• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA PE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA PE (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS

DEKSRIPTIF BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE SQ3R

Joko Burham, S. Pd., Guru SMP Negeri 1 Wonosegoro, Boyolali

ABSTRACT

The objective of the research is to improve the

students’ reading comprehension of des-criptive text for the 8th grade students of semester 1 SMP Negeri 1 Wonosegoro academic year of 2015/2016 through SQ3R method

.

The type of the research is a Classroom Action Research. The research was carried out on class VIII E SMP Negeri 1 Wonosegoro, semester 1 academic year 2015/2016. The subject of the research is the students of the class VIII E. The research concludes that the SQ3R method was effective

to improve the students’ reading compre -hension of descriptive text.

Informasi Artikel:

Artikel diterima: 28 Juli 2017

Diterima setelah revisi: 6 Agustus 2017 Disetujui untuk diunggah: 10 Agustus 2017

©2017, Entrance Jurnal Pendidikan

www.jurnalcenter.com

Keywords: Reading comprehension, SQ3R method, descriptive text

PENDAHULUAN

Kemampuan membaca pemaham-an merupakpemaham-an bekal dpemaham-an kunci keber-hasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dila-kukan siswa melalui aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran mem-baca pemahaman di SMP Negeri 1

(2)

Permasalahan lain ditemukan pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Wonosegoro, yaitu siswa masih terlihat pasif. Hal ini ditunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada pertanyaan yang tidak terjawab, ada permasalahan tetapi siswa tidak mau mengungkapkan, materi tidak variatif dan kurang menarik perhatian siswa.

Permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut mengakibatkan kemam-puan membaca pemahaman siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan memba-ca pemahaman pada siswa di kelas VIII E tersebut tercermin dari rendahnya nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 67.50 dengan ketuntasan belajar 50.00%.

Memahami bacaan tidaklah mudah karena itu berarti siswa perlu memahami ide pokok, dan isi bacaan. Oleh karena itu, siswa perlu memahami banyak kosakata dan struktur tulisan yang baik. Dengan demikian, keterampilan memba-ca bukanlah suatu keterampilan yang mudah. Perlu sebuah teknik atau metode untuk memahami sebuah bacaan dengan lebih mudah dan cepat. Metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak salah satunya adalah metode SQ3R.

Metode SQ3R adalah metode mem-baca yang sistematik dan meliputi ta-hapan survey, question, read, recite dan review (Soedarso, 2004). Metode ini dapat meningkatkan kemampuan pema-haman siswa dan menuntun siswa untuk menyelidiki, judul dan subjudul, mem-buat pertanyaan, membaca, menyatakan ide dan mengulang kembali isi bacaan ter-sebut (Robinson, dalam Hartati, 2008: 34). Menurut penelitian Sallis

(2014) penerapan metode SQ3R berpe-ngaruh signifikan terhadap kemampuan membaca siswa. Ini berarti, bahwa meto-de ini dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran bahasa dengan lebih cepat dan mudah.

Berdasarkan latar belakang perma-salahan tersebut di atas, selanjutnya da-pat dikemukakan identifikasi permasa-lahan sebagai berikut: 1) Guru selama ini menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran membaca pemahaman se-hingga mengakibatkan siswa menjadi jenuh dan bosan; dan 2) Siswa cenderung pasif dalam proses pembela-jaran, yang ditunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada pertanyaan yang tidak terjawab, ada permasalahan tetapi siswa tidak mau mengungkapkan, materi tidak variatif dan kurang menarik perhatian siswa.

Agar pembahasan tidak membias, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut ini: 1) Subjek dibatasi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Wonosegoro pada semester I tahun pelajaran 2015/ 2016; 2) Materi membaca pemahaman dibatasi pada teks deskriptif; dan 3) Metode pembelajaran dibatasi pada metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman.

(3)

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Keterampilan Membaca Pemahaman

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Ta-rigan, 2010: 1). Pengertian membaca menurut Dechant (dalam zuchdi dan Budiasih, 2007: 21) adalah proses pemberian makna terhadap tulisan. Ada berbagai definisi tentang membaca sebagaimana yang dikemukakan oleh Burns, dkk (dalam Herlina, 2009: 11)

reading is a complex act that must be learned. It is also a means by which further learning takes place. In other words, a person learns to read and reads to learn . Kutipan tersebut menegaskan bahwa membaca merupakan suatu

perilaku kompleks yang harus dipelajari dan merupakan alat untuk pembelajaran yang lebih lanjut. Jadi, belajar untuk

membaca dan membaca untuk belajar .

