• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESYA ALHADI_PENTINGNYA PENINGKATAN SOFT SKILL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ESYA ALHADI_PENTINGNYA PENINGKATAN SOFT SKILL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

45

PENTINGNYA PENINGKATAN SOFT SKILL

DALAM LINGKUNGAN KERJA

Esya Alhadi

Administrasi Niaga - Politeknik Negeri Sriwijaya

Abstract

Business world requires a person with good hard skill and soft skill. The skill is one of the skills which gained in education world. Education world has a big responsibility for creating or traning the soft skill of th students, because someone’s success in business world in 80 % determined by the ability to manage self and others (soft skill). In working environment a person can not work by himself, a work relates to another work forming a team work. The team will be operated properly if there is a responsibility among employess, respect others, able to communicate with others, honest, discipline, and willing to share the knowledge to co-worker. To create the student’s soft skill, a lecture’s roles is very important; such as designing learning process, so the students can train their soft skill indirectly. Also, the lectures’ attitude can be a good model for their students.

Keywords : soft skill, hard skills, working environtment

PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung kepada kemampuan dan keterampilan karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut, dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, karyawan akan menyerahkan seluruh kemampuannya untuk melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Sehingga rata-rata perusahaan yang akan menerima karyawan baru, selalu melakukan test mengenai kemampuan

pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pelamar. Hal ini jelas dilakukan karena tidak ada perusahaan yang mau menerima karyawan yang tidak memiliki keterampilan apapun.

(2)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

46

Karyawan yang bekerja dalam

perusahaan tidak bekerja sendiri, mereka memerlukan bantuan teman kerja lainnya dalam istilah lain dalam bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan sangat diperlukan adanya tim kerja. Tim kerja ini dapat dimulai dari tim kerja yang kecil yaitu bagian-bagian dalam perusahaan. Tim kerja yang kecil tersebut akan membentuk suatu tim kerja besar untuk mencapai tujuan perusahaan dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan. Apalagi bekerja dalam suatu tim, keberhasilan suatu tim kerja selain sangat tergantung dari kesamaan persepsi mengenai

tujuan yang akan dicapai, kemampuan dan keahlian yang dimiliki tim dan yang tidak kalah pentingnya yaitu kemampuan kerja sama antar tim, kemampuan komunikasi, bertanggung jawab, percaya diri, kemampuan memimpin, disiplin dan lain-lain yang ada dalam diri karyawan yang dikenal dengan istilah soft skill. Seperti yang diungkapkan oleh Admin (2008) dalam artikel dan opini dengan judul Antara HardSkill dan SoftSkill.

Dalam artikel tersebut diungkapkan bahwa” Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat menyatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.” Sudah selayaknya setiap dunia pendidikan sekarang ini agar mempersiapkan anak didiknya untuk bersaing di pasar tenaga kerja dengan bekal keterampilan softskill.

Menurut Nofieiman (2006) bahwa yang mempengaruhi mutu lulusan adalah: 1. Kualitas input

2. Kualitas dan kuantitas dosen 3. Sistem penilaian

4. Teaching materials 5. Kualitas sarana prasarana 6. Kerjasama

Suatu Perguruan Tinggi yang memiliki unsur diatas, diharapkan dapat membekali lulusannya dengan hard skill dan soft skill, sehingga dapat menjawab tantangan pasar kerja. Pada saat lulusan tersebut benar-benar terjun didunia kerja, baik sebagai pekerja maupun berwirausaha, maka dengan bekal selama kuliah, mereka akan dapat mengembangkan/meningkatkan soft skill mereka dengan lebih baik. Pada saat bekerja inilah mungkin baru disadari bahwa kemampuan mengolah diri dan orang lain (softskill) sangat diperlukan.

(3)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

47

kurang fokus melatih softskill mahasiswanya. Sebagian besar mahasiswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan hard skillnya dibandingkan soft skill, padahal Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya setiap mata kuliahnya memiliki laboratorium untuk melatih soft skill mahasiswa. Menurut laporan ”World Competitiveness Yearbook ”(2004), tingkat daya saing sumber daya manusia di Indonesia di lingkungan regional ASEAN berada paling bawah. Salah satu alasannya, menurut Suprayitno (2007), adalah karena model pendidikan pada perguruan tinggi umumnya masih fokus pada keterampilan teknis, hard skills (90%) dibandingkan pengembangan soft skills (10%). Sementara itu, National Association of Colleges and Employers (NACE) pada 2005 melaporkan bahwa pada umumnya para pengguna lulusan membutuhkan keahlian kerja berupa soft skills 82 persen dan hard skills 18 persen”. (Abdurachman, 2007).

Seperti yang dikemukakan oleh Nofieiman (2006) bahwa masalah umum yang terjadi adalah:

1. Komunikasi efektif, Kebanyakan kegiatan perkuliahan cenderung dilakukan secara satu arah. Akibat laten yang lebih parah, mahasiswa jadi minim dalam kemampuan komunikasi karena tidak bisa bertanya, berinteraksi dengan dosen, melakukan presentasi, diskusi kelompok, atau adu argumen.

2. Kepercayaan diri, Sudah banyak dosen yang mengelukan rendahnya kepercayaan diri mahasiswa, baik itu

kepercayaan diri secara umum, teknis, analisis, komunikasi, maupun kepercayaan diri dalam bidang lainnya. Contoh: Mahasiswa malas untuk bertanya/ kontribusi pada diskusi kelas. Sementara ketika ditanya apa mereka sudah faham dengan materi kuliahnya, lagi-lagi tidak ada yang menjawab, kalau sudah begini sulit sekali membangkitkan kepercayaan diri ketika mereka berada didunia kerja.

3. Leadership, Mahasiswa yang pernah terlibat dalam organisasi kemahasiswaan sedikit beruntung karena memiliki tempat untuk mengembangkan kemampuan leadership tersebut. Dunia kerja kini tidak lagi menuntut kinerja individual yang superior, tetapi lebih dari itu, kemampuan leadership dan team work yang mumpuni.

4. Presentasi dan kemampuan meyakinkan orang lain, Dalam dunia kerja, kemampuan presentasi, pitching, dan meyakinkan orang lain adalah Skill yang mutlak diperlukan. Sayangnya, tidak semua kegiatan perkuliahan memfasilitasi mahasiswanya untuk melakukan presentasi, Sebagian mahasiswa memang terlatih dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Namun jumlahnya tentu tidak seberapa dibandingkan jumlah seluruh mahasiswa yang ada.

(4)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

48

Begitu juga menurut Irma (2009) bahwa ”Ada kecenderungan apa yang diberikan di bangku kuliah tidak sepenuhnya serasi dengan kebutuhan di lapangan kerja. Sebagian besar menu yang disajikan, boleh dibilang berupa keterampilan keras (hard skill). Padahal bukti-bukti menunjukkan penentu kesuksesan justru kebanyakan adalah keahlian yang tergolong lunak (soft skill)”. Pada tulisan ini, penulis ingin mengangkat uraian mengenai mengapa softskill sangat diperlukan di dunia kerja dan bagaimana membentuk softskill dalam diri seorang mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Soft Skill

Soft skill merupakan kesadaran yang membuat seseorang termotivasi dan pantang menyerah sehingga bisa menempatkan diri ditengah orang lain secara proporsional (Duta masyarakat, 2009)

Pengertian lain dari soft skill menurut Gardner dalam Ikhsan (2009) adalah ”kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah

kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri”. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.

Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain. Kepekaan dan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain .

Penggolongan Soft Skill

Pada dasarnya softskill terbagi menjadi 2 jenis yaitu: (Putri, 2007) Kualitas Personal:

 Dapat bertanggung jawab  Kepercayaan diri

 Mampu bersosialisasi

 Mampu mengatur diri sendiri (Self-management)  Integritas/kejujuran

Interpersonal Skill:

 Leadership (kepemimpinan)  Kemampuan bernegosiasi  Mampu bekerja sama dalam tim  Mau berbagi ilmu dengan orang lain  Dapat melayani klien/pelanggan

Menurut Ikhsan dalam Wiratna (2008) mengatakan bahwa soft skill yang perlu diasah dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu:

(5)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

49

2. Keterampilan berorganisasi (Organizational skills)

3. Kepemimpinan (Leadership)

4. Kemampuan berpikir kreatif dan logis (Logic and creative) 5. Ketahanan menghadapi tekanan (Effort)

6. Kerja sama tim dan interpersonal (group skills) dan etika kerja (ethics)

Menurut Murphy dan Peck dalam Dinata (2008) bahwa ada 8 anak tangga yang harus dilewati dalam mengantarkan seseorang menuju puncak kesuksesan, yaitu:

1. Kemauan kerja keras (Capacity for hand work), Sikap kerja keras ini harus dimiliki oleh setiap wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disiplin memainkan peranan penting. Karena bagaimana orang mau bekerja keras jika disiplin tidak ada.

2. Mampu bekerjasama dengan orang lain (Getting things done with and through people), Setiap wirausahawan, hendaknya mampu memanfaatkan potensi orang lain yang ada disekitarnya. Untuk itu, perbanyak teman dengan orang-orang dibawah kita (mungkin sebagai anak buah) atau orang diatas kita (mungkin sebagai majikan).

3. Penampilan yang baik (Good appearance), Seorang wirausahawan bukan semata-mata berarti penampilann body face. Akan tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur dan disiplin.

4. Keyakinan diri (Self confidence) , Hidup berwirausaha haru memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha, jangan ragu lagi bimbang. 5. Pandai membuat keputusan (Making sound decision), Dalam berwirausaha, kita

tentu akan dihadapkan pada berbagai alternatif, harus memilih, maka langkah yang dapat anda lakukan adalah membuat pertimbangan yang matang.

6. Pendidikan (College education), Untuk menjadi wirausahawan sukses ialah kegemaran untuk selalu menambah ilmu pengetahuan.

7. Ambisi untuk maju (Ambition drive), Ambisi yang proporsional merupakan sesuatu sikap positif yanhg perlu dimiliki bagi para wirausahawan yang ingin sukses. Roh ambisi ini akan melahirkan orang-orang yang gigih dalam mengeluti pekerjaan dan tantangan.

8. Pandai berkomunikasi (Ambility to communicate), Seorang wirausahawan harus selalu membangun kepandaian dalam bekomunikasi. Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasikan buah pikiran ke dalam bentuk ucapan yang jelas, tutur kata yang enak, dan mampu menarik perhatian orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, ternyata bahwa peran soft skills sangat penting untuk kesuksesan seseorang diantaranya: kemauan kerja keras, mampu bekerja sama, penampilan yang baik, keyakinan diri, ambisi untuk maju, pandai berkomunikasi.

PEMBAHASAN

Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti dari usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan timbul kebutuhan lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh A.H. Maslow, bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia itu digolongkan atas lima macam kebutuhan yaitu: (Zainun, 1989)

(6)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

50

2. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau

perlindungan diri ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupannya dengan segala aspeknya (safety needs);

3. Kebutuhan-kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjadi anggota dari kelompok pergaulan yang lebih besar (social needs);

4. Kebutuhan-kebutuhan untuk memeperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan (the needs for esteems);

5. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman dan kemasyhuran sebagai seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa (the needs for self actualizatiosin).

Kebutuhan sosial dapat terpenuhi, jika karyawan mampu meningkatkan soft skill dalam dirinya di lingkungan kerja. Kebutuhan akan diterimanya diri dalam lingkungan misalnya lingkungan kerja tidaklah mudah semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi apabila seseorang itu mampu meleburkan diri dalam lingkungannya akan memudahkan orang tersebut diterima di lingkungan kerjanya, untuk itu seseorang karyawan haruslah memiliki keterampilan terutama yaitu soft skill

disamping hard skill. Dengan soft skill, seseorang dalam bergaul dengan rekan kerja, dalam urusan kerja dilakukan dengan pendekatan hati nurani (kekeluargaan) dalam arti, saling menghargai hak-hak orang lain, saling memberikan masukan atas kekurangan rekan kerja, mampu menerima kritikan dari rekan kerja. Sehingga suasana kerja diraskan sangat meyenangkan. Suasana yang menyenangkan dalam lingkungan kerja akan berdampak positif bagi karyawan. Karyawan akan mudah dan leluasa untuk menuangkan ide/pemikirannya. Suasana ini hendaknya juga terus diciptakan oleh pemimpinb perusahaan yang ada. Pemimpin bisa menciptakan suasana seperti ini, jika pimpinan tersebut dapat menerapkan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan

transformasional adalah ” Pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividukan dan yang memiliki kharisma (Robbins, 2002). Pada gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin haruslah mampu melakukan pendekatan kepada karyawan, sehingga karyawan menjadikan pimpinannya sebagai sumber inspirasi, dapat membangkitkan rangsangan intelektual (menggalakkan kercerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang teliti). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Zainun (1989) bahwa ”terpenuhinya kebutuhan tingkat ke tiga ini (kebutuhan sosial) akan

berpengaruh terhadap hubungan manusia dalam pekerjaan. Seseorang pekerja akan

disiplin bekerja dan merasa senang pergi ke tempat kerja.”

(7)

sia-PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

51

sia jika dia tidak mampu untuk

mengkomunikasikan, berbagi idenya kepada rekan kerja ataupun percaya diri dengan apa yang dikerjakannya. Mengkomunikasikan sesuatu berarti kita ingin menyampaikan informasi kepada pihak lain. Suatu komunikasi akan berhasil jika

pemberi informasi dapat

menyampaikan informasinya secara baik, sehingga penerima informasi

dapat memahami dan mempunyai pemahaman yang sama dengan pemberi informasi. Keterampilan komunikasi yang dimiliki seseorang akan sangat membantunya untuk menyampaikan ide yang dimilikinya dalam menyelesaikan pekerjaan, jika tidak memiliki keterampilan tersebut, maka ide-ide yang dimiliki akan terbuang sia-sia. Seperti yang

dikemukakan oleh Mangkuprawira (2008) bahwa ”berbagai hasil studi tentang kebutuhan perusahaan akan karyawan profesional adalah pentingnya segi kemampuan dalam berkomunikasi. Alasannya, kemampuan komunikasi sangat penting ketika seorang karyawan harus mampu menterjemahkan apa yang dikehendaki pimpinan, mampu menyampaikan gagasan-gagasannya dengan gamblang, mampu membuat surat bisnis, dan mampu membangun komunikasi positif dengan atasan dan sesama karyawan. Bahkan perusahaan yang sangat aktif membangun jejaring bisnisnya, kemampuan karyawan profesional dalam berkomunikasi (negosiasi) bisnis dengan pihak rekanan

sangat dibutuhkan.”

Begitu juga jika kedudukan seseorang sudah berada pada tingkat yang lebih tinggi (top management atau middle management), maka keterampilan ini lebih besar diperlukan.

Seorang pemimpin mempunyai tugas untuk mengkoordinir karyawan, memotivasi karyawan, mensosialisasikan rencana-rencana yang akan dijalankan dan lain-lain. Untuk itu pimpinan haruslah mampu mengkomunikasikan rencana yang akan dijalankan, agar semua pihak paham akan persiapan yang akan dilakukan untuk merealisasikan rencana tersebut. Kemampuan komunikasi juga dituntut untuk seorang pimpinan dalam memotivasi karyawan. Salah satu cara memotivasi karyawan adalah dengan melakukan pendekatan kepada karyawan misalnya memberikan nasehat, memberikan masukan-masukan berupa cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan, melibatkan karyawan mengambil keputusan, berdiskusi dengan karyawan untuk membangkitkan rasa intelektualitas karyawan, dan lain-lain. Pendekatan yang dilakukan seperti ini, akan membuat karyawan merasa diperhatikan, diakui sebagai bagian dari organisasi, dihargai pendapatnya, sehingga apapun keputusan yang diambil akan diakui sebagai keputusan bersama, karena mereka dilibatkan dalam mengambil keputusan dan mereka jelas akan mendukung keputusan tersebut. Hal ini senada dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Zainun (1989) yang menyatakan bahwa ”kebanggaan seseorang untuk

(8)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

52

Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka timbul perasaan rendah diri, lemah,

putus asa, takut dan pemalu”.

