Gambaran Umum
Salah satu bagian yang paling penting dalam proses penegakan hukum dalam hukum pidana internasional adalah adanya kerjasama internasional antar negara yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian
internasional. Hal ini sejalan dengan tujuan PBB dalam rangka menciptakan keadaan dalam suasana yang adil dan menghormati kewajiban-kewajiban internasional yang timbul dengan adanya perjanjian antar negara tersebut.
Perjanjian Internasional
Negara melakukan kegiatan-kegiatan yang beragam dengan menggunakan perjanjian sebagai alat untuk
mendasari kegiatan tersebut. Dengan adanya perjanjian dan bentuk kerjasama internasional lainnya tersebut
telah merupakan kenyataan yang tercatat dalam sejarah. Perjanjian telah menjadi kebiasaan bagi
negarawan untuk menggunakan aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan yang bersifat kontraktual
antara individu-individu secara tersendiri dalam
Perjanjian Internasional (lanjutan)
Objek perjanjian internasional sebagai implementasi dari
kerjasama internasional tidak ada batasnya karena menyangkut masalah-masalah politik, ekonomi perdagangan, sosial,
kebudayaan dan berbagai persoalan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bentuk perjanjian juga beraneka ragam, mulai dari perjanjian tentang persekutuan militer, pengaturan pelucutan senjata, perilaku peperangan, menyatakan perdamaian, penyelesaian sengketa perbatasan, hubungan diplomatik dan konsuler,
pelayaran, penerbangan, sampai dengan ekstradisi dan
Perjanjian Internasional (lanjutan)
Bassiouni dalam merumuskan 22 (dua puluh dua) jenis tindak pidana internasional memasukkan unsur
kerjasama internasional sebagai salah satu elemen (elemen kepentingan/ necessity) dalam tindak pidana internasional. Dengan demikian unsur kerjasama
Bentuk Kerjasama Internasional
Konvensi Palermo 2000 tentang Transnational Organized Crime (TOC) memberikan beberapa pilihan dalam
kerjasama internasional sebagai upaya penegakan hukum pidana internasional, diantaranya adalah:
1. Ekstradisi;
2. Bantuan timbal balik dalam masalah pidana (mutual legal assistance in criminal matters);
3. Transfer terpidana (Transfer sentences persons); 4. Transfer proses pemeriksaan pidana (Transfer of
Bentuk Kerjasama Internasional
(lanjutan)
Selain ditentukan di dalam Konvensi Palermo 2000 terdapat bentuk-bentuk lain dari kerjasama internasional dalam rangka penegakan hukum pidana internasional, diantaranya adalah: 1. Harmonisasi hukum;
2. Pertukaran informasi (exchange of information/ intelligence sharing);
3. Joint investigation;
4. Law enforcement cooperation;
5. Training and technical assistance; 6. Joint task force;
Ekstradisi
Perjanjian ekstradisi merupakan salah satu bentuk kerjasama internasional tertua dalam sejarah hukum
internasional, dimulai sejak zaman Hamurabi pada abad ke 15. (Romli Atmasasmita, 2004: 133)
Istilah ekstradisi berasal dari bahasa Latin, Extradere atau menyerahkan. Secara etimologis, kalimat ekstradisi
berasal dari dua suku kata, yaitu extra dan tradition,
ekstradisi artinya suatu konsep hukum yang berlawanan dengan tradisi yang telah berabad-abad dipraktikan antar bangsa-bangsa.
Ekstradisi (lanjutan)
Ekstradisi juga bisa diartikan sebagai penyerahan yang dilakukan secara formal, baik berdasarkan atas perjanjian ekstradisi yang sudah ada sebelumnya ataupun berdasarkan hubungan baik
secara timbal balik, atas seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana atau atas seseorang yang telah dijatuhi pidana
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atas kejahatan yang telah dilakukannya, oleh negara tempatnya berada kepada negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau
menghukumnya, atas permintaan dari negara yang memiliki yurisdiksi kepada negara tempat orang yang bersangkutan
Ekstradisi (lanjutan)
Di Indonesia, menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1979, ekstradisi diartikan sebagai penyerahan oleh
sesuatu negara kepada negara yang meminta
penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut karena berwenang untuk mengadili dan
mempidananya.
Ekstradisi (lanjutan)
Perkembangan hukum ekstradisi terutama sangat pesat di
kawasan negara-negara Amerika Latin melaui Konferensi Negara-Negara Amerika I mengenai Hukum Internasional Privat di
Montevideo tanggal 23 Januari 1889 yang kemudian berhasil merinci suatu perjanjian tentang Hukum Pidana Internasional dimana dalam Bab III dan IV berisi mengenai ekstradisi yang
kemudian direvisi pada tanggal 10 Maret 1940 di kota yang sama dalam konferensi II. Negara-negara Eropa mengesahkan
Kelemahan Ekstradisi
Kelemahan-kelemahan ekstradisi antara lain:
• Persyaratan materiilnya terlalu banyak dan jika salah satu tidak terpenuhi, maka ekstradisi tidak dapat dilakukan;
• Prosedur dan mekanismenya yang terlalu panjang, birokratis, yaitu melalui saluran diplomatik mengingat masalah ekstadisi adalah masalah antar negara;
• Konsekuensi dari kelemahan pertama dan kedua di atas,
dibutuhkan tenaga, biaya dan fikiran yang cukup besar terutama karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi;
• Dalam beberapa hal, ekstradisi sangat dipengaruhi oleh faktor politik-subjektif masing-masing negara
Prinsip Dasar Ekstradisi
Ekstradisi sebagai suatu pranata yang penting dalam hukum internasional memiliki sumber hukum yang pada hakekatnya merupakan aturan-aturan hukum kebiasaan yang sudah baku dan diterima oleh
masyarakat internasional sebagai prinsip-prinsip umum ekstradisi. Ekstradisi memiliki prinsip-prinsip umum
antara lain prinsip kejahatan ganda; prinsip
kekhususan; prinsip tidak menyerahkan pelaku
kejahatan politik; prinsip tidak menyerahkan warga
Prinsip Dasar Ekstradisi (lanjutan)
• Prinsip kejahatan ganda
Menurut prinsip ini, kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta ekstradisi atas orang yang diminta, haruslah merupakan kejahatan baik menurut hukum negara peminta maupun menurut hukum negara diminta
• Prinsip kekhususan
Apabila orang yang diminta telah diserahkan, negara peminta hanya boleh mengadili dan atau menghukum orang yang
Prinsip Dasar Ekstradisi (lanjutan)
• Prinsip Tidak Menyerahkan Pelaku Kejahatan Politik (Non extradition of political criminal);
Jika negara diminta berpendapat, bahwa kejahatan yang
dijadikan sebagai alasan untuk meminta ekstradisi oleh negara peminta adalah tergolong sebagai kejahatan politik, maka
negara diminta harus menolak permintaan tersebut. Prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting di dalam hukum internasional. Hampir semua negara menolak untuk
Prinsip Dasar Ekstradisi (lanjutan)
• Prinsip Tidak Menyerahkan Warga Negara (Non extradition of nationals);
Setiap warga negara berhak untuk mendapat perlindungan dari negaranya jika berada di wilayah negara lain, berhak untuk mendapatkan pelayanan publik yang sama dengan warga negara lainnya dan lain sebagainya. Dalam
Prinsip Dasar Ekstradisi (lanjutan)
• Prinsip Timbal Balik (Principle of Reciprocity);
Di beberapa literatur, prinsip timbal balik diragukan sebagai suatu prinsip umum dalam esktradisi. Pada dasarnya,
prinsip ini merupakan prinsip hukum internasional yang tidak tertulis dimana inti dari prinsip ini adalah jaminan bahwa kedua pihak dalam perjanjian (dalam hal ini adalah ekstradisi) memiliki kewajiban yang sama dalam
melaksanakan perjanjian. Prinsip ini diterapkan di beberapa negara Eropa seperti Jerman, Perancis, Austria, Belgia dan Swiss.
Prinsip Dasar Ekstradisi (lanjutan)
• Prinsip Ne bis in idem;
Jika kejahatan yang dijadikan alasan untuk meminta ekstradisi atas orang yang diminta ternyata sudah diadili dan atau dijatuhi hukuman yang telah
Prinsip Dasar Ekstradisi (lanjutan)
• Prinsip Daluwarsa
Tujuan pengaturan prinsip daluwarsa dalam
perjanjian ekstradisi adalah untuk memberikan
Karakter Ekstradisi
•
Ekstradisi sebagai suatu kewajiban negara;
•
Ekstradisi tanpa perjanjian;
•
Ekstradisi dengan perjanjian bilateral;
Mutual Legal Assistance
Terdapat beberapa lingkup permintaan bantuan timbal balik dalam masalah pidana yang antara lain:
• Permintaan bantuan sering ditujukan untuk memperoleh bukti-bukti atau pernyataan dari seseorang;
• Penyediaan dokumen-dokumen untuk kepentingan peradilan;
• Melaksanakan penggeledahan dan penangkapan dan pemblokiran rekening seseorang;
• Memeriksa objek dan tempat lokasi;
• Identifikasi atau menjejaki hasil kejahatan atau harta kekayaan seseorang;
Transfer Sentenced Persons
Bentuk kerjasama ini adalah bentuk terbaru dari kerjasama internasional berkaitan dengan hukum pidana internasional. Perbedaan antara bentuk
kerjasama ini dengan ekstradisi adalah, jika ektradisi merupakan penyerahan terdakwa ke negara peminta ekstradisi, maka dalam perjanjian TSP, yang diserahkan adalah terpidana atau seseorang yang telah dijatuhi
hukuman di negara tertentu. Pada umumnya TSP ini berkaitan dengan Transfer of criminal proceedings
Transfer of Criminal Proceedings
Seperti halnya TSP, TCP juga merupakan bentuk
kerjasama baru dalam hukum pidana internasional. Mengenai hal ini merupakan hal baru dalam sistem
peradilan pidana Indonesia, mengingat KUHAP sebagai ketentuan mengenai hukum acara pidana tidak
mengenal adanya kerjasama dalam prosedur hukum acara pidana dengan negara lain. Perlu adanya
Daftar Referensi
• I Wayan Parthiana, Ekstradisi dalam Hukum Internasional Modern, 2009
• Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana
Internasional Bagian II, Hecca Mitra Utama, Jakarta, 2004
• _______, Hukum Tentang Ekstradisi, 2010
• Sumaryo Suryokusumo, Hukum Pidana Internasional (Ekstradisi), 2010