Film yang mengkisahkan tentang seorang anak cwo pendiam
bernama Joshua (Ramon Y.Tungka) yang memiliki tekanan
akibat perlakuan yang tidak mengenakan dari teman-teman
di sekolahnya dan terlebih juga karena sifat kedua
orangtuanya. Mamihnya Joshua yang acuh tak acuh dan
Papihnya yang selalu menggunakan kekerasan pada Joshua.
Joshua merasa dirinya tidak pernah benar dimata kedua
orang tuanya, dan di sekolahnya pun ia selalu diganggu dan
dijaili oleh tim basket yaitu Jerry,dkk. Perlakuan Jerry,dkk itu
tidak pernah menjadi pertimbangan bagi pihak sekolah
karena orangtua Jerry merupakan salah satu pengkontribusi
sumbangan fasilitas sekolah yang mengakibatkan sang
agar anaknya yang selalu mendapatkan nilai buruk bisa terus
naik kelas.
Dalam diamnya Joshua ternyata ada salah satu cwe yang
bersimpati terhadapnya, yaitu sabina (Sheila Marcia). Sabina
mengerti apa yg Joshua rasakan karena sabina merasa ia pun
seperti Joshua yang merasakan suatu tekanan, walaupun
bukan tekanan dari teman-teman disekolahnya seperti yg
Joshua rasakan.
Sebenarnya ada salah satu orang lagi disekolah yang
bersimpati pada Joshua, yaitu guru BP nya, ibu Miranda.
Beliau selalu berusaha keras untuk membujuk Joshua agar ia
jujur atas masalah yang dialaminya, termasuk jujur atas
segala tindakan teman-temannya dan seluruh tekanan batin
yg Joshua rasakan hingga membuatnya seperti orang aneh,
namun Joshua hanya bungkam dan tidak mempercayai
Joshua membeli sebuah pistol dengan 1 peluru, kemudian ia
mencuri 6 kertas penggilan murid milik Bu Miranda dan
Sesampai keenam anak itu didalam, Joshua pun beraksi !
ia menyandra keenam temannya itu dengan ancaman pistol
yang digenggamnya.
Saat itu didalam ruangan Joshua terus melampiaskan
kekesalannya pada keenam teman yang disandranya. Tiga
cwe termasuk Cathy, dan ketiga cwo dari tim basket
termasuk Jerry.
dan akhirnya dipanggilah ibu Miranda, guru BP yang selalu
menangani Joshua disekolah. Ia berusaha membujuk Joshua
lewat Speaker agar Joshua segera menghentikan
Sebenarnya sederhana keinginan dari Joshua, ia hanya ingin
dihargai dan dipentingkan, namun ia bertindak dengan cara
yang salah.
SINGKAT CERITA...
akhirnya Joshua bilang pada Kapten Margono lewat
Selepas itu Joshua langsung menghakimi Jerry,dkk. Ia
menyuruh kedua teman Jerry untuk memperlakukan Jerry
sesuai dengan apa yg pernah Jerry lakukan padanya dulu!
Bu Manda selaku kepala sekolah sangat panik dan menjadi
salah satu orang yang dipojokkan karena tidak pernah
membela Joshua malah selalu membela Jerry!
Diakhir film Joshua menggantung Jerry diatas loteng seperti
yg pernah Jerry lakukan dulu padanya, yaitu saat Joshua
digantung diatas pagar dan ditertawai oleh semua
teman-temannya.
Komunikasi yang sempat terhubung lewat orari antara Joshua
dengan Ibu BP, kemudian Joshua dengan kedua orangtuanya
benar-benar membuat miris hati penonton.
Resensi Film Favorit: CATATAN AKHIR SEKOLAH
Judul: CATATAN AKHIR SEKOLAH
Sutradara: Hanung Bramantyo
Skenario: Salman Aristo
Pemain: Ramon J. Tungka, Marcel Chandrawinata, Vino G. Bastian
Produksi: Rexinema
Sudah mulai jengkelkah kita dengan film-film remaja di televisi? Remaja cantik versus remaja jahat dengan cerita dan persoalan di luar akal sehat?
Adalah tiga lelaki SMA atau kelompok A3 yang "cupu" (culun punya = ini istilah masa kini untuk para pecundang). Mereka terdiri dari Agni (Ramon J. Tungka), kepala geng berkacamata, keras kepala, dan penuh teori; Alde (Marcel Chandrawinata, pemain baru dengan penampilan bersinar), sosok yang paling ganteng tapi pemalu dan anggota band di sekolahnya; dan Arian (Vino Bastian), yang meledak-ledak (setiap ledakan ditunjukkan dengan akting yang sama: sepasang tangan yang sibuk dengan suara yang nyaring), setia kawan, dan menggampangkan persoalan.
Untuk menggebrak "sejarah" dan menghancurkan citra "cupu", ketiga pecundang ini bersepakat membuat sebuah film dokumenter tentang kehidupan sekolah mereka: bagian gelap dan bagian penuh cahaya. Rekaman tentang mereka yang hidup dari menyontek dan mereka yang "tidak pernah menyontek seumur hidup". Atau rekaman anak masjid yang memulai kalimatnya dengan kutipan ayat Quran hingga membuat ketiga anak ini buru-buru salat karena ingin menjauhkan diri dari api neraka.
Rekaman tentang mereka yang kabur dari kelas dan klepas-klepus merokok di belakang sekolah; mereka yang OD (overdosis) narkoba; tentang seorang kekasih sialan yang kasar bernama Ray (Christian Sugiono) yang menampar pacarnya yang jelita dan ringkih, Alina (Joanna Alexandra). Tetapi dokumenter ini juga merekam mereka yang memberikan cahaya pada pendidikan, seperti guru-guru yang mengajar karena memang percaya bahwa setitik kontribusi dalam kelas adalah fondasi pada karakter anak-anak.
Film Catatan Akhir Sekolah adalah bentuk yang mendekati realitas anak-anak sekolah masa kini, justru karena para sineasnya tak harus memajang wajah-wajah ganteng dan kemewahan yang tak masuk di akal. Wajah 1.000 figuran anak sekolah yang "cuma" figuran itu tampil berkeringat, bau angkot dan metromini, diselingi shot-shot toilet jorok SMA atau upaya masturbasi seorang siswa lelaki yang mengintip rok siswi di kelasnya, yang tampak begitu nyata dan tidak dipulas kosmetik apa pun.
Jika sosok Pak Boris (Joshua Pandelaki yang tampil komikal) disajikan sebagai tokoh antagonis--kepala sekolah genit, korup, dan diskriminatif--tentu saja karena sutradara Hanung Bramantyo dan penulis Salman Aristo pada akhirnya membutuhkan contoh karakter amoral yang harus diberi ganjaran. Pembuktian? Bukankah tiga anak ini tengah membuat film dokumenter? Anda bisa menebak, akhir film ini kemudian jadi banyak keinginan seperti penyakit film Hollywood dan film Indonesia yang kepingin betul penontonnya merasa "plong".
Film dokumenter yang bagus banget itu disajikan dalam pesta akhir tahun sekolah. Ini termasuk tingkah polah Pak Boris dengan duit yang menghebohkan khalayak penonton. Seiring keramaian pesta itu, persoalan cinta kelompok A3 itu sekaligus "diselesaikan"; murid korban narkoba itu tampak "kembali ke jalan yang benar"; murid sialan yang beraninya gampar cewek itu cemberut melihat tayangan dirinya; dan seterusnya.
Oh ya, dan malam itu juga Pak Boris yang korup dikerubungi guru dan satpam, entah mau dibawa ke mana, mungkin ke polisi, mungkin ke "pengadilan internal". Pokoknya, dia diganjar! Lucu. Hanung dan Salman toh ingat, dalam realitas, koruptor dan penjahat di Indonesia jarang bisa diganjar justru karena kita hidup di negara yang paling korup di dunia. Artinya, dalam hidup nyata, sosok Boris akan tetap hidup dengan jaya. Kelompok A3 itu malah biasanya akan dicerca.