Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 1
PENERAPAN KONSEP PENDEKATAN SHIRVANI
BLOK TUGU PAHLAWAN
SURABAYA
Seri : Kriteria Shirvani
Oleh :
3613100055 Dea Siti Nurpiena
3613100056 Astarina Cleosa Damayanti 3613100071 Shafira Aulia Rosyida Irawan 3613100505 Risa Andini
3613100509 Nurul Hasanah 3613100511 Enno Audina Mulyono 3613100703 Eliziaria Febe Gomes
Dosen Pembimbing :
Ir. Heru Purwadio, MSP.
Ardi Maulidy Navastara, ST. MT.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan serta
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Penerapan Konsep Pendekatan
Shirvani pada Blok Tugu Pahlawa, Surabaya
. Makalah ini merupakan makalah Tugas
Mata Kuliah Perancangan Kota.
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ardi Maulidy
Navastara, ST. MT. selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Perancangan Kota
yang telah memberikan bimbingan berkenaan dengan substansi dan sumber referens i
data-data terkait makalah ini. Terima kasih kami haturkan kepada pihak -pihak dari
instansi terkait dan teman-teman yang telah membantu kelancaran kebutuhan data
dan penyelesaian makalah. Adapun makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis sangat membutuhkan kritik serta saran dalam perbaikan tugas kami
selanjutnya.
Surabaya, 13 April 2015
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 3
2.2. Gambaran pada Lokasi Studi... 6
BAB III ... 19
PENUTUP ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2. 1Kendaraan yang arahnya melalui Jalan Pahlawan dan melewati Jalan Tembaan ... 7Gambar 2.2. 2 Tugu Pahlawan pada Tahun 1953 ... 11
Gambar 2.2. 3 Gedung Bank Indonesia tampak dari Jalan Kebon Rojo ... 11
Gambar 2.2. 4 Pandangan ke arah Tugu Bubutan dari Jalan Tembaan bagia Utara ... 12
Gambar 2.2. 5 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Gedung Gubernur Jatim ... 12
Gambar 2.2. 6 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Jalan Tembaan bagian Barat ... 12
Gambar 2.2. 7 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Jalan Tembaan bagian Timur ... 12
Gambar 2.2. 8 Koridor Jalan Tembaan ... 12
Gambar 2.2. 9 Tugu Pahlawab Tahun 1965 ... 13
Gambar 2.2. 10 Kondisi Eksisting Tugu Pahlawan yang menunjukkan pagar pembatas yang membatasi areal Tugu Pahlawan dan daerah sekitarnya ... 15
Gambar 2.2. 11 PKL di Timur Bank Indonesia ... 16
Gambar 2.2. 12 Pedestrian di Tugu Pahlawan ... 17
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai Negara yang berkembang. Indonesia memerlukan perencanaan yang komperhensif
untuk melangkah menuju Negara yang maju. Maka dari itu menganalisis suatu keadaan wilayah
tempat perencanaan adalah hal yang diharuskan. Karena proses perencanaan merupakan
pemegang peranan penting dalam pembangunan.
Salah satu dari perencanaan tersebut adalah mengidentifikasi wilayah survey dengan
teori-teori yang sudah ada. Salah satunya adalah teori-teori Shirvani yang mana teori-teori tersebut menjelaskan
tentang kriteria tak terukur suatu wilayah. Shirvani menyebutkan teori tidak terukur tersebut ada
6 macam, yaitu Accessibility, View, Compatibility, Identity, Sense, Livability. Identifikasi dengan
kriteria-kriteria tersebut akan memudahkan untuk memperbaiki masalah-masalah perencanaan
yang ada.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis kriteria tidak terukur menurut Shirvani?
2. Bagaimana penerapan konsep kriteria Shirvani pada blok kawasan Tugu Pahlawan Surabaya?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui apa saja jenis kriteria tidak terukur menurut Shirvani.
2. Mengetahui bagaimana penerapan konsep kriteria Shirvani pada blok kawasan Tugu
Pahlawan Surabaya.
