• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEPATUHAN PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEPATUHAN PEN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

47

UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

Syamsul Bahri

(bahrisyamsul47@yahoo.com) Dosen Tetap STIE Harapan Medan

ABSTRACT

Annual Income Ta x repor ting level is one indicator of the per for mance of taxpayer complia nce. The pur pose of this study is to analyze the efforts made to incr ease the level of tax complia nce in r eporting SPT Per sonal Income Tax in KP P P ratama Medan Belawan. Da ta collected sourced fr om pr imar y data collected using inter view data collection techniques to r elated pa rties at the KP P P rata ma Medan Bela wa n and a nalyzed by using a nalysis of tree.

The results of this study indicate that there are sever al factors that lead to low levels of tax complia nce r eporting annual SP T P er sonal Income Tax, which is not optimal tea m performance Recipients SP T caused by specific causes lack of tea m per sonnel a nd the lack of motivation of the tea m. An alternative solution is to increase the number receiving SPT tea m involving other depa rtment is in the reception SP T. Then the optimal a pplication of the r ule has not been caused by a specific ca use has not been optimal a pplication of the r ules of the dr op box and not the optimal implementa tion of tax cor ner . Alter na tive solutions ar e distributing cor ner of ta xes on str ategic places. F urther more, la ck of a war eness of the taxpa yer aga inst the tax liability due to a la ck of under sta nding of the specific ca uses of taxes and less optimal enfor cement of a ny taxpayer . An alter native solution is to ar ra nge the socia lization of ta xation on individual taxpayer .

Keywords: Complia nce Ra te, Annual Tax Return a nd Per sonal Income Tax

PENDAHULUAN

Rencana strategis (Renstra) menjadi komitmen seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak (DJP) serta berfungsi untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Renstra terdiri dari 136 program dan 41 indikator kinerja utama atau key performance indica tor (KPI) untuk mengukur pencapaian sasaran organisasi DJP. Dalam upaya untuk memaksimalkan tujuan organisasi maka DJP dapat memaksimalkan peran dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang ada. Adapun tugas pokok KPP Pratama berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 100 tahun 2008 tentang Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak adalah mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas ini juga disematkan pada KPP Pratama Medan Belawan.

(2)

48 penyampaian SPT Tahunan PPh untuk tingkat kanwil di luar Kanwil Madya minimal pencapaiannya 62,5 persen sehingga semua KPP Pratama di bawah kanwil tersebut juga harus mencapai minimal 62,5 persen.

Saat ini rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh untuk KPP Pratama Medan Belawan dalam 3 tahun terakhir, ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1

Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi PPh KPP Pratama Medan Belawan

Tahun Pajak

Jumlah WP. OP.

Terdaftar Jumlah S.P.T. Masuk

% Ratio Kepatuhan

3 : 2

1 2 3 4

2010 2011 2012

45.802 51.989 57.452

18.924 17.889 18.589

41% 34% 32% Sumber : KPP Pratama Medan Belawan

Tabel 1 menunjukkan bahwa rasio kepatuhan wajib pajak orang pribadi PPh KPP Pratama Medan Belawan di bawah 62,5 persen seperti yang telah ditentukan dalam Surat Edaran DJP. Rendahnya tingkat rasio kepatuhan wajib pajak tersebut disinyalir diakibatkan karena belum optimalnya kinerja Tim Penerima SPT, belum optimalnya penerapan aturan dan kurangnya kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakan, kurangnya jumlah personel tim dan kurangnya motivasi tim dan kurangnya kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakan disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak dan kurang optimalnya penegakan hukum atas Wajib Pajak Tidak Patuh.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis

dalam tulisan ini adalah “Penyebab

rendahnya tingkat rasio kepatuhan wajib pajak dan upaya untuk meningkatkan tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi di KPP

Pratama Medan Belawan”.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan, berdisiplin. Sedang kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan, tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan wajib pajak didefinisikan oleh Salamun (1991) adalah sebagai pemenuhan kewajiban pajak mulai dari menghitung, memungut, memotong, menyetorkan, hingga melaporkan kewajiban pajak oleh wajib pajak sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Definisi kepatuhan Wajib Pajak menurut Eliyani yang dikutip dari Kiryanto (1999) menyatakan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak di definisikan sebagai memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya, tanpa ada tindakan pemeriksaan. Kepatuhan Wajib Pajak erat kaitannya dengan pelaksanaan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak.

