PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 1
Bab 7
Basic Desain
7.1Pelaksanaan Konstruksi Sipil
Pada Bab ini akan diuraikan ketersediaan head sesuai dengan kondisi lapangan,
dilanjutkan dengan perhitungan daya. Untuk uraian bangunan air pada PLTM Kaliwadas
direncanakan di Saluran Irigasi Primer atau Induk Kesesi. Bangunan air yang dibuat pada
saluran primer tersebut, adalah bangunan bagi yang berfungsi untuk mengatur tinggi
muka air dan membagi air ke saluran tersier yang sudah ada serta untuk rencana
keperluan pembangkit PLTM Kaliwadas. Mempertimbangkan kriteria disain dan disain,
secara bersamaan melakukan penggambaran infrastruktur PLTM. Kriteria teknis menjadi faktor utama namun tidak meninggalkan faktor estetika.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 2 7.1.1 Rencana Pekerjaan Bangunan Air ( Bangunan Bagi )
1. Lokasi Bangunan Pembagi
Rencana bangunan pembagi ditempatkan pada Saluran Irigasi Induk Kesesi yang
terletak di hulu bangunan terjun ( B.Ki.1 ). Rencana pintu pengambilan (intake)
untuk keperluan pembangkit direncanakan dibuat disebelah Kanan saluran induk.
Lebar Saluran Induk Kesesi yang akan dibuat bangunan pembagi untuk keperluan pembangkit 9,5 m dan keperluan irigasi terseier adalah 1,5 m.
2. Tinggi Muka Air Maksimum di Saluran Primer
Tinggi muka air maksimum saluran primer (tinggi muka air sebelum ada
bangunan) dihitung berdasarkan Q banjir 50 th = 82.05 m³/dtk dengan
menggunakan rumus Chezy :
V = C R.S Langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
Data
Debit Banjir Rencana : Qbjr = 82.05 m ³/dtk
Lebar Rata-Rata : b = 6 m
Kemiringan Tebing Talut : 1 : 1
Gradien Rata-Rata : S = 0.005
Saluran Berbatu : = 0.02 Luas Penampang Basah : A = (b+mh)h
Keliling Basah : P = b + 2h 1 + m² Jari-jari Hidrolis : R = A/P
Koefisien Pengaliran : C = 87( 1+ / R)
Kecepatan Aliran Sungai : V = C R.S
Debit : Q = A.V
3. Lebar Bangunan Pengambilan
Yang dimaksud dengan lebar bangunan pengambilan adalah lebar saluran
pengarah yang mengarahkan air dari saluran primer ke headpond. Untuk tidak
terlalu banyak menggangu aliran saluran irigasi setelah ada bangunan bagi
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 3 sama dengan lebar normal saluran (B= Bn). Lebar rencana bangunan pengarah
ditetapkan = 9,5 m
Pintu Bangunan Bagi ( Saluran Pengarah )
Pintu bangunan saluran pengarah dibuat untuk mengatur tinggi muka air dan debit
saluran primer yang masuk ke headpond. Lebar pintu saluran pengarah ditentukan
oleh besarnya debit yang melewati bangunan bagi.
Banyaknya serta dimensi pintu saluran pengarah yang dipergunakan adalah
sebagai berikut :
Q = µ a B ( 2gh )^0.5
Dimana :
Q = Debit yang melalui pintu saluran pengarah, (m³ /dtk)
m = Koefesien debit 0.90
µ = Koefesien debit 0.90
B = Lebar pintu, (m)
g = Percepatan gravitasi, (m/dtk2) h = Kedalam air di depan pintu, (m)
Dari persamaan diatas jumlah dan dimensi pintu bagi adalah 2 x (1.7m x
2.5m)
7.1.2 Rencana Pekerjaan Headpond
Aliran sebelum masuk ke pipa pesat perlu dibuat seragam tidak terjadi turbulensi.
Sehubungan dengan hal tersebut, kriteria perencanaan bak penenang adalah : - Dasar pipa pesat berada di atas permukaan sedimen yang direncanakan.
- Pada saat down surging, posisi “down surge water level – DSWL” di atas
dasar pipa pesat (S) adalah 2 x diameter pipa pesat (D) atau kedalaman bak
penenang ditentukan berdasarkan ukuran posisi pipa pesat dari muka air (S)
adalah :
2 / 1
D V C
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 4
dimana
C = 0,54
V = kecepatan pada pipa pesat (m/detik)
D = diameter pipa pesat
Dari kedua harga S dipilih harga S yang terbesar
Dimensi bak penenang direncanakan sebagai berikut : Lebar bak penenang minimal
B = 3 x lebar dasar saluran pembawa
= 3 x 4,5 = 13,5 m Panjang bak penenang minimal
L = 2,5 x B
= 2,5 x 13,5 = 33,75 m (direncanankan 50 m)
Waktu bukaan pintu saat turbin akan beroperasi di rencanakan t = 60 detik,
sehingga kapasitas headpond direncanakan dapat menampung volume air selama 60 detik di atas saluran.
V Qt
= 8 x 60 = 480 m3 Sehingga kedalaman headpond (ht) :
V = ht x L x B
ht = V
L x B
= 480
33 x 10
= 1.45 m (direncanakan 1,75 m)
Saluran hantar berbentuk trapesium dengan lebar penampang 12 meter dan dalam 1,75
meter mampu mengalirkan air 12 m3/detik. Saluran hantar sepanjang 1250 meter ini
memiliki instalasi penjebak pasir (sandtrap) yang dilengkapi dengan pintu pembilas pada
jarak 400 meter dari bendung. Pembilasan pasir dan lumpur rutin dilakukan oleh petugas
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 5
Gambar 7.2 Saluran hantar dan bak penenang Gambar 7.3 Pintu pembilas sandtrap
7.1.3 Rencana Pekerjaan Penstock
Pipa pesat berfungsi mengalirkan air dari bak penenang ke inlet turbine hingga
runner blade berputar.
Pipa pesat dirancang dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Jalur pipa dirancang sependek mungkin
- Jumlah belokan seminimal mungkin
- Aman terhadap momen lentur, baik vertikal maupun horizontal
- Mempunyai tahanan hidrolis minimum tertentu untuk menghindari tekanan
udara di bawah tekanan atmosfer - Efek terhadap turbin
- Kenaikan tekanan akibat water hammer
- Kenaikan tekanan pada saat pengetesan
Syarat-syarat struktural pipa pesat :
- Blok anker diletakkan pada jarak maksimum 100 m untuk pipa pesat tipe
permukaan yang berfungsi untuk menahan gaya-gaya yang timbul akibat
pergeseran pada belokan.
- Di antara blok anker, dipasang tumpuan sadel pada setiap jarak ± 5 m,
masing-masing dipasang cincin penopang.
- Pipa pesat dengan sambungan kaku memerlukan sambungan pemuaian untuk
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 6 1. Pemilihan Diameter
Pemilihan diameter pipa pesat harus mempertimbangkan biaya pembangunan,
kehilangan tenaga dan faktor-faktor lainnya.
Pada perencanaan ini, jenis pipa pesat yang digunakan menurut klasifikasi
penempatannya adalah pipa pesat permukaan (exposed penstock).
Pipa pesat dengan diameter ekonomis ditentukan berdasarkan kecepatan 2 – 3 m/detik.