1.4
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dari laporan ini adalah:
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika pembahasan
dari laporan..
Bab II Pembahasan, berisi pnjelasan dan gambaran kriteria tidak terukur Shirvani yang meliputi
Accessibility, View, Compatibility, Identity, Sense, Livability di blok Tugu Pahlawan Surabaya.
Bab III Penutup, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari kriteria tidak terukur yang
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Landasan Teori
Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat
memberi persepsi yang sama bagi pengamat yang melihatnya. Oleh karena itu, kriteria tak terukur
lebih menekankan pada aspek kualitatif di lapangan. Menurut Hamid Shirvani: 1985, kriteria tak
terukur terdiri dari:
1. Acces (Pencapaian)
Pencapaian dapat ditunjukkan dari kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dalam mencapai
tujuan. Maka dari itu, hal ini juga terkait dengan lokasi, sirkulasi, kelengkapan sarana dan
prasarana, pengamanan, dan lainnya. Kemudahan dalam mencapai tujuan berarti perlu
memperhatikan sejauh mana kemampuan orang menuju kesuatu tempat. Sedangkan kenyaman
lebih menekannkan pada kualitas lingkungan kota, seperti meningkatkan kualitas trotoar dan
mengakomodasikan pola jalur pedestrian yang dilengkapi dengan perabot jalan, tanam-tanaman,
disain jalan yang terlindungi dari cuaca maupun terhindar dari pantulan sinar matahari (silau),
atau memiliki ciri tersendiri. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam hal keamanan adalah
kejelasan pintu masuk atau arah fasilitas penting, sehingga orang akan mengetahui kemana dan
apa yang akan dilakukan.
2. Compatibility (Kecocokan)
Compatibility merupakan kecocokan tata letak dengan topografi, bentuk dan massa bangunan,
dan skala. Compatibility terfokus pada estetika dan arsitektural. Disamping itu, aspek lain yang
harus diperhatikan adalah sejarah, budaya, dan komponen yang cocok dengan nilai bangunan.
3. Views (Pemandangan)
Views merupakan kejelasan antara orientasi manusia terhadap massa bangunan yang dapat
ditunjukan oleh adanya suatu landmark yang dapat menjadi ciri khas atau sesuatu yang menarik
pada kawasan tertentu. Views mengandung unsur estetika di dalamnya, sehingga dapat
menimbulkan kesan menarik bagi pengamat dan memberikan kejelasan bentuk dan massa
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 6
estetika dapat dilihat dari skala dan pola bangunan, penggunaan warna, tekstur, tinggi, besaran
dan bentuk dari objek yang diamati.
4. Identity (Identitas)
Identity merupakan suatu ciri yang dapat dikenali oleh pengamat (citra). Elemen ini dapat
dikenali melalui landmark dari suatu kawasan yang dapat mencirikan identitas dari kawasan
tersebut.
5. Sense (Rasa)
Sense adalah suasana yang ditimbulkan masih berhubungan dengan aspek budaya. Kriteria ini
dapat dicapai dengan disain bentuk yang khusus atau suatu kegiatan yanag dapat menyentuh hati
masyarakat, merupakan rangkaian ruang yang memiliki fungsi erat, dan berkaitan dnegan
kegiatan sosial maupun proses alami.
6. Livability (Kehidupan)
Merupakan kenyamanan untuk tinggal di dalamnya bagi banyak orang yang masuk di
dalamnya. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan tinngal di dalamnya, dibutuhkan indikator
kenyamanan agar memiliki persepsi yang sama.
2.2.
Gambaran pada Lokasi Studi
1. Accessibility
Kemudahan diukur melalui komponen lokasi, aksesibilitas, hubungan ruang, sirkulasi dan
fasilitas. Melalui hasil survei terhadap kondisi aktual, kemudahan dalam pencapaian lokasi atau
tapak bagi pengunjung masih kurang.