Pendekatan-pendekatan kepada karyawan semua ini bisa dilakukan pimpinan, jika pimpinan mempunyai rasa empati yang tinggi, pimpinan yang bisa merasakan perasaan orang lain akan lebih muda memotivasi karyawan. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan bahwa ”Menjadi pemimpin, pada intinya mengharuskan

(baca mutlak) berpengaruh. Namun demikian, cara mempengaruhi yang dipimpin bukan dengan pendekatan materi, tetapi memadukan jiwa iman dan kasih sayang. Target kepemimpinan adalah membangun kasih, menebar kebajikan, dan penyalur rahmat Tuhan dimuka bumi. Pendidikan bukan mesin penghasil hard skill yang pragmatis tetapi soft skill outcomes yang humanis, maka keterampilan berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif tidak hanya dijiwai oleh nuansa intelektual saja, tetapi juga religiusitas, serta artistik. Kapabel dalam bidang keilmuannya, konsisten dengan keyakinan keagamaannya, serta komitmen mengubah apapun disekitarnya menjadi ”indah” (Rektor, 2009).

Selain komunikasi lisan dan tulisan yang perlu dimiliki agar bisa melebur dalam lingkungan kerja. Kemampuan lain dari soft skill yang juga perlu ditanamkan dalam diri karyawan di lingkungan kerja adalah kepercayaan diri, berbagi ilmu dengan sesama rekan kerja, kejujuran serta etika dalam bergaul.

Seseorang tidak dapat menunjukkan hard skill yang dimilikinya tanpa mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Bagaimana seseorang bisa meyakinkan orang lain atas hasil kerja/ide yang dimiliki, atau seorang yang ingin menjual produknya, bagaimana bisa kalau dia sendiri tidak mempunyai kepercayaan diri. Tetapi kepercayaan diri yang ada janganlah melampui batas, sehingga kita akan meremehkan rekan kerja yang lain,

saling menghargai antar rekan kerja adalah hal yang terbaik dalam membentuk tim kerja yang solid.

Selain kepercayaan diri yang dimiliki seseorang, kejujuran dan etika adalah hal penting juga yang perlu terus diasah dalam bekerja. Seseorang yang jujur, mempunyai sopan santun (beretika) dalam pergaulannya di dunia kerja, akan sangat mudah diterima dan dijadikan panutan apalagi kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Menurut Abdurachman (2007) bahwa: ”Sikap jujur mampu membuat seseorang berani menyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Kejujuran memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi diri dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan siap untuk memperbaikinya. Di sisi lain, kejujuran akan menjadikan seseorang mampu menyatakan kelebihannya. Semua perilaku tersebut sangat mendukung seseorang untuk percaya diri. Yaitu, keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan”.

Soft skill ini sebaiknya dibangun dalam diri seseorang sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua harus menanamkan rasa sopan santun, mampu menghargai orang lain, berani mengemukakan pendapat (bersifat terbuka/demokrasi) dalam keluarga, ditanamkan sikap kejujuran pada anak, disiplin, semua ini perlu diciptakan dalam kehidupan keluarga sehari-hari.

(9)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

53

juga melatih kemampuan

mengolah diri (soft skill). Salah satu caranya yaitu memberikan tugas kelompok, atau presentasi setiap mahasiswa untuk materi pelajaran dan lain-lain. Salah satu contoh yang konkrit untuk peningkatan soft skill mahasiswa adalah dalam pelajaraan simulasi bisnis yang ada di kurikulum Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya. Pada pelajaran ini mahasiswa dilatih untuk menguasai ilmu yang didapat selama 5 semester kuliah di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya. Disamping itu mahasiswa juga

dituntut untuk mampu berkomunikasi antara mahasiswa atau bagian atau antar perusahaan, karena disini setiap mahasiswa memegang jabatan tertentu dalam perusahaannya. Pekerjaan disetiap jabatan harus terkoordinasi, saling keterkaitan, maka kepedulian terhadap bagian lain sangat diperlukan. Begitu juga kerja sama kelompok (tim) harus terjalin dengan baik agar semua pekerjaan selesai tepat waktu. Menurut Iman (2006) bahwa solusi yang dapat diberikan adalah:

1. Kesempatan presentasi secara individual, Idealnya kegiatan perkuliahan bisa memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan presentasi, berdiskusi, melatih komunikasi, beradu argumentasi tanpa saling menjatuhkan. Lebih baik lagi jika kesempatan tersebut dilakukan dalam bahasa inggris.

2. Praktik simulasi bisnis, Khususnya di bidang bisnis/keuangan, perkuliahan banyak berkutat pada sisi teori dengan mengabaikan kemampuan praktis. Dengan praktik simulasi bisnis semacam itu, kemampuan teknis yang dimiliki akan lebih diarahkan untuk mengatasi persoalan (problem solving) dan membuat keputusan (decision making).

3. Integritas dan profesionalisme, Kemampuan untuk menegakkan integritas dan profesionalisme mutlak diperlukan karena seorang lulusan perguruan tinggi nantinya akan bertanggung jawab penuh pada perusahaan dan kepentingna publik (stakeholder). Mereka juga dituntut untuk tunduk pada standar profesi. Sayang, mata kuliah terkait dengan keagamaan, civics, etika, dan personality development seringkali dipandang sebelah mata oleh mahasiswa.

4. Suasana ilmiah terkondisi, Kuliah seharusnya bisa menjaga terpeliharanya suasana ilmiah. Dengan demikian, mahasiswa ”akrab” dengan perpustakaan, familiar dengan dosen, betah berjam-jam nongkrong di lab., dan melakukan kegiatan ilmiah lainnya. Sayangnya, banyak mahasiswa yang hanya kuliah, bikin tugas, praktikum, lalu pulang.

(10)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

54

6. Sikap mental positisi, Dunia kerja penuh dengan tantangan dan tekanan yang

saling berbenturan antara pihak-pihak berkepentingan (conflict of interest). Ada baiknya sejak dini disiapkan sikap mental positif seperti trust, image positif, integritas, profesionalisme, dan kredibilitas. Integritas dan kredibilitas, terutama, sangat penting untuk mengatasi persepsi umum seperti tersebut diatas.

Disamping itu peran dosen sangat penting untuk membentuk soft skills mahasiswa. Menurut Prayudi (2008), bahwa ”attitude dosen juga menjadi living example dari terbentuknya soft skill mahasiswa. Perilaku dosen dalam datang tepat waktu, koreksi tugas, komunikasi dalam dan luar kelas, dan sebagainya adalah salah satu yang akan berkontribusi bagi terbentuknya soft skill mahasiswa.”

Pembenahan terhadap proses belajar kearah peningkatan soft skill sangat diperlukan, karena lulusan Perguruan Tinggi adalah mereka-mereka yang akan mewarisi untuk menjalankan negara ini dimasa yang akan datang. Jika generasinya adalah generasi yang jujur, peduli antar sesama, mampunyai empati yang tinggi, saling menghargai, maka sudah dapat dipastikan negara ini akan menjadi negara besar. Pembenahan dalam proses mengajar tersebut sangat penting karena berdasarkan artikel yang ditulis oleh Irma yang menyatakan bahwa ”Para pengguna tenaga kerja kerap mengeluhkan lulusan Perguruan Tinggi yang berkualitas setengah hati. Bagaimana tidak kecewa, kalau lulusan yang dicetak ternyata kurang tangguh, tidak jujur cepat bosan, tidak bisa bekerja teamwork, sampai minim kemampuan berkomunikasi lisan dan menulis laporan dengan baik. Mengapa itu bisa terjadi?” (Irma, 2009), dan juga menurut Harmoni (2009) bahwa”disinyalir telah terjadi kesenjangan antar dunia pendidikan tinggi dan industri. Perguruan Tinggi memandang lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi adalah mereka yang lulus dengan IPK tinggi dan dalam waktu yang cepat. Sedangkan dunia industri menganggap bahwa lulusan yang high competence adalah mereka yang mempunyai kemampuan teknis dan sikap yang baik”.