Penentuan dimensi pipa dihitung dengan rumus :
Diameter pipa pesat dihitung sebagai berikut :
Q = A.V A = Q/V
A = ¼ . D² = 0.7857 D² Q = 0.787 D² D² = Q V Vx0,7857
dimana
d = Diameter pipa
Q = Debit desain = 8 m³ /dtk
V = Kecepatan aliran = 3 m/dtk
Jadi :
Diameter pipa = = 1.84 m ≈ 2 m
Karema remcama 2 pipa, maka masing-masing pipa berdiameter = 1 m
2. Ketebalan Pipa Pesat
Ketebalan dinding pipa pesat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
t = ( D + 800 / 400 )
dimana
t = Tebal pipa pesat , mm
D = Diameter pipa pesat, mm D = Q
V x 0,7857
D = 8
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 7 Jadi : t = ( 2000 + 800 ) = 7.00 mm
400
Tebal Pipa Rencana :
t r = t + tebal faktor korosi
= 7.00 + 2.00 = 9,00 mm
Diambil tebal pipa sesuai standard pabrik : t r = 9 mm
Optimasi tata letak PLTM dilakukan berdasarkan lahan yang ada mengikuti tata
letaknya. Berdasarkan peninjauan lapangan disepakati bahwa tata letak
semaksimal mungkin berada pada lahan kosong yang berada di sebelah bangunan
terjun bersebelahan dengan rumah Ibu Kasih. Infrastruktur Bendung hingga Bak
Penenang menggunakan bangunan irigasi yang sudah ada, sudah diuraikan pada
awal Bab ini. Selanjutnya bangunan PLTM yang akan dibuat baru adalah mulai
dari pipa pesat hingga gedung sentral. Acuan titik koordinat menggunakan patok
Benchmark (BM) milik Badan Nasional yang tepat berada di Ki-1.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 8 Bangunan Pipa pesat (penstock) dan Gedung Sentral (Powerhouse) PLTM
Kaliwadas terletak tepat disebelah terjunan Ki-1sebagaimana dapat dilihat
pada gambar dibawah. Tinggi jatuh murni memanfaatkan terjunan tanpa
mengganggu fungsi irigasi.
3. Analisa Water Hammer
Percepatan atau perlambatan aliran dalam pipa pesat akibat
membuka/menutupnya katup turbin menyebabkan gelombang tekanan pada
pipa pesat. Gelombang ini dapat memperbesar atau memperkecil tekanan
sepanjang pipa pesat dan menghasilkan water hammer. Penutupan katup
turbin akan menghasilkan water hammer positif, sedangkan bila katup dibuka
terjadi sebaliknya.
Analisa water hammer dilakukan untuk mengetahui tekanan maksimum dan
minimum sepanjang pipa pesat. Tekanan maksimum dan minimum tersebut
harus berada dalam batas toleransi tertentu, dimana kenaikan tekanan harus kurang dari 25% dan tekanan minimum harus lebih besar dari tekanan
atmosfer.
4. Kehilangan Energi
1) Akibat pintu masuk
h f1 = K.V² /2g
dimana
h f1 = Kehilangan energi, m
K = Koefisien pintu masuk = 0,5
V = Kecepatan aliran = 3,00 m/dtk
g = Percepatan Gravitasi = 9,81 m/dtk² Jadi :
h f1 = 0,5 x 3² /2 x 9,81 = 0,23 m
2) Akibat gesekan sepanjang pipa
h f2 = 8 . f. L/D5. (Q² / (π2 . g))
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 9
dimana
f : Koefisien gesekan pipa = 0,04
L : Panjang pipa = 35,00 m
D : Diameter Pipa = 1.00 m
Q : Debit desain = 8 m³ /dtk
Jadi :
h f2 = 8 x 0.04 x ( 35/ 1.005) x ( 82 / ( 3.14² x 9,81 ))
= 0.23 m
3) Akibat Belokan
h f3 = . V² /2g
dimana
= Koefisien belokan pada pipa pesat tergantung dari sudut
belokan ()
belokan pipa pesat yang terjadi sebesar 11o, maka diambil sebesar 0.1. Jadi kehilangan energi di pipa pesat karena belokan adalah :
h f3 = 0.1 x 32 / (2x9.81)
= 0.046 m
Jadi total kehilangan energi di pipa pesat adalah :
h ftotal = 0.23 + 0.23 +0.05
= 0.20 m
Total Kehilangan Head Ditetapkan = 0.20 m
5. Analisa Kavitasi
Kavitasi ini tidak diinginkan karena dapat menyebabkan pengikisan, getaran
mekanis dan pengurangan efisiensi dari turbin. Faktor penting yang harus
diperhatikan dalam pemasangan turbin reaksi adalah jarak antara turbin
dengan tail water (draft head).
Parameter kavitasi adalah :
σ =
H Hs Hv
Ha
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 10
dimana
σ = faktor kavitasi
Ha = tekanan atmosfir (9,83 m Aq)
Hv = tekanan uap jenuh pada suhu 25oC (0,32 m Aq) H = head efektif (5.5 m)
Hs = tinggi isap / draft head
Dari persamaan di atas, jarak maksimum turbin di atas tail water adalah :
Hs = Ha – Hv –σ.H
Diperoleh Kecepatan Spesifik (ns) untuk Turbin Kaplan (Schweiger &
Gregory, 1989) :
ns =
486 . 0
2283
H = 7.200.486 2283
= 874.666 (m – kW)
Faktor kavitasi (σ) :
σ = 0,0348 x (ns/100)1,283 x 1,5 = 0,0348 x (874.666/100)1,283 x 1,5 = 0,843
Maka :
Hs = Ha – Hv –σ.H
Hs = 9,830 – 0,32 – (0,843 x 7.20) = 3,44 m
Elevasi titik pusat turbin (Z) :
Z = TWL + Hs
dimana
TWL = elevasi muka air di tail race (139,89 m)
Hs = tinggi isap / draft head
Z = TWL + Hs
= 139,89+ 3,44 = 143,33 m
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 11 6. Penyangga Pipa Pesat (Anchor Block)
Penyangga pipa pesat (anchor block) harus aman terhadap geseran,
eksentrisitas dan tegangan tanah. Fungsi penyangga ini adalah untuk menahan
gaya-gaya yang timbul pada perletakan pipa pesat.
Gaya-gaya yang harus ditahan oleh penyangga/blok anker dibagi menjadi 2
bagian, yaitu gaya-gaya dari arah hulu dan arah hilir.
Gaya-gaya dari arah hulu dan hilir meliputi :
- Berat pipa pesat
- Gaya gesekan di atas tumpuan (intermediate support)
- Gaya gesekan pada sambungan pemuaian
- Gaya tekanan air dari expansion joint
- Komponen aksial tekanan hidrostatis
- Gaya kejut
7.1.4 Rencana Pekerjaan Rumah Pembangkit (Power House)
Rencana denah gedung sentral disesuaikan dengan dimensi peralatan
mekanikal-elektrikal yang terpasang, antara lain : turbine, generator, trafo, junction box,
baterai dan lain-lain. Rencana denah gedung sentral didesain sedemikian rupa,
selain untuk melindungi peralatan-peralatan mekanikal-elektrikal diatas juga
dimaksudkan sebagai ruang kontrol/pengendalian semua aktivitas
kepembangkitan dan aktivitas pengelolaannya.
Secara umum persyaratan gedung sentral, meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Mempunyai space ruang yang cukup lebar untuk aktivitas bongkar-pasang
peralatan elektikal-mekanikal beserta perlengkapannya, baik pada waktu
pemasangan pertama kali maupun perawatannya.
- Mempunyai struktur pondasi kuat, sehingga aman dari bahaya kegagalan daya
dukung tanah maupun settlement.
- Mempunyai konstruksi yang aman untuk melindungi peralatan di dalamnya
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 12
Gambar 7. 5 Rencana Area Pembangunan PLTM Kaliwadas
Secara umum persyaratan gedung sentral, meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Mempunyai space ruang yang cukup lebar untuk aktivitas bongkar-pasang
peralatan elektikal-mekanikal beserta perlengkapannya, baik pada waktu
pemasangan pertama kali maupun perawatannya.