Adanya akses yang terbatas menyebabkan pejalan kaki hanya mencapai tapak dari sisi
selatan saja, sementara bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi dapat lebih
mudah mencapai sisi selatan yang sekaligus merupakan tempat parkir kendaraan.
Monumen yang menjadi citra utama di area kota Surabaya menjadi pusat suatu koridor
yang berapa pada jalan kolektor primer. Tugu pahlawan dalam hal ini diposisikan sebagai titik
pusat perpotongan sumbu itu, ditempatkan pintu-pintu masuk kawasan tersebut.
Tugu Pahlawan dapat diakses melalui Jl.Ps. Besar Wetan, Jl. Tembaan, Jl. Bubutan dan jl.
Kebon Rojo. Terdapat banyak kendaran yang melewati sekitar koridor Tugu Pahlawan tersebut
baik kendaraan Umum, Kendaraan Privat, dsb. Terlihat aksesbilitasnya sangat baik dikarenakan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 7
Kondisi aktual yang terdapat sekitar koridor Tugu Pahlawan sangat mendukung berbagai
aktivitas, antara lain aktivitas pemerintahan, perdagangan jasa, pendidikan maupun
permukiman, daerah tersebut juga mudah diakses dari setiap bagian kota dan dilalui oleh
kendaraan umum, mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan kaki, hal itu didukung oleh
jarigan jalan yang luas dan terkontrol.
Arah yang dapat diakses menuju kawasan Tugu Pahlawan :
1.
Batas Selatan
; melalui jl. Tembaan merupakan juga jalan yang dengan fungsi sebagai
arteri sekunder yang memiliki satu jalur dan 2 lajur, pada akses jalan tersebut
terdapat banyak kendaraan yang melaluinya, mulai dari kendaraan pribadi, Dinas
maupun kendaraan angkutan barang yang dengan dimensi kecil hingga besar, hal
tersebut dikarenakan disepanjang jalan tersebut terdapat banyak kegiatan yang
dominan yakni perdagangan dan jasa. Berbagai kendaraan yang melewati jl.
Tembaan, kendaraan yang melewati jl. Pahlawan kemudian menuju ke arah jl.
Tembaan selatan.
Gambar 2.2. 1Kendaraan yang arahnya melalui Jalan Pahlawan dan melewati Jalan Tembaan
Sumber: Dokumentasi Penulia Tahun 2015
2.
Batas Timur
; jl. Pahlawan yang merupakan jalan yang memiliki peran dan fungsinya
sebagai jalan arteri sekunder yang dimana menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder ataupun kawasan sekunder dengan sekunder lainnya. jalan yang
memiliki satu jalur dan dua lajur ini melihatkondisi eksisting yang didapatkan pada
survey primer, jalan tersebut sering kali dilalui oleh kendaran pribadi dan kendaran
Dinas. Hal tersebut dikarenakan juga di sepajang koridor jalan terdapat kantor
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 8
kendaran pengangkut barang dan lainnya, terlihat begitu ramai apabila pada siang
hari.
3.
Batas Barat
; jl. Bubutan berupa jalan yang memiliki fungsi yang sama yakni jalan
arteri sekunder, yang dimana jl. Bubutan dapat diakses melalui arah selatan jl.
Tembaan yang hanya memiliki satu jalur dan 2 lajur menuju ke utara kawasan Tugu
pahlawan. Di sepanjang jalan tersebut terlihat begitu ramai dikarenakan fungsi di
setiap koridornya berupa jasa, sehingga kendaraan yang melewatinya juga dengan
berbagai jenis kendaraan.
4.
Batas Utara
; jl. Kebon Rojo berupa jalan arteri sekunder yang berada pada batas
utara Tugu Pahlawan. Melalui jalur utara dapat melalui arah jalan Timur yang
dimana adalah jl. Pahlawan.
