KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL ASING DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DOMESTIK YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN
DIAJUKAN OLEH
EDMIRIYANTO YUSRI RAKHMARDI NIM : 040830993
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan laporan penelitian
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.
Penelitian ini mengambil judul “Kinerja Perusahaan Dengan Kepemilikan Institusional Asing Dan Kepemilikan Institusional Domestik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” merupakan salah satu persyaratan akademik untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
laporan skripsi ini :
1. Prof. Dr. H. Muslich Anshori, SE., M.Sc., AK. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
2. Dra. Nuri Herachwati, M.Si., M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1
Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
3. Dr. Fitri Ismiyanti, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, kesabaran, dan pengertian untuk menberikan
bantuan berupa bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat berarti dalam
4. Segenap dosen pengajar Jurusan S1 Manajemen Alih Jenjang Non Reguler
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
5. Papa Mama, Mas Novi dan Dek Win yang selalu memberikan support tiada
henti, restu, doa serta kasih sayangnya yang tulus kepada penulis.
6. Dimar…makasi yaahh supportnya, n udah ngingetin terus..
7. Mbak Lasmi , Mas Bagus, Marina, dan Mas Andi yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Mas Mubin, Pak Kris, Mbak Dewi, Bu Lis terima kasih atas bantuannya
semoga Allah SWT membalas kebaikan anda semua.
9. Buat Manajemen 2008, Efan n Bobby (ga sido wisuda bareng jhee..), Eko,
Peni, Kieso (buku infobank ku ndiii..??hehe), Diana YP, Diana SB, Risma,
Vanna, Vita, Harmonia (makasi yah bantuannya..), dan semuanya yang tidak
bisa disebut satu-satu, terima kasih atas bantuan dan doanya.
10.Manajemen 2007, S. Mardiah Salim, Ratna, Devi, Sendri, Fani, Ami , Jon,
Nandar, Dapid, Samsul, Singgih, Bagus American Jeep, Andre, Tepar, dan
teman angkatan 2007 yang lainnya terima kasih semuanya.
11.Semua pihak yang terkait dalam proses pengerjaan penulisan skripsi ini,
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis hargai.
Akhir kata dengan segala keterbatasannya, penulis berharap agar skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 27 Juli 2011
ABSTRAK
Di negara emerging market seperti Indonesia, modal asing merupakan salah satu pemain dalam mendukung pertumbuhan negara. Hal itu terbukti dari semakin meningkatnya kepemilikan saham oleh kepemilikan asing (foreign ownership) di perusahaan-perusahaan Indonesia. Penelitian ini memfokuskan pada apakah partisipasi modal asing mempunyai perbedaan pada kinerja perusahaan, antara perusahaan dengan kepemilikan asing dan perusahaan domestik non-keuangan di Indonesia yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan asing dan perusahaan domestik non-keuangan yang dihitung dengan menggunakan rasio ROA, ROE, dan OPM. Penelitian ini dilakukan terhadap 229 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2009. Tehnik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji One Sample T-Test, dengan variabel kepemilikan asing, ROA, ROE, dan OPM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan asing dan perusahaan domestik non-keuangan yang dihitung dengan menggunakan rasio ROA, ROE, dan OPM.
ABSTRACT
In emerging market countries such as Indonesia, foreign capital is one of the players in supporting the growth of the country. This is evident from the increasing ownership of shares by foreign ownership (foreign ownership) in Indonesian companies. This study focuses on whether the participation of foreign capital have differences on the performance of companies, including companies with foreign ownership and non-financial domestic companies listed in Indonesia Stock Exchange (Indonesia Stock Exchange).
