HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PROGRAM
3M PLUS DENGAN KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RANOTANA WERU KOTA MANADO
Vega Inge Umboh*, Grace D. Kandou*, Billy J. Kepel*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, terjadi 71.668 kasus DBD dan 641 diantaranya meninggal dunia. Kejadian DBD di Sulawesi Utara pada tahun 2014 terdapat 2.364 kasus atau naik 89,11%. DBD merupakan salah satu penyakit menular yang menonjol di Puskesmas Ranotana Weru. Pengetahuan dan Sikap diketahui memiliki hubungan dengan kejadian DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang program 3M Plus dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian kasus control yang dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita penyakit dbd dengan jumlah 68 responden yang diantaranya 34 responden yang telah di diagnosis oleh dokter sebagai kelompok kasus dan 34 responden yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru dan berdekatan dengan rumah atau tempat tinggal penderita sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan CI= 95% dan α=0,05. Terdapat hubungan antara pengetahuan (p= 0,004) dengan nilai OR = 5,571 (CI 95% 1,804 – 17,203), sikap (p= 0,001) dengan nilai OR = 7,015 (CI 95% 2,074 – 23,729) dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Pengetahuan dan sikap tentang program 3M Plus memegang peran penting dalam terjadinya kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, kejadian demam berdarah dengue ABSTRACT
According to data by Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2015, there were 71.668 cases of Dengue and Severe Dengue (DSD) and 641 were died. Incidence of DSD in North Sulawesi in 2014 there were 2,364 cases, went up 89.11%. DSD is one of the most prominent infectious diseases in Ranotana Weru Public Health Center. Knowledge and Attitudes known to have relationship with the incidence of DSD. This research aimed to determine relationship between knowledge and attitudes about 3M Plus program with the occurence DSD in Ranotana Weru Public Health Center Manado. This was a quantitative research design with case-control study conducted in Juny-August 2016. The population in this study were all patients who suffer from DSD with the number of 68 respondent. 34 respondent were diagnosed by doctor as the case group and 34 respondent who live in the region of Ranotana Weru Public Health Center and close to the home or place of stay of patients as a control group. Data collection in this study was using interviews, with questionnaire as the data collection instruments. Chi square test was used to analyze the relationship between variables with CI = 95% and α = 0.05. There were relationship between knowledge (p = 0,004) with OR = 5.571 (95% CI 1.804 to 17.203), attitude (p = 0,001) with OR = 7.015 (95% CI 2.074 to 23.729) with the occurrence DSD in Ranotana Weru Public Health Center Manado. Knowledge and attitudes about 3M Plus program plays an important role in the occurrence of DSD in Ranotana Weru Public Health Center Manado.
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemorrhagic fever
(DHF) dan dewasa ini World Health
Organization (WHO) menyebut DBD
sebagai Dengue And Severe Dengue
merupakan salah satu masalah kesehatan
dunia dan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang
cenderung semakin luas penyebarannya.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang ditandai dengan
panas (demam) dan disertai dengan
perdarahan. Demam berdarah dengue
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang hidup di dalam dan disekitar
rumah yang disebabkan oleh virus dengue
(Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Menurut data dari World Health
Organization (WHO) jumlah kasus DBD
terbesar yaitu 1,2 juta pada tahun 2008 dan
lebih dari 3 juta kasus pada tahun 2013
terjadi di wilayah Amerika, Selatan-Timur
Asia, dan Pasifik Barat. Pada tahun 2015
2,35 juta kasus terjadi hanya diwilayah
Amerika dengan jumlah angka kematian
mencapai 1181 kasus (WHO, 2016).
Jumlah penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 90.245 kasus dengan IR 37,27
per 100.000 penduduk. Dan pada tahun
2013 sebesar 112.511 kasus dengan IR
45,85 per 100.000 penduduk (Profil
Kesehatan Indonesia, 2012, 2013).
IR Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Sulawesi Utara pada tahun 2013 yaitu
54,72% per 2.265.937 penduduk. IR
Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
tahun 2014 yaitu 57,06% per 2.265.937
penduduk (Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi
Utara, 2015). Kasus Demam Berdarah
Weru pada kurun waktu lima tahun terakhir
dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terdapat
150 kasus.
Salah satu penyebab terjadinya demam
berdarah dengue adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat. Bedasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Malela
(2014) bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian demam
berdarah dengue.
