• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN KH. ALI MASHUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN KH. ALI MASHUM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN KH. ALI MA’SHUM

Diajukan Untuk Tugas Makalah dan Presentasi Mata Kuliah Tokoh dan Pemikiran Dakwah Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam

Ditulis Oleh:

ZULFA RAUYANI

162410000007

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI

DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis curahkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada kita semua sampai saat ini sehingga khususnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam kita junjungkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW yang mana beliau telah memperjuangkan Islam dengan semangat juangnya yang tak terhingga sehingga sampai saat ini kita menjadi umatnya untuk agama Islam. Tidak lupa juga semoga keluarga dan para sahabat beliau selalu dalam lindungan dan rahmat Allah SWT

Ucapan terima kasih pertama-tama penyusun tujukan bagi dosen mata kuliah Tokoh dan Pemikiran Dakwah Dr. Syamsul yang mana telah memberikan pengajaran, pengetahuan, dan materi khususnya bagi penyusun agar dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dan tidak lupa pula kepada rekan - rekan saya yang memberikan pengarahan dan masukan untuk penyusunan makalah ini karena tanpa mereka penyusun tidak dapat membentuk makalah ini dengan sebaik-baiknya.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata ulama berasal dari bahasa arab yang semula merupakan bentuk jamak dari ‘alim yang berarti orang yang mengetahui atau orang yang pandai. Orang yang ahli dalam ilmu apapun dapat dikatagorikan ulama. Kemudian berkembang atau tepatnya menciut lebih digunakan untuk mereka yang pandai ilmu agama. Bagi mereka yang membaca literatur kitab kuning, istilah ulama umumnya dipahami sebagai mempunyi konotasi tidak hanya sebatas untuk menunjukkan orang-orang berilmu, berilmu agama sekalipun. Untuk bisa disebut ulama agama, pengamalan ilmu menjadi persyaratan mutlak dan utama. 1

Dakwah melalui tulisan dapat terus diingati. Seperti contoh, karya ilmuan KH. Ali Ma’shum yang telah menulis pelbagai buku. Meskipun kini beliau telah tiada akan tetapi buku penulisannya masih ramai orang membaca dan tulisannya seringkali dijadikan rujukan. Selain buku masih banyak alternative yang dapat dijadikan sebagai media dakwah bil kitabah, yakni, novel, majalah, Koran, bulletin masjid, ataupun dimedia online.

Melalui tulisan-tulisan di media massa, seorang mubalig, ulama, kiai, atau umat islam pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau keilmuan yang dikuasainya dapat melaksanakan dakwah ini.2

Keberadaan seorang kyai sebagai pemimpin pondok pesantren, ditinjau dari tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena yang unik. Dikatakan unik karena kyai sebagai

1 Ahmad mustofa bisri, koridor renungan A. Mustofa bisri, ( Jakarta, PT Kompas Media Nusantara),2010 hal. 39

(4)

pemimpin sebuah lembaga pendidikan Islam tidak sekedar menyusun kurikulum, membuat tata

-tertib, merancang sistem evaluasi dan sekaligus melaksanakan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama, melainkan juga bertugas pula sebagai pembina dan pendidik umat serta menjadi pemimpin masyarakat.

Kyai sebagai pemimpin pondok pesantren yang legitimasinya diperoleh langsung dari masyarakat sekitar, memiliki tugas dan tanggung jawab besar dalam menjalankan kepemimpinannya. Hal ini bisa dikaitkan dengan posisinya yang strategis dalam pondok pesantren. Kyai adalah pemilik, guru, pemimpin dan penguasa tunggal di dalam pondok pesantrennya.

KH. Ali Maksum merupakan sosok seorang kyai yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Dengan jiwa kepemimpinan yang dimilikinya itu ia dipercaya dan ditunjuk untuk memimpin Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta pada tahun 1968.KH. Ali Maksum sejak muda dikenal sebagai tokoh yang cerdas dan bijaksana.Oleh karena itu dia selalu menduduki posisi strategis dalam organisasi yang diikuti. Hal itu diketahui melalui pergumulan dia dalam organisasi sosial kemasyarakatan maupun organisasi politik. Sejak masa awalnya di Krapyak, KH. Ali Maksum senantiasa berkecimpung ke kancah Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Pada akhir tahun 1960-an atau setelah meletusnya pemberontakanG 30 S/PKI, KH. Ali Maksum dipilih sebagai Rois Syuriyah NU DIY.Keberhasilan yang ditunjukkan selama menjabat sebagai Rois Syuriyah NU adalah tercatat sebagai suatu periode yang menghantarkan NU kembali ke khittah 1926.3

(5)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas maka penelitian ini membahas tentang Pemikiran-pemikiran KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Untuk memperjelas pembahasan dan lebih terarah penjabarannya maka penulisan ini perlu dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Profile KH. Ali Ma’shum?

2. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran KH. Ali Ma’shum?

C. Tujuan dan Kegunaan

Sesuai dengan pokok-pokok masalah yang dikemukakan diatas, tujuan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui profil KH. Ali Maksum.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil KH. Ali Ma’shum

KH. Ali Ma’shum adalah tokoh yang cukup dikenal ditingkat nasional. Jabatan puncaknya yang pernah disandangnya dijami’ah NU, yakni Rais Am. Beliau kepemimpinan spiritual yang dalam forum nasional juga sangat penting, karena posisi central itu sangat strategis sebagai alat bergaining dengan pihak tertentu.4

Kiai Ali Ma’shum lahir pada tanggal 2 Maret 1915 ditengah-tengah gencarnya kaum pembaharu melakukan serangan terhadap peranan pondok pesantren, yang diidentikkan dengan institusi lembaga pendidikan tradisional. KH Mashum yang merupakan ayah dari KH Ali Ma’shum sangat menginginkan KH Ali menjadi seorang ahli ilmu fiqih. Setiap hari pelajaran yang diberikan kepada KH Ali dapat dikatakan fiqih melulu, padahal KH Ma’shum juga mengajar kitab-kitab yang lain kepada para santrinya, terutama nahwu dan balaghah. Tetapi kecenderungan KH Ali ternyata lain dari yang diharapkan ayahnya, ia justru lebih senang mempelajari kitab-kitab nahwu dan sharof.

KH. Ali menimba ilmu kepada KH dimyathi, di pondok pesantren Tremas pada tahun 1927 yang didirikan oleh KH. Abdul Manaf Beliau menimba ilmu pendidikan agama di tremas selama delapan tahun. kegemarannya membaca jauh melampaui usiannya yang masih muda. Ali tidak hanya mempelajari kitab yang diajarkan oleh kiai-kiainya, atau kitab-kitab Mu’tabar buah karya ulama klasik, tetapi juga kitab-kitab kitab-kitab para pembaharu. Nampaknya, ilmu tafsir Alquran dan ilmu bahasa Arab sangat menarik bagi KH Ali, terbukti 2 disiplin ilmu itu memperoleh perhatian kusus darinya.

(7)

Kepulangannya dari Tremas, KH Ali membantu ayahandanya mengajar. Meski usianya masih belia, kini ia semakin matang, terutama dalam penguasaan disiplin ilmu yang paling ia sukai yakni Bahasa Arab dan Tafsir Alquran.5

kemudian KH Ali bertolak menuju Mekkah, sambil menunaikan ibadah haji KH. Ali mengumpulkan informasi tentang pondokan, dan guru yang akan ia datangi ialah Sayyid Alwy Al-maliky. Dan beliau berpondok di pondok milik Syaikhul Masyayikh Hammid Mannan dikawasan Samiyah, sekita 1 km dari masjidil Haram.6

Pada tahun 1968 KH. Ali Maksum ditetapkan sebagai pemimpin di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, setelah wafatnya kedua putra KH. M. Moenawwir yaitu KH. R. Abdullah Affandi Munawwir dan KH. R. Abdul Qadir Munawwir yang notabene sebagai pemimpin sebelumnya. Legitimasi kepemimpinannya langsung diberikan oleh keluarga bani Munawwir dengan di latar belakangi oleh beberapahal yaitu KH. Ali Maksum merupakan kyai paling senior, Menantu KH. M. Moenawwir, memiliki kepribadian yang baik dan memiliki pengalaman dalam berorganisasi.