(3)

49 Jenderal Pajak, 2008) dijelaskan Kewajiban Wajib Pajak adalah:

1. Kewajiban mendaftarkan diri

2. Kewajiban pembayaran,

pemotongan/pemungutan, dan pelaporan pajak

3. Kewajiban dalam hal diperiksa; pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap Wajib Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Dalam hal ditemukan adanya ketidakpatuhan maka DJP berwenang mengeluarkan ketetapan.

4. Kewajiban memberi data

Hak Wajib Pajak adalah:

1. Hak atas kelebihan pembayaran pajak

2. Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan

3. Hak untuk mengajukan keberatan dan banding

4. Hak-hak Wajib Pajak lainnya, seperti hak kerahasiaan, hak penundaan pembayaran, hak pengangsuran pembayaran dan lain-lain.

Tingkat pelaporan SPT Tahunan PPh merupakan salah satu indikator kinerja kepatuhan Wajib Pajak. Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dalam pasal 3 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan :

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan hurut Latin, angka Arab, satuan

mata uang Rupiah, dan

menandatangani serta

menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a)

mengambil sendiri Surat

Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

3. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.

b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dan memberikan kemudahan dalam hal pelaporan SPT Tahunan maka untuk tahun 2009 dikeluarkan aturan di bawah Undang-Undang yang mengatur tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan yaitu Peraturan Dirjen Pajak Nomor 19/PJ/2009 dan tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan pelaporan SPT Tahunan. Hal-hal penting yang diatur dalam peraturan tersebut adalah :

1. SPT yang berbentuk formulir kertas (ha rdcopy) dapat diambil langsung di tempat-tempat sebagai berikut :

a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);

b. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);

(4)

50 d. Kantor Pusat Direktorat Jenderal

Pajak;

e. Pojok Pajak;

f. Mobil Pajak.

2. Aplikasi e-SPT yang dapat digunakan untuk membuat e-SPT dapat diambil langsung di Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

3. SPT dan aplikasi e-SPT selain dapat diambil secara langsung oleh Wajib Pajak pada tempat-tempat juga dapat dilakukan dengan mengunduh / mendownload dari situs internet Direktur Jenderal Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id.

4. Wajib Pajak dapat mencetak, menggandakan, dan/atau fotokopi sendiri SPT selama tidak mengubah bentuk, ukuran dan isi SPT.

5. Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan melalui:

a. Secara langsung ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) atau Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box terdekat;

b. Pos dengan bukti pengiriman surat atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar; e-filing melalui ASP.

6. Penyampaian SPT Tahunan/e-SPT

Tahunan secara langsung

disampaikan dalam amplop tertutup dengan menulis:

a. Nama Wajib Pajak; b. NPWP;

c. Tahun Pajak;

d. Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);

e. Nomor Telepon.

7. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak diberikan tanda terima SPT tanpa dilakukan penelitian terlebih dahulu.

8. Pada saat penerimaan SPT Tahunan di TPT/Mobil Pajak/Drop Box yang diserahkan Wajib Pajak pada prinsipnya tidak dapat ditolak.

9. Pegawai yang ditunjuk sebagai Petugas Penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box wajib menggunakan tanda pengenal pegawai yang sah.

10. Jadwal pelayanan dan lokasi Drop Box ditetapkan oleh Kepala KPP sebagai Penanggung Jawab Drop Box / pojok pajak dengan koordinasi Kepala Kantor Wilayah DJP.

11. Untuk mengatasi beban puncak dengan mempertimbangkan beban kerja, Kepala KPP dapat membentuk tim/satgas untuk melakukan proses penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan / e-SPT Tahunan.

12. Kantor Pelayanan Pajak wajib mengirimkan SPT Wajib Pajak yang tidak terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tersebut kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari, kecuali untuk SPT Lebih Bayar (LB) paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak SPT diterima.

13. Setiap hari petugas penerima SPT menyerahkan berkas SPT ke Kasi Pelayanan. Proses serah terima dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima SPT.

14. Merekam Tanda Terima dan informasi yang tertulis di dalam amplop SPT dan mencetak Daftar

Nominatif pada Aplikasi

Pengawasan Penerimaan SPT yang telah disiapkan oleh Direktorat

TTKI. Proses selanjutnya

pengolahan SPT di Seksi Pelayanan.

(5)

51 sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat dan/atau Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat bisnis, pameran-pameran atau tempat-tempat tertentu lainnya di seluruh Indonesia.

Dalam penerimaan dan

pengelolaan SPT Tahunan, sumber daya manusia sebagai salah satu unsur manajemen merupakan penggerak utama organisasi. Menurut kamus online Wikipedia, sumber daya manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Prestasi kerja harus terus ditingkatkan dengan melakukan penilaian kinerja pada SDM yang bersangkutan.

Penilaian kinerja atau penilaian prestasi kerja tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kegiatan manajemen

SDM. Menurut Davis (1996)

sebagaimana dikutip oleh Hadiati dan Sukadarto (2008) penilaian kinerja dapat diartikan sebagai proses dimana organisasi menilai kinerja individual pegawai. Penilaian ini dapat meliputi produktivitas, sikap, disiplin, kompetensi, dan sebagainya untuk menemukan di level mana seorang pegawai melaksanakan tugasnya.

Tujuan dari penilaian kinerja adalah menyediakan gambaran akurat dari kinerja pegawai di masa lalu dan prediksi untuk masa depan. Untuk mencapai hal tersebut perlu disusun suatu standar kinerja yang berdasarkan kepada kriteria pekerjaan. Pengukuran dan penilaian kinerja harus dilaksanakan secara langsung dan obyektif. Ada tiga pihak yang terlibat dalam penilaian kinerja yaitu unit SDM, atasan langsung, dan pegawai yang bersangkutan. Demi menjaga obyektifitas penilaian maka prinsip-prinsip penilaian harus

diperhatikan yaitu keadilan,

transparansi, independent,

pemberdayaan, non diskriminasi, dan semangat berkompetensi (Hadiati dan Sukadarto, 2008).

METODE PENELITIAN

Untuk mengidentifikasi berbagai

penyebab permasalahan tidak

tercapainya target rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Belawan, serta untuk menemukan alternatif solusi maka penelitian ini berjenis penelitian deskriptif.

Data yang dikumpulkan

bersumber dari data primer yang diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dengan menggunakan interview guide kepada pihak-pihak terkait di Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk melakukan analisis penulis menggunakan alat bantu analisis pohon (Lembaga Administrasi Negara, 2008) yang terdiri dari:

1. Pohon masalah adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi sebagai rangkaian hubungan sebab akibat.

2. Pohon sasaran adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi sasaran yang ingin diwujudkan. Pohon sasaran merupakan rangkaian sebab akibat yang pernyataannya merupakan kebalikan dari pernyataan pada pohon masalah.

3. Pohon alternatif merupakan serangkaian pernyataan hasil pemilihan dari cabang yang ada pada pohon sasaran setelah cabang tersebut dikaji berdasarkan keterbatasan sumber. Cabang yang dipilih dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi unit kerja.

(6)

52 penyebab spesifik dominan dari masing-masing penyebab pokok dan mencari alternatif terpilih yang akan dilanjutkan untuk membuat Matrik Rincian Kerja

(MRK). Metode Analisis yang

dipergunakan dalam penulisan ini antara lain :

1. Metode USG adalah metode untuk menyusun permasalahan prioritas dengan menjumlahkan U (Urgent), S (Serious) dan G (Growth) setelah sebelumnya diberi bobot. Masalah yang mempunyai nilai bobot tertinggi akan menjadi prioritas yang harus segera diatasi.

2. Metode Matrik Cost Benefit atau Metode Biaya-Manfaat adalah metode untuk menyusun skala prioritas suatu masalah dengan

perkiraan berapa besar manfaat yang didapat apabila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, dengan dibobot berdasarkan gradasi/skala penilaian. Kemudian nilai manfaat dibagi nilai biaya, dimana semakin besar manfaat yang didapat dan semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka semakin tinggi nilai bobotnya. Rasio tertinggi merupakan prioritas yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari masalah utama dilakukan identifikasi untuk memperoleh 3 (tiga) penyebab pokok, yang dapat dilihat pada Gambar 1.

`

Sumber : Data Primer Diolah

Gambar 1. Analisis Pohon Masalah

Penyebab pokok tidak tercapainya target rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh KPP Pratama Medan Belawan antara lain :

1. Belum Optimalnya Kinerja Tim Penerima SPT

Tim Penerima SPT dibentuk dengan dengan Nota Dinas ND No :

34/WPJ.01/KP.0401/2011 tentang penunjukan operator tim dan tim penerima SPT melalui Drop Box . Tim ini terdiri dari 16 orang penerima SPT melalui Drop Box.

Dari masalah pokok kurang optimalnya kinerja tim penerima

SPT, selanjutnya masalah

diidentifikasi lagi untuk mencari

Gambar 1 : Analisis Pohon Masalah

AKIBAT

SEBAB

Tidak tercapainya target rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh KPP Pratama Medan Belawan

Tidak tercapainya target rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi KPP Pratama Medan Belawan

Belum Optimalnya kinerja Tim Penerima SPT

Belum Optimalnya Penerapan Aturan

Kurangnya kesadaran wajib Pajak Terhadap kewajiban

Perpajakan

Kurangnya Jumlah Personel Tim

Kurangnya Motivasi

Tim

Belum Optimalnya Penerapan Aturan

Drop box

Belum Optimalnya Pelaksanaan Pojok Pajak

Kurangnya Pemahaman Masyarakat Tentang Pajak

Kurang Optimalnya Penegakan Hukum Atas Wajib Pajak

(7)

53 penyebab yang lebih spesifik dari masing-masing masalah pokok. Penyebab masalah spesifik adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya Jumlah Personel Tim

Wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan meliputi empat wilayah kerja, yaitu Wilayah kerja Medan Labuhan, Wilayah Kerja Medan Marelan, Wilayah Kerja Medan Deli dan Wilayah Kerja Medan Belawan dengan luas wilayah sebesar 127,81 KM2. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan tahun 2010 sebanyak 45.802, tahun 2011 sebanyak 51.989 dan tahun 2012 sebanyak 57.452 wajib pajak. Tim penerima SPT terdiri dari 16 personel. Dalam pelaksanaan di lapangan 16 personel ini tidak bisa bekerja optimal karena luasnya wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan dan jumlah Wajib Pajak yang menyebar di empat wilayah kerja.

b. Kurangnya Motivasi Tim

Tim Penerima SPT yang terdiri dari 16 pegawai berasal dari beberapa seksi yang memiliki tupoksi tersendiri diluar penerimaan dan pengelolaan SPT Tahunan. Oleh karena tim penerima SPT diambil dari beberapa seksi, dimana mereka masih mempunyai tugas rutin yang harus diselesaikan, akibatnya tim tidak bisa bekerja optimal. Meskipun jadwal penempatan drop box sudah dibuat, seringkali jadwal tidak dapat diikuti karena kepentingan tugas rutin dari masing-masing personel tim. Selain itu dukungan pemberi kerja untuk memotivasi pegawainya untuk memasukkan

SPT sangat rendah

menyebabkan jumlah SPT yang masuk sangat rendah. Hal ini

juga turut menurunkan

motivasi dari tim karena ketika drop box ditempatkan pada suatu lokasi antusias dari Wajib Pajak sangat rendah. Sehingga banyak waktu dari tim terbuang untuk menunggu Wajib Pajak memasukkan SPT melalui drop box.

Setelah dilakukan analisis terhadap penyebab pokok dan penyebab spesifik dari masalah utama, dilanjutkan dengan pemilihan penyebab dominan dengan menggunakan matriks USG pada Tabel 2.

Tabel 2

Matrik USG Memilih Penyebab Dominan: Belum Optimalnya Kinerja

Tim Penerima SPT

No Penyebab U S G Total

1 Kurangnya jumlah personel tim

5 4 4 13

2 Kurangnya motivasi tim

3 4 4 11

Sumber: Data Primer Diolah

(8)

54 tetap lancar maka perlu ditambah jumlah personel tim.

2. Belum Optimalnya Penerapan Aturan

Untuk mendukung kegiatan

penerimaan SPT melalui Drop Box, KPP Pratama menyiapkan sarana dan prasarana pendukung dan menyusun jadwal kegiatan. Sebelum tim mulai bekerja, kepala kantor melalui surat resmi menghubungi Pimpinan dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai jumlah karyawan yang cukup besar di daerah wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan untuk menyiapkan lokasi penempatan drop box.

Dalam pelaksanaannya kegiatan penerimaan SPT melalui drop box belum berjalan optimal. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya rasio penyampaian SPT Tahunan PPh OP tahun 2010 dan 2011 di KPP Pratama Medan Belawan. Dari masalah pokok belum optimalnya penerapan aturan, selanjutnya masalah diidentifikasi lagi untuk mencari penyebab yang lebih spesifik dari masing-masing masalah pokok. Penyebab masalah spesifik adalah sebagai berikut :

a. Belum optimalnya penerapan aturan drop box

Dr op box yang tersedia di KPP

Pratama Medan Belawan

berjumlah 8 kotak. Masing-masing kotak menjadi tanggung jawab tim kecil yang terdiri

dari 2 (dua) orang.

Berdasarkan jadwal yang sudah disusun, tiap-tiap tim bertanggung jawab atas beberapa lokasi. Dalam pelaksanaan kegiatan, SPT Tahunan yang masuk melalui drop box banyak yang tidak dapat diolah lebih lanjut sehingga Wajib Pajak dianggap

tidak memasukkan SPT

Tahunan. Hal ini disebabkan SPT yang diterima adalah SPT

Tidak Lengkap dan Wajib Pajak tidak mencantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi karena alasan

keengganan atau tidak

memiliki telepon.

Pada tanggal terakhir jatuh

tempo pemasukan SPT

Tahunan, KPP Pratama juga

membuat tempat-tempat

penerimaan SPT drop box di

depan kantor. Banyak

bendahara yang membawa SPT Tahunan pegawai instansi tanpa memasukkan ke dalam amplop. Karena keterbatasan waktu akhirnya SPT tetap diterima tetapi ketika akan dilakukan penelitian ternyata masuk kriteria SPT Tidak Lengkap dan WP tidak bisa dihubungi karena data di SPT tidak mencantumkan alamat dan nomor telepon. Sementara karena SPT tersebut telah bercampur di dalam drop box, maka timbul kesulitan ketika

akan menghubungi

bendaharanya untuk meminta kelengkapan SPT.

b. Belum optimalnya pelaksanaan pojok pajak

Di KPP Pratama Medan

Belawan, pojok pajak belum dilaksanakan optimal sesuai tugas dan fungsinya. Pada saat penerimaan SPT Tahunan di lokasi luar KPP Pratama Medan Belawan, pojok pajak belum dilaksanakan secara

optimal dan belum

disosialisasikan kepada masyarakat tentang pojok pajak. Sehingga ketika dibuat lokasi penerimaan SPT diluar KPP Pratama Medan Belawan belum mendapat apresiasi baik dari masyarakat.

(9)

55 dominan dengan menggunakan matriks USG pada Tabel 3.

Tabel 3

Matrik USG Memilih Penyebab Dominan: Belum Optimalnya Penerapan Aturan

No Penyebab U S G Total

Berdasarkan analisis USG diperoleh nilai untuk penyebab belum optimalnya pelaksanaan pojok pajak lebih besar daripada belum optimalnya penerapan aturan drop box. Penulis tidak memilih belum optimalnya penerapan aturan drop box sebagai penyebab dominan karena apabila tim penerima SPT di lapangan lebih teliti terhadap SPT yang

masuk maka akan

meminimalisir jumlah SPT Tidak Lengkap. Sementara itu berdasarkan pelaksanaan pojok pajak, dengan luasnya wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan maka pihak KPP harus dapat melakukan jemput bola dengan membuka pojok pajak pada tempat-tempat strategis.

