• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II tahun ajaran 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II tahun ajaran 2016/2017."

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Chintya Kurniawati. 2017. Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, (2) pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa (3) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner motivasi belajar serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar, yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Validitas butir diperoleh dengan uji coba instrumen. Butir soal yang tidak valid dikonsultasikan kepada pakar untuk revisi. Reliabilitas instrumen motivasi diperoleh sebesar 𝑟 = 0,685, sedangkan reliabilitas instrumen hasil belajar sebesar 𝑟 = 0,614.

Berdasarkan analisis diperoleh bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II telah terlaksana dengan persentase terlaksana sebesar 88,89%, (2) ada pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5267 serta kontribusi pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar sebesar 27,74%, (3) ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5006 serta kontribusi pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 25,06%.

(2)

viii

Chintya Kurniawati, 2017. The Influence of Student’s Participation and Student’s Learning Motivation Toward The Student’s Learning Achievement on The Topic of Algebra Operations Using Cooperative Learning Type of Jigsaw II For Grade VIII B of Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research is aimed to find out (1) the implementation of mathematic learning using cooperative learning type of Jigsaw II (2) the influence of student’s participation towards student’s learning achievement (3) the influence of student’s motivation toward the learning achievement.

The researcher used quantitative method. The participants of this research are students in grade VIII B Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. This research used some instruments such as observation sheet of lesson plan (RPP), observation sheet of student’s participation, motivation questionnaire sheet and learning achievement test. The content of validity are obtained by doing an expert test from a lecturer and a teacher of the subject. The questions of the validity are obtained by testing the instrument. The invalid questions will be consultated by an expert to be revised. The motivation of reliability instrument is 𝑟 = , 8 . In the other hand, the learning result of reliability instrument is 𝑟 = , .

Based on the analysis, it is found that (1) the implementation of the cooperative learning type of Jigsaw II has been accomplished by the average of the percentage is about 89,17%, (2) the researcher found that the influence of student’s learning participation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5581 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 31,14%, (3) the researcher found that the influence of student’s learning motivation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5336 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 28,47%.

(3)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS

KALASAN PADA TOPIK BAHASAN OPERASI ALJABAR

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Chintya Kurniawati

NIM : 121414123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS

KALASAN PADA TOPIK BAHASAN OPERASI ALJABAR

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Chintya Kurniawati

NIM : 121414123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh

kemurahan”

-Matius 5:7-

Dengan hati penuh syukur dan kemurahan hati, kupersembahkan Skripsi ini

untuk :

Tuhan Yesus Kristus,

Papa dan Mama tercinta,

Adik tersayang Rama Mizaell Dwi Nugraha,

Kakak tersayang Maria Anjelina Irawati Ule,

Mas Leonardo Chandra Pratama,

Seluruh keluarga besar dan teman-teman,

(8)
(9)
(10)

vii

Chintya Kurniawati. 2017. Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, (2) pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa (3) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner motivasi belajar serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar, yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Validitas butir diperoleh dengan uji coba instrumen. Butir soal yang tidak valid dikonsultasikan kepada pakar untuk revisi. Reliabilitas instrumen motivasi diperoleh sebesar 𝑟 = 0,685, sedangkan reliabilitas instrumen hasil belajar sebesar 𝑟 = 0,614.

Berdasarkan analisis diperoleh bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II telah terlaksana dengan persentase terlaksana sebesar 88,89%, (2) ada pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5267 serta kontribusi pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar sebesar 27,74%, (3) ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5006 serta kontribusi pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 25,06%.

(11)

viii

Chintya Kurniawati, 2017. The Influence of Student’s Participation and Student’s Learning Motivation Toward The Student’s Learning Achievement on The Topic of Algebra Operations Using Cooperative Learning Type of Jigsaw II For Grade VIII B of Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research is aimed to find out (1) the implementation of mathematic learning using cooperative learning type of Jigsaw II (2) the influence of student’s participation towards student’s learning achievement (3) the influence of student’s motivation toward the learning achievement.

The researcher used quantitative method. The participants of this research are students in grade VIII B Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. This research used some instruments such as observation sheet of lesson plan (RPP), observation sheet of student’s participation, motivation questionnaire sheet and learning achievement test. The content of validity are obtained by doing an expert test from a lecturer and a teacher of the subject. The questions of the validity are obtained by testing the instrument. The invalid questions will be consultated by an expert to be revised. The motivation of reliability instrument is 𝑟 = , 8 . In the other hand, the learning result of reliability instrument is 𝑟 = , .