Membaca merupakan proses men-dapatkan informasi atau ilmu penge-tahuan dari suatu bacaan di media tulisan. Menurut Hasanah, Nurchasanah & Hamidah (2015: 47), membaca adalah suatu proses membangun pemahaman sari teks yang tertulis. Selain itu, membaca juga merupakan proses mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan stuktur bacaan sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang yang mampu membuat intisari dari bacaan. Jadi, dengan mem-baca seorang mampu mengetahui jendela dunia, wawasan dan perekembangan terkini tentang sesuatu. Membaca tidak hanya tahu huruf dan kata-kata tetapi harus mampu menarik kesimpulan dari suatu bacaan.

Nuttal (dalam Hasanah, dkk., 2015: 45) mendefinisikan membaca pemaham-an sebagai suatu proses interaksi pemaham-antara pembaca dengan teks dalam suatu peris-tiwa membaca. kegiatan atau membaca yang penekanannya diarahkan pada ke-terampilan dan menguasai isi bacaan. Pembaca harus mampu menguasai dan memahami bacaan yang dibacanya. Dalam hal ini, unsur yang harus ada dalam setiap kegiatan membaca adalah pemahaman.

Bormouth (dalam Franz & Bernhardt, 2003: 16) menyatakan bahwa

pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahan tertulis. Hal tersebut dapat juga dikatakan bahwa kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan.

(4)

Teks Deskriptif

Karangan deskripsi adalah suatu karangan yang menjelaskan pokok masalah yang disertai dengan fakta-fakta dan penjelasannya. Tujuannya agar pem-baca memperluas pemahaman dan pe-ngetahuan pembaca terhadap masalah yang diungkapkan (Tarigan, 2010: 35). Contoh karangan jenis ini adalah artikel-artikel dalam surat kabar, majalah, dan tulisan-tulisan ilmiah.

Karangan deskripsi melukiskan su-atu objek dengan kata-kata. Objek yang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian. Dalam karangan des-kripsi penulis seakan-akan mengha-dirkan sesuatau ke hadapan pembaca, sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, meraba, merasakan objek yang dihadirkan (Zuchdi dan Budiasih, 2007: 117). Menurut Sumadyo (2011: 89) menjelaskan bahwa karangan deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesua-tu berdasarkan kesan-kesan isi penga-matan, pengalaman dan perasaan penulisnya.

Masri (2008: 50), karangan deskripsi adalah karangan yang bersifat laporan, yaitu penulisan data, informasi yang ada di tempat atau objek dengan menyampaikan opini. Karangan des-kripsi berusaha menyajikan suatu objek sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan. Objek dapat berupa benda, pemandangan, orang, atau sensasi yang dialami penulis.

Tujuan menulis deskripsi adalah membuat para pembaca ikut merasakan apa yang diserap penulis melalui panca-indera, sehingga pembaca seolah-olah dapat mengalami pengalaman langsung.

Objek yang dideskripsikan bisa berupa sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seseo-rang yang cantik, seseoseseo-rang yang putus asa, alunan musik, gelegar guntur dan seba-gainya.

Karangan deskripsi lebih menekan-kan pada pengungkapannya melalui rang-kaian kata-kata. Membuat karangan deskripsi yang baik, penulis harus mengadakan identifikasi terlebih dahulu. Dengan mengenal ciri-ciri objek garapan, penulis dapat menggambarkan secara verbal objek yang ingin diperkenalkan kepada pembaca. Seakan-akan pembaca melihat, mendengar, atau mengalami langsung tentang objek tersebut. Objek karangan deskripsi dapat berupa benda, orang, peristiwa, suasana dan lainya (Tarigan, 2010: 48).

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang melukiskan suatu objek sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang ditulis penulis. Tujuan menulis deskripsi adalah menciptakan gambaran objek dengan pancaindra yang digunakan untuk melihat, mende-ngar, dan merasakan objek.