Aksesibilitas menuju ke kawasan Tugu Pahlawan dapat dilalui oleh banyak arah
jaringan jalan yang dimana sekitar Tugu Pahlawan merupakan jalan yang memiliki fungsi
sebagai Jalan Arteri Sekunder. Berhubung sekitar kawasan tersebut yang letaknya
dipusat kota terdapat banyak kegiatan yang mempengaruhi juga aksesibilitasnya baik
dari jasa maupun kegiatan perdagangan hingga perkantoran. Sehingga mudah untuk
diakses oleh berbagai jenis kendaraan.
Untuk terlihat lebih jelasnya telah digambarkan arah-arah untuk mengakses dalam
peta lampiran.
2. Compatibility
Kawasan sekitar Tugu Pahlawan merupakan Old Central Business District Surabaya.
Dengan adanya kegiatan perniagaan yang ramai tersebut, kawasan ini masih menjadi
pusat aktivitas kota yang ramai dikunjungi. Selain banyaknya pertokoan dan tempat
perniagaan, terdapat pula fasilitas pendidikan serta fasilitas publik yaitu kantor pos dan
kantor pemerintahan. Namun jenis fungsi ini tidak begitu dominan jika dibandingkan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 9
bersejarah, juga merupakan ruang publik atau taman kota karena kawasannya terdiri
dari bangunan dan ruang terbuka (lapangan). Keberadaan ruang terbuka mampu
memberikan morfologi yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
Di kawasan sekitar Tugu Pahlawan selain aktivitas perdagangan dan jasa terdapat
pula aktivitas dari sekolah, yaitu SD Negeri dan SMP Katolik Stella Maris. Keberadaan
sekolah di sekitar kawasan perdagangan jasa yang mempunyai aktivitas padat
sebenarnya kurang cocok. Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang
berfungsi sebagai area publik, zona ini merupakan zona yang produktif, sehingga
dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Karena komersil cenderung ramai
maka tidak cocok jika berdekatan dengan sekolah yang membutuhkan ketenangan.
Aktivitas pergerakan di jalan sekitar kawasan perdagangan dan jasa juga cenderung
sangat tinggi, sehingga para pelajar harus berhati-hati jika menyebrangi jalan atau
melakukan aktivitas di luar sekolah. Selain itu dapat berdampak pula pada terjadinya
kemacetan pada jam-jam masuk dan pulang sekolah, karena aktivitas pergerakan
perdagangan dan jasa saja cukup padat, apalagi ditambah dengan pergerakan dari
sekolah.
Berdasarkan karakteristik lokasi Tugu Pahlawan, dapat diidentifikasi bahwa kawasan
tersebut sudah sesuai dengan peruntukan. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut
mempunyai struktur tanah yang stabil, merupakan lahan yang tidak terlalu subur atau
bukan lahan pertanian yang produktif, memiliki aksesibilitas yang tinggi, tersedia
prasarana fisik, serta mempunyai nilai sejarah. Nilai sejarah dikaitkan dengan
peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan, politik, sosial, dan budaya yang ada di kawasan Tugu
Pahlawan, serta menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional maupun tingkat Kota
Surabaya.
Jika mengidentifikasi berdasarkan fungsi Tugu Pahlawan sebagai
Landmark,
maka
dapat dikatakan ketinggian bangunan di sekitar Tugu Pahlawan kurang sesuai dengan
fungsi tersebut. Karena pada dasarnya
Landmark akan terlihat lebih utuh apabila
diletakkan pada ketinggian atau posisi tertentu, sehingga dari berbagai posisi sudut
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 10
manyaingi atau bahkan melebihi ketinggian
landmark. Dan bangunan
landmark harus
dibuat lebih menonjol dan lebih tinggi dari bangunan yang ada di sekitarnya. Jika
melihat kondisi Tugu Pahlawan saat ini, bisa dikatakan bahwa eksistensinya sebagai
landmark
di Kota Surabaya sudah menurun. Salah satu penyebabnya dikarenakan
beberapa bangunan di sekitar Tugu Pahlawan memiliki ketinggian yang hampir
menyamai ketinggian Tugu Pahlawan, sehingga tidak semua orang menyadari
keberadaan Tugu Pahlawan itu sendiri.