Based on the analysis, it is found that (1) the implementation of the cooperative learning type of Jigsaw II has been accomplished by the average of the percentage is about 89,17%, (2) the researcher found that the influence of student’s learning participation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5581 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 31,14%, (3) the researcher found that the influence of student’s learning motivation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5336 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 28,47%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan-Nya penyususnan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi

Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, kritik, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Bapak Yusup Hidrianto P, S.Pd. selaku kepala SMP Kanisius Kalasan yang telah memberikan izin untuk penelitian.

(13)

x

7. Siswa-siswi SMP Pangudi Kanisius Kalasan kelas VIII B dan VIII C, atas kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian.

8. Orangtuaku, Agus Hariyanto dan Edita Erniwati yang selalu memberikan dukungan dan doa serta semangat pantang menyerah selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

9. Adikku, Rama Mizael Dwi Nugraha, yang selalu menghibur penulis dikala sedih dan selalu mendoakan penulis dengan tulus.

10. Keluarga besarku yang ada di Sekolaq Darat, Samarinda, Banyuwangi, Malang yang selalu memberikan doa dan dorongan.

11. Kakak Maria Anjelina Irawati Ule, yang selalu memberikan dorongan dan senantiasa membantu penulis jika menghadapi kesulitan dalam belajar. Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuannya. 12. Leonardo Chandra Pratama, yang rela meluangkan waktunya untuk mengantar penulis dari mencari sekolah sampai melakukan observasi. Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuannya.

13. Sahabat-sahabatku Dian, Nia, Ocep, Dewi dan Vita yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan digunakan sebagai acuan penelitian.

(14)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUB LIKASI…………... vi

ABSTRAK………. vii

ABSTRACT……….. viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR GAMBAR………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………. xviii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 6

C. Pembatasan Masalah……… 6

D. Rumusan Masalah……… 6

E. Tujuan Penelitian………. 7

(15)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI……….. 11

A. Belajar……….. 11

1. Pengertian Belajar……… 11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar………. 13

B. Hasil Belajar……… 18

C. Motivasi Belajar………... 20

1. Pengertian Motivasi Belajar ...………. 20

2. Jenis Motivasi Belajar ...……….. 23

3. Fungsi Motivasi Belajar ...……….……... 24

4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Belajar ...……….. 25

D. Keaktifan Belajar ……… 25

1. Pengertian Keaktifan Belajar...………... 25

2. Kategori Keaktifan Belajar.……… 27

3. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar …………..……… 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar …………... 30

E. Pembelajaran ...………. 32

1. Pembelajaran Kooperatif ... 32

a. Metode Jigsaw ………. 34

b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Tipe Jigsaw II.. 35

F. Operasi Aljabar……… 38

(16)

xiv

G. Penelitian Terdahulu……… 47

H. Kerangka Berpikir……… 48

I. Hipotesis……….. 49

BAB III METODE PENELITIAN……….. 50

A. Jenis Penelitian………. 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian………... 50

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Obyek Penelitian……….. 51

E. Variabel Penelitian………... 52

F. Instrumen Penelitian……… 53

1. Instrumen Pembelajaran ………. 53

2. Instrumen Motivasi Belajar ………. 53

3. Instrumen Keaktifan Belajar ……….. 55

4. Instrumen Hasil Belajar ……….. 56

G. Validitas dan Reliabilitas………. 56

1. Validitas………... 57

2. Reliabilitas………... 58

H. Metode Analisis Data ………. 60

1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ……….. 60

2. Analisis Korelasi ………. 60

(17)

