• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nitria amanda doc Upaya penanggulangan P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nitria amanda doc Upaya penanggulangan P (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).

(2)

anak-anak dan usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah penyakit gigi dan mulut, gangguan refraksi dan penglihatan, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), gangguan pembentukan darah (anemia) dan imunitas, hipertensi, penyakit saluran cerna, penyakit mata lainnya, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Selain itu Indonesia juga menghadapi ”emerging diseases” seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, Chikungunya, SARS, Avian Influenza serta penyakit-penyakit ”re-emerging diseases” seperti malaria dan TBC.

Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi.

(3)

masyarakat. Selain itu Obat Asli Indonesia (OAI) belum sepenuhnya dikembangkan dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat besar. Pengawasan terhadap keamanan dan mutu obat dan makanan telah dilakukan lebih luas meliputi produk pangan, suplemen makanan, obat tradisional, kosmetika, produk terapetik/obat, dan NAPZA disertai dengan penyidikan kasus tindak pidana. Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai. Pada tahun 2003, rasio tenaga dokter 17.47, dokter spesialis 5.2, Perawat 108.53, dan Bidan 28.40 per 100,000 penduduk.

Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi kegiatan antara Pusat dan Daerah, peningkatan kapasitas SDM daerah terutama dalam perencanaan, peningkatan sistem informasi, terbatasnya pemahaman terhadap peraturan perundangan serta struktur organisasi kesehatan yang tidak konsisten.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :

1. Bagaimana gambaran masalah kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia saat ini ?

2. Apa damak dari permasalahn kesehatan di indonesia 3. Bagaimana upaya penanggulangannya ?

(4)

PERMASALAHAN KESEHATAN DI INDONESIA

Di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.

Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.

1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.

2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.

3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern yang cenderung membawa resiko.

(5)

adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.

Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :

1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.

2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.

3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)

4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah. 5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.

6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat. 7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.

8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.

9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk.

BAB III

(6)

A. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

(7)

anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia 2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang 4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

(8)

kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik

Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

1. Asam folik 15 – 30 mg per hari 2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari 3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi

4. Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

(9)

B. GAMBARAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI INDONESIA

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kementerian Kesehatan telah dipublikasikan. Riset yang dilakukan di 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota tersebut di antaranya dimaksudkan untuk memotret profil kesehatan ibu di tingkat masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2013 dan 2010, dapat diketahui bahwa secara umum, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dari tahun ke tahun cenderung semakin membaik.

Terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil Riskesdas 2013 menunjukkan cakupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat. Hal ini memperlihatkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali tanpa memandang trimester kehamilan (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Peningkatan akses ini juga sejalan dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada trimester pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun 2010 menjadi 81,3% pada tahun 2013. Demikian pula pada tahapan selanjutnya, cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 70,0% pada tahun 2013.

Potret yang cukup menggembirakan juga tampak pada profil kesehatan ibu bersalin dan nifas. Proporsi ibu yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9% pada tahun 2013. Pada tahun 2013, sebagian besar (76,1%) persalinan juga sudah dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan Poskesdes/Polindes dan hanya 23,7% ibu bersalin yang masih melahirkan di rumah. Angka peningkatan yang cukup drastis terlihat pada cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (KF1), yaitu dari 46,8% pada tahun 2010 menjadi 81,7% pada tahun 2013.

(10)

Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).

Tantangan kedua adalah bagaimana menurunkan proporsi malaria pada ibu hamil. Data Riskesdas 2013 menunjukkan adanya 1,9% ibu hamil yang positif terkena malaria melalui pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT), dengan proporsi terbesar adalah malaria falsiparum. Ibu hamil yang terkena malaria berisiko lebih besar mengalami anemia dan perdarahan, serta kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).

Tantangan ketiga adalah proporsi Wanita Usia Subur (WUS) dengan Kurang Energi Kronis (KEK), yaitu WUS dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Berdasarkan Riskesdas 2013, terjadi peningkatan proporsi ibu hamil usia 15-19 tahun dengan KEK dari 31,3% pada tahun 2010 menjadi 38,5% pada tahun 2013. Tren peningkatan serupa juga terjadi pada WUS usia 15-19 tahun yang tidak hamil, yang proporsinya meningkat dari 30,9% pada tahun 2010 menjadi 46,6% pada tahun 2013.

Selain tantangan tersebut, tantangan yang tak kalah besar adalah bagaimana mempercepat penurunan angka kematian ibu menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 sebagaimana diamanatkan RPJMN 2010-2014 dan 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sebagai target MDGs. Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, terlebih dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang dimiliki – tenaga, sarana prasarana, dan anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

(11)

1) Bahaya selama kehamilan

o Dapat terjadi abortus

o Persalinan prematuritas

o Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim

o Mudah terjadi infeksi

o Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)

o Mola Hidatidosa

o Hiperemesis Gravidarum

o Pendarahan antepartum

o Ketuban pecah dini ( KPO ) 2) Bahaya saat persalinan

o Gangguan his – kekuatan mengejan

o Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai

o Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.

o Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan postpartum karena atonia uteri

(12)

3) Pada Kala nifas

o Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum

o Memudahkan infeksi puerpertum

o Pengeluaran ASI berkurang

o Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan

o Anemia kala nifas

o Mudah terjadi infeksi mainmae

Bahaya terhadap janin Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk : o Abortus

o Terjadi kematian intro uterin

o Persalinan prematuritas tinggi

o Berat badan lahir rendah

o Dapat terjadi cacat bawaan

o Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal

(13)

D. Penyebab Permasalahan Anemia Pada Ibu Hamil

Pada saat menjalani masa kehamilan, seorang ibu hamil biasanya sering mengalami keluhan yang salah satunya adalah anemia. Ketika anemia menyerang, maka hal itu menandakan bahwa darah sang ibu tidak mempunyai asupan sel darah merah yang cukup untuk membawa dan mengantarkan oksigen ke dalam jaringan. Karena selama ibu hamil menjalani masa kehamilan, tubuh akan menyangga pertumbuhan janin di dalam perut sehingga tubuh ibu hamil akan sangat membutuhkan lebih banyak lagi sel darah merah agar tubuh tetap sehat dan kuat.

Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah. Hemoglobin memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh. Selama masa kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa membuat hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan membuat kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.

Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah. Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg) zat besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat besi tersebut yaitu 30 mg.

(14)

merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah hemoglobin dalam darah mengalami penurunan.

Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti akibat pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit ginjal dan infeksi serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil kekurangan zat besi merupakan penyebab anemia yang paling umum.

Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup, bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan seorang wanita rentan terhadap anemia.

Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin mengkonsumsi suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.

Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil merasa lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan terhadap berbagai macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin yang masih ada dalam kandungan.

E. Solusi Permasalaha Kesehatan Anemia Pada Ibu Hamil

(15)

pada kehamilan pertama tentu menjadi pengalaman yang mendebarkan. Setidaknya perlu mengetahui apa saja permasalahan yang biasa dihadapi ibu hamil di masa kehamilan dan mengetahui pula bagaimana cara mengatasinya.

Beberapa Permasalahan Ibu Hamil dan Solusi Gizi Terbaik yang bisa dilakukan antara lain :

1. Mual dan Muntah secara Berlebihan

Pada masa kehamilan di usia 8 – 12 minggu, ibu hamil akan mengalami mual dan muntah. Adalah hal biasa sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Karena seiring dengan bertambahnya usia kehamilan maka berbagai keluhan tersebut akan berkurang. Lalu pada usia kehamilan sekitar 16 minggu, keluhan tersebut akan berhenti.

Namun ada sebagian ibu hamil yang tetap mengalami keluhan tersebut hingga usia kehamilan hingga trimester III. Bahkan masuk dalam kategori berat atau hiperemesis gravidarum dimana setiap kali ibu hamil tersebut makan dan minum, ia akan memuntahkannya. Akibatnya tubuh ibu hamil akan lemas, wajah terlihat pucat dan frekuensi buang air kecil menurun. Jika keluhan tersebut berlanjut sebaiknya segera dikonsultasikan dengan dokter. Hal ini perlu dilakukan karena jika tidak ada makanan dan minuman yang dikonsumsi maka asupan gizi ibu dan janin akan kurang sehingga membahayakan keduanya.

Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut dengan mengatur pola makan gizi seimbang, yaitu :

o Dengan memperhatikan apa saja jenis makanan dan porsi makanan atau minuman yang bisa memicu mual lalu sebaiknya dihindari.

(16)

o Mengonsumsi makanan kering seperti biskuit untuk menyerap kelebihan asam lambung yang muncul.

o Memilih makanan yang mengandung karbohidrat tinggi untuk mengganti energi yang terbuang karena muntah.

o Perbanyak konsumsi makanan dengan kadar air tinggi seperti sayur dan buah.

o Bisa ditambah dengan konsumsi suplemen vitamin B6, bisa dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter yang biasa memeriksa kehamilan.

o Hindari makanan berlemak dan berbumbu tajam. Selain itu juga perlu menghindari stress dan ketegangan.

2. Anemia dan Kurang Zat Besi

Masalah kedua yang biasa dialami ibu hamil adalah anemia. Anemia merupakan gejala yang timbul akibat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang akan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Hemoglobin terbuat dari zat besi merupakan bagian sel darah merah yang membawa oksigen yang cukup. Jika berkurang maka sel tubuh tidak bisa memproduksi energi yang cukup.

BAB IV PENUTUP

(17)

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 %i bu hamil dengan anema (Saifudin, 2006).

B. Saran

Kepada Ibu hamil Dianjurkan melakukan pemeriksaan antenatal untuk memenuhi program kunjungan minimal 4 kali kunjungan dan diharapkan bisa sesuai dengan program.

DAFTAR PUSTAKA \

(18)

Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian meliputi identifikasi sejauh mana tingkat kepuasan kerja pegawai dan faktor-faktor pentingldominan apa saja yang menyebabkan kepuasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bengkel-bengkel cuci kendaraan di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dan pembahasan hasil penelitian menunjukkan

18 Tahun 2004: Yaitu merupakan peraturan daerah Kabupaten Pamekasan Tantang Larangan Terhadap Pelacuran dalam Wilayah Kabupaten Pamekasan, pelaksanaannya baik yang

Nilai rata-rata tertinggi daya serap air papan lamina selama 24 jam terdapat pada papan lamina 7 Karakteristik Balok Laminasi Dari Batang Kelapa dan Kayu Kemiri... Gambar

bioetanol yang dihasilkan dari proses adsorpsi dengan metode flow system , mengetahui kapasitas adsorpsi dual adsorben (KS – CuSO 4 ) dalam proses purifikasi.. bioetanol

bahwa Pemerintah Daerah Kata Mojokerto telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Guru Besar dalam Bidang Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi UNAIR tersebut, mengangkat unsur terpenting dalam sebuah organisasi yakni sikap saling