan [pahala]nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan."

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akhir ini yang berjudul “ Analisis Perangkat Keras Pada Robot Keseimbangan Dengan Menggunakan Metode Auto Tuning PID” dengan baik4. Laporan Akhir ini dibuat untuk

Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa komposisi jenis kupu-kupu famili nympalidae di Bukit Cogong Kabupaten Musi Rawas yang paling tertinggi yaitu pada spesies Junonia

Hasil penelitian yang diteliti dapat disimpulkan bahwasannya pengaruh penambahan bungkil kelapa sawit pada jerami padi terfermentasi tidak memberikan pengaruh yang nyata

Selain itu pula dalam rangka mengeliminir perekrutan pelaku terorisme pemerintah dapat bersinergi dengan para tokoh setiap agama yang ada di Indonesia untuk melepaskan

Menurut Northcraft & Neale (1994:5) efektifitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan utama atau misi perusahaan. Efektifitas sistem informasi

Bank Jabar Banten juga harus menjaga tingkat kesehatan bank tetap baik atau. sangat baik, agar nasabah percaya uang yang di simpan di bank tersebut

SKRIPSI PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA …… NORA WIDYAYATI i.. PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA, KETERLIBATAN

dalam sistem perkawinan adat yang mereka miliki. Jika seseorang pemuda hendak meminang perempuan Lampung, biasanya dari pihak keluarga perempuan memiliki permintaan