• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Keragaman Karakter Morfologi Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) Di Beberapa Kabupaten Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendugaan Keragaman Karakter Morfologi Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) Di Beberapa Kabupaten Sumatera Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) plasma nutfah ini karena Indonesia memiliki bentang alam yang luas dengan penyebaran dan kondisi wilayah memiliki bentang alam yang

luas dengan penyebaran dan kondisi wilayah geografis yang bervariasi (Sriani dan Muhammad, 2012).

Daerah hutan hujan Sumatera merupakan salah satu wilayah agro-biodiversity yang penting. Sebagian besar spesies tanaman buah yang dibudidayakan di daerah ini adalah indigenous dan dan memiliki kerabat liarnya di hutan, terutama Genus Durio, Nephelium, Baccaurea, Citrus, Mangifera, Musa, Salacca. Selain itu di Indonesia tercatat 77 species Garcinia dan 22 diantaranya terdapat di 290 Sumatera. Spesies Garcinia tersebut terdiri dari spesies budidaya, species liar, species dapat dimakan, dan 21 untuk diambil kayunya. Diketahui bahwa daerah hutan hujan di dataran rendah Sumatera berada di bawah ancaman resiko kepunahan yang tinggi oleh konversi habitat (66 %) dan rendahnya proteksi (4.9 %). Beberapa sentra keragaman genetik tanaman buah pada daerah ini tidak terkonservasi dengan baik salah satunya yaitu Garcinia sp dan Nephelium sp dipilih untuk dikonservasi berdasarkan keragaman genetik, nilai ekonomi dan pemanfaatannya (Mansyah dan Edison, 2012).

(2)

industri pertanian. Plasma nutfah merupakan sumber daya genetik yang diperlukan, salah satunya yaitu untuk mengembangkan varietas atau kultivar baru. Tingginya keragaman plasma nutfah yang kita miliki membuka peluang untuk mencari, memanfaatkan, menemukan, dan mengoptimalkan potensi genetik yang belum tergali (Prasetyo, 2006). Salah satu kekayaan hayati Indonesia adalah asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders.). Asam gelugur adalah buah yang termasuk dalam suku (family) Guttiferae dan marga (genus) Garcinia. Buah ini banyak tumbuh di daerah Sumatera Utara.

Garcinia adalah genus pan-tropis yang dimiliki keluarga Guttiferae (Clusiaceae) didistribusikan sebagian besar di wilayah Asia Tenggara. spesies Garcinia menghasilkan buah yang dapat dimakan dan yang paling spesies yang terkenal adalah G. mangostana atau manggis (secara lokal dikenal sebagai 'manggis'). Di Semenanjung Malaysia ada 49 spesies Garcinia dari 350 spesies

diperkirakan di seluruh dunia. Yang paling umum dibudidayakan spesies G. atroviridis (asam gelugur), G. Cowa (Kandis), G. hombroniana (beruas),

G. Prainiana (Kecupu) dan G. mangostana (manggis). Selain dari manggis, hanya beberapa spesies yang dibudidayakan, baik untuk buah-buahan, sayuran, tradisional obat-obatan atau penggunaan domestik lainnya seperti untuk lansekap. Kadang-kadang buah yang diawetkan atau digunakan sebagai bahan tambahan dalam hidangan lokal, misalnya G. atroviridis, G. cowa dan G. Hombroniana (Nazre, et al., 2007).

(3)

yaitu Garcinia atroviridis (asam gelugur) umumnya dijumpai di daerah

Semenanjung Malaya. Tanaman ini masih satu marga dengan manggis (Garcinia mangostana L.) dan asam kandis (Garcinia xanthocymus) yang tersebar

di Asia Tenggara (Uji, 2007).

Tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan tanaman yang sudah lama dikenal di daerah Sumatera Utara. Tanaman ini sebagian besar sebagai tanaman hutan, masih sedikit dibudidayakan oleh petani. Tanaman asam gelugur tumbuh di daerah dengan ketinggian 5-800 meter di atas muka laut. Di daerah tertentu seperti di Jawa dan Kalimantan tidak terdapat asam gelugur di daerah hutannya. Buah asam gelugur gelugur ini masih baru dibudidayakan dan diolah petani karena baru sejak tahun 2000 harga buah asam gelugur berarti bagi petani. Pada tahun sebelumnya buah asam gelugur ini hanya sedikit dimanfaatkan orang, hanya sebagai bahan pembuat manisan dan sayuran (Tarigan, 2006).

(4)

Asam gelugur selama ini hanya dikenal orang sebagai bumbu masak untuk menambah cita rasa dari suatu masakan dan manisan.Namun, seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, pemanfaatan asam gelugur juga semakin berkembang. Kini, asam gelugur telah diolah sebagai sirup. Meski masih skala home industry, namun pengolahan asam gelugur sebagai minuman segar bervitamin menunjukan bahwa komoditas hortikultura ini memiliki potensi yang luar biasa untuk dibudidayakan. Namun, hingga saat ini tanaman yang bernama latin Garcinia Atroviridis Griff. ex T. Anders ini belum dibudidayakan secara luas. Keberadaannya selama ini masih sebagai tanaman ‘liar’ yang tumbuh di lahan-lahan masyarakat. Kalaupun ada yang membudidayakannya, jumlahnya masih sangat kecil. Padahal, potensi yang dihasilkan sangat besar ditambah pasar masih sangat terbuka apalagi ekspor (Purba, 2004).