Kawasa sekitar Tugu Pahlawa erupaka kawasa kota la a “urabaya di a a
banyak terdapat bangunan-bangunan tua dengan arsitektur indis (urban heritage).
Sampai saat ini banyak dari bangunan tersebut yang masih dimanfaatkan sebagai
bangunan kantor atau pertokoan. Demikian bangunan yang ada di sekitar Area Tugu
Pahlawan juga memiliki langgam arsitektur De Stijl, termasuk bangunan baru yang harus
menyesuaikan dengan bangunan lama yang ada di sekitarnya. Deret bangunan dengan
arsitektur De Stijl dan Indis ini membentuk townscape yang menarik, berbeda dengan
koridor jalan dengan bangunan modern di bagian kota lainnya. Dengan demikian,
suasana yang dibentuk adanya townscape tersebut dapat menjadi daya tarik bagi
masyarakat Surabaya.
3. View
Tugu Pahlawan merupakan kawasan bersejarah yang berada di Kelurahan Alun-alun
Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya, Indonesia. Hal ini diketahui dari bagaimana sejarah
itu mengalir di dalamnya. Yang mana pada tahun 1950-an, belum banyak bangunan bertingkat
dibangun di sekitar Tugu Pahlawan. Namun seiring berjalannya waktu dan meningkatnya
kebutuhan akan ruang, maka tidak jarang melihat bangunan bertingkat berdiri di kawasan ini.
Kawasan Tugu Pahlawan juga merupakan kawasan bangunan pemerintahan, yang mana
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 11 Gambar 2.2. 2 Tugu Pahlawan pada Tahun 1953
Sumber: Dokumentasi Penulis 2 Oktober 2014
Tak jarang terlihat wisataman mancanegara maupun domestik mengunjungi Tugu Pahlawan
untuk berfoto atau bahkan mempelajari sejarahnya. Namun, kawasan ini menjadi tidak begitu
istimewa, karena bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. Seperti misalnya, Bank
Indonesia yang berdiri tepat di belakangnya memiliki tinggi 24 meter, yang membuat
masyarakat tidak dapat memandang betapa tingginya Tugu Pahlawan ini. Sementara pada
sebelah Barat, terdapat bangunan tinggi lainnya yakni CommonWealth Bank, yang memiliki
enam lantai, namun hal ini dapat ditolelir, karena jarak antar gedung dipisahkan oleh jalan
Arteri Sekunder dengan 5 ruas jalan.
Gambar 2.2. 3 Gedung Bank Indonesia tampak dari Jalan Kebon Rojo Sumber: Google Street View 2015
Pada visualisasi keseluruhan, kawasan sekitar Tugu Pahlawan terlihat baik, walaupun hanya
pada beberapa bangunan seperti bangunan pemerintahan dan Bank. Sementara dapat terlihat
kesenjangan lingkungan pada bagian Utara Jalan Bubutan dan pada Jalan Tembaan. Pada Jalan
Bubutan bagian Utara tampak bangunan hanya memiliki satu sampai dua lantai dengan kondisi
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 12
langsung ke arah Tugu Pahlawan yang merupakan bangunan perdagangan dan jasa, namun hal
ini juga dapat ditolelir, karena pada jalan ini dipisahkan oleh median jalan yang ditumbuhi
pepohonan yang cukup tinggi.
Berikut ini ditampilkan pandangan ke arah Monumen Tugu Pahlawan dari berbagaia sudut.
Pada gambar 2.2.4 pandangan dari Jalan Bubutan sebelah Utara, tampak jika melangkah
sedikit lebih mundur maka monumen tidak akan terlihat dengan jelas. Sementara pada gambar
2.2.6 dan 2.2.7 padangan dari Jalan Tembaan, tampak monumen masih terlihat, walaupun
pepohonan tinggi tampak menghalangi.