- Mempunyai struktur pondasi kuat, sehingga aman dari bahaya kegagalan daya
dukung tanah maupun settlement.
- Mempunyai konstruksi yang aman untuk melindungi peralatan di dalamnya
dan aktivitas yang sedang berlangsung.
Rumah pembangkit direncanakan dengan luas kebutuhan ruang 12 meter x 12
meter, berfungsi juga sebagai pusat pengelolaan dan penyimpanan data. Selain itu,
bangunan rumah pembangkit dilengkapi dengan fasilitas rumah jaga untuk
operator turbin. Di dalam bangunan rumah pembangkit berisi turbin dan panel
kontrol elektrik, serta kantor dan administrasi.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 13
Gambar 7.6 Inlet Penstock
Pada tahap desain dasar (untuk keperluan estimasi biaya), secara umum dimensi
gedung setral PLTM Kaliwadas direncanakan sebagai berikut :
Tipe Gedung Sentral : Dinding Bata Merah, pondasi dan rangka
beton bertulang
Luas : 12 x 12 m²
Elevasi Lantai Pondasi : + 138,42 m
Elevasi Muka Air Tail Race : + 139,89 m
Debit Pembangkit,( m³/dtk ) : 8 m3/dtk
Tinggi Terjun Bruto, (m) : 5,7 m
Tinggi Terjun Efektif, ditetapkan : 5,5 m
Struktur gedung sentral dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu stuktur atas (upper
structure) meliputi pelat atap beton, balok beton dan kolom, dan struktur bawah
(sub structure) meliputi balok sloof dan pondasi.
Struktur Atas (Upper Structure)
Struktur atas (upper structure) pada gedung sentral direncanakan dengan
menggunakan bahan beton untuk kolom pendek, atap dak, dan balok induk.
1. Perencanaan Pelat Atap Beton
Langkah – langkah perencanaan pelat lantai dan atap :
a. Menentukan tebal minimum pelat (h)
- Tegangan leleh baja (fy) : dalam satuan Mpa
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 14 Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 butir 3.3 memberikan pendekatan
empiris mengenai batasan defleksi dilakukan dengan tebal pelat minimum
sebagai berikut :
Dalam segala hal tebal minimum pelat tidak boleh kurang dari harga :
- Untuk m kurang dari (<) 2,0 digunakan nilai h minimal 120 mm.
- Untuk m lebih dari () 2,0 digunakan nilai h minimal 90 mm.
dimana
Ln = bentang bersih pada pelat dihitung dari muka kolom (mm)
m = rasio kekakuan balok terhadap pelat = rasio panjang terhadap lebar bentang pelat
b. Menentukan momen lentur terjadi
Perencanaan dan analisis pelat dua arah untuk beban gravitasi dilakukan
dengan menggunakan metode koefisien momen. Besar momen lentur dalam
arah bentang panjang :
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 15 Xly = koefisien momen lapangan arah y
Nilai koefisien momen ( X ) diambil dari tabel 13.3.1 dan 13.3.2 PBBI 1971
c. Menentukan tinggi manfaat (d) arah x dan y
pakai = rasio tulangan yang dipakai dalam perencanaan
Pada pelat dua arah, tulangan momen positif untuk kedua arah dipasang
saling tegak lurus. Karena momen positif arah bentang pendek (x) lebih besar
dari bentang panjang (y), maka tulangan bentang pendek diletakkan pada
lapis bawah agar memberikan d (tinggi manfaat) yang besar.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 16 1. 1,33.perlu > min dipakai nilai : pakai = min
2. 0,002 < 1,33.perlu < min dipakai nilai : pakai = 1,33.ada
3. 1,33.perlu < min, dan juga < 0,002 dipakai nilai : pakai = 0,002
Setelah didapatkan nilai perlu, maka :
Asperlu = perlu.b.d
Nilai lebar pelat (b), diambil tiap 1 meter (1000 mm)
Jarak antar tulangan : s
Diambil nilai jarak antar tulangan (s) yang terkecil, sehingga didapatkan
nilai Asada :
e. Kontrol kapasitas lentur pelat yang terjadi
Tinggi blok tekan beton :
a =
Kapasitas lentur moninal pelat :
Mn = Asada. fy . (d - a2) Mu
2. Perencanaan Balok
Pada kriteria desain PLTM Kaliwadas untuk perencanaan balok,
langkah-langkah adalah sebagai berikut :
a. Menentukan mutu beton dan baja tulangan
- Tegangan leleh baja (fy) : dalam satuan Mpa
- Kuat desak rencana beton (f’c) : dalam satuan Mpa, didapatkan nilai
faktor blok tegangan beton (1), sama dengan : (SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.3.2 butir 7.3)
f’c 30 MPa 1 = 0,85
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 17
b. Menentukan nilai rasio tulangan ()
Dalam menentukan nilai beton dalan keadaan regangan seimbang, yaitu
dimana pada saat regangan beton mencapai maksimun ’cu = 0,003
bersamaan dengan regangan baja mencapai leleh s = y = fy/Es.
s < y
cu = 0,003 cu < 0,003
Gambar 7.7 Diagram Regangan Beton dalam Keadaan Seimbang
b =
c. Menentukan tinggi efektif (d) dan lebar (b) penampang beton
m =
dperlu dan b penampang beton yang proposional digunakan perbandingan
b/dperlu = 1,2 – 3,0.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 18
d1 = 50 – 70 mm untuk tulangan tarik 1 lapis d1 = 71 – 100 mm untuk tulangan tarik 2 lapis,
h
b
d1 d d'
d
d1 d'
b
h
jarak bersih antar tulangan
25 mm
tulangan
1,33agregat terbesar
25 mm
penutup beton
40 mm
Gambar 7.8 Tulangan Tarik Satu Lapis dan Dua Lapis
dimana
d = tinggi efektif penampang, diukur dari serat atas ke pusat tulangan
tarik (mm)
d1 = tebal selimut beton, diukur dari serat bawah ke pusat tulangan tarik (mm)
Mu = momen lentur ultimate akibat beban luar (KNm/Nmm)
= faktor reduksi kekuatan, diambil nilai 0,80 (lentur tanpa aksial)
h = tinggi total penampang beton (mm)
Setelah nilai dperlu didapat, maka :
h = dperlu + d1
Nilai d1 seperti diatas, tergantung dari banyaknya tulangan tarik yang
digunakan.
Jika nilai dpakai lebih besar (>) dperlu, maka digunakan tulangan sebelah
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 19 Perencanaan Balok Penampang Persegi Menahan Lentur Tulangan
Sebelah.
Balok lentur tulangan sebelah direncanakan, jika nilai dpakai lebih besar (>)
dperlu,.
e. Menentukan luas tulangan (As)
As = ada.b.dada
As = Luas tulangan tarik longitudional (mm2)
N = Jumlah tulangan yang dipakai (buah)
Asada = Luas tulangan tarik longitudional yang ada (mm2)
A1 = Luas tampang 1 buah tulangan (mm2)
ada = Rasio tulangan berdasarkan perhitungan luas penampang beton
f. Kontrol kapasitas lentur balok yang terjadi
Tinggi blok tekan beton :
a =
Kapasitas lentur nominal balok pelat :
Mn = As. fy. (d - 2
a ) >
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 20
Gambar 7.9 Diagram Tegangan-Regangan Beton Tulangan Sebelah
dimana
a = tinggi blok tegangan persegi ekivalen (mm)
Mn = kapasitas lentur nominal yang terjadi (KNm/Nmm)
Perencanaan Balok Penampang Persegi Menahan Lentur Tulangan
Rangkap
Balok lentur tulangan rangkap direncanakan, jika nilai dpakai lebih kecil (<)
dperlu,. Langkah – langkah perencanaan sebagai berikut ini :
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 21
jika fs’< fy, maka baja desak belum leleh, sehingga dipakai :
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 22
d As1
b
As' d'
h
x
Mn2
d - d' Cs
d' Mn1
a = .x
T1 d - a/2 Cc
a/2
As2
T2
+
Gambar 7.10 Distribusi Tulangan Rangkap Tarik
dimana
1 = rasio tulangan yang dipakai dalam perencanaan
As1 = luas penampang tulangan baja tarik (mm2)
As2 = luas penampang tulangan baja tarik tambahan (mm2)
As = luas penampang tulangan baja tarik total (mm2)
As’ = luas penampang tulangan baja tekan (mm2)
Kontrol kapasitas Lentur yang terjadi
= bdada
As
.