KESIMPULAN

Suatu pekerjaan tidak dapat dikerjakan hanya oleh seorang pekerja saja, tetapi dalam lingkungan kerja diperlukan adanya kerja sama antar pekerjaan dan antar bagian. Pekerjaan dapat selesai dengan baik, jika ada koordinasi, komunikasi, rasa tanggung jawab, disiplin, percaya diri dan lain-lain dari setiap karyawan. Suatu ide yang baik yang dimiliki akan menjadi sia-sia jika karyawan tersebut tidak mampu mengkomunikasikan ide tersebut kepada atasan atau rekan kerjanya.

Kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill) haruslah dipersiapkan sedini mungkin, mulai dari lingkungan keluarga, dunia pendidikan sebagai bekal untuk terjun kedunia kerja mendampingi keterampilan keras (hard skill) yang didapat di bangku kuliah.

(11)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, 2007, Kualitas PT, Kualitas Skill-nya. rumahpengetahuan.web.id. diakses 2009.

Admin. 2008. Antara Hard skill dan Soft skill. http://www.Ubb.ac.id diakses 2009

Dinata, Arda. 2008. Tangga-tangga Kesuksesan, Seorang Wirausaha. http:// ardanews.blogspot.co. diakses 2009 Skill Jauh Lebih Penting

Duta masyarakat. 2009. Soft Skill Jauh Lebih Penting. Hadapkan Siswa pada Masalah Nyata. http://dutamasyarakat.com. diakses 2009

Harmoni, Ati. 2009. Soft skill, Kegiatan Ekstrakulikuler dan Pilihan Karier. Wartawarga.gunadarma.ac.id. diakses 2009

Ikhsan, Amri. 2009. Soft Skill: Alternatif Pengajaran di Era Krisis Global. http://www.jambiekspres.co.id. diakses 2009

Irma, Dewi. 2009. Lulusan PT butuh ”Soft Skill”, http://fe.elcom.uny.ac.id. diakses 2009 Mangkuprawira. 2008. Komunikasidan Soft Skills. http://indosdm.com. diakses 2009 Iman, Nofie. 2006. Lulusan Jaman Sekarang. http://Nofieiman.com. diakses 2009 Putri, Rinella. 2007. PentingnyaSoft Skill. http://Vibiznews.com. diakses 2009 Prayudi, Yudi. 2008. Softskill dan S3D. http://prayudi.staff.uii.ac.id. diakses 2009

Rektor. 2009. Bangkitkan Soft skill Holistik Mahasiswa Unpak. http://www.unpak.ac.id. diakses 2009

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analisis data ini adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi data berdasarkan tuturan direktif, strategi kesantunan positif dan

Pemahaman atas penerapan pengukuran kinerja pada wirausaha sosial merupakan hal yang semakin penting, mengingat wirausaha sosial harus mampu memastikan

Dengan menggunakan rumus di atas kita bisa menghitung tegangan yang dihasilkan oleh thermistor.Pada percobaan yang saya lakukan resistor yang saya gunakan adalah

Pemberian tugas awal sebelum melakukan perlakuan atau proses belajar (pretest) ; Pemberian perlakuan (penyajian materi); Kelas XI IPA 3 yang dijadikan kelas eksperimen

Soegijapranata Semarang yang berjudul “Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran Pada Tindakan Sectio caesarea dan Hak Menentukan Diri Sendiri (Studi Kasus di RSUD

Mata kuliah Praktik Pengalaman lapangan (PPL) merupakan bagian integral dari kurilukum pendidikan tenaga kependidikan, dengan berdasarkan kompetensi yang termasuk

Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap Kadar Low-Density Lipoprotein dan High-Density Lipoprotein pada Tikus Wistar Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan.. Gambaran Klinis dan

Ukurannya adalah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru, akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai;