• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN GENDER T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN GENDER T"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN GENDER TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PERMAINAN TRADISIONAL

Robi Sumantri1; Amung Ma’mun1; Tatang Muhtar1

Program Studi Pendidikan Olahraga, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Jalan Setiabudi, Nomor 449 Bandung

robisumantri25@gmail.com

Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh model pembelajaran dan gender terhadap tenguasaan keterampilan permainan tradisional di Sekolah Dasar Negeri Panyingkiran I Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan adalah Experimental Design. Penelitian ini meliputi 20 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Untuk mengukur keterampilam penguasaan permainan tradisional menggunakan GPAI. Data dianalisis dengan ANOVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan keterampilan permainan tradisional antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGFU dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGT. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap keterampilan permainan tradisional. Siswa dikelompok laki-laki terdapat perbedaan antara siswa model pembelajaran TGFU dengan siswa model pembelajaran TGT. Siswa dikelompok perempuan terdapat perbedaan antara siswa model pembelajaran TGFU dengan siswa model pembelajaran TGT. Temuan ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap penguasaan keterampilan permainan tradisional. Model pembelajaran yang cocok digunakan siswa laki-laki adalah model pembelajaran TGT sedangkan untuk perempuan model pembelajaran TGFU.

Keywords: Model Pembelajaran, Gender dan Keterampilan Permainan Tradisional

1. PENDAHULUAN

Penelitian ini akan menganalisis Pengaruh Model Pembelajaran dan Gender Terhadap Penguasaan Keterampilan Permainan Tradisional pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani sebagai salah satu bagian dari pendidikan yang menyeluruh bukan hanya memberikan dampak bagi kesehatan fisik siswa,(Cohen, 2008) pendidikan jasmani yang dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh siswa mampu memberikan dampak pisitif bagi proses pendidikan siswa secara keseluruhan karena pendidikan jasmani bukan hanya berfokus pada aspek fisik atau domain psikomotor, namun juga mencakup domain kognitif dan afektif yang menjadi kekhasan pendidikan jasmani itu sendiri.(Cheryan, Ziegler, Plaut, & Meltzoff, 2014)

Hal ini mengindikasikan terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah olahraga dan pendidikan jasmani memiliki pengaruh positif prestasi akademik siswa. (“Sport and Physical Education in your,” n.d.),(Sabin, 2012)

Berdasarkan kepada hasil observasi awal

peneliti, ditemui bahwa dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan model pembelajaran berupa Instruksi langsung atau Direct Instruction dimana guru menjelaskan apa saja yang harus dilakukan siswa dan siswa mempraktekkan apa yang telah dijelaskan oleh guru. (Cohen, 2008) Pembelajaran seperti ini tidak memberikan kondisi belajar yang kondusif bagi siswa, sehingga diperlukan pengajaran berkualitas bagi pembelajaran siswa.(Sabin, 2012), (Cheryan et al., 2014)

(2)

Berangkat dari fenomena tersebut, maka melalui penerapan kembali permainan tradisional sebagai sarana pendekatan baru yangt dapat meningkatkan kecintaan, pengetahuan dan keterampilan permainan tradisional pada diri anak-anak Indonesia, khususnya pada siswa Sekolah Dasar Panyingkiran I Majalengka. Berbagai jenis permainan tradisional dapat diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani ini, seperti permainan tradisional bebentengan dan gobak sodor. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan permainan tradisional bebentengan dan gobak sodor ini adalah model TGfU dan TGT.

TGfU merupakan singkatan dari Teaching Games for Understandingatau model pembelajaran dan pemahaman permainan yang merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam permainan tradisional pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Model TGfU ini menempatkan siswa dalam sebuah permainan dimana keterampilan taktis, pembuatan keputusan, pemecahan masalah dan keterampilan dibangun secara bersamaan, termasuk keterampilan permainan tradisional yang ingin dibangun dalam diri peserta didik melalui berbagai jenis permainan tradisional dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.(Webb, Pearson, & Forrest, 2006), (Pearson & Webb, 2008), (Tan, Chow, & Davids, 2012)

Model pembelajaran kedua yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan permainan tradisional adalah model pembelajaran Teams Games Turnament (TGT). TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang dalam penerapannya menggunakan turnamen akademik dari kelompok kecil dan menggunakan kuis-kuis. (Slavin, 1995)

Selain model pembelajaran, keterampilan permainan tradisional siswa disinyalir juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu gender. Menurut Santrock (2010, hlm. 195) gender adalah dimensi sosialkultural dan psikologis dari pria dan wanita. Mulia, Siti Musdah (2004, hlm. 4) menyatakan bahwa dalam Women’s Studies Encyclopedia gender diartikan sebagai suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.(Brody & Hall, 2008), (Chaplin, 2015),(Westbrook & Schilt, 2014)

Gender memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang. (Westbrook & Schilt, 2014) Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa pada penelitian ini, gender berperan dalam menentukan tingkat IQ laki-laki dan perempuan, dimana berdasarkan hasil penelitian tersebut, IQ perempuan lebih rendah dibandingkan IQ laki-laki sehingga jika dikaitkan dengan penelitian ini, (Chaplin, 2015) disinyalir terdapat perbedaan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam menguasai keterampilan permainan tradisional.