’ =
ada
d b
As
. '
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 23
Gambar 7.11 Diagram Tegangan – Regangan Beton Tulangan Rangkap
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 24
dimana
d’ = tebal selimut beton, diukur dari serat atas ke pusat tulangan tekan (mm)
fs’ = tegangan tulangan baja tekan yang terjadi (Mpa)
Perencanaan Geser Balok
Langkah–langkah perencanaan tulangan geser pada balok, sebagai berikut :
l. Menentukan tegangan geser beton (Vc)
Tegangan geser beton biasa dinyatakan dalam fungsi dari f' dan c
kapasitas beton dalam menerima geser menurut SK SNI T-15-1991-03
adalah sebesar :
Vc = . ' . 6
1
c
f b. d
Sedangkan kekuatan minimal tulangan geser vertikal menahan geser, dinyatakan dalam :
Vsmin = 1 . b . d 3
I II III
1/2.L
V IV Vc
Vc Vn
Vc
Vn
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 25
m. Menentukan jarak sengkang
Berdasarkan kriteria jarak sengkang pada SK SNI T-15-1991-03, adalah
sebagai berikut :
- Bila Vu 0,5 Vc Tidak perlu tulangan geser
- Bila 0,5.Vc < Vu Vc
Perlu tulangan geser kecuali untuk struktur sebagai berikut : struktur pelat
(lantai, atap, pondasi), balok h 25 cm, atau h 2,5hf.
Tulangan geser dengan jarak :
s
Maka perlu tulangan geser, dengan jarak sengkang :
s
Maka perlu tulangan geser, dengan jarak sengkang :
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 26 Maka perlu tulangan geser, dengan jarak sengkang :
s
n. Menentukan kekuatan tulangan geser vertikal (Vs)
Setelah jarak sengkang (s) diketahui, maka nilai Vs dapat dicari :
Vs =
o. Kontrol gaya geser
Bila gaya geser terfaktor : Vu > Vc
maka kelebihan gaya geser tersebut adalah Vu - Vc, ditahan oleh tulangan geser :
Vs = Vu - Vc
dimana
Vs = kuat geser nominal tulangan geser (N)
Vsmin = kuat geser nominal tulangan geser minimal (N)
Vc = tegangan ijin geser beton (MPa)
Vu = gaya geser berfaktor akibat beban luar (N)
= faktor reduksi kekuatan, diambil nilai 0,60 (geser dan torsi)
Av = luas penampang tulangan geser (mm)
3. Perencanaan Kolom Pendek
Sebagai bagian dari kerangka bangunan, kolom menempati posisi penting.
Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur
lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total
dari keseluruhan struktur bangunan. Pada umumnya kegagalan/keruntuhan
kolom tidak diawali dengan suatu gejala, melainkan bersifat mendadak.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 27 dengan memberi cadangan kekuatan lebih tinggi dari komponen struktur
lainnya.
Perencanaan Kolom Pendek menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :
a. Menentukan propertis penampang kolom
- Tegangan leleh baja (fy) : dalam satuan Mpa
- Kuat desak beton rencana (f’c) : dalam satuan Mpa
- Panjang (h) dan lebar (b) kolom disesuaikan dengan bentuk konfigurasi
struktur gedung.
b. Menghitung kapasitas kolom pendek
Perencanaan kolom pada hakekatnya menentukan dimensi atau bentuk
penampang dan baja tulangan yang diperlukan, termasuk jenis pengikat
sengkang atau pengikat spiral. Karena rasio tulangan 0,01 g 0,08, maka persamaan kuat desak aksial digunakan untuk perencanaan.
persegi atau diameter kolom bulat dapat ditentukan.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 28 Po = 0,85 . fc’ . (Ag – Ast) + Ast . fy
Pno = 0,8 . Po ; untuk sengkang biasa
Pno = 0,85 . Po ; untuk sengkang spiral
Dimana
Po = kuat desak aksial nominal pada eksentrisitas nol (N)
Pu = gaya desak aksial terfaktor pada eksentrisitas tertentu (N)
Pn = kuat desak aksial pada eksentrisitas tertentu (N)
Ast = luas tulangan total pada kolom (mm2)
As’ = luas tulangan tekan pada kolom (mm2) As = luas tulangan tarik pada kolom (mm2)
Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bawah (sub structure) pada gedung sentral direncanakan dengan
menggunakan bahan beton untuk pondasi. Perencanaan pondasi ini menggunakan
pondasi dangkal, yaitu pondasi telapak. Hal ini dikarenakan kondisi tanah dilokasi
proyek termasuk tanah keras. Perencanaan pondasi meliputi perencanaan dimensi
luas penampang tapak dan juga penulangannya. Perencanaan dimensi pondasi
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut ini :
1. Menentukan data mutu beton, baja tulangan, ukuran kolom, data tanah.
- Tegangan leleh baja (fy) : dalam satuan Mpa
- Kuat desak rencana beton (f’c) : dalam satuan Mpa
- Data-data tanah berupa nilai sudut geser dalam (), kohesi (c), dan berat
volume tanah tersebut (’).
- Pada proses perancangan pondasi ini digunakan pola keruntuhan geser umum
(General Shear Failure) dengan asumsi bentuk bujur sangkar.
2. Menentukan dimensi luas tapak pondasi (A)
Dalam perencanaan ini yang digunakan sebagai acuan untuk memperoleh
dimensi pondasi adalah daya dukung tanah ijin. (qall), yang besarnya :
qall =
SF qultnetto
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 29 Dalam hal ini nilai yang digunakan untuk qall diambil dari besarnya tahanan
conus (qc) dari data sondir tanah.
a. Untuk beban aksial sentries (e = 0)
Jika resultan beban berhimpit dengan pusat berat luas pondasi, maka nilai
eksentrisitas sama dengan nol dan tekanan pada dasar pondasi dapat
dianggap disebar merata ke seluruh luasan pondasi. Sehingga besar
penampang tapak :
didukung fondasi, momen-monen tersebut dapat digantikan dengan beban
vertikal yang titik tangkap gayanya pada jarak e dari pusat berat pondasi.
P
Eksentrisitas kolom menyebabkan tegangan tanah dibawah pondasi tidak
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 30 qallrata-rata = ½ (qall max + qall min)
Sehingga untuk dimensi penampang tapak, digunakan nilai qall terbesar
Aperlu =
c. Kontrol kapasitas daya dukung tanah (qult)
Kapasitas daya dukung tanah yang terjadi di dasar pondasi adalah :
qult netto = qult bruto– q
Nilai q : q = h .’
dimana
qult bruto = kapasitas daya dukung kotor tanah (kg/cm2)
qult netto = kapasitas daya dukung bersih tanah (kg/cm2)
b = lebar efektif pondasi (m)
q = beban merata tanah diatas pondasi dibawah permukaan
tanah (kg/cm2)
’ = berat volume tanah (kg/cm3)
h = kedalaman tanah diatas pondasi (m)
Df = kedalaman pondasi (m)
Untuk memperoleh nilai qult bruto dapat digunakan nilai tegangan ijin tanah
(qult bruto) yang direkomendasikan dalam Laporan Hasil Penyelidikan Tanah
oleh Laboratorium.