Gambar 2.2. 4 Pandangan ke arah Tugu Bubutan dari Jalan Tembaan bagia Utara
Sumber: Google Street View 2015
Gambar 2.2. 5 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Gedung Gubernur Jatim
Sumber: Google Street View 2015
Gambar 2.2. 6 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Jalan Tembaan bagian Barat
Sumber: Google Street View 2015
Gambar 2.2. 7 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Jalan Tembaan bagian Timur
Sumber: Google Street View 2015
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 13
4. Identity
Identitas atau cirri khas suatu wilayah tidak bisa lepas dari nilai sejarahnya. Lokasi studi
merupakan lokasi di mana monument bersejarah Kota Surabaya dibangun. Dahulu, ketika masa
penjajahan Belanda di lokasi monumen Tugu Pahlawan, berdiri sebuah gedung bernama Raad
Van Justite yang berarti sebuah tempat peradilan bagi orang-orang Belanda Saat pemerintah
Belanda menyerah kepada kekuasaan Jepang, gedung ini dijadikan markas Kenpetai atau Polisi
Militer Jepang pada 1 Oktober 1945. Gedung ini sempat hancur akibat terkena tembakan artileri
sekutu. Kala itu Gedung Kenpetai telah dikuasai Barisan Keamanan Rakyat (BKR), sebagai pusat
perjuangan para pemuda. Untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada 10 November 1945,
maka di bekas reruntuhan gedung itu, didirikanlah Monumen Tugu Pahlawan.
Gambar 2.2. 9 Tugu Pahlawab Tahun 1965 Sumber: Ririn, 2013
Kesa khusus ya g diti bulka dari okasi i i te tu saja are a bersejarah . Meski tidak
terlihat secara langsung dari jalan, masyarakat menyadari kehadiran monumen ini. Desain
taman dan segala hal yang ada dalam lokasi ini tidak dimiliki oleh tempat lain, termasuk kesan
hening yang ditimbulkan dalam taman ini, sehingga pada dasarnya lokasi ini sudah menjadi
suatu identitas tersendiri bagi Kota Surabaya. Di samping itu, kehadiran gedung Bank Indonesia
di bagian utaranya juga menjadi ciri khas karena ukuran gedung BI yang memang cukup besar
dan beraksen elegan, tidak seperti gedung perkantoran modern pada umumnya.
Di sekitar Tugu Pahlawan, bangunan-bangunan yang ada didominasi oleh bangunan tua
peninggalan Belanda yang tetap dipertahankan bentuk fisiknya, mulai dari gedung
pemerintahan, kantor perusahaan, hingga rumah toko pun masih dipertahankan bentuk aslinya.
Keberadaan bangunan-bangunan ini memberikan kesan masa lalu yang cukup unik dan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 14
5. Sense
Sense merupakanmerupakan kriteria tak terukur yang memiliki arti suatu tempat tidak
hanya harus cocok dengan lingkungan fisiknya, melainkan juga dengan gambaran dan perasaan
manusia. Kriteria ini dapat dicapai dengan disain bentuk yang khusus atau suatu kegiatan yang
dapat menyentuh hati masyarakat, merupakan rangkaian ruang yang memiliki fungsi erat, dan
berkaitan dengan kegiatan sosial maupun proses alami.
Lokasi survey kami mengambil tempat di areal Tugu Pahlawan surabaya dan sekitarnya.
Tugu Pahlawan Surabaya dibangun pada pada 10 November 1951 merupakan simbolisasi
terhadap perjuangan rakyat Surabaya melawan tentara Belanda dan sekutunya tahun 1945.
Tugu Pahlawan tersebut dibangun pada lahan bekas tempat markas Kanpeitaiberdiri. Monumen
setinggi 45 yard ini kemudian menjadi icon kota Surabaya sekaligus landmark (tetenger)
kawasan sekaligus sebagai ruang terbuka publik kota. Pada tahun 1990 terdapat rencana
pemugaran taman Tugu Pahlawan serta pembangunan museum sebagai wisata pendidikan
untuk warga kota Surabaya sehingga kini menjadi Areal Tugu Pahlawan.