xv

1. Sebelum Penelitian ……… 65

2. Selama Penelitian ……….. 67

3. Sesudah Penelitian ………. 79

B. Deskripsi Data……….. 79

1. Keterlaksanaan pembelajaran ………... 79

2. Motivasi Belajar ………. 80

3. Keaktifan Belajar..………. 81

4. Hasil Belajar ……….……….. 82

C. Inferensi……… 83

1. Uji Normalitas……….. 83

2. Uji Korelasi……….. 87

D. Pembahasan……….. 92

E. Keterbatasan Penelitian……… 93

BAB V PENUTUP……….. 95

A. Kesimpulan………... 95

B. Saran………. 96

DAFTAR PUSTAKA……… 98

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ……… 54

TABEL 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi …………...……… 55

TABEL 3.3 Indikator Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 55

TABEL 3.4 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar …….………... 56

TABEL 3.5 Intepretasi Tingkat Validitas ………..…………. 58

TABEL 3.6 Intepretasi Tingkat Reliabilitas...…………..……….……... 59

TABEL 3.7 Kategori Keterlaksanaan RPP ... 60

TABEL 4.1 Validitas Kuesioner Motivasi ……….……. 68

TABEL 4.2 Validitas Tes Hasil Belajar ………..……… 69

TABEL 4.3 Reliabilitas ………..……… 69

TABEL 4.4 Data Keterlaksanaan RPP ………..…………. 80

TABEL 4.5 Data Motivasi …………...………... 80

TABEL 4.6 Data Keaktifan …….……….. 81

TABEL 4.7 Data Tes Hasil Belajar ……..………. 82

TABEL 4.8 Uji Normalitas Motivasi ……… 84

TABEL 4.9 Uji Normalitas Keaktifan ………...………. 85

TABEL 4.10 Uji Normalitas Hasil belajar ………. 86

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

LAMPIRAN A Halaman

1. RPP ………. L.1 2. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw ………... L.8 3. Uji Pakar Lembar Pengamatan Keaktifan …..………... L.13 4 Uji Pakar Kuesioner Motivasi ..………... L.15 5 Uji Pakar Soal Tes Hasil Belajar………... L.18 LAMPIRAN B

1. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi…… L.22 2. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas THB ………….……...L.25 LAMPIRAN C

1. Perhitungan Uji Normalitas Data Tes Hasil Belajar..…………. L.27 2. Perhitungan Uji Normalitas Data Motivasi Belajar..………….. L.28 3. Perhitungan Uji Normalitas Data Keaktifan Belajar ...………... L.29 4. Perhitungan Uji Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar…………. L.30 5. Perhitungan Uji Korelasi Keaktifan dan Hasil Belajar………… L.31 LAMPIRAN D

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas dunia pendidikan erat kaitannya dengan belajar dan mengajar. Menurut W.S Winkel (2009:59) belajar adalah suatu aktivitas fisik, mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap, sedangkan “mengajar adalah proses interaksi

antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang benar-benar dipilih oleh guru” (Herman Hudojo, 1980:18).

(22)

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu SMP di Yogyakarta, proses pembelajaran matematika tidak berlangsung seperti yang diharapkan dalam Permendiknas tahun 2007 tersebut. Dalam pembelajaran, guru memposisikan diri sebagai satu-satunya pusat informasi. Materi yang disampaikan saat itu adalah materi aljabar. Guru menyampaikan pelajaran dengan membacakan materi yang berasal dari buku paket. Tidak ada interaksi timbal-balik diantara guru dan siswa. Guru tidak melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, tidak membimbing siswa untuk mendalami atau menganalisis informasi dan tidak mengecek kemampuan siswa di akhir pembelajaran. Beberapa siswa mengeluh bosan dan beberapa lainnya mengatakan masih bingung dengan materi yang disampaikan. Menurut peneliti, hal tersebut merupakan akibat dari proses pembelajaran yang kurang menantang siswa dan kurang memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang seperti itu bisa menghambat kreativitas dan kemandirian siswa karena siswa hanya menerima informasi tanpa mencari tahu sendiri.

(23)

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan, ada siswa yang ngobrol dengan teman, menggambar di buku catatan, memainkan pulpen dan terus melihat keluar kelas. Ketika diminta untuk mengerjakan soal latihan, beberapa siswa malah tidak mengerjakannya, ada siswa yang bersikap acuh tak acuh, ada siswa yang hanya diam saja dan ada pula yang berbincang dengan teman sebangkunya. Namun, tidak semua siswa melakukan hal-hal itu. beberapa siswa ada yang bertanya seputar materi, mencatat materi dari papan tulis, dan ada pula yang menjelaskan materi kepada teman sebangkunya yang tidak paham. Selama proses pembelajaran terkadang guru memberikan pertanyaan untuk memancing siswa agar aktif dalam pembelajaran. Namun tidak semua siswa aktif, hanya siswa tertentu yang aktif dalam pembelajaran tersebut. Beberapa dari siswa yang aktif tersebut ternyata merupakan salah satu siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang baik. Hal ini peneliti ketahui ketika peneliti melakukan wawancara.

(24)

misalnya model pembelajaran yang diterapkan guru dan bisa dari faktor interal misalnya motivasi dan keaktifan belajar siswa itu sendiri.

Aljabar sendiri merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari konsep penyederhanaan serta pemecahan masalah yang menggunakan simbol atau huruf tertentu (Pandoyo dan Joko Musono, 1993:4). Aljabar juga merupakan materi dasar untuk mempelajari materi lain seperti lingkaran dan fungsi sehingga kemungkinan siswa akan mengalami kesulitan saat mempelajari materi lain yang menggunakan operasi hitung pada bentuk aljabar jika mereka tidak menguasainya.