Kontrol tegangan ijin yang terjadi :
qult netto qkontak
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 31 Geser satu (1) arah
Tebal pelat (h) diasumsikan terlebih dahulu, sehingga nilai d dapat dicari :
d = h – Penutup beton(Pb) - ½.tulangan
Gaya geser akibat beban luar (Vu) yang bekerja pada penampang kritis :
Vu = m. L. qu pada arah – x
Kekuatan beton menahan gaya geser (Vc) :
- Arah – x : Vcx = 16. f'c. L . d Vux
- Arah – y : Vcy = 16. f'c. P . d y
Vu
Geser dua (2) arah/ Pons
Gaya geser akibat beban luar yang bekerja pada penampang kritis :
Vu = qu. ((P.L) – (x.y))
x = hk + d
y = bk + d
Kekuatan beton menahan gaya geser (Vc), diambil nilai terbesar diantara :
Vc = 4. f' . bo. D c
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 32 Kontrol gaya geser terjadi :
Bila Vc x,y Vu x,y/, maka tegangan geser aman. Bila Vc x,y < Vu x,y/, maka tebal pelat perlu diperbesar.
e. Perencanaan Tulangan Lentur Pondasi
Diambil nilai lebar (b) pondasi tiap 1 meter = 1000 mm - Tulangan arah x : l1 = ½ (P – hk)
pondasi diambil nilai penutup beton (Pb) 70 mm.
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 33 Dipilih diameter () tulangan, didapatkan A1, jarak antar tulangan :
s
perlu
As
A1.1000
Sehingga nilai Asada dapat dihitung : Asada =
s
A1.1000
Kontrol kapasitas lentur yang terjadi :
Tinggi blok tekan pelat pondasi :
a =
b c f
fy As
. ' . 85 , 0
.
Kapasitas lentur moninal pelat pondasi :
Mn = As. fy. (d - 2
a )
Mu
Struktur bawah yang lain, selain pondasi power house adalah saluran
pembuang (tailrace) direncanakan menggunakan struktur beton bertulang
dan pasangan batu di bagian hilir. Pembebanan yang diperhitungkan pada
struktur tailrace yaitu tekanan tanah aktif maupun pasif, tekanan air, dan
beban tambahan (surcharge load) yang diambil 1 ton/m2.
Gambar 7.13 Skematik lokasi Pipa Pesat, Gedung Sentral, dan Saluran Pembuang
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 34 7.1.5 Rencana Pekerjaan Tail Race
Saluran pembuang akhir (tailrace) direncanakan berbentuk persegi empat dari
pasangan batu.
Kapasitas saluran direncanakan berdasarkan :
Qdesain = 82.05 m³/dtk
b = 3.5 m h = 1.5 m
Perhitungan dimensi tailrace adalah sebagai berikut : A = b.h
V = Q/A
P = b + 2h R = A/P
Manning : V = K x i½ x R 2/3 i½
= V
k x R2/3
7.1.6 Rencana Pekerjaan Rumah Jaga
Rumah jaga berukuran 3 x 3 m2, terdiri dari ruang duduk, dapur dan WC. Rumah jaga berfungsi sebagai tempat transit karyawan yang bertugas pada malam hari.
Spesifikasi dari rumah jaga PLTM Kaliwadas, adalah :
- atap : rangka atap kayu bengkirai
- kolom : beton bertulang
- dinding : pasangan bata ½ bata
- lantai : keramik 30 x 30
- cat : cathylex, putih
- jendela/kusen : aluminium
- kaca : rayban, 3 – 5 mm
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 35 - pondasi : pondasi telapak beton bertulang pondasi menerus, pasangan
batu kali
- sanitasi : KIA, pipa PVC
7.1.7 Rencana Pekerjaan Jalan Masuk ke Power House ( Access Road )
Kriteria desain pekerjaan jalan masuk ke power house (access road) PLTMH
Rakit sepanjang 75 m dengan perkerasan badan jalan penetrasi macadam, antara lain meliputi : aspek perencanaan geometrik, persiapan material dan persiapan
tanah dasar untuk jalan, pondasi jalan, dan material perkerasan untuk permukaan
jalan. Secara umum penampang jalan masuk direncanakan sebagai berikut :
Kelas Jalan : III B
Panjang Jalan, (m) : 75 m Lebar Badan Jalan, (m) : 3,00 Lebar Bahu Jalan, (m) : 1 m Kemiringan Melintang Badan Jalan : 2 % Kemiringan Melintang Bahu Jalan : 3 %
Konstruksi Perkerasan Badan Jalan : Penetrasi Macadam Tebal Perkerasan, (cm) : 33 cm
Pekerjaan ini mencakup aspek-aspek perencanaan yang harus diperhatikan
menurut spesifikasi dan standar yang ada namun juga dengan mempertimbangkan
fungsi jalan akses tersebut. Dalam hal ini fungsi jalan akses adalah sebagai
prasana infrastruktur untuk keperluan transportasi / pengangkutan peralatan
mekanikal-elektrikal ke lokasi gedung sentral pada waktu operasional PLTMH
maupun perawatan.
1. Klasifikasi dan Lalu Lintas Jalan
Menurut fungsinya jalan ini diklasifikasikan sebagai jalan penghubung, yaitu
jalan penghubung untuk keperluan operasional dan perawatan dari jalan desa
terdekat menuju ke lokasi PLTM Kaliwadas. Volume lalu lintas dinyatakan
dalam satuan smp (satuan mobil penumpang) yang mewakili ke dua arah lalu
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 36 Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Permukiman Prasarana Wilayah,
jalan masuk menuju ke power house digolongkan sebagai jalan kelas III.
Tabel Klasifikasi Jalan Berdasarkan volume Lalu Lintas Harian
No. Fungsi Kelas LHR (smp)
1. Jalan Utama I > 20.000 2. Jalan Sekunder IIA 6.000 – 20.000
IIB 1.500 – 8.000 IIC < 2.000
3. Jalan Penghubung III -
Sedangkan Klasifikasi lokasi eksisting berdasarkan kemiringan lereng yang
lebih besar
Tabel.Kalsifikasi Lokasi Eksisting Berdasarkan Kemiringan Lereng
No. Golongan Medan Lereng Melintang
( % )
1. Datar 0 – 9
2. Perbukitan 10 – 24
3. Pegunungan ≥ 25
2. Perencanaan Penampang Melintang
Penampang melintang jalan akses yang direncanakan harus sesuai dengan
klasifikasi dan kebutuhan lalu lintas. Berdasarkan perkiraan LHR, dapat
ditentukan kebutuhan lajur yang diperlukan, adalah sebagai berikut :
- lebar daerah penguasaan (ROW) : 8 meter
- jumlah jalur : 1 buah
- lebar pekerasan normal : 3 meter
- lebar bahu jalan : 1 meter
- lereng melintang perkerasan (enormal) : 2 %
- lereng melintang bahu jalan : 3 %
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 37 samping (horizontal) : 1,5 – 3,5 meter
atas (vertikal) : 4,5 meter
Drainase jalan berupa saluran tepi dan saluran melintang ditentukan
berdasarkan data hidrologi setempat. Kapasitas tampungan drainase harus
cukup untuk dapat mengalirkan air untuk mengurangi pengaruh jelek air
terhadap perkerasan jalan.