Setelah ditetapkan menjadi pemimpin di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, dia mulai berkiprah dalam pengembangan Pondok Pesantrennya. Karena dia merasa bertanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikannya. Usaha yang dilakukan pengkaderan, penambahan lembaga-lembaga pendidikan, dan membangun sarana dan prasarana. Selama dipimpin oleh KH. Ali Maksum Pondok Pesantren ini mengalami kemajuanyang sangat pesat,

hingga lahirlah pendidikan-pendidikan formal antara lain madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah.7

5 Ibid,hal 10 6 Ibid, hal 15

(8)

Sejak masa-masa awalnya di krapyak, KH Ali selalu menerjunkan dirinya secara resmi ke kancah jami’ah NU, sehingga pada pemilu 1955 terpilih menjadi anggota konstitusi. Pada akhir tahun 1960 an atau setelah meletusnya pemberontakan G 30 s/PKI, kiai Ali terlibat secara langsung ke dalam Jamiah NU.8

B. Karya-Karya KH. Ali Ma’shum

Karya tulis yang meliputi :

a. Mizanul ‘Uqul fi Ilmil Mantiq, yang berisi prinsip-prinsip dasar ilmu mantiq

b. Ash-Shorful Wadhih, yang berisi kaidah-kaidah dan amtsilatut tashrif (latihan praktis tashriful kalimah) dengan metode baru temuan KH Ali Maksum.

c. Hujjatu Ahlissunnah Wal Jama’ah, berisi kajian dalil-dalil / argumentasi syar’iyyah yang dijadikan sebagai dasar berpijak kaum nahdhiyyin dalam melaksanakan amaliah atau tradisi ke-NU-an.

d. Jawami’ul Kalim : Manqulah min ahadits al-Jami’ ash-shoghir murattabah ‘ala hurufl hijaiyyah ka ashliha, berisi koleksi hadis-hadis pendek yang mengandung pemahaman yang luas dan dalam, yang dicuplik dari kitab al-Jami’us Shoghir.

e. Ajakan Suci : Pokok-pokok Pikiran tentang NU, Pesantren dan Ulama, merupakan kumpulan makalah tulisan KH Ali Maksum yang tersebar di Majalah Bangkit, surat kabar, forum seminar, dan media cetak lainnya

f. Eling-eling Siro Manungso, yang berisi kumpulan syi’iran sholawatan berbahasa Jawa gubahan KH Ali Maksum. 9

C. Pemikiran –pemikiran KH. Ali Ma’shum

8 Ibid, hal 3

(9)

a. Tentang Bahasa Arab

Sebagai seorang ahli lughoh Al-arabyah. KH Ali selalu mecermati ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab dari sudut ilmu bahasa, baru mencari makna yang terkandung didalamnya. Hal ini berkaitan erat dengan tradisi dalam ilmu, bahwa pemahaman yang benar terhadap segi etimologi akan sangat membantu dalam pemahaman terminologi.

KH Ali mengakui, penafsiran ayat Al-quran dapat ditinjau dari mana saja , namun pemahaman secara etimologis harus terlebih dahulu dilakukan. Dengan cara demikian, minimal orang tidak akan terlalu lentur dalam menafsirkan Alquran, tetapi akan lebih terjamin kaitannya dengan konteks ayat-ayat yang dibahas. Dalam bidang ilmu tafsir, KH Ali lebih tepat dikatagorikan sebagai ahli yang menyukai tafsir ayat bil ayat, bukan tafsir bil ma’na.

KH Ali sering mengkritik, karena tidak jarang penafsiran dan pemahaman Alquran didukung oleh literatur-literatur barat, sementara meninggalkan khazanah tafsir atau ilmu-ilmu para sarjana dan ulama Islam sendiri. Akibatnya orang mudah terpesorok kepada pengertian yang dibentuk oleh alam pikiran sekuler. Dalam memahami ungkapan-ungkapan Arab, apalagi ayat-ayat Alquran, KH Ali hampir selalu merujuk segi etimologisnya kepada kitab Alfiyah Abnu Malik. Hebatnya dalm kodisi apapun dia hafal dengan bait-bait yang dimaksudkan.

Dalam hal ini, KH Ali pernah mengatakan “ kami sendiri merasakan bahwa Arab justru menjadi kunci pembuka yang paling utama. Sebab Alquran, Sunnah Nabi, dan kitab-kitab Tafsir serta Syarah-Syarah hadis itu tertulis dalam bahasa Arab.