(25)

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti memilih untuk menerapkan model pembelajaran Jigsaw II di kelas VIII B karena menurut peneliti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II mengharuskan setiap anggota kelompok menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk bersama-sama meningkatkan pemahaman setiap anggota kelompok. Dengan kata lain, model pembelajaran Jigsaw II diharapkan bisa membuat semua siswa bisa turut serta dan aktif dalam proses pembelajaran serta lebih memotivasi siswa karena model pembelajaran ini mengharuskan siswa menggali informasi sendiri, bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman sekelompoknya. Kemudian melalui model pembelajaran Jigsaw II diharapkan mereka bisa berkerjasama dan saling membantu satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada topik bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

(26)

2. Kurangnya kemauan siswa untuk aktif saat proses pembelajaran berlangsung dan hanya mengandalkan informasi dari guru

3. Rendahnya nilai ulangan harian siswa mengenai materi operasi aljabar saat di kelas VII

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada topik bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran matematika pada topik bahasan aljabar di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan?

(27)

3. Adakah pengaruh motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan aljabar di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan.

2. Mengetahui pengaruh keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

3. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

F. Batasan Istilah

Pada penelitian ini, akan dijelaskan bebrapa istilah yang memiliki kaitan dengan judul yang diambil agar tidak menimbulkan pemahaman yang bebeda-beda. Adapun stilah yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Belajar

(28)

permanen. Perubahan-perubahan tingkah laku ini diperoleh secara sadar oleh seseorang yang belajar.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi suatu proses belajar terhadap siswa.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa, jadi setiap kelompok dibagi secara nonhomogen dan terdiri dari empat sampai enam siswa.

4. Jigsaw II

Jigsaw II adalah model pembelajaran yang mana siswa dikelompokkan secara nonhomogen dan terdiri dari empat sampai enam siswa, kelompok ini dinamakan kelompok asal (home team), kemudian masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari suatu bab kemudian mempelajarinya bersama dengan anggota kelompok lain yang memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari suatu bab yang sama, kelompok ini dinamakan kelompok ahli (expert

team). Setelah semua kelompok ahli selesai mempelajari bagian dari bahan

(29)

menjelaskan satu bagian dari suatu bab yang mereka pelajari di kelompok ahli.

5. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan fisik maupun mental yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

6. Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dari siswa yang menimbulkan semangat atau keinginan untuk gigih dalam mencapai keberhasilan belajar.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang ke arah yang lebih baik. Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku pada kemampuan kognitif siswa.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

(30)

meningkatkan kompetensi dan kesiapan dalam pelaksanaan tugas sebagai pengajar dan pendidik.

2. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam merancang proses pembelajaran agar guru senantiasa selalu memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. 3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Slameto (2013:2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih jauh Slameto merumuskan ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut: a)Terjadi secara sadar; b)Bersifat kontinu dan fungsional; c)Bersifat positif dan aktif; d)Bukan bersifat sementara; e)Bertujuan dan terarah; dan f)Mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Herman Hudojo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

(32)

kognitif. Sedangkan Hilgard dan Marquis (dalam Syaiful Sagala, 2014:13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. Belajar juga dikatakan sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 2014:21).

(33)

berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Interaksi seseorang dengan lingkungannya menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil dari belajar, karena perubahan tingkah laku dalam belajar haruslah disadari oleh seseorang yang belajar, berkesinambungan dan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut juga bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari individu yang belajar, dan bersifat permanen, terarah, dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang memengaruhinya. Muhibbin Syah (2012:156) merumuskan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:

a. Faktor Internal Siswa

(34)

1) Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2) Psikologis

(35)

siswa. Slameto (2013:56-59) menambahkan faktor-faktor psikologis lain yang memengaruhi belajar diantaranya perhatian, kematangan dan kesiapan

b. Faktor Eksternal Siswa

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Muhibbin Syah (2003:102) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

(36)

kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan Non-Sosial

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

(37)

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

d) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

(38)

B. Hasil Belajar

Abdurarahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2012:14) meyatakan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Agus Suprijono (2009:5) menyatakan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2009:37) menyatakan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh individu setelah melalui kegiata belajar. Meskipun secara teoritis belajar menghasilkan perubahan tingkah laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku individu dianggap hasil belajar.