The purpose of this study was to determine whether there is difference in performance between firms with foreign ownership and domestic non-financial companies which are calculated by using the ratios ROA, ROE, and OPM. This research was conducted on 229 non-financial companies listed on the Stock Exchange during the period 2006-2009. Technique analysis used in this study is One Sample T-Test, with variables, foreign ownership, ROA, ROE, and OPM. The results showed that there were differences in performance between firms with foreign ownership and domestic non-financial companies which are calculated by using the ratios ROA, ROE, and OPM.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI …. iii KATA PENGANTAR ………... iv
ABSTRAK ……….. vii
DAFTAR ISI ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. xii
DAFTAR TABEL ………... xiii
DAFTAR GAMBAR ……….... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……… 4
1.3 Tujuan Penelitian ……… 4
1.4 Manfaat Penelitian ……… 4
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ……… 5
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Landasan Teori ……… 7
2.1.1 Struktur Kepemilikan ………...….. 7
2.1.1.3 Peraturan Kepemilikan Asing ... 11
2.1.1.4 Kepemilikan Institusional Domestik ... 13
2.2 Kinerja Perusahaan ………...………… 16
2.3 Penelitian Sebelumnya…………. ... 21
2.4 Hipotesis ………... 23
2.5 Model Analisis ………... 23
2.6 Kerangka Berfikir ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ……… 26
3.2 Identifikasi Variabel ……… 26
3.3 Definisi Operasional Variabel ……… 27
3.4 Teknik Penentuan Sampel ……… 30
3.5 Jenis dan Sumber Data ……… 31
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ……… 31
3.7 Teknik Analisis Data ……… 32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 36
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 36
4.2.1 Return On Assets (ROA) ... 36
4.2.2 Return On Equity (ROE) ... 37
4.2.3 Operating Profit Margin (OPM) ... 38
4.3 Analisis Model ... 38
4.3.2 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan
Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan
Institusional Domestik yang Ditunjukkan dengan
Return On Asset (ROA) ... 41
4.3.3 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan
Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan
Institusional Domestik yang Ditunjukkan dengan
Return On Equity (ROE) ... 42
4.3.4 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan
Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan
Institusional Domestik yang Ditunjukkan dengan
Operating Profit Margin(OPM) ... 44
4.4 Pembahasan ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 48
5.2 Saran ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Klasifikasi Industri
Lampiran 2 Klasifikasi Kepemilikan Institusional Asing 0-100%, 25-100%,
dan 50-100% dan Kepemilikan Institusional Domestik Tahun
2006-2009
Lampiran 3 ROA, ROE, dan OPM Terhadap Klasifikasi Kepemilikan
Institusonal Asing (0-100%), (25-100%), dan (50-100%) Untuk
Periode 2006-2009
Lampiran 4 Data Statistik Deskriptif Seluruh Perusahaan Dengan Kepemilikan
Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik Tahun
2006-2009
Lampiran 5 Uji Normalitas ROA, ROE, dan OPM Untuk Tahun 2006-2009
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Statistik Deskriptif Seluruh Perusahaan Dengan
Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan
Institusional Domestik Tahun 2006-2009 37
Tabel 4.2 Uji Kenormalan Data Kolmogorov-Smirnov 39
Tabel 4.3 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan
Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik
Yang Ditunjukkan dengan Return On Asset (ROA) 41
Tabel 4.4 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan
Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik
yang Ditunjukkan dengan Return On Equity (ROE) 42
Tabel 4.5 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan
Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hipotesis (1) 24
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Hipotesis (2) 25
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi persaingan usaha yang kompetitif perusahaan
berusaha memperbaiki kinerja dan mengembangkan usaha untuk
mengembangkan perusahaan. Perusahaan didirikan dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau
para pemegang saham. Memaksimalkan nilai perusahaan bermakna luas dari
memaksimalkan laba, didasarkan beberapa alasan yaitu memaksimalkan nilai
berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang,
memaksimalkan nilai juga berarti mempertimbangkan berbagai resiko
terhadap arus pendapatan perusahaan dan mutu dari arus dana yang
diharapkan diterima dimasa yang akan datang (Weston & Copeland,
1995:134).
Di negara emerging market seperti Indonesia, modal asing
merupakan salah satu pemain dalam mendukung pertumbuhan negara. Hal itu
terbukti dari semakin meningkatnya kepemilikan saham oleh kepemilikan
asing (foreign ownership) di perusahaan-perusahaan Indonesia.
Studi awal seperti Vernon (1966) dan Gua (1974) menyarankan
bahwa perusahaan multinasional lebih produktif daripada rekan-rekan dalam
(Foreign Direct Investment) oleh perusahaan-perusahaan multinasional sejak
saat itu telah dianjurkan sebagai sumber utama difusi teknologi dan
pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang. Selain memiliki
dampak positif pada perdagangan, pekerjaan dan modal, investasi asing
langsung karena itu dipandang sebagai saluran utama untuk mentransfer
pengetahuan, keterampilan, dan teknologi, khususnya dari industri ke negara
berkembang (Blomström dan Kokko, 1998; Görg and Greenaway, 2004).
Efek dari foreign direct investment (FDI) pada tata kelola perusahaan
atau corporate governance telah lama menjadi isu yang menarik bagi para
akademisi dan pembuat kebijakan. Pertanyaan utama yang paling menantang
pada studi strategi bisnis internasional adalah hasil yang diperoleh dari
investasi asing langsung. Oleh karena itu, peran investasi asing langsung
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi (Gorg and
Greenaway, 2004).
