• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA BAHASA FUNGSIONAL kemahiran membaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TATA BAHASA FUNGSIONAL kemahiran membaca "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TATA BAHASA FUNGSIONAL

A. PENGERTIAN

Tata Bahasa Fungsional (Functional Grammar) adalah nama sekumpulan teori linguistik yang secara umum dapat digolongkan ke dalam linguistik fungsional (linguistic functionalism), termasuk di dalamnya functional discourse grammar yang dikembangkan oleh linguis Belanda Simon Dik dan systemic functional grammar yang dikembangkan oleh linguis Inggris Michael A. K. Halliday.

Secara umum, tata hahasa fungsional adalah teori yang menjelaskan susunan bahasa alamiah dari segi penggunaannya (fungsionalitasnya). Tata bahasa fungsional memusatkan perhatiannya pada bagaimana para pemakai bahasa memilih dan menggunakan bentuk/susunan kata, frasa, atau kalimat tertentu dalam menyampaikan makna yang mereka inginkan. Pilihan yang mereka gunakan itu tentu tidak hanya mempertimbangkan bentuk saja, tapi juga hal-hal kontekstual lain. Pengembangan teori ini memusatkan perhatiannya pada tiga hal yang saling berkait, yaitu (1) fungsionalitas bahasa alamiah, (2) fungsionalitas relasi yang terjadi pada berbagai tingkatan susunan tata bahasa, dan (3) sasaran yang ingin dicapai, yaitu keterpakaian teori ini sebagai alat analisis atas berbagai aspek bahasa dan pemakaian bahasa.

B. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

Dalam buku Linguistik Umum karangan Abdul Chaer menjelaskan tentang sejarah dan aliran linguistik yang akan kami laporkan pada laporan bacaan ini. Bab 8 ini terdiri dari 4 subbab, yakni (1) linguitik tradisional, (2) linguistik strukturalis, (3) linguistik transformasional, dan (4) tentang linguistik di Indonesia. Tetapi, yang akan dijelaskan hanya 3 subbab, yakni (1) linguistik tradisional, (2) linguistik strukturalis, dan (3) linguistik transformasional.

1. Linguistik Tradisional

(2)

a. Linguistik Zaman Yunani

Studi bahasa pada zaman ini mempunyai sejarah yang panjang, kurang lebih dari abad ke-5 SM sampai abad ke-2 M. masalah pokok yang dihadapi oleh para linguis pada zaman ini adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali. Para filsuf Yunani mempertanyakan, apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal usul, sumber dalam sumber dalam prinsip abadi dan tudak dapat diganti diluar manusia itu sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak, dan dalam bidang semantik kelompok yang menganut paham ini adalah kaum naturalis, berpendapat bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Sebaliknya kaum konvensional berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi. Artinya, makna kata itu diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.

Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Kaum analogi, antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Sebaliknya, kelompok anomali berpandapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Jika bahasa itu taratur, mengapa bentuk jamak bahasa inggris child menjadi children bukannya childs; mengapa bentuk past tense dari write menjadi wrote, dan bukannya writed? Dari keterangan tersebut tampak bahwa kaum anomali sejalan dengan kaum naturalis, dan kaum analogi dengan kaum konvensional.

1) Kaum Sophis

Kaum atau kelompok Sophis ini muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa, antara lain, karena :

a) Mereka melakukan kerja secara empiris.

b) Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu.

c) Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa. d) Mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.

(3)

Plato yang hidup sebelum abad Masehi itu, dalam studi bahasa terkenal, antara lain, karena :

a) Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoogi. Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional.

b) Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata dan rhemata.

c) Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema.

3) Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles adalah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa dia terkenal karena :

a) Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat gurunya, Plato, yaitu dengan syndesmoi. Jadi, menurut Aristoteles ada tiga macam kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan kelas preposisi dan konjungsi yang kita kenal sekarang.

b) Dia membedakan jenis kelamin kata (atau gender) menjadi tiga, yaitu maskulin, feminine, dan neutron.

Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia memberikan pengertian, definisi, konsep, makna, dan sebagainya selalu berdasarkan logika.

4) Kaum Stoik

Kaum stoic adalah ahli filsafat yang berkembang pada permulaan abad ke-4 SM. Dalam studi bahasa kaum stoik terkenal karena:

a) Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.

(4)

c) Mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu (a) tanda, symbol, sign, atau semainon, (b) makna, apa yang disebut semainomen, atau lekton, (3) hal-hal di luar bahasa, yakni benda atau situasi.

d) Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna.

e) Mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron, yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.

f) Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif.

5) Kaum Alexandrian

Kaum ini menganut paham analogi dalam studi bahasa. Oleh karena itulah dari mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thax. Buku ini lahir lebih kurang tahun 100 SM dan diterjemahkan kedqalam bahasa latin oleh Remmius Palaemon pada permulaan abad pertama masehi dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya.

Sejaman dengan sarjana- sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400 SM. Panini, seorang sarjana hindu, telah menyusun kurang lebih 4000 pemerian tentang struktur bahasa sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern.

b. Zaman Romawi

(5)

1) Varro dan “De Lingua Latina”

Dalam buku de De Lingua Latina yang terdiri dari 25 jilid, Varro masih juga memperdebatkan masalah analogi dan anomaly seperti pada zaman stoic di Yunani. Buku ini dibagi dalam bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis.

Etimologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya. Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman, dan perubahan makna kata. Kelemahan Varro dalam bidang etimologi ini adalah dia menganggap kata-kata Latin dan Yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung.

Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya. Menurut Varro kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi, dan merupakan bentuk minimum. Menurut Varro dalam bahasa latin ada kata-kata yang terjadi secara analogi dan ada juga yang terjadi secara anomali. Varro membagi kelas kata Latin dalm empat bagian, yaitu (1) kata benda, (2) kata kerja, (3) partisipel, dan (4) adverbium.

a) Kata benda, termasuk kata sifat, yakni kata yang disebut berinfleski kasus.

b) Kata kerja, yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi “tense”.

c) Partisipel, kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata kerja), yang berinfleksi kasus dan “tense”.

d) Adverbium, yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari kata kerja), yang tidak berinfleksi.

(6)

primer atau pokok, (2) genetivus, yaitu bentuk yang menyatakan kepunyaan, (3) dativus, yaitu bentuk yang menyatakan menerima, (4) akusativus, yaitu bentuk yan menyatakan objek, (5) vokativus, yaitu bentuk sebagai sapaan atau panggilan, dan (6) ablativus, yaitu bentuk yan menyatakan asal. Varro membedakan adanya dua macam deklinasi, yaitu deklinasi naturalis dan deklinasi voluntaris.

2) Institutiones Grammatice atau Tata Bahasa Priscia

Dalam sejarah studi bahasa, buku tata bahasa Priscia ini, yang terdiri dari 18 jilid dianggap sangan penting, karena :

a) Merupakan buku tata bahasa latin yang paling lengkap yang dituturkan oleh pembicara aslinya.

b) Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara tradisional.

c. Zaman Pertengahan

Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Dari zaman pertengahan ini yang berperan adalah Kaum Modistae, tata bahasa spekulativa, dan Petrus Hispanus.

Kaum Modistae masih membicarakan pertentengan antara fisis dan nomos, analogi dan anomali. Kaum ini menerima konsep analogi karena menurut merekabahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka juga memperhatikan aspek semantiksebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk bahasa, mereka juga mencari sumber makna. Maka, berkembanglah bidang etimologi pada zaman ini.

Tata Bahasa SpekulativaI, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin kedalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari segala benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas

(7)

1) Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian yang dikandung pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan.

2) Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen Substantivum dan Adjectivum

3) Dia juga telah membedakan Partes Orationes atas categorematic dan Syntategorematic. Categorematic adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan Syntategorematic adalah semua bentuk tutur lainnya.

d. Zaman Reinans

Zaman Reinans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua dal pada zaman reinans yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu selain menguasai bahasa latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab dan selain bahasa Yunani, Latin, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan

e. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

sejak wal buku ini sudah meyebut-nyebut bahwa Ferdinand de Saussure dianggap sebagai bapak linguistic modern dengan masa berakhirnya zaman reinans ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Sir William Jones dari East India Company di hadapan The Royal Asiatic Society di Kalkuta pada tahun 1786. Pernyataan Sir William Jones itu telah membuka babak baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau linguistik historis komparatif, serta studi mengenai hakikat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani Kuno.