(10)

baik, lebih-lebih alquran dan Al-Sunnah. Dalam hal ini, KH Ali sangat setuju dengan statemen Muhammad Abu Zahroh 10

“Nash-nash Islamiah ialah rumusan-rumusan berbahasa Arab. Oleh karena itu untuk memahaminya dan beristinbath kepadanya, mustanbith haruslah seorang yang alim tentang bahasa Arab untuk dapat meraih detail-detail sasaran atau tujuan yang terdapat didalamnya.”11

Sementara itu, sebagai pengikut imam Syafii, KH Ali sangat memperhatikan sejarah dan latar belakang pendidikan beliau, yang mempunyai perhatian luar biasa terhadap bahasa Arab, meskipun beliau sendiri adalah orang Arab keturunan Bani Hasyim dari suku Quraisy.12

KH. Ali mengakui cara belajar konvensional yang biasa diterapkan di pesantren terlalu makan waktu lama, sehingga menghabiskan umur. Hal ini tentulah memperkuat anggapan bahwa bahasa Arab sangat sulit dipelajari, bahkan menjadi momok yang menakutkan. Akibat anggapan tersebut, demikian KH Ali menulis dalam sebuah buku, kian lama kita merasakan menurunnya minat di kalangan umat Islam, khususnya dikalangan generasi muda untuk mendalami bahasa Arab.

Tashrif kalimat yang digunakan KH. Ali merupakan temuan baru yyang nampak telah ia ciptakan ketika menjadi santridi Tremas. Buktinya, menurut KH Habib Dimyathi, ilmu sharof temuan KH Ali itu masih dihafal dengan baik oleh sebahagian alumni pondok tremas, bahkan keluarga pondok. 13

10 Sambutan KH. Ali Ma’shum, pada kitab Alfiyah Ibnu Malik ( Sumbangsih, Yogyakarta, 1985) hal v.

11 Muhammad Abu Zahroh, ushul Fiqih,( 1973)hal 116. 12 An-nawawi, Al-Majmu’( Juz 1) hal 18.

(11)

b. Pemikiran kiai Ali mengenai Sunni dan Bukan Sunni,

menurut kiai Ali mazhab empat adalah yang paling banyak diikuti oleh ummat Islam di dunia sampai saat ini, dan bahkan paling lama bertahan. Berkembangnya mazhab empat bukan disebabkan oleh semangat taklid yang membuta, melainkan karena kebenaran dan mamfaatnya diakui dan teruji.

Para imam mujtahid sendiri telah berpesan : imam Abu Hanafia mengatakan, “ Adalah haram memberi fatwa berdasar pendapatku, bagi orang yang tidak mengerti dalil yang kugunakan”. Imam Malik mengatakan, “ telitilah dalam mazhabku karena disitulah ajaran agama, pendapat seseorang bisa diterima dan bisa di tolak, kecuali pendapat nabi Muhammad SAW”. Imam Syafii mengatakan “ hai abu ishaq, janganlah kamu taklid kepada pendapatku, tapi telitilah demi dirimu, karena disitulah terdapat ajaran agama”. Imam Hambali juga mengatakan “ telitilah dalam perkara agamamu, karena sesungguhnya taklid kepada selain Al ma’syum itu tercela, dan membuat hati menjadi buta. 14

kiai Ali menunjuk penyelewengan kaum Syi’ah , yang menuduh para sahabat besar seperti Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khatab, dan Ustman bin Affan melakukan persekongkolan politis untuk menyingkirkan Ali bin Abi Thalib dari jabatan khalifah, karena menurut orang syi’ah, Ali adalah penerima wasiyat kekhilafahan /keimanan setelah Rasulullah SAW. 15

Orang Syiah mempunyai kecacatan dalil karna menuduh Ummul Mukminin Siti Aisyah sebagai wanita brutal karena memerangi Ali dalam perang Jamal, akibat dendam kepada Ali karena dalam peristiwa waktu Ali memohon kepada nabi Muhammad SAW untuk menceraikannya, karena dia termasuk orang yang mencurigai Aisyah berbuat serong dengan Sofwan bin Mu’atthal setelah tertinggal di perjalanan ketika pulang dari peperangan. Padahal,

14 A. Zuhdi Muhdhor, Ibid, hal 51.

(12)

Allah sendiri membantah tuduhan itu, dan menjamin bahwa Aisyah tetap suci, tidak serong. Tapi akibat dari peristiwa itu, Nabi Muhammad SAW sempat mendiamkan Aisyah beberapa saat.

