• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP GERONTIK DENGAN KEAMANAN DAN KESEL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASKEP GERONTIK DENGAN KEAMANAN DAN KESEL (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP GERONTIK DENGAN

KEAMANAN DAN

KESELAMATAN LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN MASALAH KESELAMATAN DAN KEAMANAN

KELOMPOK 3 : ASTRINI (20116110780)

AZMI (20116110783) MUJI HARJITO (20116110808) TRIANA DINOTI (20116120824)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i Akper Jurusan keperawatan Singkawang maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

(2)

kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

(3)

1. Definisi……… ……….. 5

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Keamanan……… 5 3. Macam-macam bahaya /

Kecelakaan………. 7 4. Pencegahan Kecelakaan di Rumah

sakit……….. 9

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemanan dan keselamatan klien………. 10 6. Fungsi sistem

saraf………. 14

7. Kebijakan rumah sakit terkait keselamatan dan keamanan pada pasien……….. 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK (PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN)

1. Pengkajian……… ……….. 15

2. Diagnosa……… ……….. 17

3. Perencanaan……… ………. 18

4. Implementasi……… ………. 19

5. Evaluasi……… ……… 21

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan……… ………. 23

2. Saran……… ………. 23

DAFTAR PUSTAKA

(4)

1. A. Latar Belakang

Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan keamanan yaitu usia, tingkat kesadaran, emosi, status mobilisasi, gangguan sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara

berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur

kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 2001).

Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 2001).

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

1. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

1. mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan Untuk

mendapatkan gambaran dan informasi dalam Membuat Askep Lansia pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan keamanan. 2. Untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.

2. Tujuan Khusus

(5)

b. Dapat mengetahui dan mengerti Hal-hal yang berkaitan dengan Keamanan dan keselamatan pada Lansia

c. Dapat Mengetahui keaadaan pasien Lansia yang harus di berikan tindakan Keamanan dan Keselamatan.

1. C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

1. D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Lansia pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan”

1. E. Metode Penulisan

Dalam mengumpulkan data, penyusun menggunakan metode :

a. Studi literatur

b. Perpustakaan

c. Internet

F. Sistematika Penulisan

Makalah Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab, yaitu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Rumusan Masalah

(6)

E. Metode Penulisan

F. Sistematika

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Keamanan

C. Macam-macam bahaya / Kecelakaan

D. Pencegahan Kecelakaan di Rumah sakit

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemanan dan keselamatan klien

F. Fungsi sistem saraf

G. Kebijakan rumah sakit terkait keselamatan dan keamanan pada pasien

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK (PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN)

A. Pengkajian

B. Diagnosa

C. Perencanaan

D. Implementasi

E. Evaluasi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

(7)

BAB II PEMBAHASAN

1. A. DEFINISI

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

Tugas seorang perawat :

1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit. 2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.

3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi hidup dan keadaan klien.

1. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN & KEAMANAN.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.

1. Usia.

Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.

2. Gaya Hidup.

Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.

(8)

Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

4. Gangguan sensori persepsi.

Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

5. Tingkat kesadaran.

Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.

6. Status emosional.

Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal.

Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.

7. Kemampuan komunikasi.

Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.

8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.

9. Faktor lingkungan

Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

(9)

Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:

1. Api /kebakaran

Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang cukup.

2. Luka bakar (Scalds and burns).

Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen

radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.

3. Jatuh.

Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.

4. Keracunan.

Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang

sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).

5. Sengatan listrik

Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.

6. Suara bising.

Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan

(10)

beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.

7. Radiasi.

Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.

8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).

Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta kematian.

9. Lain-lain

Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).

1. D. PENCEGAHAN KECELAKAAN DI RUMAH SAKIT.

1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.

2) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.

3) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.

4) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.

5) Menghindari kecelakaan :

a) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.

b) Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah.

c) Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.

(11)

e) Kereta dorong ada penghalangnya.

6) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.

7) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung oksigen dan termos.

8) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.

9) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.

10) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.

11) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.

12) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.

13) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya.

14) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

1. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANAN DAN KESELAMATAN KLIEN

2. Faktor Fisiologis

Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik, apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya.

a) Sistem Muskuloskeletal

Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang terjadi pada mobilitas dan kemampuan untuk

merespon terhadap hal yang membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan sprains

(12)

Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan menciptakan sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat memutuskan dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan seseorang mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat dan waktu sehingga orang akan merasa nyaman.

Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala,

medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor kepala.

c) Sistem Kardiorespirasi

Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat beristirahat karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguan sistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas, wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan mobilitas.

d) Aktivitas dan Latihan

Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinya dari luar.

e) Kelelahan (Fatigue)

Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap bahaya, kesulitan mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur, gaya dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam

pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.

1. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.

Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan mengganggu

keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang yang mengalami kecemasan mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan setelah operasi sehingga akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga akan muncul masalah

komplikasi setelah operasi.

(13)

a) Faktor Lingkungan Rumah

Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dan sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di dalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber listrik dan api.

Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.

b) Tempat kerja

Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.

c) Komunitas

Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.

d) Tempat pelayanan kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi petugas kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur dan

sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di RS sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang ada dalam rumah sakit.

e) Temperatur

Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan seseorang dapat terpenuhi.

f) Polusi

(14)

g) Sumber listrik

Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt muttlak diperlukan untuk mencegah terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.

h) Radiasi

Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel sehingga mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami masalah.

1. Faktor Penyakit

Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.

1. Faktor Ketidak pengindahan tentang Keamanan

Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai dengan kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat tercipta.

1. F. FUNGSI SISTEM SARAF

1. menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory pathway (sensorik)

2. mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat 3. mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun di otak

untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang di hadapi

(15)

1. G. KEBIJAKAN RUMAH SAKIT TERKAIT KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA PASIEN

Keselamatan pasien juga dapat menurangi berdampaknya terhadap peningkatan biaya pelayanan, dengan meningkatnya pasien rumah sakit, harapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat.

Saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit. Yakni,

keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, serta keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri.

BAB III

ASKEP GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

1. A. PENGKAJIAN

(16)

a. Halusinasi;

b. Gangguan proses pikir;

c. Kelesuan;

d. Ilusi;

e. Kebosanan dan tidak bergairah;

f. Perasaan terasing;

g. Kurangnya konsentrasi;

h. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

1. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:

a. Kesadaran menurun;

b. Kelemahan fisik;

1. c. Imobilisasi;

2. Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:

Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal).

1. Resiko Jatuh

1) Usia klien lebih dari 65 tahun

2) Riwayat jatuh di rumah atau RS

3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas

(17)

6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives)

1. Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan ituterulang kembali

1. Keracunan

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.

1. Kebakaran

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien

mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

1. Pengkajian Bahaya

Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.

1. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur.

Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu

(18)

pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.

1. Data Subjective

Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.

Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.

1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup sendiri.

2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.

3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan waktu)

4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika. 5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,

kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.

1. Data Objective

Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.

1. Sistem Neurologis

(19)

1. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi

 Toleransi terhadap aktivitas  Nyeri dada

 Kesulitan bernafas saat aktivitas

 Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi

1. Integritas kulit

 Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien  Kaji adanya luka, scar, dan lesi

 Kaji tingkat perawatan diri kulit klien

1. Mobilitas

 Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien  Kaji range of motion klien

 Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

B. DIAGNOSA

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2003)

1. Injuri ( jatuh )

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

1. Kemungkinan berhubungan dengan:

 Kurangnya informasi tentang keamanan  Kelemahan

 Gangguan kesadaran;  Kurangnya koordinasi otot;  Epilepsi;

 Episode kejang;  Vertigo;

 Gangguan persepsi.

1. Kemungkinan data yang ditemukan:

(20)

1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 AIDS;  Demensia;

 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;  Epilepsi;

 Penyakit perdarahan.

1. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginyadirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

1. Kemungkinan berhubungan dengan:

 Defisit imunologi;  Malnutrisi;

 Kemoterapi atau efek pengobatan;  Penglihatan yang kurang;

 Kurang informasi tentang keselamatan.