Setelah lebih dari sepuluh tahun masa operasional Areal Tugu Pahlawan, tidak nampak
adanya peningkatan atensi terhadap taman Tugu Pahlawan maupun museumnya. Taman Tugu
Pahlawan sepi oleh pengunjung, begitu pula dengan museum Tugu Pahlawan tersebut.
Beberapa kritik yang datang dari tokoh masyarakat adalah desain dari taman Tugu Pahlawan
yang kurang mengundang secara visual, sehingga seakan-aka e isahka asyarakat
dengan keberadaan monumen tersebut. Beberapa pendapat lain lebih menunjukkan adanya
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 15 Gambar 2.2. 10 Kondisi Eksisting Tugu Pahlawan yang menunjukkan pagar pembatas yang
membatasi areal Tugu Pahlawan dan daerah sekitarnya Sumber: Bappeko Surabaya 2011
Makna simbolis yang terdapat pada sebuah ruang memang menjadi faktor penentu
timbulnya kekuatan sebuah tempat (sense of place). Terlebih lagi jika makna tersebut muncul
dari peristiwa bersejarah yang amat lekat pada kehidupan kota Surabaya. Namun makna
simbolis tidaklah cukup untuk membentuk kualitas sebuah ruang kota jika tidak diimbangi
dengan adanya tanggapan terhadap kebutuhan interaksi sosial dan fungsi pada ruang publik.
Sebuah ruang tanpa kehidupan menunjukkan kegagalan ruang tersebut untuk menjadi tempat
kehidupan.
Masyarakat di sekitar kawasan merupakan warga kelas mengah, dan menengah ke bawah.
Hal i i dapat dilihat dari situasi li gku ga ya g erupaka bagia dari kota la a “urabaya
dan memiliki karakter lingkungan yang sangat padat, sehingga hanya kalangan masyarakat
tersebut yang memiliki pilihan untuk menempati lingkungan seperti ini.
6. Livability
Liveability merupakan kriteria atau rasa kenyamanan untuk tinggal dan beraktivitas dalam
suatu kawasan atau obyek. Liveability berkaitan dengan kesempatan untuk berkembang, sesuai
dengan fungsi dan peranannya yang dapat dilihat dari sisi manusia maupun lingkungannya
sehingga diupayakan untuk dapat memberikan dukungan terhadap aktivitas kawasan. Pada
kawasan Tugu Pahlawan penataan para PKL belum teratur ini dikarenakan Sementara itu sesuai
07.00-Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 16
11.00. Namun demikian tidak semua PKL mematuhi jam kegiatan yang telah ditetapkan. Di atas
jam 11.00 sebagian PKL masih tetap berjualan dengan tidak ada tindakan dari pemerintah kota.
Pada hari-hari biasa di seputar jalan Pahlawan khususnya sebelah timur Bank Indonesia
jumlahnya tidak sebanyak pada hari Minggu. Pada hari biasa jumlah PKL di seputar Tugu
Pahlawan dan bank Indonesia sekitar 246 pedagang. Tetapi pada hari minggu jumlahnya
meningkat drastis menjadi sampai 1.041 pedagang. Tidak pelak ruas jalan di seputar jalan
Pahlawan khususnya di sebelah timur bank Indonesia hanya tersisa satu jalur kendaraan.
Sampai-sampai ada sebutan bahwa seputar Tugu Pahlawan dijuluki sebagai TP5. Walaupun
kegiatan PKL itu sendiri menjadi salah satu sektor pendukung ekonomi kota Surabaya, dan
menjadi salah satu daya tarik dari Tugu Pahlwan baik bagi masyarakat setempat maupun
wisatawan.