Metode SQ3R

(5)

materi dan membimbing siswa dalam membaca dengan beberapa tahapan, yaitu survey, question, read, recite dan review.

Langkah-langkah metode SQ3R di-susun secara sistematis dan bertahap hingga memudahkan siswa untuk mema-hami materi. Adapun langkah-langkah metode SQ3R adalah sebagai berikut (Masri, 2008: 54):

Survey. Survey adalah aktivitas

siswa untuk mengamati atau mengiden-tifikasi seluruh teks dari segi judul, subjudul, kata-kata yang bercetak miring, kata-kata yang di bold atau kata-kata yang dianggap penting (Masri, 2008: 55). Pada aktivitas ini, guru membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa dan meneliti seluruh teks yang akan dibaca. Selain itu, siswa perlu meneliti judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman dan daftar pustaka. Pada langkah ini, siswa dianjurkan menyiap-kan pensil, kertas, stabilo untuk menan-dai bagian-bagian tertentu. Langkah ini mempermudah untuk menyusun bahan pertanyaan pada langkah selanjutnya.

Question. Question adalah

aktivitas siswa untuk menyusun perta-nyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan atau teks (Masri, 2008: 56). Pada langkah ini guru memberikan petunjuk atau contoh kepada siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan menggunakan kata Tanya apa, bagai-mana, mengapa, kapan, dibagai-mana, dan siapa. Fungsi tahap ini adalah untuk memfokuskan siswa pada bacaan yang akan dibaca.

Read. Langkah ketiga adalah read, yaitu membaca. Read adalah aktivitas

membaca teks atau bacaan secara aktif. Aktivitas ini dilakukan untuk mencari ide pokok dan jawaban atas pertanyaan-per-tanyaan yang telah dibuat pada langkah kedua (question) (Masri, 2008: 57). Disini, siswa diharapkan dapat menemu-kan, menggarisbawahi, memberi warna dan mencatat kata-kata penting atau ide pokok bacaan.

Recite. Recite adalah aktivitas

men-jawab setiap men-jawaban yang telah ditemu-kan. Pada langkah ini, siswa menyebut-kan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun (Masri, 2008: 58). Siswa harus dapat menceri-takan ulang dan menuliskan kembali isi bacaan atau teks dengan kata-kata mereka sendiri. Pada langkah ini siswa dilatih untuk tidak membuka catatan jawaban. Disini, pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh siswa maka siswa tetap melanjutkan untuk pertanyaan selanjut-nya. Langkah ini untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi bacaan atau teks tersebut.

Review. Review adalah aktivitas

siswa untuk mengulang kembali seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Di langkah ini, siswa membaca kembali bagian materi untuk mengkonfirmasi jawaban-jawaban yang di jawab sebe-lumnya (Masri, 2008: 59). Aktivitas ini digunakan untuk memastikan siswa sejauhmana mereka menangkap infor-masi dan memahami ide pokok dari bacaan yang diberikan. Pada aktivitas ini, guru bisa memberikan kuis untuk meng-uji dan mengetahui pemahaman siswa pada materi bacaan atau teks yang telah diberikan.

(6)

buku teks yang diberikan oleh guru se-hingga mereka lebih terarah pada intisari yang terdapat dalam buku teks. Langkah-langkah pada metode SQ3R ini sistematis sehingga membuat siswa untuk aktif da-lam proses berpikir. Dada-lam metode ini diharapkan siswa mampu menyimpan dengan baik dan dalam waktu jangka panjang setiap informasi yang diperoleh. Menurut Soedarso (2004) usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan cara: (1) mengorganisasikan bahan yang akan dibaca dalam kaitan yang mudah dipa-hami, (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain atau dengan meng-hubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa guru sela-ma ini menggunakan metode cerasela-mah dalam pembelajaran. Pembelajaran membaca dilaksanakan dengan membe-rikan tugas kepada siswa untuk memba-ca teks. Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru berceramah tentang informasi yang dianggap penting berkaitan dengan apa yang harus dilakukan siswa. Kegiatan membaca dilakukan dari awal sampai akhir teks, apabila mereka belum paham tentang isinya, pembacaan akan diulang bebera-pa kali, kegiatan selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang sudah disiapkan guru.

Metode yang digunakan tersebut berdampak pada rendahnya minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ber-dampak lanjutan terhadap rendah-nya kemampuan siswa dalam memahami bacaan. Berdasarkan kondisi tersebut,

guru perlu melakukan perbaikan pem-belajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan berva-riatif. Langkah tersebut ditujukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks secara mendalam.

Upaya yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode SQ3R. Metode SQ3R merupakan suatu metode yang dianggap dapat meningkatkan ke-mampuan membaca siswa secara lebih cepat dan mudah dalam memahami bacaan atau teks.

Penggunaan metode SQ3R ini diharapkan akan lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat memberikan hasil yang mak-simal dalam keterampilan membaca sis-wa

Agar lebih jelas, kerangka berpikir dapat digambarkan ke dalam diagram se-bagai berikut.

Gambar 1 Diagram Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan

(7)

kemam-puan membaca pemahaman teks des-kriptif bagi siswa kelas VIII E semester I SMP Negeri 1 Wonosegoro tahun

pela-jaran / .

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Wonosegoro, Kabupaten Boyo-lali, yaitu pada siswa kelas VIII E semes-ter gasal tahun pelajaran 2015/2016. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan: 1) bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memu-dahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan; 2) siswa di kelas tersebut memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan pada se-mester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan September 2015 sampai dengan bulan Nopember 2015.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E semester gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa di kelas tersebut adalah sebanyak 30 orang siswa, yaitu terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Penetapan subjek dilandasi adanya ke-nyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran bahasa Inggris da-lam keterampilan membaca pemahaman sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Data-data tersebut dapat dipaparkan se-bagai berikut: 1) Data tentang pelak-sanaan pembelajaran metode SQ3R yang diperoleh dari guru; 2) Data tentang

ak-tivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris dalam ke-terampilan membaca pemahaman di-peroleh dari siswa; dan 3) Data tentang pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari dokumen berupa RPP, kurikulum, dan leger nilai yang disusun oleh guru.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada proses pembelajaran bahasa Inggris dalam keterampilan membaca pemahaman dengan metode SQ3R di kelas VIII E semester gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro, Kabupaten Boyo-lali tahun pelajaran 2015/2016. Obser-vasi langsung dilakukan pada saat kondisi awal pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa pening-katan hasil belajar bahasa Inggris dalam keterampilan membaca pemahaman.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantita-tif berupa hasil belajar kognikuantita-tif, dilisis dengan menggunakan teknik ana-lisis deskriptif dengan menentukan prosentasi ketuntasan belajar dan mean

(rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk prosentasi dan angka. Teknik analisis kualitatif model alur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Milles & Huberman, dalam Arikunto, 2010: 37).

(8)

dianggap berhasil apabila tingkat pengu-asaan penuh secara klasikal > 80%, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebesar > 80% dari jumlah siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal tindakan merupakan hasil refleksi terhadap pencarian fakta tentang pembelajaran Bahasa Inggris pa-da siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 sebelum dilaku-kan tindadilaku-kan. Data refleksi diperoleh dari hasil tes berupa ulangan harian pelajaran bahasa Inggris aspek keteram-pilan membaca pemahaman teks deskriptif.

Hasil tes ulangan harian yang diper-oleh dari 30 orang siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wono-segoro Boyolali tahun pelajaran 2015/ 2016 menunjukkan bahwa nilai terendah diperoleh sebesar 60.00, nilai tertinggi sebesar 80.00, dan nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 67.50. Nilai tersebut berada di bawah KKM yang ditetapkan sekolah dengan KKM > 70.00.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan be-lajar, jumlah siswa yang sudah mem-perolah nilai > KKM atau > 70.0, adalah sebanyak 15 orang siswa atau 50.00%. Adapun lainnya, yaitu sebanyak 15 orang siswa atau 50.00% masih belum men-capai KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70.0. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun pe-lajaran 2015/2016 belum mencapai ke-tuntasan belajar yang dipersyaratkan, yaitu 80.00% dari jumlah siswa.

Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Hasil Belajar Kondisi Awal No. Ketuntasan Jumlah %

1. Tuntas 15 50.00

2. Blm Tuntas 15 50.00

Jumlah 30 100.00

Nilai Rata2 67.50

Nilai Terendah 60.00

Nilai Tertinggi 80.00

Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal tindakan dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.

Gambar 2 Diagram Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

Deskripsi Tindakan Siklus I

(9)

Observasi dilakukan untuk menge-tahui perilaku kelas dan dampak proses yang dihasilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dilakukan. Hasil-hasil observasi dapat dijelaskan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil pengamatan ter-hadap aktivitas guru dalam pembela-jaran tindakan Siklus I pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran dinilai oleh

penga-mat masih belum baik atau masih dalam kategori cukup baik , yaitu dengan skor

rata-rata sebesar 66.67.

Kemampuan membaca pemaham-an diperoleh dari hasil tes akhir tindakpemaham-an Siklus I yang dilaksanakan pada akhir pertemuan kedua. Hasil tes menunjuk-kan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 64.00, nilai tertinggi sebesar 88.00, dan nilai rata-rata sebesar 73.73. Nilai rata-rata-rata-rata yang diperoleh sis-wa sudah melampaui nilai KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70.00. Atas dasar hal tersebut maka siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wonose-goro Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, hasil tes menunjukkan adanya pening-katan dalam hal tingkat ketuntasan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang sudah mencapai nilai > KKM sebesar 70.00 adalah sebanyak 23 orang siswa atau 76.67% dari jumlah siswa.

Data perolehan nilai hasil tes akhir tindakan Siklus I dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Hasil Belajar Tindakan Siklus I No. Ketuntasan Jumlah %

1. Tuntas 23 76.67

2. Blm Tuntas 7 23.33

Jumlah 30 100.00

Nilai Rata2 73.73

Nilai Terendah 64.00

Nilai Tertinggi 88.00

Nilai rata-rata kemampuan mem-baca pemahaman yang diperoleh siswa sebenarnya sudah melampaui KKM yang ditetapkan. Meskipun demikian, indika-tor kinerja berupa banyaknya siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar men-capai > 80.00% dari jumlah siswa belum terpenuhi, yaitu baru mencapai 76.67%.

Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus I dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 3 Diagram Ketuntasan Belajar Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil pembela-jaran Bahasa Inggris kompetensi membaca pemahaman dengan menggu-nakan metode SQ3R sebagai berikut:

1)

Implementasi pembelajaran dengan

(10)

dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil bel-ajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 67.50 pada kondisi awal menjadi 73.73 pada akhir tindakan Siklus I. Ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga meningkat, yaitu dari 50.00% pada kondisi awal, meningkat menjadi 76.67% pada akhir tindakan siklus I;

2)

Hal-hal yang masih belum berhasil

dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) belum berubahnya pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) masih rendahnya kemampuan siswa dalam membangun konsep; (c) aktivitas guru dalam pem-belajaran dengan menggunakan meto-de SQ3R masih belum optimal, yaitu baru mencapai

tingkatan cukup baik ; dan d

dampak produk berupa pe-nguasaan kompetensi penuh secara klasikal sebesar > 80.00% belum ter-capai, yaitu baru mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 76.67%. Akan tetapi nilai hasil belajar masih belum optimal. Untuk itu diperlukan perbaikan pada tindakan pembela-jaran Siklus II.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Perencanaan tindakan pembelajar-an tindakpembelajar-an Siklus II dilakukpembelajar-an ber-dasarkan hasil refleksi dan evaluasi pe-laksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus I. Tindakan pembelajaran Siklus II merupakan upaya untuk meningkatkan dampak proses dan dampak produk dari tindakan pembelajaran yang lebih baik.

Rencana pembelajaran tindakan ini merupakan hasil revisi dalam rangka

perbaikan pembelajaran tindakan siklus I yang dinilai belum berhasil membawa siswa mencapai penguasaan kompetensi penuh. Beberapa upaya perbaikan yang akan dilaksanakan dalam tindakan pem-belajaran Siklus II menyangkut upaya: 1) meningkatkan aktivitas siswa dalam ajar; 2) meningkatkan kemandirian bel-ajar siswa; 3) meningkatkan aktivitas gu-ru dalam pembelajaran; dan 4) mening-katkan kemampuan siswa dalam meme-cahkan permasalahan yang dihadapi dalam memahami bacaan.

Pelaksanaan tindakan pembela-jaran pada Siklus II sama dengan pe-laksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus I. Pelaksanaan tin-dakan pembelajaran dilaksanakan dalam dua kali pertemuan selama 4 X 40 menit atau 4 jam pelajaran. Pertemuan pertama tindakan pembelajaran Siklus II dilak-sanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Oktober 2015.

Observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran dilakukan oleh guru pengamat. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada setiap aspek yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam pem-belajaran tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran dinilai oleh pengamat

su-dah termasuk kategori baik . (al ini di -tunjukkan dengan rata-rata skor hasil pengamatan sebesar 80.56 yang sudah

termasuk ke dalam klasifikasi baik .

(11)

adanya peningkatan dalam hal nilai hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil tes yang dilaku-kan pada akhir tindadilaku-kan Siklus II dapat diketahui bahwa nilai terendah yang di-peroleh siswa adalah sebesar 68.00, nilai tertinggi sebesar 92.00, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 77.60. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM yang dite-tapkan sebesar 70.0, maka siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wo-nosegoro Boyolali tahun pelajaran 2015/ 2016 secara klasikal sudah dianggap men-capai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.0 adalah sebanyak 28 orang siswa atau 93.33% dari jumlah siswa.

Data tingkat ketuntasan belajar sis-wa pada tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3

Hasil Belajar Tindakan Siklus II No. Ketuntasan Jumlah %

1. Tuntas 28 93.33

2. Blm Tuntas 2 6.67

Jumlah 30 100.00

Nilai Rata2 77.60

Nilai Terendah 68.00

Nilai Tertinggi 92.00

Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi tindak-an pembelajartindak-an pada Siklus II dapat diperoleh refleksi implementasi pembe-lajaran dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Inggris aspek membaca pemahaman sebagai berikut.

1)

Implementasi pembelajaran membaca denga metode SQ3R pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan dam-pak proses pembelajaran berupa me-ningkatnya aktivitas guru dalam belajaran. Aktivitas guru dalam pem-belajaran mengalami peningkatan di-bandingkan dengan aktivitas pada tin-dakan Siklus I. Hal ini diindikasikan dengan hasil pengamatan yang me-nunjukkan bahwa aktivitas guru

dalam sudah mencapai kategori baik ,

yaitu dengan skor rata-rata hasil peng-amatan sebesar 80.56;

(12)

tindakan Siklus I, menjadi 77.60 pada akhir Siklus II;

3)

Ditinjau dari ketuntasan belajar, pene-rapan metode SQ3R dapat mening-katkan dampak produk pembelajaran berupa meningkatnya ketuntasan belajar siswa dibandingkan kondisi sebelumnya. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari sebesar 76.67% pada tindakan Siklus I, menjadi sebesar 93.33% pada tindakan Siklus II; dan

4)

Hal-hal yang masih belum berhasil

dalam pembelajaran tindakan Siklus I sudah berhasil tercapai pada tindakan Siklus II. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemam-puan membaca pemahaman teks deskriptif bagi siswa kelas VIII E semester I SMP Negeri 1 Wonosegoro tahun pelajaran 2015/2016.

Pembahasan Hasil Tindakan

Hipotesis tindakan yang menyata-kan bahwa Penggunaan Metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan mem-baca pemahaman bagi siswa Kelas VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wono-segoro Boyolali tahun pelajaran 2015/

2016 terbukti kebenarannya. (al ini di

-tunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Nilai rata-rata kemampuan mem-baca pemahaman pada siswa mengalami peningkatan dari sebesar 67.50 pada kondisi awal, menjadi 73.73 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 77.60 pada akhir Siklus II. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari sebesar 50.00% pada

kondisi awal menjadi 76.67% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 93.33% pada akhir tindakan Siklus II.