7.1.8 Perencanaan Geometri Jalan Akses
1. Alinyemen Horizontal
Penentuan alinyemen horizontal untuk perencanaan jalan akses masuk
direncanakan dengan pertimbangan :
- Penyediaan drainase yang baik
- Pekerjaan tanah cut and fill
- Peningkatan konstruksi dan perbaikan alinyemen jalan mendatang
2. Jari – jari Lengkung Minimum
Jari-jari lengkung minimum yang digunakan adalah 30 m (untuk daerah
khusus) atau dengan menggunakan rumus :
R =
) .(
127
2
fm e V
dengan :
Rm = Jari-jari tikungan minimum (m)
V = kecepatan rencana (meter/detik)
e = kemiringan tikungan (%)
fm = koefisien gesekan melintang, untuk pekerasan aspal
f = 0,14 – 0,24
3. Perencanaan Perkerasan
Perencanaan perkerasan jalan berdasarkan petunjuk Perencanaan Tabel
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.36.1987 Direktorat Jendral Bina Marga, Derpartemen Pekerjaan
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 38 Faktor-faktor perencanaan tebal perkerasan :
- Beban kendaraan rencana
- Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
- Perkembangan lalu lintas
- Kekuatan material perkersan dan tanah dasar (CBR)
- Lintas ekivalen permukaan, tengah dan akhir
- Indeks tebal perkerasan
Pekerjaan perkerasan meliputi persiapan permukaan tanah dasar,
penyusunan fondasi, dan material untuk jalan akses seperti dijelaskan
sebagai berikut :
Tanah dasar
Permukaan tanah dasar yang baik galian dan timbunan akan dipadatkan
untuk mencapai kestabilan yang merupakan dasar untuk perletakan struktur
perkerasan lainnya.
Material
Material yang digunakan untuk pondasi jalan dan material permukaan
meliputi dua tipe material seperti berikut :
- Galian dan timbunan
Lapisan tanah yang tidak sesuai akan digali dan digantikan dengan
material yang sesuai sebagai sub grade.
- Pondasi bawah (subgrade), pondasi atas (base), dan material
permukaan (surface course). Material surface coarse berupa batu
kapur, material base coarse berupa batu pecah yang bergradasi baik
dengan kekerasan, dan kekuatan yang memenuhi syarat. Material sub
base coarse berupa sirtu dengan gradasi yang baik.
Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap PLTM Kaliwadas yang akan dibangun sesuai dengan
kebutuhan yang ada, seperti :
- Sarana Penerangan Jalan Umum (SPJU) di daerah gedung sentral
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 39 7.1.9 Rencana Pekerjaan Relokasi Saluran Irigasi Tersier
Relokasi atau pemindahan Saluran Irigasi Tersier adalah pemindahan Saluran
Irigasi Tersier existing (yang sudah ada) sesuai dengan fungsinya, karena lokasi
dimana saluran existing tersebut berada termasuk pada rencana lokasi
pembangunan PLTMH.
Pada lokasi rencana pembangunan PLTM Kaliwadas, Saluran Irigasi Tersier existing tersebut terletak pada lokasi dimana rencana relokasi jalan akan di
bangun, sehingga saluran tersebut perlu dipindahkan dengan tidak mengurangi
fungsinya secara teknis, sehingga saluran irigasi yang baru tersebut dibuat dengan
menggunakan parameter saluran sesuai dengan parameter saluran existing
terdahulu.
Saluran Irigasi Tersier tersebut rencananya akan dipindahkan ke lokasi di sebelah
timur lokasi relokasi jalan.
7.1.10 Rencana Pekerjaan Relokasi Jalan
Relokasi atau pemindahan jalan adalah pemindahan sarana jalan existing (yang
sudah ada) sesuai dengan fungsinya, karena lokasi dimana jalan lama yang sudah
ada tersebut termasuk pada rencana lokasi pembangunan PLTM.
Pada lokasi rencana pembangunan PLTM Kaliwadas, jalan existing tersebut
terletak pada lokasi dimana rencana power house dan rencana jalan masuk menuju
ke power house akan di bangun, sehingga jalan tersebut perlu dipindahkan dengan
tidak mengurangi fungsinya secara teknis.
Jalan tersebut rencananya akan dipindahkan/digeser ke lokasi sebelah timur + 5
meter dari jalan yang lama. Untuk kriteria desain rencana pekerjaan relokasi jalan,
secara umum sama dengan kriteria desain pada rencana pekerjaan jalan masuk
menuju power house. Jalan yang akan di relokasi sepanjang 100 m dengan
perkerasan badan jalan penetrasi aspal, antara lain meliputi : aspek perencanaan
geometrik, persiapan material dan persiapan tanah dasar untuk jalan, pondasi
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 40 Secara umum pekerjaan relokasi jalan direncanakan sebagai berikut :
Kelas Jalan : III B
Panjang Jalan, (m) : 100 m Lebar Badan Jalan, (m) : 6,00 Lebar Bahu Jalan, (m) : 1 m Kemiringan Melintang Badan Jalan : 2 % Kemiringan Melintang Bahu Jalan : 3 % Konstruksi Perkerasan Badan Jalan : Penetrasi Aspal Tebal Perkerasan, (cm) : 33 cm
7.2Perancangan Elektro Mechanical ( EM )
7.2.1 Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan dan
energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran
poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan
prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok :
- Turbin impuls (cross-flow, pelton & turgo)
untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudut geraknya lrunnernya
bagian turbin yang berputar - sama.
- Turbin reaksi ( francis - kaplan - propeller)
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa daerah
operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis turbin
pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan yang lebih
mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi turbin menurut Keller2
dikelompokkan menjadi :
Low head powerplant : dengan tinggi jatuhan air (head) sampai
10 m
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 41
High head power plant : dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi
persamaan : H ≥ 100 (Q)0-113
dimana, H =head, m Q = desain debit, m3/dtk
Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan PLTM
Kaliwadas dengan tinggi jatuhan (head) 5.5 m, yang dapat dikategorikan pada
head rendah dan medium.
Tabel Daerah Operasi Turbin
Jenis Turbin Variasi Head, m
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Peiton 50 < H < 1000
Crossfiow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250
Kriteria Pemilihan Jenis Turbin
Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan
dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada
tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem
operasi turbin, yaitu :
Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan dimanfaatkan
untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan
jenis turbin, sebagai contoh : turbin pelton efektif untuk operasi pada head
tinggi, sementara turbin propeller sangat efektif beroperasi pada head rendah. Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 42 Kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai
contoh untuk sistem transmisi direct couple antara generator dengan turbin
pada head rendah, sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran
yang diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow berputar sangat
lambat (low speed) yang akan menyebabkan sistem tidak beroperasi.
Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai "kecepatan spesifik, Ns",
yang didefinisikan dengan formula :
Ns = N x P0.51 H 0.21
dimana
N = kecepatan putaran turbin, rpm
P = maksimum turbin output, kW
H = head efektif , m
Output turbin dihitung dengan formula :
P=9.81 x Q x H x qt
dimana
Q = debit air, m3/dtk H = efektif head, m
qt = efisiensi turbin
= 0.8 - 0.85 untuk turbin pelton
= 0.8 - 0.9 untuk turbin francis
= 0.7 - 0.8 untuk turbin crossfiow
= 0.8 - 0.9 untuk turbin propellerkaplan
Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu berdasarkan
data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air adalah sebagai
berikut :
Turbin Pelton 12≤Ns≤25
Turbin Francis 60≤;Ns≤300
Turbin Crossflow 40≤Ns≤200
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 43 Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan
jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa formula yang dikembangkan
dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat digunakan untuk melakukan
estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yaitu :
Turbin Pelton (1 jet) Ns = 85.49/H0.243 (Siervo & Lugaresi, 1978)
Turbin Francis Ns = 3763/H0.854 (Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Kaplan Ns = 2283/H0.486 (Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Crossfiow Ns = 513.25/H0.505 (Kpordze & Wamick, 1983)
Turbin Propeller Ns = 2702/H0.5 (USBR, 1976)
Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin dapat
diestimasi (diperkirakan). Pada perencanaan PLTM ini, pilihan turbin yang cocok
untuk lokasi yang tersedia adalah Turbin Kaplan dengan head sampai 7,70 m.