Penyebab lainnya yang juga dapat
menyebabkan terjadinya demam derdarah
dengue yaitu, sikap masyarakat. Yang telah
dibuktikan dari hasil penelitian sebelumnya
oleh Askar (2013) bahwa terdapat
hubungan antara sikap dengan kejadian
demam berdarah dengue.
Tingginya kejadian demam berdarah
dengue di masyarakat maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian di Puskesmas
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian case control study (studi kasus
kontrol). Tempat penelitian dilakukan di
Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juni-Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah 68 responden, 34 responden
diantaranya adalah seluruh pasien yang
menderita penyakit demam berdarah
dengue sebagai kelompok kasus dan 34
responden yang berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Ranotana Weru sebagai
kelompok kontrol. Pengembilan sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan total
sampling. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan data primer
yaitu berupa kuesioner. Setelah didapatkan
subjek penelitian, kemudian dilakukan
pengumpulan data di wilayah kerja
Puskesmas Ranotana Weru.
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
univariat dan analisis bivariat. Uji chi
square merupakan statistik yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden dalam penelitian
ini adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan,
dan pendidikan terakhir. Karakteristik
responden ini dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Variabel Penelitian
Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk
jenis kelamin dan umur telah di lakukan
matching yaitu sebesar 17% responden
laki-laki dan perempuan dan sebagian besar
responden termasuk dalam kelompok umur
6-10 tahun yaitu 34% responden.
Pendidikan dengan persentase terbesar
adalah SMA dengan jumlah responden
yaitu 48% responden, sedangkan untuk
pekerjaan sebagian besar responden bekerja
sebagai PNS dan wiraswasta yaitu 12%
responden.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Distribusi Responden Demam
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Distribusi Responden Berdasarkan Sikap
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
responden yang mengetahui kejadian
demam berdarah dengue di wilayah kerja
Puskesmas Ranotana Weru sebesar 46%
dan sebesar 22% responden yang tidak
mengetahui kejadian demam berdarah
dengue. Distribusi berdasarkan pengetahuan
sebesar 39% responden memiliki
pengetahuan yang baik dan sebesar 29%
responden memiliki pengetahuan yang
masih kurang. Sedangkan distribusi
responden berdasarkan sikap dapat dilihat
responden yang memiliki sikap baik yaitu
sebesar 38%.
Tabel 3. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Program 3M Plus Dengan Kejadian
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru
Pengetahuan
Analisis statistik yang dilakukan dengan
menggunakan uji chi square menunjukkan
p value = 0,004. Data ini menunjukkan
terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian demam berdarah di
Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru
Kota Manado. Uji hubungan ini juga
menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) =
tersebut menunjukkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan yang kurang
berisiko 5,571 kali menderita penyakit
DBD dibandingkan dengan responden yang
memiliki pengetahuan yang baik. Hasil ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Fajarina (2012) tentang hubungan
(DBD) dengan perilaku pencegahan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di wilayah Kelurahan Demangan
Yogyakarta. Penelitian ini memperoleh p
value = 0,000, yang berarti secara statistik
ada hubungan antara pengetahuan dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah
(2014) yang berjudul hubungan kondisi
sanitasi lingkungan, pengetahuan dan
tingkat pendidikan terhadap kejadian
demam berdarah dengue di Kelurahan
Lontar Kecamatan Sambikereb Surabaya,
menunjukkan hasil p value = 0,036 yang
berarti bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan responden dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikereb
Kota Surabaya. Hasil yang sama juga
diperoleh dari penelitian Steffi dkk (2013)
yang berjudul hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku masyarakat dalam
pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD) di wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea Makassar menunjukkan hasil
ada hubungan signifikan pengetahuan
dengan kejadian dbd adalah 0,001 (p <
0,05), yang menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden mempengaruhi
terjadinya DBD di wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea Makassar.
Tetapi hasil yang berbeda didapat
dari hasil penelitian Aryati dkk (2012)
tentang hubungan pengetahuan sikap dan
tindakan masyarakat dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kelurahan Baler Bale Agung Kecamatan
Negara. Pada hasil uji analisis bivariat
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh
p value = 0,454 (>0,05) sehingga hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan responden dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).