Data perkembangan ketuntasan belajar siswa dari akhir tindakan pem-belajaran Siklus I hingga siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel 4

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

No. Ketuntasn Awal Siklus I Siklus II

Jm % Jm % Jm %

1. Tuntas 15 50 23 76.7 28 93.3

2. Blm Tnts 15 50 7 23.3 2 6.7

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Nilai Rata-rata 67.50 7373 77.60

Nilai Terendah 60.00 64.00 68.00

Nilai Tertinggi 80.00 88.00 92.00

Peningkatan kemampuan memba-ca pemahaman siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 5 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar dari Kondisi Awal –

Tindakan Siklus II

PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, penelitian tindakan kelas ini menyim-pulkan sebagai berikut:

(13)

pe-mahaman teks deskriptif bagi siswa kelas VIII E semester I SMP Negeri 1 Wonosegoro tahun pelajaran 2015/ 2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.50 pada kondisi awal menjadi 73.73 pada akhir tindakan Siklus I, dan kemudian meningkat menjadi 77.60 pada akhir tindakan Siklus II.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, tingkat ketuntasan belajar siswa menga-lami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Tingkat ke-tuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 50.00% pada kondisi awal menjadi 76.67% pada akhir tindakan sik-lus I, dan kemudian meningkat menjadi 93.33% pada akhir tindakan Siklus II.

Berdasarkan simpulan hasil peneli-tian tersebut di atas selanjutnya dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

Bagi Siswa. Siswa disarankan untuk lebih giat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh semakin optimal.

Bagi Guru. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa metode SQ3R dapat digu-nakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa. Untuk itu disarankan kepada para guru untuk mau menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif.

Bagi Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambar-an bahwa penggunagambar-an metode pembela-jaran yang bervariatif mampu mening-katkan kualitas pembelajaran. Untuk itu

disarankan kepada sekolah untuk lebih men-dorong para guru agar mau menco-ba menggunakan berbagai metode pembelajaran guna meningkatkan kuali-tas pembelajaran yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., 2005. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S., 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Franz, K. & Bernhard, M. 2003. Membina

Minat Baca. Bandung: Remadja

Karya.

Hartati, T. 2008. Penerapan strategi SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,

Review) dalam pembelajaran

membaca bahasa Inggris di sekolah

dasar. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Hasanah, M., Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2015. Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dn Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran

Herlina, M. M., 2009. Easy Reader, Metode Cepat dan Mudah Belajar Membaca Bahasa Inggris. Jakarta: Kawan Pustaka.

Masri, S. P., 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT Indeks.

Salis, N, R. 2014. Penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,

Review) untuk meningkatkan

keterampilan membaca pada

pembelajaran bahasa Arab kelas VIII A MTsN Karang Wojo Gunung Kidul tahun ajaran 2013/2014. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

(14)

Sumadyo, S. 2011. Strategi dan Teknik

Pembelajaran Bahasa. Jakarta:

Depdikbud.

Tarigan, H. G., 2010. Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Wiriaatmadja, R., 2006. Metode Penelitian

Tindakan Kelas. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Zuhdi, D., 2012. Terampil Membaca dan Berkarakter Mulia. Yogyakarta: Multi Presindo

Gambar

Tabel 1 Hasil Belajar Kondisi Awal
Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul oleh Sari Dini Ulan (2017) juga menunjukkan bahwa 43 orang (71,7%) ibu bersalin

Berdasarkan perkembangan pemikiran tentang pembangunan dan pendidikan hukum di Indonesia, maka diharapkan pembangunan keempat komponen sistem hukum harus dilakukan

--- saat hening sejenak --- Ya Allah, di hari Minggu Adven ke-4 ini, engkau hadir sebagai Sang Damai Kami mengingat dan mendoakan para perempuan yang kehilangan kedamaian karena

Rekomendasi NSTA mengisyaratkan bahwa guru Biologi dan Kimia disamping harus menguasai materi bidang studi, juga harus mampu mampu menerapkan konsep Matematika dan IPA

 Variable speed drive atau ed drive atau sering disebu sering disebut dengan var t dengan variable frecue iable frecuency drive meru ncy drive merupakan pakan alat yang dapat

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul “Penerapan Model Student

PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) Kabupaten Klungkung (Dinas Kesehatan) Alamat Jl... Ni Made Adi

Seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh diatas, kaum mayoritas umumnya merupakan kultur, sedangkan berbagai minoritas umumnya merupakan subkultur, tetapi tidak selalu