Secara komersial G. atroviridis telah dimanfaatkan oleh industri internasional sebagai makanan kesehatan untuk membakar lemak yang sangat ampuh (pelangsing), menurunkan kolesterol, hypertensi, rematik, yang diolah dalam bentuk kapsul dan sirup. Buah asam gelugur saat ini telah memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mulai dikomersilkan dengan harga jual yang cukup tinggi yaitu Rp 60.000 per kilogram olahan keringnya. Produk ini telah dipasarkan ke Medan dan Teluk Kuantan dan kewalahan untuk memenuhi permintaan karena kekurangan bahan baku (Mansyah dan Edison, 2012)

(5)

menyatakan keberhasilan program pemuliaan tanaman untuk memperbaiki karakter suatu tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber genetik.

Pengumpulan informasi keragaman dilakukan melalui kegiatan pengkayaan seperti eksplorasi. Dengan kegiatan ini peluang munculnya potensi genetik yang diinginkan dapat tersedia (Puslitbanbun, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukannya identifikasi terhadap suatu tanaman. Karakterisasi terhadap koleksi (aksesi) yang dilakukan, bertujuan untuk mendapatkan data sifat atau karakter morfologi agronomis (deskripsi morfologi dasar) sehingga dapat dibedakan fenotip dari setiap aksesi dengan cepat dan mudah, dengan menduga seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki (Bermawie, 2005).

Konservasi spesies budidaya dan kerabat liarnya sangat mendesak untuk dilaksanakan karena akan memberikan keuntungan langsung terhadap manusia dalam pengembangan produk baru serta fungsinya dalam memelihara ekosistim alami (Maxted, 2006). Konservasi on-farm merupakan sistem pertanian yang efektif untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Konservasi on-farm adalah pengelolaan secara berkelanjutan dari sumberdaya genetik lokal yang yang dikembangkan atau dibentuk oleh petani dalam sistim pertanian tradisional (Maxted et al.,1997). Konservasi sumberdaya genetik lokal berkontribusi untuk ketahanan pangan, terutama masyarakat pedesaan. Pada prinsipnya konservasi adalah untuk memaksimalkan proporsi gene pool dari spesies target yang dibangun untuk tujuan pemanfaatannya secara nyata (Stolton et al., 2006).

(6)

masih terbatas pada eksplorasi, identifikasi dan karakterisasi serta persiapan bibit untuk konservasi, 2). Parameter yang diamati masih sederhana belum mendalam terutama tentang kandungan kimia dari spesies tersebut untuk menggali potensi pemanfaatannya (Mansyah dan Edison, 2012). Kegiatan riset dan pengembangan ke depan meliputi :

1. Identifikasi morfologi keragaman asam gelugur. Kegiatan ini bermanfaat untuk proteksi sumberdaya genetik lokal dan membangun genebank keragaman sumberdaya genetik tanaman buah dan kerabat liarnya.

2. Analisis kandungan kimia asam gelugur untuk menggali potensi pemanfaatannya.

3. Melanjutkan konservasi asam gelugur dengan membangun kebun bibit berbasis komunitas lokal dan penanaman kembali di habitat aslinya

4. Pengembangan dan pemanfaatannya untuk diversifikasi pangan, pangan kesehatan baru, dan kosmetika bekerjasama dengan swasta

5. Peningkatan kapasitas dan pengetahuan komunitas lokal tentang konservasi dan nilai tambah produk melalui pelatihan serta memfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

(7)

memanjang, bangun lanset), bunga (bunga jantan, bunga betina), buah (bulat, merata, bujur telur).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian

tentang pendugaan keragaman karakter morfologi asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) di daerah kabupaten Serdang Bedagai,

Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik morfologi pada tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders) dan sebagai bahan konservasi di beberapa kabupaten Sumatera Utara.

Kegunaan Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

(2011) dalam tulisannya yang berjudul Information Diffusion in Social Networks: Observing and Influencing Societal Interests, mengatakan bahwa tahap pertama yang harus

23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan

Hasil uji regressi ditemukan hubungan yang bermakna secara signifi kan antara tempat tinggal dengan perilaku seks tidak aman dengan p = 0,000 pada alfa 0,05 yang berarti remaja

Setiap usulan Para Pemegang Saham akan dimasukkan dalam acara Rapat tersebut jika memenuhi persyaratan dalam Pasal 17 Ayat 11 Anggaran Dasar Perseroan dan harus diterima

Peserta Nama TWK TIU

Hasil analisis dalam implementasi Sinergitas e-Crowdfunding Dengan e-Commerce Dalam Membantu Pendanaan Sosial Berbasis Web Bootstrap, ini dilakukan dengan menggunakan

Para Pemegang Saham atau kuasanya yang akan menghadiri Rapat diminta dengan hormat untuk membawa dan menyerahkan Konfirmasi Tertulis Untuk Rapat (KTUR) atau

Peserta Nama TWK TIU