(8)

Pada sub bab ini akan dilaporkan 7 sub subbab, yakni (a) Ferdinand de Saussure, (b) aliran praha, (c) aliran glosematik, (d) aliran firthiian, (e) linguistik sistemik, (f) Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika, dan (g) Aliran tagmemik.

a. Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure dilahirkan di Swiss sebagai anak pengungsi Perancis pada tanggal 26 November 1857. Perintis aliran struktur ini kuliah di Leipzig, dan kemudian di Universitas Paris. Beliau dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915 berdasarkan catatan kuliah selama De Saussure member kuliah di Universitas Jenewa tahun 1906-1911.

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai kosep telaah sinkronik dan diakronik, perbedaan lengue dan parole, perbedaan significant dan signifie, dan hubungan sintagmatik dan paradigmatik.

Telaah sinkronik dan diakronik. Ferdinand De Saussure membedakan telaah bahasa secara sinkronik dan diakronik. Yamg dimaksud telaah secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik adalah jauh lebih sukar daripada telaah bahasa secara sinkronik.

(9)

parole itulah yang merupakan wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati dan diteliti.

Signifiant dan signifie. Ferdinand De Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda linguistik dibentuk oleh dua buah komponen yang tak terpisahkan yaitu komponen Signifiant dan Signifie. Yang dimaksud signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita.

Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Ferdinand De Saussure membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu hubungan sintagmatik dan paradigmatic. Yang dimaksud hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsure-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan sintagmatik ini terdapat pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Sedangkan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsure-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsure-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.

b. Aliran Praha

Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882-1945). Dalam bidang fonologi aliran praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi. Struktur bunyi dijelaskan dengan memakai kontras atau oposisi. Ukuran untuk menentukan apakah bunyi-bunyi tidak menimbulkan perbedaan makna adalah tidak distingtif. Perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan perbedaan makna adalah tidak distingtif.

(10)

Dalam bidang sintaksis Villem Mathesius mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya, dan juga dari struktur informasinya yang terdapat dalam kalimat yang bersangkuta. Struktur formal menyangkut unsure-unsur gramatikal kalimat tersebut, yaitu subjek dan prediket gramatikalnya. Sednagkan struktur informasi menyangkut situasi factual pada waktu kalimat itu dihasilkan. Struktur informasi menyangkut unsure tema dan rema. Yang dimaksud unsur tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.

c. Aliran Glosematik

Aliran inilahir di Denmark. Tokohnya antara lain adalah, Loise Hjemslev (1899 – 1965), yang meneruskan ajaran Ferdinad de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanyauntuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis, dan terminologis sendiri.

Sejalan dengan pendapat de Saussure, Hjemslev menganggap bahasa itu mengandung dua segi, yaitu segi ekspresi dan segi isi. Masing-masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh forma ekspresi, substansi ekspresi, forma isi dan substansi isi. Pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang ditelaah secara ilmiah. Sedangkan pembedaan ekspresi dari isi hanya berlaku sebagai telaah bahasa saja.

d. Aliran Firthian

(11)

tunggal. Ada tiga macam Prosodi, yaitu; (1) Prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, gabungan konsonan, dan gabungan vocal. (2) prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda; (3) prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besardaripada fonem suprasegmental. Firth berpandapat bahwa, telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur kata harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan.

e. Linguistik Sistemik

Nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkaitan dengan segi kemasyarakatan bahasa. Sebagai enerus Firth, maka teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan Neo-Firthian Linguistic atau Scale Category Linguistic. Pandangan beliau tentang systemic linguistics(SL) adalah :

Pertama, SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, terutama mengenai fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa.