Pemilihan jenis turbin tersebut berdasarkan ketersediaan teknologi secara lokal
dan biaya pembuatan/pabrikasi yang lebih murah dibandingkan tipe lainnya. Jenis turbin Kaplan yang dipergunakan pada perencanaan ini adalah Kaplan dengan
diameter runner 1.6 m. Turbin tipe ini memiliki efisiensi maksimum yang baik
sebesar 90 % dengan efisiensi pada generator 85 %. Putaran turbin Kaplan pada
head tinggi memiliki kecepatan yang tinggi. Pada sistem mekanik turbin
digunakan sistim kopling dan untuk menaikkan putaran menggunakan sistem
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 44
Gambar 7.14 Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin
(Head Vs Debit)
Tabel Putaran Generator Sinkron (rpm)
Jumlah Pole (kutub) Frekuensi , 50 Hz
2 3000
4 1500
6 1000
8 750
10 600
12 500
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 45 Tabel Run-away speed Turbin, N maks/N
Jenis Turbin
Putaran Nominal
N (rpm)
Runaway speed
Semi Kaplan, single regulated 75-100 2-2.4
Kaplan, double regulated 75-150 2.8-3.2
Small-medium Kaplan 250-700 2.8-3.2
Francis (medium & high head) 500-1500 1.8-2.2
Francis (low head) 250-500 1.8-2.2
Pelton 500-1500 1.8-2
Crossflow 100-1000 1.8-2
Turgo 600-1000 2
7.2.2 Pemilihan Generator dan Lain – lain
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Jenis generator yang digunakan pada perencanaan PLTM
ini adalah generator sinkron, sistem eksitasi tanpa sikat (brushless exitation).
1. Generator yang digunakan adalah generator sinkron tanpa sikat dengan
pertimbangan bahwa PLTM Kaliwadas harus dapat beroperasi sendiri.
2. Karena daya yang dibangkitkan generator 2 x 200 kW, maka generator yang digunakan adalah generator dengan poros vertikal yang akan disesuaikan
dengan jenis turbin.
3. Sistem pendingin generator untuk PLTM Kaliwadas diusulkan menggunakan
sistem pendingin udara tertutup dengan udara dingin sebagai “heat excharger”
atau sistem pendingin udara terbuka. Sirkulasi udara dapat dilakukan dengan
fan yang dipasang diluar generator dan menggunakan fan pada generator itu
sendiri. Filter harus dipasang pada arah udara masuk untuk mengurangi debu
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 46 4. Bantalan generator diusulkan untuk menggunakan tipe konvensional dengan
pendingin dan pelumas sendiri. Jika diperlukan pompa minyak untuk pelumas
dan pendinginan, maka dapat dihubungkan dengan poros generator dan unit
ini mampu untuk menghentikan turbin kalau terjadi kekurangan atau
kehilangan tekanan dalam pipa minyak.
5. Kualitas sistem isolasi belitan generator ditentukan oleh kelembaban didalam
generator itu sendiri. Oleh sebab itu diusulkan dipasang pemanas (heater)
pada generator untuk mencegah kondensasi uap air saat generator tidak
dioperasikan.
Spesifikasi generator adalah putaran 250 rpm, 50 Hz, 3 phasa dengan keluaran
tegangan 220 V/380 V. Efisiensi generator secara umum adalah :
Aplikasi < 10 kVA efisiensi 0.7 - 0.8
Aplikasi 10 - 20 kVA efisiensi 0.8 - 0.85
Aplikasi 20 - 50 kVA efisiensi 0.85 Aplikasi 50 - 100 kVA efisiensi 0.85 - 0.9
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 47 Pemilihan Transformator
1. Transformator utama yang digunakan adalah transformator pasangan luar
(outdoor) dan untuk transformator pemakaian sendiri digunakan transformator
tipe pasangan dalam (indoor). Kapasitas transformator utama harus
disesuaikan dengan kapasitas generator, sedangkan untuk transformator
pemakaian sendiri harus disesuaikan dengan kapasitas pemakaian beban yang terdiri dari beban esensial dan non esensial di PLTM Kaliwadas.
2. Tegangan primer dari transformator utama harus sama dengan tegangan
output generator, sedangkan tegangan sekunder harus sama dengan tegangan
di sistem jaringan. Sedangkan tegangan primer pada transformator pemakaian
sendiri sama dengan tegangan di sistem jaringan dan tegangan sekundernya
sesuai dengan tegangan peralatan-peralatan yang digunakan di PLTM
Kaliwadas.
Pemilihan transformator baik transformator utama maupun transformator
pemakaian sendiri sebaiknya memperhitungkan efisiensi dari transformator
dengan tidak mengabaikan rugi-rugi dari setiap jenis transformator.
3. Spesifikasi Transformer unruk PLTM 400 kW yang diberikan oleh pabrik PT.
Trafoindo – Tangerang, sekaligus menjadi rujukan dan pertimbangan yang
akan dipakai atau digunakan di PLTM Kaliwadas adalah tramsformer yang
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Power Transformer
Desain Standar IEC
Kapasitas 625 kVA
Nominal High Voltage 20 kV
High Voltage Winding Insulation 24 kV
Impulse Test Voltage 125kV
Nominal Rating 400 V
Number of Phases 3
Nominal Frequency 50 Hz
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 48
Type of Cooling ONAN
Short Circuit at 750 C 6%
Type of Tap Changer off load
Tappings 5%
in 2,5 % steps
Neutral Grounding Resistance 40Ω
Temperature Insulation Class A
Max Temperature Rise of Windings 65oC Max Temperature Rise Ambient 40oC 60oC Max Allowable Noise Level at 3 mradius 34 dB
Lokasi Outdoor
Sistem Kontrol
Sistem kontrol yang digunakan pada perencanaan PLTM ini menggunakan
pengaturan debit sehingga jumlah output daya generator selalu sama dengan
beban.
Diperlukan pula sistem relay yang berguna untuk menghentikan operasi
pembangkit pada keadaan darurat, disamping sistem kontrol start/stop. Hal ini
akan dilaksanakan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
Gangguan listrik pada generator
Kecepatan putaran lebih
Tombol emergency ditekan
Sistem kontrol mengalami gangguan
Sistem kontrol start/stop ini dapat menggunakan panel kontrol lokal atau remote (kontrol jarak jauh) dari suatu pusat ruang kontrol. Kontrol lokal dilakukan dari
governor actuator yang terletak di lantai generator, sedangkan kontrol jarak jauh
dilakukan dari suatu pusat ruang kontrol. Kontrol jarak jauh (remote) dilakukan
pada saat operasi normal, sedangkan kontrol lokal hanya dilakukan pada saat
pengetesan dan tidak dapat dilakukan untuk mengontrol operasi paralel dengan
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 49 Fasilitas-fasilitas yang disediakan pada panel kontrol lokal dan remote yang
terletak di ruang kontrol, seperti :
Kontrol start / stop
Unit kontrol lokal, termasuk sinkronisasi
Unit instrumentasi
Unit pengukuran
1) Kontrol pembebanan
Kontrol pembebanan minimal dilengkapi dengan fasilitas :
Batas beban maksimum
Batas beban minimum
Kontrol beban
Kontrol tegangan
2) Kontrol start/stop
Kontrol start/stop dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu manual, semi
otomatis dan otomatis. Urutan start/stop secara manual dilengkapi dengan sistem
interlock yang berguna untuk menghindari adanya kesalahan urutan.