Terutama pada dua dekade terakhir dimana level investasi asing
langsung diseluruh dunia meningkat, investasi asing langsung menjadi salah
satu sumber pembiayaan (modal) yang penting bagi negara berkembang, dan
mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan melalui
transfer aset dan manajemen, serta transfer teknologi guna mendorong
perekonomian negara. Dengan melalui investasi asing langsung, modal asing
dapat memberikan kontribusi yang lebih baik kedalam proses pembangunan.
Oleh karena itu, beberapa negara berkembang di Asia Timur, termasuk
dalam bentuk investasi asing langsung ini. Disisi lain, negara pengekspor
kapital juga memberikan insentif kepada sektor swastanya, berupa insentif
pajak, jaminan dan asuransi atas investasi untuk mendorong investasi asing
langsung ke negara berkembang.
Berbagai studi dilakukan untuk mengetahui efek dari perbedaan tipe
struktur kepemilikan; sebagai contoh, kepemilikan keluarga, kepemilikan
negara, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, dan sebagainya pada
kinerja perusahaan. Penelitian mengenai bagaimana struktur kepemilikan
keluarga dan manajerial dapat mempengaruhi kinerja perusahaan di
negara-negara Timur Tengah, Indonesia, dan Korea (Driffield, 2005; Nurhan, Sayim,
and Yalama, 2007). Penelitian lain yang meneliti pengaruh struktur
kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan pada dua puluh
perusahaan terbesar di Kanada. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
adanya kepemilikan pemerintah pada perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat keutungan perusahaan (Bozec, 2002; Nurhan,
Sayim, and Yalama, 2007).
Penelitian ini memfokuskan pada apakah partisipasi modal asing
mempunyai perbedaan pada kinerja perusahaan, antara perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan
50-100% dan kepemilikan institusional domestik non-keuangan di Indonesia yang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah kinerja perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan
50-100% lebih baik dibandingkan dengan kinerja kepemilikan institusional
domestik non-keuangan yang dihitung dengan menggunakan rasio ROA, ROE,
dan OPM?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja
perusahaan dengan kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
25-100%, dan 50-100% lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja
kepemilikan institusional domestik non-keuangan yang dihitung dengan
menggunakan rasio ROA, ROE, dan OPM.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan manfaat mengenai perbedaan kinerja antara perusahaan
dengan kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%, 25-100%,
dan 50-100% dan kepemilikan institusional domestik non-keuangan.
2. Sebagai bahan informasi bagi mereka yang berminat dalam masalah
institusional domestik, kinerja perusahaan, dan menjadi bahan untuk
menjadi penelitian lebih lanjut.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan secara garis besarnya dibagi menjadi lima bab.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah mengenai
apakah kinerja perusahaan dengan kepemilikan institusional asing pada
klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik dibandingkan dengan
kinerja kepemilikan institusional domestik non-keuangan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini menjelaskan landasan teori, struktur kepemilikan perusahaan,
kepemilikan institusional asing, kepemilikan institusional domestik, kinerja
perusahaan, hipotesis, dan kerangka berfikir penelitian yang akan membantu
peneliti dan pembaca menjelaskan alur penelitian ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai pendekatan penelitian yang digunakan
untuk memecahkan masalah penelitian, identifikasi variabel, difinisi
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai gambaran umum subyek penelitian yaitu
kinerja perusahaan dengan kepemilikan institusional asing pada klasifikasi
0-100%, 25-0-100%, dan 50-100% dan kepemilikan institusional domestik
non-keuangan yang dihitung dengan menggunakan rasio ROA, ROE, dan OPM
antar perusahaan, analisis model dan pembuktian hipotesis serta pembahasan
masalah penelitian.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas mengenai simpulan yang dihasilkan dari penelitian
yang dilakukan, yaitu kinerja perusahaan dengan kepemilikan institusional
asing pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik
dibandingkan dengan kinerja kepemilikan institusional domestik
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah komposisi
kepemilikan dalam perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan.
Struktur kepemilikan terbagi dalam beberapa kategori, struktur kepemilikan
terkonsentrasi dan menyebar.
Secara spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan
publik dan kepemilikan asing. Kepemilikan publik merupakan porsi saham
beredar (outstanding share) yang dimiliki masyarakat atau publik domestik
(degree of public ownership) dan negara (kepemilikan pemerintah).
Kepemilikan asing merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh
investor atau pemodal asing (foreign investors).
Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada
kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi
nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang dimiliki
oleh para pemilik perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan
2.1.1.1 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan
institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya
dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan
dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada
investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa
informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih
kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan
pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam
perusahaan.
5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham
sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang
tercermin di tingkat harga.
Adanya pemegang saham institusional memiliki arti penting dalam
memonitor manajemen. Dengan adanya kepemilikan oleh institusional seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan
oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan
ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Apabila pemilik institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka
mereka akan menjual sahamnya ke pasar.
Perubahan perilaku pemilik institusional dari pasif menjadi aktif
dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak
lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Kondisi ini akan memotivasi
pemilik institusional untuk lebih serius dalam mengawasi maupun mengoreksi
semua perilaku manajer dan memperpanjang jangka waktu investasi.
Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara
memberikan masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer
dalam menjalankan usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh pemilik
institusional akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih
efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan
mengurangi biaya agen.
Dengan adanya beberapa kelebihan yang dimiliki, investor
institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba
dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih
professional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih
kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena
mereka memiliki tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari
semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh korporasi maka semakin
kecil kemungkinan terjadi manajemen laba.
2.1.1.2 Kepemilikan Institusional Asing
Struktur kepemilikan dalam perusahaan tersusun atas pihak insiders
(manajer dan direktur) atau outsiders (pihak asing, restitusi, dan pemilik
dana). Kepemilikan asing (foreign ownership) adalah proporsi kepemilikan
saham perusahaan oleh investor asing memalui pembelian langsung pada
perusahaan maupun melalui Bursa Efek. Kepemilikan asing dalam
perusahaan baik institusi maupun individual dianggap sebagai suatu hal yang
penting. Hal ini dikarenakan pembelian saham oleh pihak asing
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan pendapatan
yang stabil sehingga menjadi incaran bagi investor lain untuk berinvestasi.
Keadaan demikian ini memungkinkan harga saham perusahaan akan
mengalami peningkatan sehingga akan meningkatkan pula kinerja perusahaan.
Selain itu, keuntungan dari pihak asing sebagai pemegang saham adalah
mereka dapat mempengaruhi keputusan manajemen perusahaan, termasuk
dalam harga saham perusahaan.
Secara tidak langsung, pemegang saham pihak asing akan ikut
memonitoring atas naik turunnya harga saham yang nantinya akan
mencerminkan juga naik turunnya nilai perusahaan. Pengawasan oleh investor
domestik masih bersifat lemah dibandingkan dengan pengawasan oleh
Dengan adanya kepemilikan asing, maka perusahaan menjadi lebih
produktif dan lebih mengutamakan capital intensive sehingga mampu
menggaji karyawannya dengan tingkat upah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan domestik.
Kepemilikan saham oleh pihak asing dapat dihitung sebagai rasio
jumlah saham biasa yang dimiliki oleh investor asing pada akhir tahun
terhadap jumlah saham biasa yang beredar pada akhir tahun.
2.1.1.3 Peraturan Kepemilikan Asing
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 1055/KMK.013.1989
tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal tertanggal
16 September 1989 menjadi permulaan bagi pemodal asing untuk ikut
berpartisipasi di pasar modal Indonesia melalui kepemilikan saham. Dalam
peraturan ini, yang dimaksud dengan pemodal asing adalah perorangan warga
negara asing, badan hukum asing dan pemerintah asing serta
bagian-bagiannya.
KMK menyebutkan bahwa pemodal asing dapat membeli saham
maksimal 49% (empat puluh sembilan perseratus) saham yang tercatat di
bursa efek dan bursa pararel, kecuali untuk saham yang diemisikan oleh bank
swasta. Batasan kepemilikan saham oleh pemodal asing dilakukan melalui
perorangan dan badan hukum Indonesia yang bertindak untuk kepentingan
maupun saham yang tercatat di pasar perdana, bursa efek maupun bursa
pararel.
KMK Nomor 1055/KMK.013.1989 tersebut akhirnya dicabut dengan
dikeluarkannya KMK Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham
oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal. Hal ini menunjukkan lahirnya
liberalisasi total (tidak ada batasan) pembelian saham oleh pemodal asing
melalui pasar modal dan bursa efek. Berlakunya Undang-Undang (UU)
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menjadi pertimbangan dalam
ketentuan pencabutan tersebut.