Oleh karena itu, merujuk kepada teori yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa model pembelajaran TGfU, model pembelajaran TGT serta Gender disinyalir mampu mempengaruhi keterampilan permainan tradisional siswa, maka penelitian ini akan menganalisis pengaruh kedua model tersebut beserta gender dalam meningkatkan keterampilan permainan tradisional siswa. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran Permainan Tradisional dan Gender Terhadap Penguasaan Keterampilan Permainan Tradisional.(Slavin, 1995)

Metode

Desain dan Partisipan

Ini adalah penelitian desain faktorial 2 x 2, yang dilakukan dengan 20 peserta dari satu rombongan belajar (satu rombongan belajar terdiri dari 5 siswa dan 5 siswi pada kelompok belajar dengan model TGFU, satu rombongan belajar 5 siswa dan 5 siswi belajar dengan model TGT. Penelitian ini telah dapat persetujuan dari kepala sekolah tempat penelitian.

PENGUKURAN

Untuk mengukur penguasaan keterampilan permainan tradisional (masukan rujukan jurnal)The Game Performance Assessment Instrument (GPAI) (Oslin, Mitchell, & Griffin, 1998). Yang telah valid dan realiabel untu mengukur keterampilan bermain sepak bola (Oslin et al., 1998). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah treatment.

PERLAKUAN

(3)

sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran model TGT buku. Perlakuan ini diberikan tiga kali dalam setiap minggu pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan taktis sebanyak 16 kali pertemuan. Pada kelas ekperimen akan dibagikan petunjuk model TGFU dalam permainan tradisional.

2. ANALISIS DATA

Nilai rata-rata keterampilan bermain sepak bola setiap peserta dihitung menggunakan ANOVA dua arah (media pembelajaran dan gender). Jika efek utama signifikan ada interaksi maka dilanjutkan dengan Uji Tuqey

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai F = 13,157 dan sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat perbedaan keterampilan permainan tradisional antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGFU dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGT nilai F = 38,689 dan sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap keterampilan permainan tradisional nilai selisih mean (mean difference) = 4,752 dan sig = 0,007 < 0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat perbedaan keterampilan permainan tradisional antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGFU dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGT pada kelompok siswa laki-laki.

nilai selisih mean (mean difference) = 6,028 dan sig = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat perbedaan keterampilan permainan tradisional antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGFU dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TGT pada kelompok siswa perempuan.

DISKUSI

Hasil penelitian yang merujuk pada data, pengolahan data dan juga analisis data telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa secara keseluruhan diperoleh keputusan bahwa terdapat perbedaan keterampilan permainan tradisional antara siswa yang belajar menggunakan model

pembelajaran TGFU dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TG, Teaching Games For Understanding atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran TGFU adalah sebuah bentuk pendekatan pembelajaran berkaitan dengan pembelajaran kognitif yang secara langsung memberikan arahan pada peserta didik melalui pembelajaran permainan taktikal. Menurut Thrope, Bunker dan Almond (1986) yang dikutif Hopper (2002, hlm. 1) menyebutkan bahwa TGFU merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kemampuan taktik untuk meningkatkan penggunaan keterampilan teknik, bukan keterampilan teknik untuk meningkatkan kemampuan taktik

Berdasarkan pengolahan dan analisis data menunjukan adanya suatu interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap peningkatan keterampilan permainan tradisional. Hal ini juga dapat diartika bahwa terjadi perbedaan dampak yang diberika oleh masing-masing model pembelajaran sebagai variabel bebas pada variabel gender sebagai variabel moderat. Model pembelajaran TGFU dan TGT secara bersilangan memberikan pengaruh yang berbeda pada kelompok siswa (laki-laki dan perempuan. Riddoch dkk (2003) dalam Smiley (2015, hlm. 5) menemukan bahwa “...At age 9, boys were 21% more active than girls, and at the age of 15, boys were 26% more active than girls.” Pernyataan tersebut memaparka bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada usia 9, anak laki-laki 21% lebih aktif dari pada anak perempuan, dan pada usia 15, anak laki-laki lebih aktif 26% dari pada anak perempuan

(4)

pendidikan jasmani diabandingkan dengan siswa perempuan.