Menurut Muhabbin Syah (2003:118), karakteristik hasil belajar yang diharapkan adalah: (a)Perubahan itu intensional; dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan sebuah kebetulan; (b)Perubahan itu positif-aktif; positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan dan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dengan usaha; (c)Perubahan itu efektif-fungsional; membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.

(39)

Pengetahuan ini diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan dan tertulis; (2) keterampilan intelektual, yaitu kemapuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri menggunakan simbol-simbol (huruf, angka, kata, gambar) dan gagasan-gagasan; (3) Strategi kognitif, yaitu suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Dalam teori belajar modern, strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberi perhatian, belajar, mengingat, berpikir; (4) keterampilan motorik, yaitu cirri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel; (5) sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat memengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya.

(40)

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berawal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2014:73). Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2014:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Kompri,2015:3). Menurut Abin Syamsudin (2004:37), motivasi merupakan suatu kekuatan atau suatu kedaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.

(41)

secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dikatakan juga bahwa motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

(42)

kebutuhan ini adalah aspek afeksi dari manusia. Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, manusia sebagai makhluk sosial akan merasa perlu memenuhi kebutuhannya akan kedekatan dengan orang lain, seperti rasa pertemanan, kekeluargaan, dan kedekatan seksual; (4)Kebutuhan akan diakui dan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk diakui adalah kebutuhan untuk diakuinya kemampuan diri dalam hubungan dengan orang lain, sedangkan aktualisasi diri diartikan sebagai keinginan untuk menjadi lebih dan lebih sesuai jati diri kita, untuk menjadi apapun yang mampu kita capai; (5)Kebutuhan keimanan yaitu kebutuhan yang kaitannya dengan Tuhan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

(43)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan perubahan energi yang berasal dari dalam diri individu atau dorongan yang mendasari seorang individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang menimbulkan semangat belajar, terarah dan kegigihan untuk belajar.

2. Jenis Motivasi

Sumadi Suryabrata (2014:72-73) membedakan motivasi menjadi dua jenis, yaitu motivasi-motivasi intrinsik dan motivasi-motivasi ekstrinsik: a. Motivasi intrinsik

Motivasi instrinsik adalah atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk didalamnya perasaan siswa menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi ini memberi pengaruh yang relatif lebih kuat dan bertahan lama.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Pujian dan hadiah, peraturan, teladan merupakan contoh motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa belajar (Sardiman A.M,2005:90).

(44)

kuat dan bertahan lama. Namun bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Motivasi yang berasal dari luar individu ini juga diperlukan ketika keadaan siswa dinamis, berubah-ubah, dan mungkin proses belajar-mengajar kurang menarik.

3. Fungsi motivasi

Motivasi mendorong timbulnya kelakukan dan memengaruhinya serta mengubah kelakuan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi a) mendorong peserta didik untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai; dan c) menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dicapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Oemar Hamalik (2015:161) menambahkan fungsi penggerak, yaitu motivasi berfungsi sebagai mesin, dalam artian besar kecilnya motivasi akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.

(45)

4. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi

Menurut A. M Sardiman (2005:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak akan berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukan minat terhadap berbagai persoalan d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif

f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dapat disimpulkan bahwa orang yang termotivasi akan menjadi sangat bersemangat dalam melakukan suatu hal tanpa paksaan. Pada siswa akan ditunjukkan dengan hasil belajar yang optimal.

D. Keaktifan Belajar

1. Pengertian keaktifan belajar

(46)

dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu (dalam Aunurarahman, 2012:119).

Keterlibatan langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung saat melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Suatu tindakan tertentu dapat tumbuh subur menjadi kebisaaan bilamana didukung dengan motivasi atau keiinginan yang kuat untuk melakukan secara terus-menerus (dalam Aunurarahman, 2012:121-122).

(47)

Sedangkan menurut Sardiman (2001:98) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan fisik maupun mental yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa keaktifan belajar ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.

2. Katagori keaktifan

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim di sekolah-sekolah tradisional. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar (Sardiman, 2014:101) adalah sebagai berikut 1) visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; 2) oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi; 3) listenting activities, sebagai contoh mendengarkan percakapan, diskusi, musik, pidato; 4) writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; 5) drawing

activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram; 6) motor

(48)

membuat konstruksi, bermain; 7) mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusam; 8) emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergaiarah, tenang.

Nana sudjana (2016:61) menyatakan salah satu penilaian proses belajar-mengajar adalah dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang diihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (7) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan (8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam kegiatan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

(49)

3. Jenis-jenis keaktifan belajar

Jenis-jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar sangat banyak. Mohammad Ali membagi jenis-jenis keaktifan siswa dalam proses belajar tersebut menjadi delapan aktivitas, yaitu:

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sngat menonjol mendengar dan melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa seseorang.

b. Melihat, siswa dapat menyerap dan belajar 8% dari pengelihatannya. Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang sering dikenal dengan istilah alat peraga. c. Mencium, seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau yang

dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.

e. Meraba, dapat dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan yang lainnya.

(50)

g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang kompleks ditunjang dengan kegiatan belajar melalui pernyataan atau mengekspresikan ide.

h. Melakukan latihan, kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan melalui latihan-latihan.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembanggkan bakat yang dimilikinya. Peserta didik juga dapat berlatih untuk berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

(51)

6) memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran; 7) memberikan umpan balik (feedback); 8) melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur; 9) menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009:26-27) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain memperbaiki keterlibtan siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang kurang terlibat dan menyelidiki penyebab dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berpikir secara altif dalam kegiatan belajar.

(52)

satu caranya dengan abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai.

E. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik. Diantara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan (Trianto, 2009:17). Slavin menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat kegiatan pembelajaran di kelas (dalam Muhammad Faturrohman, 2015:44). Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Menurut Wragg pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, konsep, nilai dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan (dalam Asep Jihad, 2013:12).

1. Pembelajaran Kooperatif

(53)

kognitif yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Kemudian Slavin juga mengatakan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya (dalam Trianto, 2010: 74). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengupayakan tiap individu menyimpang pencapaian tujuan individu lain guna mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai cukup banyak tipe model pembelajaran, diantaranya ada STAD (Student Teams Achievement

Devisions), TGT (Teams Games Tournaments), Snowball Throwing, Jigsaw,

(54)

Investigation), CI (Complex Instruction) dan masih banyak lagi. Lebih jauh

dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pembelajaran tipe Jigsaw II. a. Metode Jigsaw II

Jigsaw adalah model pembelelajaran kooperatif yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Metode ini dikenal dengan Jigsaw orisinil. Menurut Slavin (2016:245), dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini bermanfaat untuk membantu para ahli menguasai informasi sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit, bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah yaitu Jigsaw II (Slavin, 2016:237). Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi terlebih dahulu.

(55)

heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang memwakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim (Slavin, 2016:237).

b. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe JigsawII

Metode mengajar tipe Jigsaw ini mengharuskan siswa untuk aktif karena keaktifan siswa sangat dibutuhkan (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2016:24).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Slavin (2016:66-67) adalah sebagai berikut:

1) Orientasi

(56)

dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

2) Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 30 orang siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking. Selanjutnya kita membagi menjadi 5 grup (A-E) dengan isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematikanya.

Tiap grup akan berisi : Grup A (A1 ,A2 ,A3 ,A4 ,A5 ,A6); Grup B (B1, B2, B3, B4, B5, B6); Grup C (C1, C2, C3, C4, C5, C6); Grup D (D1, D2, D3, D4, D5, D6); dan Grup E (E1, E2, E3, E4, E5, E6) 3) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya.

(57)

Kelompok 6 (A6, B6, C6, D6, E6)

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli. Tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

4) Diskusi kelompok ahli dalam grup

Expertist (pesera didik ahli) dalam konsep tertentu ini,

masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan kehliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu dalam proses ini diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.

2) Memperoleh pengetahuan baru merupakan tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.

(58)

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain.

5) Akhiri diskusi dengan merayakannya agar memperoleh kepuasan. 5) Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

6) Penghargaan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

F. Operasi Aljabar

(59)

1. Bentuk aljabar dan unsur-unsurnya

Menurut Dewi Huharini dan Marsigit (2009:2) bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk seperti + disebut bentuk aljabar.

Contoh bentuk aljabar yang lain adalah , – , + , – + , + – , dan – – + . Huruf-huruf , , dan pada bentuk aljabar tersebut disebut variabel.

Selanjutnya, pada suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, meliputi variabel, konstanta, faktor, suku sejenis, dan suku tak sejenis (Endah Budi Rahayu, 2008:2).

a. Variabel, konstanta dan faktor

Pada bentuk aljabar + + – + , huruf dan disebut variabel. Menurut Dewi Nuharini (2008:5) variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.

(60)

Jika suatu bilangan dapat diubah menjadi = × dengan , , bilangan bulat, maka dan disebut faktor-faktor dari . Pada bentuk aljabar di atas, dapat diuraikan sebagai = × atau = × . Jadi, faktor-faktor dari adalah , , , dan .