Wahid (2006) dalam Mubarak
(2012) mengatakan perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan, dimana dapat disimpulkan
jika pengetahuan seseorang atau kelompok
baik maka derajat kesehatan orang atau
kelompok tersebut akan meningkat.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p value = 0,001, yang
berarti terdapat hubungan antara sikap
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD). Uji hubungan ini juga
menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) =
7,015 (CI 95% 2,074 – 23,729) yang berarti bahwa sikap merupakan faktor risiko yang
bermakna terhadap kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan untuk
responden yang memiliki sikap yang
kurang baik berpeluang mendapatkan
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
sebesar 7,015 kali dari pada responden yang
memiliki sikap yang baik. Hasil ini
didukung dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya tentang hubungan
antara pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku pemberantasan sarang nyamuk
Dengue (DBD) di Banjar Badung, Desa
Melinggih, wilayah Puskesmas Payangan
yang dilakukan oleh Kusuma (2014)
memperoleh hasil yang berhubungan antara
sikap dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) dengan p value = 0,001.
Cindy et al (2015) dalam penelitiannya di
Kecamatan Tomohon Barat juga
menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara sikap dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan nilai
probabilitas 0,01. Hasil penelitian yang
sama juga dilakukan oleh Dwi Jata et al
(2015) dengan judul hubungan perilaku
masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk dan faktor lingkungan dengan
kejadian demam berdarah dengue di
wilayah puskesmas I Denpasar Selatan dan
puskesmas I Denpasar Timur, menunjukan
hasil signifikansi sebesar p = 0,01 dan di
wilayah kerja Puskesmas I Dentim sebesar
p = 0,00 yang artinya terdapat hubungan
antara sikap dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja
Puskesmas I Denpasar Selatan dan
Puskesmas I Denpasar Timur.
Sikap adalah merupakan reaksi atau
respons seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.Sikap dalam kehidupan
sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial.
Mengacu dari jawaban responden dapat
disimpulkan bahwa sikap responden
terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) masih kurang baik yang
dapat menyebabkan kurangnya partisipasi
dalam hal pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di wilayah kerja
Puskesmas Ranotana Weru Kota
Manado dengan nilai OR = 5.571 (CI
95% 1,804 - 17,203) yang berarti
responden yang memiliki pengetahuan
kurang berpeluang mendapatkan
kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) sebesar 5.571 kali dari pada
responden yang memiliki pengetahuan
yang baik.
2. Ada hubungan antara sikap dengan
kejadian demam berdarah di wilayah
kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota
Manado dengan nilai OR = 7,015 (CI 95% 2,074 – 23,729) yang memiliki arti responden dengan sikap kurang baik
berpeluang mendapatkan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD)
sebesar 7,015 kali dari pada responden
yang memiliki sikap yang baik.
SARAN
1. Bagi Puskesmas
Bagi seluruh tenaga kesehatan di
Puskesmas Ranotana Weru agar
lebih aktif dalam melaksanakan
kegiatan penyuluhan atau
terjadinya penyakit DBD seperti
penyebaran bubuk abate,
pemasangan baliho atau stiker
tentang DBD, dan atau penyebaran
pamflet. Juga lebih sering aktif
mengundang masyarakat untuk
dapat lebih rutin memeriksakan
kesehatannya untuk mencegah
demam berdarah, karena lebih baik
mencegah dari pada mengobati.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Ranotana
Weru untuk dapat lebih
memperhatikan kebersihan diri
sendiri maupun lingkungan rumah
dan sekitarnya, menerapkan gaya
hidup yang lebih sehat, sering
melakukan kegiatan 3m plus secara
tepat dan teratur maka dapat
meminimalisir terjadinya penyakit
DBD. Masyarakat juga harus lebih
rutin memeriksakan kesehatan pada
petugas-petugas kesehatan agar
keadaan tubuh dapat diketahui dan
dapat terkontrol dengan baik.
3. Bagi peneliti Lain
Diharapkan bagi peneliti lain atau
peneliti selanjutnya untuk dapat
meneliti faktor-faktor lain yang
dapat menyebabkan kejadian
demam berdarah, atau dapat
mengembangkan penelitian tentang
penyakit DBD agar supaya semakin
banyak orang mengetahui
bagaimana cara mencegah
terjadinya penyakit DBD tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara 2015
Anonim. 2015. Dinas Kesehatan Kota
Manado 2015
Anonim, 2015.Profil Puskesmas Ranotana
Weru Kota Manado tahun 2015
Achmadi UF, Sudjana P, Sukowati S,
Wahyuno TM, Haryanto B, Mulyono
S, Adiwibowo A. 2010. Buletin
Jendela Epidemiologi, (Online), Vol
2,
(http://www.depkes.go.id/download.p
hp?file=download/pusdatin/buletin/b
uletin-dbd.pdf) diakses tanggal 31
Mei 2016
Afriza T, Nasriati. 2012. Pengaruh Perilaku
Masyarakat Dalam 3M Plus
Terhadap Resiko Kejadian Demam
Berdarah di ilayah Kerja Puskesmas
Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2012.
(http://www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/
TUTI_AFRIZA-2ds-jurnal_tuti_a.pdf) diakses tanggal 31
Mei 2016
Aryati, Sali W, Ayu G. 2012. Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Masyarakat Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Kelurahan Baler Bale Agung
Kecamatan Negara Tahun 2012,
2014,(http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/JURNALKESEH
ATANLINGKUNGAN/V4N2/IKetut
CaturAryatiWayanSaliGustiAyuMad
eAryasih.pdf), diakses tanggal 31
Mei 2016)
Departemen Kesehatan RI. 2004. Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Irianto K. 2013. Parasitologi Medis.
Bandung: Alfabeta.
Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit
Menular Dan Tidak Menular.
Bandung: Alfabeta
Jata Dwi, Adi Putra, Pujaastawa. 2015.
Hubungan Perilaku Masyarakat
Dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Dan Faktor Lingkungan
Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Di Wilayah Puskesmas I
Denpasar Selatan Dan Puskesmas I
Denpasar Timur, (Online) Vol 10 No.
1 tahun 2016,
(https://wisuda.unud.ac.id/pdf/139126
1008-1-Halaman%20Depan.pdf,
diakses tanggal 31 2016).
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk
Teknis Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) oleh Juru Pemantau
Jentik (Jumantik). Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Demam
Berdarah Biasanya Mulai Meningkat
di Bulan Januari. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Malela SR. 2014. Hubungan Perilaku 3M
Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tamalate Kecamatan
Kota Timur Kota Gorontalo,
(Online),
(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMF
IKK/article/download/10477/10356)
diakses tanggal 31 mei 2016
Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K,
Supradi. 2012.Promosi Kesehatan:
Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar Dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mumpuni Y, Lestari W. 2015. Cekal
(Cegah Tangkal) Sampai Tuntas
Demam Berdarah. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Hubungan Perilaku 3M Plus Dengan
Densitas Larva Aedes Aegypty di
Kelurahan Birobuli selatan Kota
Palu Sulawesi Tengah (Online),
(http://repository.unhas.ac.id/bitstrea
m/handle/123456789/5658/JURNAL
%20NAHDA.pdf) di akses tanggal 31
Mei 2016
Notoadmodjo S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Notoadmodjo S. 2013. Promosi Kesehatan:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Paendong C. 2015. Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Masyarakat Dengan
Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Taratara Kecamatan
Tomohon Barat, (Online), Vol 2 No.
2, Juni 2015,
(http://jurnal.unsrittomohon.ac.id/ind
ex.php/ejurnal/article/view/70,
diakses tanggal 31 Mei 2016)
Sholihah Qoriatus. 2014. Hubungan
Kondisi Sanitasi Lingkungan,
Pengetahuan Dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di
Kelurahan Lontar Kecamatan
Sambikereb Kota Surabaya, (Online),
Vol 3 No. 3 tahun 2014,
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/
swara-bhumi/article/view/9195,
diakses tanggal 31 Mei 2016)
Tangyong IS, Askar M, Darmawan S. 2013.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dengan Perilaku Masyarakat Dalam
Pencegahan Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Tamalanrea Masassar (Online), Vol
2 No. 5 tahun 2013,
(http://library.stikesnh.ac.id/files/disk
1/6/e-library%20stikes%20nani%20hasanu
ddin--steffiisab-265-1-25136268-1.pdf) diakses tanggal 31 Mei 2016
World Health Organization. 2016. Dengue
And Severe Dengue. Jenewa: World
Health Organization Centre for
Health Development (Online),
(http://www.who.int/mediacentre/fact
sheets/fs117/en/, diakses tanggal 31
Mei 2016).
Zulkoni A. 2011. Parasitologi. Yogyakarta: