HOME
Waktu-Waktu Shalat
Kamis, 25 Nopember 2004 09:20:24 WIB Kategori : Alwajiz : Shalat
WAKTU-WAKTU SHALAT Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
“Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat ‘Ashar ketika bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat Maghrib dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Maghrib ketika matahari telah terbenam. Kemudian Jibril
mendatanginya saat ‘Isya' dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Isya' ketika merah senja telah hilang. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat Shubuh dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Shubuh ketika muncul fajar, atau Jabir berkata, “Ketika terbit fajar.”
Keesokan harinya Jibril kembali mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat Zhuhur dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Zhuhur ketika bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Ashar ketika panjang bayangan semua benda dua kali panjang aslinya. Kemudian dia
mendatanginya saat Maghrib pada waktu yang sama dengan kemarin dan tidak berubah. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Isya' ketika pertengahan malam telah berlalu -atau Jibril mengatakan, sepertiga malam,- lalu beliau shalat ‘Isya'. Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat hari sudah sangat terang dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Shubuh kemudian berkata, ‘Di antara dua waktu tersebut adalah waktu shalat.’” [1]
At-Tirmidzi mengatakan bahwa Muhammad (yaitu Ibnu Isma'il al-Bukhari) berkata, “Riwayat paling shahih tentang waktu shalat adalah hadits Jabir.”
1. Zhuhur
Waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya.
2. ‘Ashar
Waktunya dari saat bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya hingga terbenamnya matahari.
3. Maghrib
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : “Waktu shalat Maghrib selama warna kemerah-merahan pada senja belum hilang.” [2]
4.‘Isya'
Waktunya dari hilangnya merah senja hingga pertengahan malam.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu a'alaihi wa sallam: “Waktu shalat ‘Isya' hingga pertengahan malam.”
5. Shubuh
Waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
سسممشششلا ععلسطمتش مملشامش رعجمفشلما ععوملسطس نممع حعبمصشسلا ةعلشصش تسقموش.
“Waktu shalat Shubuh dari terbitnya fajar hingga sebelum matahari terbit." [4] A. Apakah yang Dimaksud dengan ash-Shalat al-Wustha (Pertengahan)? Allah Ta'ala berfirman:
نشيتعنعاقش هعلششلع اومسوقسوش ىىطشسموسلما ةعالشصششلاوش تعاوشلشصششلا ىلشعش اوظسفعاحش
“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” [Al-Baqarah: 238].
Dari 'Ali Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa di hari terjadinya perang al-Ahzab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
اررانش ممهسرشومبسقسوش ممهستشوميسبس هسللا لشم ،رعصمعشلما ةعلشصش ىطشسموسلما ةعلشصششلا نععش انشوملسغشششش.
"Mereka telah menyibukkan kita dari shalat al-Wustha (yaitu) shalat 'ashar. Semoga Allah memenuhi rumah-rumah dan kubur-kubur mereka dengan api."[5]
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata:
سسممشششلا تعضشحشدش اذشإع رشهمظشسلا ىلشعصشيس مشلششسشوش هعيملشعش هسلششلا ىلششصش يشسبعنششلا نشاكش.
"Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Zhuhur ketika matahari telah tergelincir (condong ke barat)." [6]
C. Jika Cuaca Sangat Panas, Disunnahkan Menunda Shalat Zhuhur sampai Cuaca Agak Dingin (Selama Tidak Keluar dari Waktunya-Ed.)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مشنششهشجش حعـيمفش نممع رشعحشلما ةشدشششع نششإعفش ،ةعلشصششلابع اومدسرعبمأشفش رشسحشلما دششتششما اذشإع.
"Jika hari sangat panas, maka tidaklah shalat hingga cuaca menjadi agak dingin. Sesungguhnya panas yang sangat itu merupakan bagian dari didihan Jahannam."[7] D. Disunnahkan Menyegerakan Shalat 'Ashar
Dari Anas Radhiyallahu anhu:
هعللا لشومسسرش نششأش J يملعاوشعشلما يتعأميشفش يملعاوشعشلما ىلشإع بسهعاذششلا بسهشذميشفش ،ةةيششحش ةةعشفعتشرممس سسممشششلاوش رشصمعشلما ىلشعصشيس نشاكش ةةعشفعتشرممس سسممشششلاوش.
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat 'Ashar, sedangkan matahari masih tinggi dan terang. Lalu seseorang pergi dan mendatangi al-'Awali (tempat di sudut Madinah) sedangkan matahari masih tinggi." [8]
E. Dosa Orang yang Melewatkan Shalat 'Ashar.
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang melewatkan shalat 'Ashar seperti orang yang berkurang keluarga dan hartanya."
Dari Buraidah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa meninggalkan shalat 'Ashar, maka terhapuslah amalannya." [10] F. Dosa Orang yang Mengakhirkannya Hingga Menjelang Senja (Ketika Matahari Akan Terbenam)
Dari Anas Radhiyallahu anhu dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لششإع هشللا رسكسذميش لش اعربشرمأش اهشرشقشنشفش مشاقش نعاطشيمشششلا يعنشرمقش نشيمبش تمنشاكش اذشإع ىتششحش سسممشششلا بسقسرميش سسلعجميش ،قعفعانشمسلما ةسلشصش كشلمتع ل
ر يملعقش.
'Itulah shalatnya orang munafiq. Dia duduk sambil mengawasi matahari. Hingga ketika matahari berada di antara dua tanduk syaitan (waktu terbit dan tenggelamnya matahari) ia bangkit dan shalat empat raka'at dengan cepat. Ia tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit."[11]
G. Disunnahkan Menyegerakan Shalat Maghrib dan Dimakruhkan Mengakhirkannya Dari 'Uqbah bin 'Amir Radhiyallahu anhu, Nabi Shalallahu a'alaihi wa sallam
bersabda:
مسومجسنشسلا كشبعتششمتش ىتششحش بشرعغممشلما اورسخشعؤشيس مملشاـمش ةعرشطمفعلما ىلشعش ومأش رريمخشبع ىتعمششأس لسازشتش لش.
"Umatku senantiasa dalam kebaikan atau dalam keadaan fithrah selama mereka tidak mengakhirkan shalat Maghrib hingga banyak bintang bermunculan."[12]
Dari Salamah bin al-Akwa' Radhiyallahu anhu : “Dulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Maghrib jika matahari telah terbenam dan bersembunyi di balik tirai (tidak nampak).” [13]
H. Disunnahkan Mengakhirkan Shalat 'Isya' Selama Tidak Memberatkan
umatku. [14]
I. Dimakruhkan Tidur Sebelumnya dan Perbincangan yang Tidak Berguna Sesudahnya.
Dari Abu Barzah Radhiyallahu anhu : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membenci tidur sebelum 'isya' dan berbincang-bincang sesudahnya." [15]
Dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Suatu malam kami menunggu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hingga pertengahan malam. Lalu beliau datang dan shalat dengan kami, kemudian menasihati kami. Beliau berkata:
ةشلش صششلا مستسرمظشتشنما امش ةرلشصش يمفع اولسازشتش مملش ممكسنششإعوش ،اومدسقشرش مششثس اوملششصش دمقش سشانششلا نششإع لشأش. '
Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang telah shalat kemudian tidur. Dan
sesungguhnya kalian senantiasa dalam shalat selama kalian menunggu shalat.'"[16] J. Disunnahkan Menyegerakan Shalat Shubuh di Awal Waktunya (Ketika Masih Gelap)
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu para wanita mukminat menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan berbungkus pakaian mereka. Kemudian kembali ke rumah-rumah mereka ketika telah menyelesaikan shalat. Tidak ada seorang pun yang mengenali mereka karena gelapnya malam."[17]
K. Kapankah Seseorang Dianggap Masih Mendapatkan Waktu Shalat?
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
بشرعغمتش نمأش لشبمقش رعصمعشلما نشمع ةرعشكمرش كشرشدمأش نممشوش ،حشبمصشسلا كشرشدمأش دمقشفش سسممشششلا عشلسطمتش نمأش لشبمقش ةرعشكمرش حعبمصشسلا نشمع كشرشدمأش نممش
رشصمعشلما كشرشدمأش دمقشفش سسممشششلا.
