Pengaruh Patogen Gudang
Terhadap Binatang dan
Manusia
• Penyakit yang disebabkan oleh
cendawan disebut: Mikosis
• Penyakit yang disebabkan oleh metabolit
toksin (mikotoksin) yang dihasilkan:
Mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh spesies cendawan tertentu selama
pertumbuhannya pada bahan pangan maupun
pakan, bersifat sitotoksik, merusak struktur sel
seperti membran, dan merusak proses
Mikotoksin mulai dikenal sejak ditemukannya
aflatoksin yang menyebabkan Turkey X –disease
pada tahun 1960 di Inggris.
Menurut Bhat dan Miller (1991) sekitar 25%-50%
komoditas pertanian tercemar kelima jenis
Hingga saat ini telah dikenal 300 jenis mikotoksin
Ada 5 jenis mikotoksin yang sangat berpotensi
menyebabkan penyakit baik pada manusia maupun
hewan, yaitu”
1. Aflatoksin
2. Okratoksin A
3. Zearalenon
AFLATOKSIN
Aflatoksin berasal dari singkatan Aspergillus flavus toxin. Toksin ini pertama kali diketahui berasal dari cendawan A.
flavus yang berhasil diisolasi pada tahun 1960.
Aflatoksin terutama dihasilkan oleh Aspergillus flavus dan
Aspergillus parasiticus.
A. flavus sebagai penghasil utama aflatoksin umumnya
hanya memproduksi aflatoksin B1 dan B2 (AFB1 dan AFB2).
Sedangkan A. parasiticus memproduksi AFB1, AFB2,
AFG1, dan AFG2.
Diantara keempat jenis aflatoksin tersebut AFB1 memiliki
A. flavus dan A. parasiticus ini tumbuh pada kisaran suhu
yang jauh, yaitu berkisar dari 10-12 °C sampai 42-43 °C dengan suhu optimum 32-33 °C dan pH optimum 6.
Cendawan lain penghasil aflatoksin adalah Aspergillus
Mikotoksin ini bersifat karsinogenik, hepatatoksik dan
mutagenik sehingga menjadi perhatian badan kesehatan
dunia (WHO) dan dikategorikan sebagai karsinogenik gol 1A.
Selain itu, aflatoksin juga bersifat immunosuppresif yang
dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Di Indonesia, aflatoksin merupakan mikotoksin yang sering
ditemukan pada produk-produk pertanian dan hasil olahan.
Selain itu, residu aflatoksin dan metabolitnya juga ditemukan
Sudjadi et al. (1999) melaporkan bahwa 80 diantara 81
orang pasien (66 orang pria dan 15 orang wanita)
menderita kanker hati karena mengkonsumsi oncom, tempe, kacang goreng, bumbu kacang, kecap dan ikan asin.
AFB1, AFG1, dan AFM1 terdeteksi pada contoh liver
OKRATOKSIN
Okratoksin, terutama Okratoksin A (OA) diketahui
sebagai penyebab keracunan ginjal pada manusia
maupun hewan, dan juga diduga bersifat karsinogenik.
Okratoksin A ini pertama kali diisolasi pada tahun 1965
dari cendawan Aspergillus ochraceus.
Secara alami A. ochraceus terdapat pada tanaman
Selain A.ochraceus, OA juga dapat dihasilkan oleh
Penicillium viridicatum yang terdapat pada biji-bijian di
daerah beriklim sedang (temperate), seperti pada gandum di eropa bagian utara.
P. viridicatum tumbuh pada suhu antara 0-31 °C dengan
suhu optimal pada 20 °C dan pH optimum 6-7.
Saat ini diketahui sedikitnya 3 macam Okratoksin, yaitu
Okratoksin A (OA), Okratoksin B (OB), dan Okratoksin C (OC).
OA adalah yang paling toksik dan paling banyak
ditemukan di alam, terutama pada komoditas kopi, selain itu OA juga banyak ditemukan pada berbagai produk
ternak seperti daging babi dan daging ayam.