Sedangkan sikap Ahlussunnah wal Jama’ah dalam menghadapi perselisihan di antara sahabat nabi adalah “ tidak memihak dan tidak menilai”, karena mereka adalah orang-orang yang dalam terminologi agama dikatakan “adil”, bahkan sepuluh orang di antara mereka dijamin masuk syurga.

Sementara itu, tentang sebagian perbedaan antara paham sunny dengan mu’tazilah, menurut kiai Ali kaum mu’tazilah lebih mendahulukan ratio daripada wahyu itu sendiri, tapi tidak berarti pelaku dan pendapat kaum mu’tazilah buruk semua. Menurut kiai Ali kebaikan kaum mu’tazilah adalah kepekaannya dalam melawan serangan orang-orang non Islam dari segi filsafat dimasa lalu, sehingga dapat membentuk opini terutama dikalangan orang barat , bahwa Islam pun tidak menentang penggunaan ratio. Namun sayang, upaya kaum muktazilah itu pada akhirnya justru menjebak mereka kedalam pemikiran filsafat yang sangat instens, sehingga meninggalkan aspek-aspek lainnya. 16

Tradisi keagamaan yang mempunyai dasar-dasar atau legitimasi dari syar’i perlu dilestarikan. KH Ali jelas tergolong seorang ulama yang membela ammalan tahlil, ziarah kubur, taraweh 20 rakaat, dsb. Kritikan KH Ali ditujukan kepada kalimat baru tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani, sehingga berbunyi Laila ha illallah Muhammadurrasulullah, Asy- Syaikh Abdul Qadir Waliyullah, Imam Mahdi Masya Allah “ Dua kalimat terakhir itu, mennurut KH Ali tidak sepatutnya dirangkaikan dengan kalimah thayyibah yang tauqifi atau patent. Bahkan lebih jauh KH menggugat kewalilan Syaikh Abdul Qodir Al-jailani yang oleh banyak orang menobatkan sebagai “ Sayyidul Auliya” atau penghulu dari para Wali Allah.

(13)

Kalimat “Waliyullah” itu sendiri, menurut KH Ali berarti kekasih Allah, orang yang sangat dekat dengan Allah. Tidak terlalu berarti sebagai seorang ulama yang mempunyai keramat. Karena itulah, menurut KH Ali, yang berhak disebut sebagai “sayyidul Auliya” justru Khulafaur rasyidin”.

c. Tentang Ukhwah Islamiyah

KH Ali berpendapat, sebenarnya ajaran ukhwah telah diajarkan dalam Al-quran ayat 10-13 surat Al-hujurat memberi pengajaran yang cukup jelas bagi ummat Islam. Dalam ayat tersebut, Allah tidak hanya menandaskan bahwa sesama orang mu’min itu bersaudara, melainkan juga memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana persaudaraan itu harus dibina.

Ada berapa ajaran yang dikemukakan oleh KH. Ali, sebagai sumbangan pemikiran dalam kapasitasnya sebagai seorang ulama sejati.

Pertama, Ummat Islam tidak perlu peruncing masalah Khilafiyah. Keterangan-keterangan keagamaan yang sifatnya sepihak agar segera diakhiri. Seperti KH Ali menyindir Mukti TV dalam siaran tanya jawab masalah khilafiyah yang dijaawabnya secara sepihak, sehinnga mengesankan hanya pihaknya saja yang mengikuti Alquran dan hadist.

Kedua, ummat Islam terutama tokoh-tokohnya meninggalkan perbuatan atau ucapan yang menyinggung perasaan umat Islam secara luas.