LIMITASI

Keterbatasan utama dalam penelitian ini meliputi sampel kecil dan keterbatasan waktu pada siswa mengikuti aktivitas diluar sekolah.

KESIMPULAN

Studi ini memberikan bukti bahwa ada perbedaan pengaruh model pembelajaran TGT dan model pembelajaran TGFU di tingkat sekolah dasar. Menentukan cara efektif untuk memaksimalkan penggunaan model pembelajaran dilihat dari gender.

DAFTAR PUSTAKA

Brody, L. R., & Hall, J. A. (2008). Gender and emotion in context. Handbook of

Emotions, 395–408.

https://doi.org/10.2307/2076468 Chaplin, T. M. (2015). Gender and Emotion

Expression: A Developmental Contextual Perspective. Emotion Review, 7(1), 14– 21.

https://doi.org/10.1177/17540739145444 08

Cheryan, S., Ziegler, S. A., Plaut, V. C., & Meltzoff, A. N. (2014). Designing Classrooms to Maximize Student Achievement. Policy Insights from the Behavioral and Brain Sciences, 1(1), 4– 12.

https://doi.org/10.1177/23727322145486 77

Cohen, M. T. (2008). The effect of direct instruction versus discovery learning on the understanding of science lessons by second grade students. NERA Conference Proceedings, Paper 30, 2–37.

Hanover Research. (2014). The Impact of Formative Assessment and Learning Intentions on Student Achievement, 16. Oslin, J., Mitchell, S., & Griffin, L. (1998). the

Game Performance Assessment Instrument (GPAI) Development and preliminary validation. Journal of Teaching in Physical Education, 17, 231–243.

Pearson, P., & Webb, P. (2008). Developing effective questioning in Teaching Games fro Understanding (TGfU). Faculty of Education - Papers, (January), 1–9.

Sabin, J. T. (2012). Teacher Morale, Student Engagement, and Student Achievement Growth in Reading: A Correlational Study. ProQuest Dissertations and Theses, 1(1), 136. Diambil dari

https://search.proquest.com/docview/142 7345297?

accountid=10673%0Ahttp://openurl.ac.u k/redirect/athens:edu/?url_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx: dissertation&genre=dissertations+ %26+theses&sid=ProQ:ProQuest+Disser tations+%26+Theses+Global&a

Slavin, R. E. (1995). Classroom applications of cooperative learning. APA educational psychology handbook, Vol 3: Application to learning and teaching., 359–378. https://doi.org/10.1037/13275-014 Sport and Physical Education in your. (n.d.). Tan, C. W. K., Chow, J. Y., & Davids, K.

(2012). “How does TGfU work?”: Examining the relationship between learning design in TGfU and a nonlinear pedagogy. Physical Education and Sport Pedagogy, 17(4), 331–348.

https://doi.org/10.1080/17408989.2011.5 82486

Webb, P. I., Pearson, P. J., & Forrest, G. (2006). Teaching Games for

Understanding ( TGf U ) in primary and secondary physical education. ICHPER-SD International Conference for Health, Physical Education, Recreation, Sport and Dance, 1st Oceanic Congress, Wellington, New Zealand, (October), 1– 4.

Westbrook, L., & Schilt, K. (2014). Doing Gender, Determining Gender. Gender & Society, 28(1), 32–57.

Referensi

Dokumen terkait

d. Kualitas Sumber Daya Manusia e. Tingkat pendapatan penduduk 2) Mengoptimalkan aset Desa. Optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan aset desa dapat dilakukan dengan

Dari hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat Adjusted R Square sebesar 0,610 sehingga dapat dikatakan bahwa 61% variasi nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi dari

- Menentukan jumlah sampel yang diluar batas kendali pada setiap faktor mutu sesuai dengan nilai rata-rata dan range dari data syarat mutu CPO yaitu kadar asam lemak bebas,

Dalam sistem ini digunakan 7 data latih pada 2 stimulus berbeda yakni ketika sebelum dan setelah makan setelah itu dari masing-masing stimulus dibagi menjadi 2 kelas yaitu

Evaluasi kondisi eksisting dilakukan dengan membandingan hasil perhitungan debit eksisting dan debit limpasan air hujan. Kedua nilai tersebut dibandingkan untuk

Dari beberapa penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan Nina dkk (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan terhadap

Justeru, HA yang disinter dalam atmosfera N 2 pada 1300°C dalam kajian ini dijangka mempunyai sifat kekerasan yang lebih sesuai untuk dijadikan sebagai korona gigi jika

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan strategi metakognitif