- Manual
Operator harus melakukan langkah - langkah (urutan) start/stop secara manual.
Lampu indikator akan mati apabila proses telah selesai, sedangkan akan berkedip
apabila proses belum selesai.
- Semi Otomatis
Apabila operator menekan tombol start/stop maka operasi start/stop pada unit
pembangkit akan berlangsung secara otomatis. Sedangkan kontrol pembebanan
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 50 - Otomatis
Unit pembangkit akan start/stop secara otomatis tergantung pada level air di
intake dan level set point yang dipilih.
3) Stop (berhenti) secara otomatis
Unit pembangkit akan berhenti secara otomatis dengan urutan sama seperti stop
normal apabila ketinggian air pada saluran berada dibawah minimum operating
level.
4) Trip stop (berhenti pada keadaan gangguan)
Inlet valve akan diberi perintah untuk menutup dan Circuit Breaker 20 kV untuk
membuka secara serentak apabila terjadi gangguan listrik, seperti under voltage
atau overspeed rele bekerja. Hal ini akan memberi jaminan bahwa unit
pembangkit dilepas dari sistem secara cepat dan aman.
5) Emergency stop (berhenti pada keadaaan darurat)
Runner blade dikontrol pada posisi tanpa beban, kemudian inlet valve ditutup
dan Circuit Breaker 20 kV dibuka apabila terjadi gangguan mekanis, seperti
temperatur lebih.
6) Emergency shutdown
Emergency shutdown dengan urutan runner blade, inlet valve dan Circuit Breaker
20 kV di trip secara serentak, akan terjadi apabila ada gangguan listrik seperti arus
lebih.
Sistem Pengukuran / Instrumentasi
Untuk pengukuran mekanis dan listrik, diperlukan alat–alat pengukuran
konvensional, seperti amperemeter untuk sistem 20 kV dan sistem 400 Volt yang
berjumlah 1 (satu) buah masing-masing untuk tiap fase. Energi meter (KWH
Meter) dipasang pada generator dan transformator pemakaian sendiri.
Instrument dan indikator peralatan pada pembangkit yang minimal harus ada dan
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 51 a. Turbin
- tekanan pipa pesat
- tekanan minyak servomotor runner blades
- posisi runner blades
- tekanan minyak servomotor inlet valve
- temperatur bantalan turbin
- temperatur seal draft tube
- tekanan draft tube
- batasan minyak bantalan turbin
- pengukuran debit air
b. Speed increaser (penaik kecepatan)
- batasan minyak penaik kecepatan
- temperatur penaik kecepatan
c. Generator
- temperatur bantalan generator
- batasan minyak bantalan generator
- temperatur stator
- kecepatan generator
d. Transformator utama
- temperatur minyak transformator utama
e. Rangkaian 20 kV
- pengukuran daya aktif (kW)
- pengukuran daya reaktif (kVAR)
- pengukuran arus
- pengukuran tegangan
- pengukuran frekuensi
- pengukuran jam jalan (kerja)
- pengukuran energi (KWH)
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 52 f. Elevasi muka air
- pengukuran tinggi permukaan air
g. Sistem pemakaian sendiri
- pengukuran tegangan transformator pemakaian sendiri
- arus
- tegangan panel utama
- pengukuran energi transformator pemakaian sendiri (KWH)
- pengukuran arus standby genset
- pengukuran tegangan standby genset
- pengukuran frekuensi standby genset
- pengukuran jam kerja standby genset
7.2.3 Pemilihan Overhead Crane
Overhead Crane adalah sejenis alat crane yang bisa dipergunakan untuk
mengangkat alat-alat di rumah pompa. Pemilihan overhead crane disesuaikan dengan beban yang akan diangkat nantinya.
7.2.4 Pemilihan Trash Rack dan Stop Log
Saringan Sampah (Trash Rack)
Terdapat 2 (dua) jenis saringan yang biasa digunakan untuk perencanaan PLTM
yaitu saringan kasar (coarse screen) pada bangunan pengambilan (intake) dan
saringan halus (fine screen) pada pengambilan pipa penstock (penstock screen).
Saringan akan diletakan dengan posisi miring agak tegak dan cocok untuk
dilakukan pembersihan saring dengan jangkar (hand held rakes). Jarak antara
sumbu batang vertikal (vertical bar) diperkirakan 90 mm untuk saringan kasar
dan 35 mm untuk saringan halus. Lebar dan tingginya diatur sesuai dengan
kondisi masing-masing bangunan.
Konstruksi saringan tersebut akan didesain tahan terhadap gaya-gaya horizontal
pada arah aliran. Desain konstruksi saringan tersebut meliputi pemilihan dimensi
batang vertikal, pipa pengaku horizontal, serta kontrol terhadap lateral buckling
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 53 Untuk ukuran panel dipilih sedemikian rupa, sehingga transportasi, pemasangan
dan perggantian yang akan datang dapat dilaksanakan dengan hanya
menggunakan kapasitas tarik dan peralatan pengangkat sederhana.
Pada perencanaan detail design PLTM Kaliwadas tidak menggunakan saringan
kasar (coarse screen), karena air dari saluran yang masuk ke kolam pengendap
pasir sudah relatif bersih dari kotoran daun-daun, ranting, dahan pohon, sehingga
adanya saringan kasar (coarse screen) dirasa tidak perlu lagi. Tetapi untuk
saringan halus (fine screen) tetap dipasang pada sebelum pipa pesat (penstock).
Direncanakan akan dibuat 2 (dua) buah trash rack halus pada lokasi tersebut.
Stop Log
Stop log adalah suatu konstruksi pintu kayu berupa susunan balok-balok persegi
yang terletak melintang pada pintu-pintu air yang berfungsi untuk menahan aliran
air saat pemeliharaan dan mempertahankan ketinggian muka air di bagian hulu
saluran agar selalu tetap. Stop log disusun dengan ketinggian sama dengan tinggi
pintu dan lebar sama dengan lebar pintu.
- Moment Lentur (M)
M = 1/8 x q x L2
dimana
q = beban air; beban terbesar pada saluran,(kg/m)
L = panjang log (m)
- Moment Statis (W)
M = 1/6 x b x h2
dimana
b = lebar log (m) h = tinggi log (m)
- Tegangan Lentur (T)
T = M/W
PT. SOMMIT TRAKONAD PT.BINA TIRTA ENERGI
Konsultan Perencana Independent Power Producer
Page 7 - 54 Pada PLTM Kaliwadas, jumlah susunan stop log sama dengan jumlah pintu-pintu
air yang ada yaitu sebanyak 8 buah.
7.3Perancangan Electrical dan Transmisi
Generator PLTM Kaliwadas membangkitkan energi sebesar 2 X 200 kW dengan
tegangan 400 V 3 phasa. Adapun pemakaian power yang dibangkitkan seluruhnya
adalah untuk dijual ke PLN.
Tegangan yang keluar dari generator pembangkit untuk masuk ke sistem jaringan
PLN, tegangan tersebut dinaikkan dengan menggunakan travo step up daya 1600
kVA dari tegangan 400 V menjadi tegangan 20 kV. Listrik tersebut kemudian
disalurkan melalui jaringan transmisi 20 kV PLTMH Kaliwadas ke jaringan listrik 20
kV PLN terdekat.
Untuk mencatat besaran listrik yang keluar di pembangkit dengan yang terserap PLN,
direncanakan dipasang 2 unit KWH meter, lokasinya 1 unit di unit pembangkit dan 1
unit di titik interkoneksi PLN. Untuk keamanan pada saat terjadinya trouble shooting
pada jaringan transmisi PLTMH Kaliwadas, maka direncanakan sebelum titik