KMK Nomor 179/KMK.01/2003 tentang Kepemilikan Saham dan
Permodalan Perusahaan Efek tertanggal 5 Mei 2003 dalam Pasal 2 ayat 1
menyebutkan bahwa saham perusahaan efek patungan dapat dimiliki oleh
badan hukum asing yang bergerak di bidang keuangan selain sekuritas
maksimal 85% (delapan puluh lima perseratus) dari modal disetor. Sedangkan
Pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa saham perusahaan efek patungan dapat
dimiliki oleh badan hukum asing yang bergerak di bidang sekuritas yang telah
memperoleh izin atau di bawah pengawasan regulator pasar modal di negara
asalnya maksimal 99% (sembilan puluh sembilan perseratus) dari modal
disetor.
Diberlakukannya peraturan ini menunjukkan bahwa ketentuan di
pasar modal memperbolehkan pihak asing membeli hampir 100% saham
perusahaan. Hal ini menjadi kabar baik bagi pemodal asing yang ingin
perusahaan Indonesia, dengan kata lain memiliki hampir keseluruhan
kepemilikan saham perusahaan.
2.1.1.4 Kepemilikan Institusional Domestik
Teori Ekonomi Neoklasik (John Nellis, 1994) mengatakan bahwa
hubungan antara kepemilikan dan kinerja adalah insubstansial karena efisiensi
umumnya dipandang sebagai suatu fungsi dari struktur pasar dan struktur
insentif. Menurut teori ini, terdapat perbedaan yang kecil apakah perusahaan
itu dimiliki oleh swasta (kepemilikan swasta) atau negara (kepemilikan
pemerintah), sepanjang:
1. Beroperasi dalam suatu pasar yang kompetitif tanpa adanya batasan
untuk masuk maupun keluar.
2. Pemilik menginstruksikan manajemen untuk mengikuti sinyal yang
sudah disediakan oleh pasar, dan memberikan mereka suatu otonomi
untuk melakukannya.
3. Manajemen diberi sanksi dan atas hukuman atas dasar kinerja.
Menurut Nellis (1994) ada sejumlah poin amandemen untuk
penjelasan Neoklasik yang mencoba membangun suatu penjelasan hubungan
antara kepemilikan dan efisiensi. Ini umumnya datang dari teori public choice,
dari literatur tentang principal and agent. Secara operasionalnya alasan ini
mengatakan bahwa pemilik swasta akan menghasilkan efisiensi yang lebih
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989
yang dimaksud perusahaan pemerintah atau BUMN (sektor publik) adalah:
1. Badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara (pasal 1 ayat
2a).
2. Badan usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara tetapi
statusnya disamakan dengan BUMN (pasal 1 ayat 2b) yaitu,
BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan
pemerintah daerah, BUMN yang merupakan patungan antara
pemerintah dengan BUMN lainnya, dan BUMN yang merupakan
badan usaha patungan dengan swasta nasional atau asing namun
negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.
Perusahaan pemerintah disebut juga public enterprise. Dengan
demikian perusahaan pemerintah berisikan dua elemen yaitu unsur pemerintah
(public) dan unsur bisnis (enterprise). Kepemilikan pemerintah pada
perusahaan pemerintah (persero) dapat mengganggu penegakan prinsip good
corporate governance dan dapat mengakibatkan pengambilan keputusan
bisnis yang tidak menguntungkan. Selain itu, perusahaan pemerintah yang
cenderung tidak efisien dan efektif dalam penggunaan sumber daya
ekonomisnya, dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan.
Perusahaan swasta (sektor privat) yaitu, perusahaan yang dikelola
oleh pihak swasta atas modal seluruhnya milik swasta. Perusahaan swasta
Ditinjau dari segi proporsi kepemilikan modal, perusahaan swasta
dapat dibagi menjadi empat jenis (Anoraga, 1995), yaitu:
1. Perusahaan perorangan, perusahaan yang dijalankandan dimodali
oleh satu orang sebagai pemilik dan penanggung jawab. Hutang
dan kekayaan perusahaan pemilik menjadi jaminan perusahaan.
Badan usaha ini tidak perlu berbadan hukum.
2. Perusahaan persekutuan (partnership), merupakan perusahaan
yang memiliki 2 pemodal atau lebih. Ada tiga bentuk perusahaan
persekutuan, yaitu (1) Perseroan (Maatschap), (2) Firma, dan (3)
CV (Comanditer Veenonscaft).
3. Perusahaan perseroan, merupakan badan usaha dan besarnya
modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan
perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan,
sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Dalam menjalankan
usahanya, modal perusahaan terdiri dari saham-saham yang dapat
diperjualbelikan di dalam bursa efek.