3. Kurangnya Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kewajiban Perpajakan.

Di KPP Pratama Medan Belawan tingkat kesadaran terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan masih rendah. Salah satu indikator yang bisa diukur adalah tingkat kepatuhan penyampaian SPT

Tahunan, dimana rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh Orang pribadi tahun 2010 sebesar 41% dan tahun 2011 sebesar 32% , ratio tersebut masih jauh berada di bawah rasio target rasio kepatuhan nasional untuk KPP Pratama yaitu sebesar 62,5 persen. Dari masalah pokok kurangnya kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakan, selanjutnya masalah diidentifikasi lagi untuk mencari penyebab yang lebih spesifik dari masing-masing masalah pokok. Penyebab masalah spesifik adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya pemahaman

masyarakat tentang pajak

Pemahaman masyarakat

dipengaruhi oleh informasi perpajakan yang mereka terima serta tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan publik. Di KPP Pratama Medan Belawan setiap Wajib Pajak yang baru mendaftarkan

diri akan memperoleh

informasi mengenai hak dan kewajibannya sebagai Wajib

Pajak beserta brosur

perpajakan. Selain itu telah disediakan ruang konsultasi apabila ada Wajib Pajak yang ingin berkonsultasi masalah teknis perpajakan. Akan tetapi respon Wajib Pajak yang ada di wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan terhadap hak dan kewajiban masih sangat rendah. Hal ini tampak dari rendahnya tingkat pelaporan di Tempat Pelayanan Terpadu dan masih banyaknya pembayaran pajak nihil atau pembayaran pajak tidak sesuai potensi. Salah satu penyebabnya adalah motivasi masyarakat untuk mendapatkan NPWP lebih kepada kepentingan pribadi karena perintah pemberi kerja, keperluan bebas fiskal, atau keperluan pinjaman dan selain

itu rendahnya tingkat

(10)

56 pelayanan publik menyebabkan masyarakat enggan membayar pajak, karena muncul persepsi

di masyarakat bahwa

pemanfaatan uang pajak bukan untuk kepentingan masyarakat.

b. Kurang optimalnya penegakan hukum atas Wajib Pajak Tidak Patuh

Penegakan hukum atas Wajib

Pajak dimulai saat

dikeluarkannya ketetapan baik berupa Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan. Apabila Wajib Pajak tidak menanggapi ketetapan tersebut maka akan dilakukan tindakan penagihan.

Sebelum dilakukan

moderenisasi di DJP, ketetapan yang seharusnya dikeluarkan oleh KPP Pratama Medan Belawan karena ketidakpatuhan Wajib Pajak masih rendah. Akibatnya Wajib Pajak merasa tidak ada konsekuensi yang harus ditanggung karena tidak

melakukan kewajiban

perpajakan. Sejak dilakukan

moderenisasi tindakan

penegakan hukum baik

dikeluarkannya ketetapan dan tindakan penagihan mulai dibenahi sehingga kinerja penagihan di KPP Pratama Medan Belawan melampaui target. Akan tetapi telah muncul persepsi di masyarakat bahwa tidak ada konsekuensi yang harus ditanggung karena tidak melakukan kewajiban perpajakan.

Setelah dilakukan analisis terhadap penyebab pokok dan penyebab spesifik dari masalah utama, dilanjutkan dengan pemilihan penyebab dominan dengan menggunakan matriks USG pada Tabel 4.