Kedua, SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”. SL mengakui pentingnya perbedaan langue dari parole(seperti yang dikemukakan Ferdinand de Saussure). Parole merupakan perilaku kebahasaan yang sebenarnya, sedangkan langue adalah jajaran pikiran yang dapat dipilih oleh seorang penutur bahasa.

Ketiga, SL lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa.

Keempat, SL mengenal adanya gradasi atau kontinum. Batas butir-butir bahasa seringkali tidak jelas. Misalnya saja bentuk yang gramatika dan yang tidak gramatikal.

(12)

Nama Bloomfield (1877 – 1949) jadi sangat terkenal karena bukunya yang berjudul Language, terbit pertama kali tahun 1933, selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika. Istilah struktural sebenarnya dapat dikenakan kepada semua aliran linguistik, sebab semua aliran linguistik pasti berusaha menjelaskan seluk beluk bahasa berdasarkan strukturnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini, salah satunya adalah; pada masa itu para ahli linguistik di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan. Faktor lain adalah, karena Bloomfield bersikap menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika yaitu filsafat behaviorisme.

Satu hal yang menarik dan merupakan ciri aliran struturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu bahasa, dan pendekatannya bersifat Empirik.Aliran Bloomfield disebut aliran Taksonomi, karena bermula dari gagasan Bloomfield sendiri. Disebut aliran Taksonomi karena aliran ini menganalisis kalimat.

g. Aliran Tagmemik

Aliran tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike. dia adalah seorang tokoh dari Summer Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfield, sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga antropologis. Menurut Aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalh tagmem (kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti susunan).

(13)

tidak dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja, seperti subjek+prediket+objek, dan tidak dapat dinyatakan dengan deretan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda+frase kerja+frase benda, melainkan harus diungkapkan bersamaan dalam deretan rumus seperti :

S:FN + P:FV + O:FN

Dalam perkembangan selanjutnya malah kedua unsur tagmem itu, yaitu fungsi dan bentuk perlu ditambah pula dengan unsur peran dan kohesi yang membentuk jalinan yang erat. Dengan demikian satuan dasar sintaksis itu, yaitu tagmem, merupakan suatu sistem sel empat kisi.

Fungsi kategori

peran kohesi

3. Linguistik Transformasional dan aliran-aliran sesudahnya

Pada sub bab ini akan dilaporkan 4 sub subba, yakni (a)tata bahasa transformasi, (b) semantik generative, (c) tata bahasa kasus, dan (d) tata bahasa relasional.

a. Tata Bahasa Tarnsformasi

(14)

Pertama, kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori lingustik itu sendiri. Sejalan dengan konsep langue dan parole dari de Saussure, maka Chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan perbuatan bahasa (performance). Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya sedangkan perbuatan berbahasa adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.

(15)

sama, tetapi mempunyai arti berbeda. Kalimat-kalimat yang meragukan itu, tentu memiliki struktur dalam yang berbeda.

b. Semantik Generatif

Menurut teori generative semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak berkala antara prediket dengan seperangkat argument dalam suatu preposisi.

Pred. Arg1 Arg2

Minum nenek kopi

Menurut teori semantik generatif, argument adalah segala sesuatu yang dibicarakan, sedangkan prediket itu semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, kenaggotaan, dan sebagainya. Jadi, dalam menganalisis sebuah kalimat, teori ini berusaha mengabstraksikan prediketnya dan menentukan argumen-argumennya.

c. Tata Bahasa Kasus

Tata bahasa kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E dan R. Harms Universal in Linguistic Theory.

(16)

Modalitas Preposisi

Negasi

Kala Verba kasus1 kasus 2 kasus 3

Aspek

Adverbial

Kasus tersebut dibatasi atas kasus agent, experience, object, means, source, goal, dan referential. Agent adalah pelaku perbuatan. Experience adalah yang mengalami peristiwa psikologis. Object adalah sesuatu yang dikenai perbuatan. Source adalah keadaan, tempat, atau waktu yang sudah. Goal adalah keadaan, tempat, atau waktu yang kemudian. Sedangkan referensial adalah acuan.

d. Tata bahasa relasional

Tata bahasa relasinonal muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dirancangkan oleh aliran tata bahasa tranfromasi. Tata bahasa relasional berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Menurut tata bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional yang melibatkan tiga macam maujud.

1) Sepernagkat simpai yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur.

2) Sepernagkat tanda relasional yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain.

3) Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.

(17)

Linguistik fungsional dipelopori oleh Roman Jakobson dan Andre Martinet, kehadirannya sangat berarti dalam upaya menjembatani kesenjangan (gap) antara linguistik struktural Amerika dan Eropa. Linguistik struktural (Eropa) banyak dipengaruhi oleh gagasan fungsi-fungsi linguistik yang menjadi ciri khas aliran Praha. Trubeckoj terkenal mengembangkan metode-metode deskripsi fonologi, maka R. Jakobson terkenal karena telah menyatakan dengan pasti pentingnya fonologi diakronis yang mengkaji kembali dikotomi-dikotomi F. de Saussure antara lain dikotomi yang memisahkan dengan tegas sinkronis dan diakronis.

Andre Martinet banyak mengembangkan teori-teori aliran Praha. Dengan tulisannya tentang netralisasi dan segmentasi. Pikiran-pikirannya telah memperkaya dan mengembangkan studi linguistik, terutama fonologi deskriptif, fonologi diakronis, sintaksis, dan linguistik umum, disamping ia menerapkan metode dan linguistik modern dengan menaruh perhatian yang luar biasa pada kenyataan bahasa aktual.

Gagasan Jakobson merupakan pengembangan dari pemikiran-pemikiran aliran Praha. Selain fungsi linguistik sebagai ciri khas sekolah Praha, ia juga menyoroti fungsi-fungsi unsur tertentu dan fungsi-fungsi aktivitas linguistik itu sendiri. Jakobson memandang suatu tindak linguistik dari enam sudut, yaitu (1) dalam hubungan dengan pembicara, (2) pendengar, (3) konteks, (4) kontak, (5) kode, dan (6) pesan. Sehingga ia menemukan enam fungsi, yaitu:

1. Ekspresif, berpusat pada pembicara, yang ditujukan oleh interjeksi-interjeksi; 2. Konatif, berpusat pada pendengar, yang ditujukan oleh vokatif dan imperative; 3. Denotative, berpusat pada konteks, yang ditujukan oleh pernyataan-pernyataan

faktual, dalam pelaku ketiga, dan dalam suasana hati indikatif;

4. Phatic, berpusat pada kontak, yang ditujukan oleh adanya jalur yang tidak terputus antara pembicara dan pendengar. Misalnya, dalam pembicaraan melalui telefon, kata-kata ‘hello, ya..ya…, heeh’ yang dipergunakan untuk membuat jelas bahwa seseorang masih mendengarkan dan menunjukan jalur percakapan tidak terputus; 5. Metalinguistik, berpusat pada kode; yang berupa bahasa pengantar ilmu

(18)

Selanjutnya gagasan dan pandangan Jakobson lain adalah telaah tentang aphasia dan bahasa kanak-kanak. Aphasia yang dimaksud adalah gejala kehilangan kemampuan menggunakan bahasa lisan baik sebagian maupun seluruhnya, sebagai akibat perkembangan yang salah. Gangguan afasik dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Similarity disorders, yang mempengaruhi seleksi dan subtitusi item, dengan stabilitas kmbinasi dan konsstektur yang bersifat relative.

2. Contiguity disorders, yang seleksi dan subtitusinya secara relative normal sedangkan kombinasi rusak dan tidak gramatikal, urutan kata kacau, hilangnya infleksi dan preposisi, konjungsi, dan sebagainya

Jakobson juga menekankan pentingnya korelasi-korelasi fonologis sebagai seuntai perbedaan-perbedaan arti yang terpisah. Menurut buku Jakobson dan Halle Fundamentals of Language, 1956, menyatakan ciri-ciri expressive, configurative, dan distinctive:

1. Expressive, meletakan tekanan pada bagian ujaran yang berbeda atau pada ujaran yang berbeda; menyarankan sikap emosi pembicara;

2. Configurative, menandai bagian ujaran ke dalam satuan-satuan gramatikal, dengan memisahkan ciri kulminatif satu persatu, atau dengan memisahkan membatasinya (ciri-ciri demarkatif);

3. Distinctive, bertindak untuk memperinci satuan-satuan linguistik, dimana ciri-ciri itu terjadi secara serempak dalam untaian, yang berujud fonem. Fonem-fonem dirangkaikan ke dalam urutan; pola dasar urutan serupa itu berujud suku kata. Dalam setiap suku kata terdapat bagian yang lebih nyaring yang berupa puncak. Bila puncak itu berisi dua fonem atau lebih, maka salah satu daripadanya adalah puncak fonem atau puncak suku kata.

(19)

Martinet mencurahkan perhatian pada fonologi diakronis, dengan mencoba membuat deskripsi murni, dimana fonologisasi dan defonologisasi direkam, disertai keterangan tentang perubahan-perubahan menurut prinsip-prinsip umum. Kriterium interpretasi dasar diberikan oleh dua unsur yang berlawanan: (1) efisiensi dalam komunikasi, dan (2) tendensi pada upaya yang minimum. Ia juga menyatakan analisis fonem ke dalam ciri-ciri distingtif mengungkapkan adanya korelasi-korelasi, dimana sebuah fonem yang terintegrasi dalam untaian korelatif akan menjadi stabil. Ia telah mengembangkan gagasan artikulasi rangkap yang menarik. Ucapan bahasa pertama-tama melalui suatu artikulasi dalam monem-monem yang berupa unit-unit dasar gramatis yang oleh para linguis Amerika disebut morphem. Sejumlah ujaran yang tak terbatas dapat diidentifikasikan oleh monem-monem yang terbatas jumlahnya. Setiap artikulasi melibatkan ekspresi dan isi. Monem adalah satuan dwimuka: ekpresi dan isi. Bagi Martinet, konsep dasar analisis fonologi yaitu fonem sedangkan bagi Jakobson yaitu ciri distingtif.

Martinet juga menerapkan wawasan fungsionalnya pada sintaksis, dan telah mensintesakan teori-teorinya itu dalam tulisan-tulisan yang ringkas dan seimbang: Elements of General Linguistics, dan A Functional View of Language. Didalam karya tersebut dirumuskan dengan jelas perbedaan antara (i) fonem fungsional, seperti preposisi, kasus akhiran, yang konetif dan centrifugal yang menunjukkan adanya hubungan diantara satu unsur dengan bagian ujaran; dan (ii) fonem pengubah, seperti satuan gramatikal artikel yang centripetal; nilai tunggal atau jamak dan unsur-unsur yang dibutuhkan.

(20)

sebagai pengganti struktural, menunjukkan bahwa aspek fungsional adalah paling membuka pikiran, dan bahwa hal itu tidak mesti dipelajari secara terpisah dari yang lain. D. KEUNGGULAN LINGUISTIK FUNGSIONAL

Pada khasanah kebahasaan, bila memahami gagasan dan pandangan linguistik Fungsional, maka aliran ini sangat mempengaruhi tata bahasa dalam khasanah perkembangan linguistic sebelumnya, sekaligus membuka cakrawala baru agar aspek fungsional menjadi pertimbangan penelitian bahasa. Dengan menelurkan istilah fungsional, praktis landasan yang digunakan dalam melihat bahasa berdasarkan fungsi, khususnya tataran fonologi, morfem, dan sintaksis. Keunggulan aliran ini adalah kita dapat mengetahui bahwa setiap fonem (bunyi) itu memiliki fungsi, sehingga dapat, membedakan arti. Setiap monem (istilah Martinet) yang diartikulasikan memiliki isi dan ekspresi, dengan begitu dapat dilihat fungsinya. Kemudian pada tataran yang lebih besar yaitu sintaksis, aliran ini menekankan pada fungsi preposisi dan struktur kalimat, maksudnya unsur linguistik dalam sebuah kalimat dapat dijelaskan dengan merujuk pada fungsi sehingga ditemukan pemahaman logis yang utuh. Jadi, aliran ini telah berhasil melihat setiap komponen bahasa berdasarkan fungsi dan menginspirasi gagasan adanya relasi antara struktur dan fungsi bahasa.