Gambar 2.2. 11 PKL di Timur Bank Indonesia Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Tugu Pahlawan bukan sebagai landmark Kota Surabaya saja, lebih dari itu Tugu Pahlawan
juga sebagai ruang publik menjadi wadah sosialisasi masyarakat dan tempat masyarakat
beraktivitas, serta menjadi suatu sarana yang bersifat monumental. Maka dari itu, kenyamanan
Tugu Pahlawan juga mesti dilihat dari pedestriannya, mengingat pedestrian merupakan fasilitas
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 17 Gambar 2.2. 12 Pedestrian di Tugu Pahlawan
Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Pedestrian di Tugu Pahlawan mempunyai lebar 8 meter. Hal ini dirasa cukup untuk
memfasilitasi kegiatan masyarakat yang mengunjungi Tugu Pahlawan. Pedestrian di Tugu
Pahlawan dengan lebar 8 meter ini dirasa cukup untuk memberikan kenyamanan bagi pejalan
kaki di Kawasan Tugu Pahlawan.
Mengingat Tugu Pahlawan sebagai sarana ruang publik, maka Ruang Terbuka Hijau juga
harus diperhitungkan dalam hal kenyamanan. Ruang terbuka hijau di kawasan Tugu Pahlawan
terbentang di sepanjang pedestriannya. Ruang Terbuka Hijau ini berfungsi sebagai peneduh dan
juga penghasil oksigen.
Gambar 2.2. 13 Ruang Terbuka Hijau di Pedestrian kawasan Tugu Pahlawan Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Dalam perannya sebagai kawasan wisata, kawasan Tugu Pahlawan menyediakan berbagai
bangunan-bangunan replika yang bertema sejarah, yakni mengenai perjuangan masyarakat
Surabaya dalam melawan penjajahan Belanda. Selain itu, Tugu Pahlawan juga menyediakan satu
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 18
perjuangan perlawanan penjajahan di Surabaya dan menyimpan berbagai benda peninggalan
sejarah.
Mengenai kenyamanan untuk berwisata, beberapa pengunjung berpendapat bahwa
kurangnya kenyamanan yang diberikan oleh kawasan Tugu Pahlawan adalah kurangnya
kebersihan dan kurangnya rasa nyaman untuk berjalan-jalan di sekitar area tugu dikarenakan
tidak ada fasilitas atau naungan untuk menghindari wisatawan dari rasa panas akibat teriknya
sinar matahari. Ruang Terbuka Hijau yang terdapat di pedestrian sekitar Tugu Pahlawan masih
dianggap kurang dalam perannya sebagai peneduh. Namun, pengunjung berpendapat bahwa di
sisi lain, Tugu Pahlawan juga cukup nyaman untuk dikunjungi karena mempunyai pedestrian
yang lebar serta bebas dari pengendara motor yang melanggar dengan bekendara di pedestrian.
Serta kenyamanan juga ditimbulkan oleh vegetasi yang berada di sekitar Tugu Pahlawan yang
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 19
BAB III
PENUTUP
Sebagai lokasi bersejarah, tentunya banyak hal yang dapat dirasakan melalui kriteria-kriteria tidak
terukur di lokasi Tugu Pahlawan. Banyak kesan yang timbul, mulai dari bentuk bangunannya, lokasinya,
penataan tamannya, hingga masyarakat yang ada di sekitarnya. Berbagai kriteria inilah yang menjadikan
sebuah lokasi memiliki kesan tersendiri bagi masyarakat yang hadir di dalamnya.
Kawasan Tugu Pahlawn merupakan kawasan yang unik dan patut dilestarikan, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat sekitar. Perawatannya juga tidak boleh sembarangan.
Pembangunannya pun harus diperhitungkan dan didukung oleh pembangunan di sekitarnya juga. Jangan
sampai kemajuan zaman malah mengikis kesan-kesan sakral dan monumental yang telah lama ada
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 20
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, B. (2014). Belenggu Persepsi Pada Lapangan Taman Tugu Pahlawan Surabaya. Jurnal RUAS, Volume 12 No. 1 , 42-52.
Alrianingrum, S. (2010). Cagar Budaya Surabaya Kota Pahlawan. Surakarta: --.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. (2011). Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan. Surabaya: BAPPEKO.