Adapun yang dimaksud koefisien adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar. Perhatikan koefisien masing-masing suku pada bentuk aljabar + + – + . Koefisien pada suku adalah 5, pada suku adalah 3, pada suku adalah 8, dan pada suku – adalah –6

b. Suku sejenis dan suku tak sejenis

1) Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih. Suku sejenis adalah adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel yang sama. Contoh: dan − , dan − , dan .

Suku tak sejenis adalah adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel yang tidak sama. Contoh: dan − , − dan − , dan .

(61)

3) Suku banyak adalah jumlah atau selisih dari beberapa suku satu. Setiap suku satu disebut suku dan suku yang tidak memuat variabel disebut suku konstan dari suku banyak. Pangkat tertinggi pada suatu suku banyak menunjukkan orde atau derajat dari suku banyak tersebut (Xu Jiagu, 2010:7). Contoh: + dan + −

2. Operasi bentuk aljabar

a. Penjumlahan bentuk aljabar

Pemahaman mengenai pengertian suku-suku sejenis dan suku-suku tidak sejenis sangat bermanfaat dalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Bentuk-bentuk aljabar dapat dijumlahkan atau dikurangkan dengan memperhatikan koefisien dari suku-suku sejenis (Marsigit, 2009:3).

Menurut Nuniek Avianti (2008:2) penjumlahan bentuk aljabar, memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Sifat komutatif

Secara umum, untuk setiap bilangan real dan berlaku:

Pada operasi aljabar berikut: + = +

(62)

Bentuk penjumlahan diatas adalah salah satu contoh penjumlahan bentuk aljabar.

2) Sifat asosiatif

Secara umum, untuk setiap bilangan real , dan berlaku: + + = + +

Pada bentuk operasi aljabar berikut:

+ + = + +

+ = +

=

3) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan

Secara umum, untuk setiap bilangan real , dan berlaku:

+ = +

Perhatikan operasi berikut:

( × )+( × )= × +

+ = ×

=

b. Perkalian bentuk aljabar

(63)

suku dua adalah + , dengan ≠ dan variabel pada bilangan real.

Dengan demikian, sifat distributif perkalian bilangan 𝑘 dengan + adalah sebagai berikut:

𝑘 + = 𝑘 × + 𝑘 = 𝑘 + 𝑘

Dengan cara yang sama, 𝑘 + + = 𝑘 + 𝑘 + 𝑘

Untuk perkalian suku dua + dengan + , hukum distributif dikenakan sebagai berikut:

+ + = + + +

= × + × + × + ×

= + + +

Bentuk aljabar juga memiliki sifat komutatif yaitu × = × dan sifat asosiatif yaitu × × = × × .

Perhatikan operasi berikut:

× = ×

=

× × = × ×

× = ×

(64)

c. Pengurangan

Untuk memahami sifat-sifat operasi pengurangan pada bentuk aljabar, harus diingat kembali sifat operasi penjumlahan. Sifat operasi penjumlahan yang pertama adalah sifat komutatif. Melalui contoh berikut, dapat dilihat bahwa sifat komutatif tidak berlaku pada pengurangan.

− = ≠ − = −

Sifat asosiatif juga tidak berlaku bagi pengurangan, seperti yang diperlihatkan pada contoh dibawah ini

− −

= −

=

− −

= −

= −

Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan berlaku pada operasi pengurangan (Harahap, 1979:6), seperti yang diperlihatkan berikut ini.

= −

(65)

d. Pembagian

Hasil pembagian dua bentuk aljabar dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu faktor sekutu masing-masing bentuk aljabar tersebut, kemudian melakukan pembagian pada pembilang dan penyebutnya.

Contoh:

: = = × = , , ≠

Untuk memahami sifat-sifat operasi pembagian pada bentuk aljabar, harus diingat kembali sifat operasi perkalian. Sifat operasi perkalian yang pertama adalah sifat komutatif. Melalui contoh berikut, dapat dilihat bahwa sifat komutatif tidak berlaku pada pembagian

+

= + = + , dengan ≠

+ = + = + , dengan , ≠

(66)

÷ ÷

= ÷

=

÷ ÷

= ÷

=

Begitu juga dengan sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan dan pengurangan. Sifat tersebut tidak berlaku pada operasi penjumlahan dan pengurangan, seperti yang diperlihatkan berikut ini:

÷ − ÷

= −

=

÷ −

= ÷ −

= × = −

Ternyata ÷ − ÷ ≠ ÷ − . Jadi

(67)

÷ + ÷

= +

=

÷ +

= ÷

= × .

= .

