Wiwit Tri Rahayu 071311233082
Keberhasilan Teknologi Informasi dalam Memunculkan Cyberspace
Kemunculan teknologi di berbagai bidang telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Sejak adanya information and communication technologies (ICT), pola interaksi masyarakat mulai mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan yang terjadi karena adanya ICT menjadi perdebatan di antara para ahli karena sulit untuk mendefinisikan secara pasti perubahan yang terjadi. Ada yang menyebut perubahan tersebut terjadi dari private sphere menuju public sphere, perubahan untuk menjadi lebih demokratis, kemunculan bentuk interaksi baru, dan sebagainya. Segala perdebatan tersebut tidak terlepas dari peran internet yang berhasil melahirkan indirect relation di antara orang-orang yang sebenarnya socially impaired. Bahkan Lyon (2002: 22) menyatakan bahwa kemunculan ICT telah membuat istilah sosiologi tentang self dan society menjadi tidak relevan untuk menggambarkan keadaan saat ini. Hal ini berkaitan dengan kemunculan multi-user dimension yang mengumpulkan banyak orang ke dalam satu akun.
Craig Calhoun (1999, dalam Lyon, 2002: 24) bahkan menyebutkan keadaan sosial telah melahirkan empat bentuk interaksi manusia. Bentuk yang pertama adalah interaksi yang lahir sejak kemunculan manusia, yaitu face-to-face. Bentuk kedua adalah indirect interaction, yang diawali dengan adanya surat, email, kemudian berlanjut dengan interaksi lainnya dalam dunia maya. Bentuk ketiga dan keempat merupakan bentuk interaksi paling baru seiring dengan berkembangnya ICT yang lebih canggih. Bentuk ketiga adalah interaksi yang terjadi antara seseorang dengan tanpa membutuhkan physical copresence, contohnya adalah interaksi antara manusia dengan mesin ATM yang memberikan petunjuk untuk melakukan sesuatu. Sedangkan bentuk keempat adalah interaksi yang tidak membutuhkan perhatian dari seseorang namun menghasilkan data yang cukup signifikan. Misalnya pengguna mesin pencari Google yang tidak sadar data pencariannya telah digunakan oleh Google untuk memunculkan pencarian terpopuler.
Wiwit Tri Rahayu 071311233082
yang disuguhkan di dunia maya. Dengan new selves tersebut, seseorang bahkan bisa masuk ke dalam cybersociety yang merupakan kelompok dari orang-orang dengan diskursus sama. Misalnya, identitas di Facebook yang mencantumkan tempat tinggal atau kuliah akan memunculkan tawaran untuk bergabung dengan kelompok yang terdiri dari pengguna Facebook dengan tempat tinggal atau kuliah yang sama, meskipun pada kenyataannya informasi tersebut bukanlah informasi yang nyata.
Habermas (1989 dalam Fuchs, 2014: 181) kemudian menjelaskan pengaruh ICT terhadap perubahan konsep dari private menuju public sphere. Publik sendiri dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bersifat umum dan terbuka bagi siapapun, contoh dalam dunia nyata adalah pasar. Beberapa hal yang menjadi karakteristik dari public sphere adalah merupakan hal yang mewakili opini publik, dapat diakses oleh siapapun, tidak memiliki batasan untuk membahas sesuatu, dan tidak memiliki ketentuan khusus dalam interaksi. Pada dunia maya, public sphere dapat terlahir seiring dengan munculnya blogs, jaringan sosial, microblogs, dan juga content sharing sites. Semua bentuk media tersebut memberikan akses kepada siapapun dengan sedikit regulasi, seperti batasan umur. Namun kembali lagi dengan adanya kesempatan untuk melahirkan new selves yang membuat siapapun bahkan yang tidak memenuhi regulasi dapat memiliki akses. Inilah yang kemudian disebut oleh Clary Shirky (2008, dalam Fuchs, 2014: 185) sebagai peningkatan dalam demokrasi, sebagaimana argumennya
“To speak online is to publish, and to publish online is to connect with others. With the arrival of globally accessible publishing, freedom of speech is now freedom of the press, and freedom of the press is freedom of assembly”.
Argumen tersebut mengindikasikan bahwa dunia maya memberikan kesempatan bagi siapapun untuk menyuarakan pendapat dan terhubung dengan orang lain tanpa adanya larangan tertentu. Di sisi lain, keadaan ini meningkatkan kemampuan manusia untuk berbagi informasi, bekerjasama, dan melakukan aksi dengan kelompok lainnya.
Wiwit Tri Rahayu 071311233082
Contohnya adalah kasus Ahok yang tertuduh telah menistakan agama Islam melalui pidatonya. Hal tersebut berhasil memunculkan aksi bersama dari kumpulan orang-orang yang sebelumnya hanya terhubung melalui cyberspace. Di sisi lain, tidak jarang masyarakat yang berpendapat bahwa keadaan tersebut hanyalah manipulasi untuk menjatuhkan Ahok dalam persaingan pemilihan pemimpin Jakarta. Kejadian tersebut menunjukkan bagaimana cyberscpace bahkan dapat dijadikan alat untuk memainkan persaingan politik.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwasannya cyberspace telah memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kehidupan nyata masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peran ICT yang semakin canggih. ICT juga berhasil merubah hal-hal yang awalnya menjadi private sphere menjadi public sphere. Tidak hanya itu, maraknya penggunaan ICT juga mendorong para aktor politik untuk merealisasikan kepentingannya melalui cyberspace. Telah banyak bukti bagaimana kemudian cyberspace melahirkan aksi nyata sebagai bentuk realisasi solidaritas dan sebagainya. Terknologi yang ada juga berhasil memunculkan cybersociety bahkan dengan anggota yang secara nyata tidak sesuai dengan kualifikasi yang diberikan. Hal ini memberikan kesempatan bagi siapapun untuk melahirkan new selves dan berinteraksi dengan siapapun.
Referensi :
Fuchs, Christian, 2014. Social Media: A Critical Introduction. SAGE.