Sementara dalam dunia sastra, gagasan Jakobson tentang enam fungsi bahasa menjadi pijakan dalam menelaah karya sastra. Idenya tersebut melahirkan istilah model komunikasi sastra, yang memusatkan pada pesan yang terkandung dalam karya sastra. Model ini banyak diadopsi untuk menggali fungsi bahasa dalam wacana baik wacana ilmiah maupun non ilmiah, sastra maupun non sastra.

E. KELEMAHAN LINGUISTIK FUNGSIONAL

(21)

kalimat, gagasan aliran ini tidak menjelaskan komponen apa saja yang tercakup dalam aspek fungsional pada kalimat. Sebagaimana kita ketahui ada fungsi lain dalam kalimat yaitu fungsi semantis dan fungsi pragmatis.

Sementara dalam dunia sastra, fungsi bahasa yang dinyatakan oleh Jakobson, ketika diterapkan dalam menganalisis karya sastra memiliki kekurangan. Model komunikasi sastra Jakobson tidak memperhatikan potensi kebahasaan yang lain. Model mengabaikan relevansi sosial budaya. Padahal, sosial budaya memainkan peranan penting dalam memahami makna bahasa, terlebih dalam karya sastra karena di dalamnya melibatkan aspek sosio cultural yang sangat kental. Mengacu pada model komunikasi sastra, karya sastra hanya bertumpu pada pesan yang disampaikan, padahal pemahaman karya sastra sangat tergantung pada pemahaman pembaca. Adanya unsur keterkaitan intertektualitas dan intratekstualitas dalam memahami karya sastra perlu diperhatikan, karena setiap karya sastra tidak ada yang berdiri sendiri.

F. APLIKASI LINGUISTIK FUNGSIONAL DALAM BAHASA INDONESIA

Lalu, bagaimana aplikasi aliran ini dalam bahasa Indonesia? Ketika berbicara fungsi maka kita harus memahami konsep fungsi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bisa jadi konsep yang ditawarkan oleh aliran ini tidak dapat diserap dalam semua bentuk, struktur dan fungsi sesungguhnya dalam bahasa Indonesia. Sebagian kita dapat

1. Jika dilihat dari contoh fonologi, penggunaan fonem /b/ pada kata <baku> dan /p/ pada <paku> tidak mempunyai makna. Namun karena diposisikan bersama sebagai pasangan minimal (minimal pairs), dimana keduanya daerah artikulasi yang sama yakni bilabial, maka penggunaan fonem /b/ dan /p/ menjadi memiliki fungsi pembeda makna.

(22)

bebas atau kata dasar yang sama namun didahului oleh morfem terikat yang berbeda maka fungsinya pun menjadi berbeda.

3. Dari tataran sintaksis, kalimat tersebut memiliki struktur yang benar. Jika disegmentasikan kalimat itu menjadi /letusan gunung Merapi/, /menewaskan/, dan /200 orang/. Pemenggalan struktur kalimat dilakukan berdasarkan fungsi masing-masing unsur.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

http://aimar-azz.blogspot.co.id/2011/01/linguistik-fungsional-dalam-bahasa.html

Referensi

Dokumen terkait

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN

Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi

Berdasarkan pembahasan di atas mengenai pemanfaatan sumber daya alam dalam kondisi normal dan saat terjadi bencana, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan tipologi barang

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan tanda bahaya kehamilan dengan perilaku perawatan kehamilan pada

6. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan penelitian, agar orang dapat memahami dengan mudah adalah …... a. Menggunakan bahasa yang komunikatif, baik

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jaloh (Salix tetrasperma Roxb) pada ayam pedaging yang diberi cekaman panas pada suhu 33 ± 1 o C selama 4 jam

Pelanggan akan bertanggung jawab atas biaya-biaya yang wajar dan jumlah-jumlah lainnya yang dapat ditanggung oleh IBM terkait dengan setiap informasi tersebut yang diberikan kepada

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian yang akan diteliti adalah “bagaimana menerapkan metode Fuzzy