Hukum ini tidak di khususkan bagi shalat Shubuh dan 'Ashar saja, tetapi untuk seluruh shalat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ةشلش صششلا كشرشدمأش دمقشفش ةعلشصششلا نشمع ةرعشكمرش كشرشدمأش نممش.
"Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat, maka dia telah mendapati shalat itu" [19] L. Mengqadha Shalat yang Terlewatkan
Dari Anas Radhiyiallahu anhu, dia mengatakan bahwa Nabi Allah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
اهشرشكشذش اذشإع اهشيشلشعصشيس نمأش اهشتسرشافششكشفش اهشنمعش مشانش ومأش ةرلشصش ىشسعنش نممش.
“Barangsiapa lupa terhadap suatu shalat atau tertidur darinya, maka kaffarat (tebusan)nya adalah melakukan shalat itu jika ia telah mengingatnya.” [20]
M.Apakah Orang yang Meninggalkan Shalat Dengan Sengaja Hingga Keluar dari Waktunya Wajib Untuk Mengqadha Shalat Tersebut?
Ibnu Hazm rahimahullah berkata dalam al-Muhallaa (II/235), “Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menjadikan waktu tertentu, yaitu awal dan akhirnya, bagi setiap shalat wajib. Masuk pada waktu tertentu dan keluar pada waktu tertentu. Tidak ada bedanya antara orang yang shalat sebelum waktunya dan orang yang shalat sesudah waktunya. Karena keduanya shalat pada selain waktunya. Qadha adalah kewajiban dari agama. Sedangkan agama tidak boleh selain dari Allah melalui lisan Rasul-Nya. Jika memang qadha wajib bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat hingga keluar waktunya, maka tentu Allah dan Rasul-Nya tidak akan melalaikan dan melupakannya. Tidak pula sengaja menyulitkan kita dengan tidak memberi penjelasan mengenainya. “Dan tidaklah Rabb-mu lupa.” (Maryam: 64). Dan setiap syari'at yang bukan dari al-Qur-an dan Sunnah adalah bathil."
Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______ Footnote
[1]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (250)], Ahmad (al-Fat-hur Rabbaani) (II/241 no. 90), Sunan an-Nasa-i (I/263), dan Sunan at-Tirmidzi (1/101 no. 150), dengan lafazh serupa. [2]. Hasan: [Irwaa’ul Ghaliil (I/268)], Shahiih Muslim (I/427 no. 612 (173)), ini adalah lafazh darinya, Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/67 no. 392), Sunan an-Nasa-i (I/260).
[3]. Ibid. [4]. Ibid.
[5]. Shahiih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 217)], Shahiih Muslim (I/437 no. 627 (205)).
[6]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (no. 254)], Shahiih Muslim (I/432 no. 618).
[7]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/430 no. 615)], ini adalah lafazh darinya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/15 no. 533), Sunan Abi Dawud (‘Aunul
Ma’buud) (II/75 no. 398), Sunan at-Tirmidzi (I/105 no. 157), Sunan an-Nasa-i (I/248), dan Sunan Ibni Majah (I/222 no. 677).
[8]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/28 no. 550)], Shahiih Muslim (I/433 no. 621), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/77 no. 400), Sunan an-Nasa-i (I/252), dan Sunan Ibni Majah (I/223 no. 682).
[9]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/435 no. 626)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/30 no. 552), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/84 no. 410), Sunan at-Tirmidzi (I/113 no. 175), dan Sunan an-Nasa-i (I/238)
[10]. Shahiih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 497)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/31 no. 553), dan Sunan an-Nasa-i (I/236).
[11]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 399)], Shahiih Muslim (XXI/434 no. 622), ini adalah lafazhnya, Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/83 no. 409), Sunan at-Tirmidzi (I/107 no. 160), dan Sunan an-Nasa-i (I/254).
[12]. Hasan Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 403)], dan Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/87 no. 414).
[14]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 223)] dan Shahiih Muslim (I/442 no. 638 (219)).
[15]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/49 no. 568)], Shahiih Muslim (I/447 no. 647 (237)), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/69 no. 394), Sunan an-Nasa-i (I/246).