4. Yayasan, yaitu suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan
tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Didirikan
dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan
dalam undang-undang.
Perusahaan pemerintah memiliki keunggulan dibandingkan dengan
produksi. Dengan kemudahan memperoleh input produksi tersebut, akan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan pemerintah.
Di sisi lain, perusahaan swasta memiliki keunggulan dalam
penerapan good corporate governance. Perusahaan swasta juga cenderung
memiliki kinerja tinggi karena memiliki kualitas manajemen yang lebih tinggi,
lebih berhati-hati dalam menggunakan modal perusahaan, dan tidak adanya
campur tangan politik yang menyebabkan kurangnya efisiensi dalam
perusahaan pemerintah, seperti overstaffing, undercapitalization, plant
location,dan sebagainya.
2.2 Kinerja Perusahaan
Analisis terhadap kinerja manajemen perusahaan secara umum
berkaitan dengan usaha-usaha manajemen perusahaan untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan sebagai lembaga berorientasi pada
keuntungan adalah memberikan kesejahteraan kepada para pemilik atau
pemegang saham perusahaan. Dalam usaha manajemen untuk mencapai tujuan
tersebut, para manajer keuangan perusahaan memiliki peran penting dalam
pengelolaan aktiva perusahaan. Para manajer keuangan mengambil
kebijakan-kebijakan tentang aktiva apa saja yang diperlukan oleh perusahaan, bagaimana
cara perusahaan membiayai pengadaan aktiva tersebut, serta bagaimana cara
perusahaan mengelola sumber daya-sumber daya yang telah ada di
kebijakan keuangan yang optimal, maka tindakan tersebut cukup membantu
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kinerja adalah hasil dari pemanfaatan secara baik atas sumber daya
yang ada dan sekaligus mencerminkan seberapa jauh sebuah keberhasilan
tercapai atau hasil kerja, secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh
seorang pegawai atau perusahaan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Definisi dari kinerja perusahaan iti
sendiri adalah hasil dari beberapa keputusan individu yang dibuat
terus-menerus oleh manajemen. Jadi hasil dari beberapa keputusan yang dibuat
secara kontinyu tersebut pada akhirnya dapat dilihat dampaknya pada laporan
keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi
keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
Brealey and Myers (2000:675) menyebutkan 4 jenis rasio keuangan
yaitu:
1. Rasio leverage, menunjukkan berapa banyak perusahaan menggunakan
hutang.
2. Rasio liquiditas, mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas perusahaan.
3. Rasio profitabilitas, digunakan untuk menilai apakah perusahaan efisien
dalam menggunakan aktiva yang dimiliki.
4. Rasio nilai pasar, menunjukkan berapa besar nilai perusahaan di mata para
Mengungkapkan kinerja perusahaan dengan menggunakan analisis
rasio keuangan merupakan cara dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Rasio yang biasa digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan profit adalah rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu margins dan returns. Rasio pada
margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengolah pendapatan
penjualan melalui berbagai tahap. Sedangkan rasio pada return menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mengukur tingkat efisiensi perusahaan untuk
menghasilkan laba. Beberapa rasio-rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
1. ROA (Return On Assets)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini mencoba
mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan.
Manajemen perlu mengetahui hasil pengembalian operasi atas sumber
daya yang telah digunakan. Weston and Copeland (1997:240)
ROA memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan mengkonversi
uang yang diinvestasi kedalam laba bersih. Semakin tinggi angka ROA
semakin baik karena semakin besar laba yang diperoleh perusahaan dari
seluruh dana yang diinvestasikan.
2. ROE (Return On Equity)
ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
perusahaan menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan dalam
perusahaan. Menurut Bodie et. al. (2001:447), ROE adalah rasio laba
bersih terhadap modal saham. ROE merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat hasil investasi yang dilakukan investor
dengan membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri. Menurut
Munawir (2002:240), ROE adalah rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan modal sendiri.
ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan modal sendiri, sehingga ROE disebut rentabilitas modal sendiri
(Sutrisno, 2000:267). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dengan menggukan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih. Artinya
investor dapat mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan
dibandingkan dengan modal sendiri. Menurut Hanafi dan Halim
(1996:85), rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham. ROE juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal sendiri yang dioperasikan dalam perusahaan. Semakin
efisien penggunaan modal, maka semakin tinggi laba bersih yang
dihasilkan.
Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan, maka semakin besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin rendah nilai
ROE suatu perusahaan, maka semakin kecil kemampuan perusahaan
3. OPM (Operating Profit Margin)
OPM atau disebut juga margin operasi, margin laba usaha, Return On
Sales (ROS) adalah rasio dari setiap hasil sisa penjualan bersih sesudah
dikurangi semua beban dan pengeluaran lain kecuali bunga dan pajak; atau
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Marjin laba
operasi digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan yang diperoleh
sebelum pajak dan biaya tidak langsung lainnya, seperti biaya sewa, biaya
bunga, dan sebagainya. Biasanya OPM disajikan dalam bentuk persentase.
Operating income sering kali disebut sebagai EBIT (Earnings Before
Interest and Taxes).
OPM memberikan pemilik perusahaan banyak sekali informasi penting
mengenai profitabilitas perusahaan, terutama yang berkaitan dengan
kontrol akan biaya. OPM memberikan gambaran seberapa banyak uang
yang dikeluarkan setelah sebagian besar biaya yang telah dikeluarkan.
Semakin tinggi nilai OPM suatu perusahaan semakin baik, karena ini
berarti bahwa perusahaan memiliki kontrol biaya yang baik dan/atau
penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang telah
dikeluarkan perusahaan, dimana ini merupakan kondisi optimal bagi
perusahaan. Nilai OPM yang tinggi pada suatu perusahaan, biasanya
2.3 Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian sebelumnya dan baru-baru ini menghasilkan
kesimpulan bahwa Multinational Enterprises (MNE) atau Multinational
Corporation (MNC) memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan lokal. Karena itu, kepemilikan asing memiliki pengaruh yang
positif pada kinerja perusahaan.
Penelitian pada perusahaan yang berada di negara maju dengan
struktur kepemilikan asing, Goethals dan Ooghe (1997; Nurhan, Sayim, and
Yalama, 2007) melakukan penelitian untuk menginvestigasi kinerja 25
perusahaan lokal Belgia dan 50 perusahaan asing, dimana perusahaan asing
tersebut merupakan perusahaan lokal Belgia yang di ambil alih oleh pihak
asing. Hasil studi menunjukkan bahwa pengambilalihan oleh pihak asing
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dengan menggunakan
analisis regresi.
Meskipun telah banyak disetujui bahwa perusahaan dengan
kepemilikan asing dan Multinational Enterprises (MNE) memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan perusahaan lokal, ada beberapa penelitian yang
memiliki hasil yang bertentangan. Kim dan Lyn (1990; Nurhan, Sayim, and
Yalama, 2007) melakukan penelitian untuk mengevaluasi kinerja MNE yang
beroperasi di Amerika Serikat dengan menggunakan t-test dan analisis regresi.
Sampel yang digunakan adalah 54 perusahaan asing terbesar yang beroperasi
pertambangan, 29 perusahaan bergerak dibidang manufaktur, dan 16
perusahaan dibidang industri lain-lain. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa perusahaan dengan kepemilikan asing yang beroperasi di Amerika
Serikat memiliki tingkat keuntungan yang rendah dibandingkan dengan
perusahaan lokal yang dipilih secara acak. Hal ini dapat disebabkan karena
perusahaan lokal di Amerika Serikat lebih berorientasi pada iklan dan kurang
memfokuskan pada penelitian dan pengembangan produk dibandingkan
perusahaan dengan kepemilikan asing.
Penelitian lain dilakukan oleh Douma et al. (2003; Nurhan, Sayim,
and Yalama, 2007) di negara berkembang yang menguji efek dari kepemilikan
asing terhadap kinerja pada 1005 perusahaan yang beroperasi di India dalam
kurun waktu 1999-2000 dengan menggunakan metode regresi. Hasilnya
kepemilikan asing memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Studi lain mengenai kinerja perusahaan asing di Turki oleh Gunduz
dan Tatoglu (2003). Dengan menggunakan metode ANOVA untuk meneliti
pengaruh kepemilikan asing terhadap kinerja perusahaan pada 202 perusahaan
non-keuangan yang yang terdaftar di ISE (Istanbul Stock Exchange) di tahun
1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan
asing memiliki kinerja yang lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1. Kinerja ROA perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik
dibandingkan dengan kinerja kepemilikan institusional domestik.
Hipotesis 2. Kinerja ROE perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik
dibandingkan dengan kinerja kepemilikan institusional domestik.
Hipotesis 3. Kinerja OPM perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik
dibandingkan dengan kinerja kepemilikan institusional domestik.