1. Kemungkinan data yang ditemukan:

 Riwayat kecelakaan;  Lingkungan yang beresiko.

1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 Usia: kematangan, sangat tua;  Nutrisi kurang;

 Gangguan darah;  Pembedahan;

 Radiasi atau kemoterapi;  Penyakit imunitas;  AIDS.

C. Intervensi ( Rencana Keperawatan )

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

(21)

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat).

Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi.

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu:

1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera. 2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,

3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Intervensi

a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.

b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko.

c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1.

d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah.

e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman).

f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Intervensi Keperawatan menurut (Tarwoto dan Wartonah)

(22)

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

1. Kemungkinan berhubungan dengan:

 Kurangnya informasi tentang keamanan;  Kelemahan;

 Gangguan kesadaran;  Kurangnya koordinasi otot;  Epilepsi;

 Episode kejang;  Vertigo;

 Gangguan persepsi.

1. Kemungkinan data yang ditemukan:

 Perlukaan dan injuri.

1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 AIDS;  Demensia;

 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;  Epilepsi;

 Penyakit perdarahan.

1. Tujuan yang diharapkan:

 Injuri tidak terjadi.

Intervensi:

a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat tidurnya

b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan

c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya

d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya

e. Kunci roda tempat tidur

(23)

g. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari

h. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi pasien

i. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet

j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus untuk mencegah dekubitus.

k. Berikan pendidikan kesehatan tentang:

• Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol

• Pencegahan injuri di rumah

Rasional:

a. Pencegahan primer

b. Monitor faktor risiko

c. Mencegah terjadinya kecelakaan

d. Dibutuhkan pada saat emergensi

e. Mempertahankan keamanan

f. Mencegah aspirasi

g. Mencegah jatuh

h. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori

i. Mencegah kecelakaan

j. Mencegah komplikasi akibat injuri

k. Mencegah injuri

2. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

(24)

 Defisit imunologi;  Malnutrisi;

 Kemoterapi atau efek pengobatan;  Penglihatan yang kurang;

 Kurang informasi tentang keselamatan.

1. Kemungkinan data yang ditemukan:

 Riwayat kecelakaan;  Lingkungan yang beresiko.

1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 Usia: kematangan, sangat tua;  Nutrisi kurang;

 Gangguan darah;  Pembedahan;

 Radiasi atau kemoterapi;  Penyakit imunitas;  AIDS.

1. Tujuan yang diharapkan:

Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial.

Intervensi:

a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi

b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan

c. Jaga pasien dari injuri dan infeksi

d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas suntikan

e. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik

f. Berikan diet adekuat

g. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

• Pemberian pengobatan

(25)

• Teknik isolasi

• Penggunaan alat-alat proteksi

Rasional:

a. Mengurangi risiko penularan penyakit

b. Mengatasi faktor penyebab

c. Mengurangi risiko infeksi

d. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi

e. Menghindari pendarahan

f. Meningkatkan daya tahan tubuh

g. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas

Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

B. SARAN

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran UI. (2000). Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta ; FKUI

http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan

Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ; Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta ; EGC

Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan analisis faktor risiko kerja yang dapat ditimbulkan akibat dari adanya pekerjaan berulang yang dilakukan operator di bagian pengepakan sarung tangan

Bagaimana perusahaan melakukan pengendalian risiko dengan cara identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko bahaya untuk meminimalisir gangguan keselamatan

Tujuan dari HIRA adalah untuk memastikan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian dapat secara efektif mengelola bahaya yang mungkin terjadi dalam tempat kerja

Ijin Gangguan adalah Pemberian Ijin Tempat Usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan tidak termasuk

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko yang muncul di tempat kerja serta diberikan pengendalian dari risiko menggunakan metode

Keamanan kawasan di taman nasional berkaitan dengan adanya gangguan maupun ancaman yang terjadi di kawasan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ancaman

Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan metode HIRADC dari 14 kegiatan pekerjaan proses forming dan casting produksi tiang pancang didapatkan penilaian risiko

Setiap perusahaan yang mempekerjkan tenaga sebanyak 100 orang atau lebih dan mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses babhan produksi yang dapat