Hal ini karena OA bersifat larut dalam lemak sehingga
ZEARALENON
Zearalenon adalah toksin estrogenik yang dihasilkan
oleh kapang Fusarium graminearum, Fusarium tricinctum, dan Fusarium moniliforme.
Zearalenon pertama kali diisolasi pada tahun 1962.
Cendawan ini tumbuh pada suhu optimum 20-25 °C
dan kelembaban 40-60 %.
Mikotoksin ini cukup stabil dan tahan terhadap suhu
Hingga saat ini paling sedikit terdapat 6 macam turunan
zearalenon, diantara nya α-zearalenol yang memiliki aktivitas estrogenik 3 kali lipat daripada senyawa induknya.
Senyawa turunan lainnya adalah 6,8-dihidroksizearalenon,
8-hidroksi zearalenon, 3-hidroksi zearalenon, 7-dehidro zearalenon, dan 5- formil zearalenon.
Komoditas yang banyak tercemar zearalenon adalah jagung,
FUMONISIN
o Fumonisin termasuk kelompok toksin fusarium yang dihasilkan oleh cendawan Fusarium spp., terutama F. moniliforme dan F. proliferatum.
o Mikotoksin ini relatif baru diketahui dan pertama kali diisolasi dari F. moniliforme pada tahun 1988 .
o Selain F. moniliforme dan F. proliferatum, terdapat pula cendawan lain yang juga mampu memproduksi fumonisin, yaitu F.nygamai, F. anthophilum, F. diamini dan F.
o F. moniliforme tumbuh pada suhu optimal antara 22,5-27,5 °C dengan suhu maksimum 32-37 °C.
o Cendawan Fusarium ini tumbuh dan tersebar
diberbagai negara didunia, terutama negara beriklim tropis dan sub tropis.
o Komoditas pertanian yang sering dicemari cendawan ini adalah jagung, gandum, sorgum dan berbagai
produk pertanian lainnya.
o Hingga saat ini telah diketahui 11 jenis senyawa
o Diantara jenis fumonisin tersebut, FB1 mempunyai toksisitas yang dan dikenal juga dengan nama
Makrofusin.
oFB1 dan FB2 banyak mencemari jagung dalam jumlah cukup besar, dan FB1 juga ditemukan pada beras yang terinfeksi oleh F.proliferatum.
oMeskipun kontaminasi fumonisin pada hewan dan
manusia belum mendapat perhatian di Indonesia, namun keberadaannya perlu diwaspadai mengingat mikotoksin ini banyak ditemukan bersama-sama dengan aflatoksin sehingga dapat meningkatkan toksisitas kedua
TRIKOTESENA
• Trikotesena mempunyai 40 jenis mikotoksin,
dan kapang penghasilnya adalah genus Fusarium, Myrothecium, Trichoderma, Cephalosporin,
Verisimonosporin, dan Stachybotrys.
Regulasi tentang Mikotoksin
Peraturan tentang batasan maksimum aflatoksin dalam produk pangan telah dituangkan dalam Keputusan Kepala Badan POM RI Tahun 2004.
Di sini disebutkan bahwa batas maksimum cemaran aflatoksin B1 (AFB1) dan total aflatoksin produk pangan berbasis kacang tanah dan jagung masing masing adalah 20 ppb dan total aflatoksin 35 ppb.
Produk susu memiliki batas maksimum aflatoksin M1 (AFM1) 0,5 ppb.
Khusus untuk cemaran aflatoksin, batas maksimum yang ditetapkan pada berbagai produk pangan adalah
sama seperti halnya pada Keputusan Kepala Badan POM (2004), yaitu pada kacang tanah dan produk olahannya serta jagung dan produk olahannya, adalah 20 ppb untuk AFB1 dan 35 ppb untuk total aflatoksin, dan pada susu dan produk olahannya adalah 0.5 ppb untuk AFM1.
Namun demikian pada kenyataannya, data yang ada menunjukkan bahwa komoditi pertanian Indonesia, yaitu kacang tanah dan jagung banyak tercemar oleh
aflatoksin, bahkan cemaran aflatoksin pada kedua