[16]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/73 600)], ini adalah lafazh darinya, Shahiih Muslim (I/443 no. 640), dan Sunan an-Nasa-i (I/268). [17]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (1/54 no. 578)], Shahiih Muslim (I/445 no. 645), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/91/419), Sunan an-Nasa-i (I/271), Sunan at-Tirmidzi (1/103 no. 153), Sunan Ibni Majah (I/220 no. 669). [18]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/56 no. 579)], Shahiih Muslim (I/424 no. 608), Sunan an-Nasa-i (I/273), dengan lafazh serupa.
[19]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/57 no. 580)], Shahiih Muslim (I/423 no. 607), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/471 no. 1108), Sunan at-Tirmidzi (II/19 no. 523), dan Sunan an-Nasa-i (I/274).
[20]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 229)], Shahiih Muslim (I/477 no. 684 (no. 315)).
BAHASAN : Home
Adab Dan Perilaku
Ahkam
Ahkam : Hudud
Akhlak
Aktual
Al-Ilmu
Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah
Al-Masaa'il
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-1
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-2
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-3
Al-Masaa'il : Jihad
Al-Masaa'il : Politik
Al-Masaa'il : Propaganda
Al-Masaa'il : Terorisme
Al-Qur'an
Al-Qur'an : Ilmu
Al-Qur'an : Tafsir
Alwajiz : Haji & Umrah
Alwajiz : Hukum & Pidana
Alwajiz : Jenazah
Alwajiz : Makanan
Alwajiz : Nikah
Alwajiz : Puasa
Alwajiz : Shalat
Alwajiz : Shalat Sunnah
Alwajiz : Sumpah & Jihad
Alwajiz : Thaharah
Alwajiz : Wasiat & Waris
Alwajiz : Zakat
Bahasan : Aqidah
Bahasan : Asmaaul Husna
Bahasan : Assunnah
Bahasan : Bai'at
Bahasan : Bid'ah
Bahasan : Hadits (1)
Bahasan : Hadits (2)
Bahasan : Sirah Nabi
Bahasan : Syakhshiyah
Bahasan : Tauhid
Bahasan : Uswah Nabi
Dakwah
Dakwah : Firaq
Dakwah : Hizbiyyah
Dakwah : Kepada Kafir
Dakwah : Nahi Mungkar
Dakwah : Perpecahan !
Dakwah : Syubhat
Fiqih : Bisnis & Riba
Fiqih : Haji & Umrah
Fiqih : Hari Raya
Fiqih : Jenazah & Kematian
Fiqih : Jual Beli
Fiqih : Makanan
Fiqih : Media
Fiqih : Nasehat
Fiqih : Nikah
Fiqih : Nikah & Talak
Fiqih : Puasa
Fiqih : Puasa Sunnah
Fiqih : Shalat
Fiqih : Shalat Jum'at
Fiqih : Sumpah
Fiqih : Waris & Waqaf
Fiqih : Zakat
Fokus : Fatawa
Fokus : Mabhats
Fokus : Waqiuna
Kitab : Al-Ushul Ats-Tsalatsah
Kitab : As-Sunnah
Kitab : Dasar Islam
Kitab : Hari Kiamat (1)
Kitab : Hari Kiamat (2)
Kitab : Kunci Rizki
Kitab : Manhaj Salaf
Kitab : Nikah - Sakinah
Kitab : Nikah Beda Agama?
Kitab : Nikah Dari A - Z
Kitab : Puasa Nabi
Kitab : Qadha & Qadar
Kitab : Rifqon Ahlus Sunnah
Kitab : Shalat Tahajjud
Kitab : Tanya Jawab Al-Qur'an
Kitab : Tauhid Prioritas Utama
Risalah : Anak
Risalah : Gambar, Musik
Risalah : Hukum
Risalah : Keluarga
Risalah : Orang Tua
Risalah : Pakaian, Hiasan
Risalah : Rizqi & Harta
Risalah : Sakit, Obat
Risalah : Sihir, Dukun
Risalah : Tazkiyah Nufus
Wanita : Darah Wanita
Wanita : Fiqih Shalat
Wanita : Kesehatan
Wanita : Konsultasi
Wanita : Muslimah
Wanita : Thaharah
© COPYLEFT almanhaj.or.id