Tabel 4

Matrik USG Memilih Penyebab Dominan: Kurangnya Kesadaran Wajib Pajak

Terhadap Kewajiban Perpajakan

No Penyebab U S G Total

1 Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak

5 4 4 13

2 Kurang optimalnya penegakan hukum atas Wajib Pajak Tidak Patuh

3 4 4 11

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil analisis USG diperoleh nilai untuk penyebab

kurangnya pemahaman

masyarakat tentang pajak lebih besar daripada penyebab kurang optimalnya penegakan hukum atas Wajib Pajak Patuh. Penulis memilih penyebab

kurangnya pemahaman

masyarakat terhadap kewajiban perpajakan lebih dominan karena bagi masyarakat di wilayah KPP Pratama Medan Belawan istilah pajak masih menjadi sesuatu yang asing. Meskipun pada saat mendaftar NPWP telah dijelaskan hak dan kewajiban perpajakan. Hal ini

menyebabkan tingkat

kepatuhan untuk Wajib Pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan rendah.

(11)

57 sebelumnya. Alternatif solusi untuk setiap penyebab dominan dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Atas penyebab dominan kurangnya jumlah personil Tim Penerima SPT dapat diatasi dengan solusi (Tabel 5) :

Tabel 5

Matriks Cost Benefit untuk Memilih Solusi Terbaik dari Kurangnya Jumlah

Personil Tim Penerima SPT

No Alternatif Manfaat Biaya Rasio

1.

Menambah jumlah personel tim penerima SPT

7 7 1

2.

Melibatkan seksi-seksi lain di lingkungan KPP dalam penerimaan SPT

7 4 1,75

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil Matrik Cost Benefit pada Tabel 5 terhadap kedua alternatif solusi tersebut di atas, didapat solusi terbaik yaitu melibatkan seksi-seksi lain yang berada dilingkungan KPP Pratama Medan Belawan dalam penerimaan SPT. Dengan melibatkan seksi-seksi lainnya maka tidak perlu menambah personil. Selain itu dari segi biaya akan lebih efisien karena tidak perlu menambah personil baru sehinnga dapat meminimize biaya yang dibebankan ke KPP. Hal ini menyebabkan pelayanan penerimaan SPT bisa optimal.

2. Atas penyebab dominan belum optimalnya pelaksanaan pojok pajak

dapat ditempuh solusi (Tabel 6) :

Tabel 6

Matriks Cost Benefit untuk Memilih Solusi Terbaik dari Belum Optimalnya

Pelaksanaan Pojok Pajak

No Alternatif Manfaat Biaya Rasio

1.

Penyebaran Pojok Pajak pada tempat-tempat strategis

9 6 1,5

2.

Peningkatan pelayanan di setiap Pojok Pajak

6 9 0.66

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil Matrik Cost Benefit pada Tabel 6 terhadap kedua alternatif solusi tersebut didapat solusi terbaik yaitu penyebaran pojok pajak pada tempat-tempat strategis. Penyebaran pojok pajak dilaksanakan antara tim penerima

SPT dengan KP2KP melalui

pembagian lokasi yang efektif dan efisien.

3. Atas penyebab dominan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak dapat ditempuh solusi (Tabel 7) :

Tabel 7

Matriks Cost Benefit untuk Memilih Solusi Terbaik dari Kurangnya Pemahaman

Masyarakat tentang Pajak

No Alternatif Manfaat Biaya Rasio

1.

Mengadakan sosialisasi perpajakan

8 8 1

2.

Memberikan konsultasi pada Wajib Pajak Baru

5 6 0.83

(12)

58 Berdasarkan hasil Matrik Cost Benefit pada Tabel 7 terhadap kedua alternatif solusi tersebut didapat solusi terbaik yaitu mengadakan sosialisasi perpajakan. Apabila dibandingkan tingkat efektivitasnya

maka program sosialisasi

perpajakan lebih baik karena biasanya melibatkan Wajib Pajak.

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Belum optimalnya kinerja Tim Penerima SPT disebabkan oleh penyebab spesifik kurangnya jumlah personel tim dan kurangnya motivasi tim. Setelah dilakukan analisis USG dapat diidentifikasi penyebab spesifik dominan adalah kurangnya jumlah personel tim. Selanjutnya ditentukan alternatif solusi yaitu menambah jumlah tim penerima SPT dengan melibatkan seksi seksi lain yang ada di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan dalam penerimaan SPT.

2. Belum optimalnya penerapan aturan disebabkan oleh penyebab spesifik belum optimalnya penerapan aturan drop box dan belum optimalnya pelaksanaan pojok pajak. Setelah dilakukan analisis USG dapat diidentifikasi penyebab spesifik dominan adalah belum optimalnya

pelaksanaan pojok pajak.

Selanjutnya ditentukan alternatif solusi yaitu penyebaran pojok pajak pada tempat-tempat strategis.

3. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakan disebabkan oleh penyebab spesifik kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak dan kurang optimalnya penegakan hukum atas Wajib Pajak Tidak Patuh. Setelah dilakukan analisis USG dapat diidentifikasi penyebab spesifik dominan adalah kurangnya pemahaman masyarakat

tentang pajak. Selanjutnya ditentukan alternatif solusi yaitu mengadakan sosialisasi perpajakan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan maka dapat disarankan beberapa hal berikut :

1. Perlu adanya dukungan Informasi Teknologi yang memadai untuk memudahkan petugas membuat tanda terima SPT tahunan yang diserahkan oleh wajib pajak dan

mempercepat proses

pengadministrasian nya.

2. Perlu adanya pemberitahuan melalui media cetak, media elektronik dan selebaran kepada wajib pajak mengenai tempat dan lokasi pojok pajak disertai dengan jadwal dan jam kerja yang pasti sehingga wajib pajak dapat menggunakan layanan pojok pajak dengan semaksimal mungkin.

3. Perlu adanya kerja sama yang lebih erat dengan KPP Madya untuk mensosialisasikan tata cara pengisian SPT tahunan kepada seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah kerja KPP Madya untuk menyampaikan SPT tahunan PPh Orang Pribadi di KPP-KPP Pratama terdekat, lokasi Drop Box dan pojok pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-111/PJ/2008 Tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak.

Lembaga Administrasi Negara (2008). P ola Kerja Ter pa du.

(13)

59 Hadiati, Sri dan Sukadarto. (2008).

Manajemen Keua ngan dan Materiil. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Salamun, A.T. (1991). Citra Pajak dan Upaya Pemba ha ruannya . Jakarta: Bina Rena Pariwara

Kiryanto. (1999). Perubahan

Lingkungan Perpajakan Kita. J ur nal Kipas Vol. 1 Nomor 13, Oktober.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak. (2008). Buku P a ndua n Ha k da n Kewajiba n Wa jib P ajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor 18/PJ/2009 Tentang

Perubahan Peraturan DJP Nomor 43/PJ/2008 tentang Pojok Pajak dan Mobil Pajak.

Gambar

Tabel 1  Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi PPh
Gambar 1 : Analisis Pohon MasalahPemahaman Kurangnya  Masyarakat
Tabel 3  Matrik USG Memilih Penyebab Dominan:
Tabel 4 Matrik USG Memilih Penyebab Dominan:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan diatas, Primkokam membutuhkan sebuah aplikasi pemilihan menu makanan untuk pasien rawat inap Rumah Sakit Krakatau Medika

Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.” Tugas sarjana ini disusun dan diolah berdasarkan literatur yang berhubungan dengan sistem distribusi perusahaan, pengumpulan data

Tabungan Faedah BRI Syariah iB merupakan produk tabungan BRI Syariah berdasarkan prinsip titipan atau menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah, dimana simpanan dan dana

Dengan demikian dapat disimpulkankan bahwa saat pemberian soal posttest yang dilakukan setelah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ada perbedaan hasil belajar

Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ningsih dan Nilamsari (2018) mendapatkan tidak ada hubungan anta- ra shift kerja dan kelelahan yang dialami oleh pekerja

Dampak kedepannya terhadap pengelolaan sampah yakni diharapkan terdapat penyempurnaan fungsi kelembagaan yang berperan untuk mengawasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Seseorang yang dikatakan mempunyai literasi kesihatan yang baik apabila individu tersebut berupaya mencari, memahami dan menggunakan maklumat yang berkaitan dengan kesihatan

Hasil penelitian dari Mayasari (2007: 15) menunjukkan bahwa prokrastinasi dilakukan mahasiswa aktivis dengan sengaja dan dikarenakan adanya kegiatan lain yang