Ternyata ÷ + ÷ ≠ ÷ + Jadi

pada pembagian tidak berlaku sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan.

G. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu Ana Karisma (2015:vii) bahwa keaktifan belajar memiliki kontribusi sebesar 22.66% dari hasil belajar dengan koefisien korelasi sebesar 0.467 dan persamaan regresi = . + . . Selain itu, dari hasil penelitian juga diperoleh adanya pengaruh motivasi sebesar 7.69% terhadap hasil belajar dengan koefisien korelasi sebesar 0.28 dan persamaan regresi =

. + . , Kunny (2014:vii) bahwa model pembelajaran Jigsaw II

(68)

belajar siswa dengan kontribusi sebesar 21.92% dan dengan persamaan regresi = . + . , sedangkan pengaruh motivasi terhadap hasil belajar adalah sebesar 15.05% (Novita Rizki, 2015:vii).

H. Kerangka Berpikir

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah keaktifan dan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Jigsaw II dapat mengupayakan agar siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran jika dilakukan secara efektif dan efisien.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh keberhasilan setiap anggota kelompok dalam memahami dan menyampaikan materi kepada teman sekelompoknya. Sehingga diharapkan dalam satu kelompok memiliki tingkat pemahaman yang sama. Siswa diharapkan juga untuk aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan gagasannya, dan bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi tugasnya. Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa

Keaktifan

Motivasi

(69)

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II jika dilakukan dengan efektif dan efisien akan terlihat pengaruh keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

I. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir, dan penelitian relevan maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keaktifan belajar siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan.

(70)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan-hubungan antara keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan kelas VIII B semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Penelitian dilakukan dengan diawali observasi selama bulan Juli 2016, dilanjutkan dengan pengambilan data pada bulan Juli-Agustus 2016.

SMP Kanisius Kalasan berdiri pada tahun 1965, beralamat di Jl. Krajan Tirtomartani, Kalasan. Pada tahun ajaran 2016/2017, sekolah ini memiliki 8 kelas terdiri dari 3 kelas IX, 3 kelas VIII, dan 2 kelas VII dengan jumlah siswa sebanyak 228 siswa. Jumlah guru sebanyak 12 orang dengan guru matematika sebanyak 2 orang.

C. Populasi dan Sampel

(71)

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:61). Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2014:62).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan yang terdiri dari 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, sedangkan sampelnya adalah 23 siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan. Ukuran sampel diperoleh berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi dengan taraf signifikansi 0,05 (Sugiyono, 2014:71). Pemilihan sampel, peneliti lakukan dengan cara mengundi siswa-siswa tersebut sampai terpilih sebanyak 23 siswa-siswa, teknik sampling ini dikenal dengan simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (Sugiyono,1996:68).

D. Obyek Penelitian

(72)

E. Variabel Penelitian

Pada saat pengambilan data, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II. Saat peneliti menerapkan model pembelajaran Jigsaw II, pengamat mengamati peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang dirancang khusus untuk itu, dari situ peneliti memperoleh skor katerlaksanaan pembelajaran.

Variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi dan keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan dalam mengikuti pembelajaran matematika pada materi operasi aljabar.

Data keaktifan berupa skor yang diperoleh melalui pengamatan pengamat selama proses pembelajaran. Data motivasi berupa skor yang diperoleh siswa setelah mengisi kuesioner yang telah dirancang secara khusus.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi operasi aljabar.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ....................................................
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 merupakan tabel kisi-kisi kuesioner motivasi. Kuesioner
Tabel 3.1 Kisi-kisi Koesioner Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tokoh utama perempuan dalam keempat novel di citrakan sebagai.. perempuan peranakan dari pernikahan beda negara, citra lainnya

Kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2012 melaksanakan Penjelasan/Aanwijzing secara electronik mengenai pekerjaan tersebut di atas... LAMPIRAN BERITA

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Untuk mengantisipasi kemajuan di bidang industri, maka diperlukan suatu ilmu ergonomi yang bermanfaat untuk menganalisa perancangan dan pengembangan sistem kerja..

Telah dilakukan penelitian hubungan ukuran testes dengan volume semen pada sapi Simmental di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato Kota Payakumbuh.. Materi yang

Bila dua gelombang terjadi bersamaan, maka kedua gelombang mengalami penggabungan atau berinterferensi, semakin lebar jarak antar bandul (sumber gelombang), maka jarak antar

Pada titik B beban mencapai maksimum dan titik ini biasa disebut tegangan tarik maksimum atau kekuatan tarik bahan (  B ).. Pada titik ini terlihat jelas benda kerja

[r]