Ketiga, kelompok-kelompok ummat Islam agar berjiwa besar, yakni sanggup mengakui kebenaran pihak lain, menghormati pendapatnya dan memperlakukan sebagaimana mestinya

Keempat, ummat Islam memperluaskan cakrawala ilmiyah. Untuk ini KH Ali mengajak ummat Islam mempelajari kembali “ kutub al-mazhaib” baik yang lama maupun yang baru dan kitab yang nampaknya bertentangan satu sama lainnya, seperti Kasyful Irtiyab fi Raddi ‘ala Muhammad bin abdil wahab, Al-la Mahzahibiyah akhthoru

(14)

bermazhab Syafi’i, atau semacam Ibnu taimiyah dan Ibnu Qayyim dan bermazhab Hambali.

17

BAB III

KESIMPULAN

(15)

a. Kesimpulan

KH. Ali Maksum dari sisi geneologi termasuk keturunan orang-orang pilihan, yakni dari kalangan keluarga terhormat, keturunan para kyai baik dari jalur ayah maupun ibu. Dia dilahirkan dilingkungan PondokPesantren. Sejak kecil dia sudah dididik agama oleh kedua orang tuanya. Semasa mudanya dia habiskan waktunya untuk menuntut ilmu darpesantren ke pesantren. KH. Ali Maksum juga memiliki kepribadian yang baik. Kepribadiannya yang lebih terlihat yaitu sikapnya yang sangat terbuka dan akrab dengan semua orang. Selain dekat dengan keluarga dan para santrinya, dia juga memiliki hubungan baik dengan masyarakat baik yang berada disekitarnyaataupun diluar. Kepribadian lain yang dimilikinya yaitu berjiwa besar, pemaaf, ahli silaturahmi dan lain-lain.

Ada berapa ajaran yang dikemukakan oleh KH. Ali, sebagai sumbangan pemikiran dalam kapasitasnya sebagai seorang ulama sejati.

Pertama, Ummat Islam tidak perlu peruncing masalah Khilafiyah. Keterangan-keterangan keagamaan yang sifatnya sepihak agar segera diakhiri. Seperti KH Ali menyindir Mukti TV dalam siaran tanya jawab masalah khilafiyah yang dijaawabnya secara sepihak, sehinnga mengesankan hanya pihaknya saja yang mengikuti Alquran dan hadist.

Kedua, ummat Islam terutama tokoh-tokohnya meninggalkan perbuatan atau ucapan yang menyinggung perasaan umat Islam secara luas.

Ketiga, kelompok-kelompok ummat Islam agar berjiwa besar, yakni sanggup mengakui kebenaran pihak lain, menghormati pendapatnya dan memperlakukan sebagaimana mestinya

Keempat, ummat Islam memperluaskan cakrawala ilmiyah. Untuk ini KH Ali mengajak ummat Islam mempelajari kembali “ kutub al-mazhaib” baik yang lama maupun yang baru dan kitab yang nampaknya bertentangan satu sama lainnya, seperti Kasyful Irtiyab fi Raddi ‘ala Muhammad bin abdil wahab, Al-la Mahzahibiyah akhthoru

(16)

b. Saran-saran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari observasi dan penelitian yang penulis lakukan dapat di simpulkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Pegawai Kementerian Agama Kabupaten Penajam Paser Utara

Walaupun sudah sejak kecil tinggal dan menetap di Kecamatan Talawaan hal ini tidak membawa dampak terhadap perubahan kadar hemoglobin sebab dapat dilihat pada Tabel 7

Hasil sampel menunjukkan bahwa ada indikasi manajemen laba sebelum merger dan akuisisi.Selanjutnya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Current Ratio, Cash

(jurnal) untuk transaksi yang mereka lakukan kepada pelanggan warnet dan pihak lainnya serta tidak melakukan posting ke buku besar usaha mereka. 2) Pencatatan

Untuk Variabel peringkat kedua, yakni “Keterlambatan aktivitas berikutnya akibat Jangka waktu persetujuan dari pemilik proyek (owner) terhadap dokumen yang diajukan oleh

(wawancara dilakukan bersama MD, pada tanggal 10/3/2019). Dengan demikian, wawancara di atas menegaskan bentuk terkecil partisipasi perempuan dalam perumusan perda ASI

Membandingkan rumusan dasar negara yang diusulkan oleh para tokoh pendiri negara Materi : • Pembentukan PPKI • Penetapan Pancasila Penugasan : Menganalisis perbedaan

Jadi dengan dem ikian tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan tarompa datuak : (1) mengeksplorasi semua bentuk tarompa datuak yang ada disentra- sentra kerajin