2.5 Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Uji One Sample T-Test. Metode ini digunakan untuk
menguji apakah ada perbedaan kinerja pada rasio Return On Asset (ROA)
perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (ROA1) dan ROA
kepemilikan institusional domestik (ROA2), Return On Equity (ROE)
perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (ROE1) dan ROE
kepemilikan institusional domestik (ROE2), dan Operating Profit Margin
(OPM) perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (OPM1) dan OPM
untuk mengukur perbedaan kinerja antara ROA1 dan ROA2, ROE1 dan ROE2,
dan OPM1 dan OPM2.
2.6 Kerangka Berfikir
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir Hipotesis (2)
Gambar 2.3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, dimana penelitian yang didesain untuk menguji suatu
hipotesis atau hubungan tertentu yang dapat diukur. Pendekatan ini menguji
perbedaan kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
pada klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% dan kepemilikan
institusional domestik non-keuangan yang dihitung dengan menggunakan
rasio ROA, ROE, dan OPM. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan
non-keuangan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indoneisa), yaitu perusahaan
dengan kepemilikan institusional asing dan kepemilikan institusional domestik
di Indonesia.
3.2 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan variabel:
1. Kepemilikan Institusional Asing.
2. ROA (Return on Assets).
3. ROE (Return on Equity).
3.3 Definisi Operasional Variabel
Untuk dapat memperjelas definisi serta memudahkan di dalam
pengukuran terhadap masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional atas variabel-variabel.
a) Kepemilikan institusional asing adalah kepemilikan yang sahamnya
dimiliki oleh pemodal asing. Rasio kepemilikan saham oleh investor asing
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Kepemilikan Asing = ..(3.1)
Keterangan:
Rasio Kepemilikan Asing = Rasio kepemilikan asing
perusahaan i pada tahun t.
Jumlah saham yang dimiliki investor asing = Jumlah saham yang
dimiliki investor perusahaan i pada tahun t.
Jumlah saham yang beredar = Jumlah saham yang
beredar perusahaan i pada tahun t.
Kepemilikan institusional asing pada penelitian ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Perusahaan dengan kepemilikan institusional asing 0-100%, yaitu
klasifikasi perusahaan dengan saham kepemilikan institusional asing
2. Perusahaan dengan kepemilikan institusional asing 25%-100%, yaitu
klasifikasi perusahaan dengan saham kepemilikan institusional asing
antara 25%-100% dalam struktur kepemilikan perusahaan,
3. Perusahaan dengan kepemilikan institusional asing 50%-100%, yaitu
klasifikasi perusahaan dengan saham kepemilikan institusional asing
antara 50%-100% dalam struktur kepemilikan perusahaan,
4. Perusahaan tanpa kepemilikan institusional asing, yaitu klasifikasi
perusahaan yang terdiri dari perusahaan pemerintah dan perusahaan
swasta institusional domestik yang tidak memiliki kepemilikan
institusional asing.
b) Kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio:
1. ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ROA = ……….………….(3.2)
Keterangan:
ROA = ROA perusahaan i pada tahun t.
Net Income = Net income perusahaan i pada tahun t.
2. ROE (Return On Equity) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian saham. Besarnya tingkat ROE yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan menunjukkan seberapa besar laba
yang dihasilkan dalam perusahaan yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
ROE = ……….….………….(3.3)
Keterangan:
ROE = ROE perusahaan i pada tahun t.
Net Income = Net income perusahaan i pada tahun t.
Total Equity = Total assets perusahaan i pada tahun t.
3. OPM (Operating Profit Margin) adalah rasio dari setiap hasil sisa
penjualan bersih sesudah dikurangi semua beban dan pengeluaran lain
kecuali bunga dan pajak; atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap
rupiah penjualan yang dapat dihitung dengan menggunkan rumus:
OPM = ………...………....(3.4)
Keterangan:
OPM = OPM perusahaan i pada tahun t.
Operating Income = Operating Income perusahaan i pada tahun
Operating income sering kali disebut EBIT (Earnings Before Interest
and Taxes), sehingga OPM dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
OPM = ………..(3.5)
Keterangan:
OPM = OPM perusahaan i pada tahun t.
EBIT = EBIT perusahaan i pada tahun t.
Sales Revenue = Sales revenue perusahaan i pada tahun t.
3.4 Teknik Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
periode 2006-2009, yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan
dipublikasikan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu
sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu peneliti. Sampel penelitian
berjumlah 229 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu dari tahun 2006-2009. Daftar
Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan non-keuangan yang tetap terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu dari tahun 2006
sampai dengan 2009.
2. Perusahaan non-keuangan yang memiliki kepemilikan
institusional asing, dengan saham kepemilikan mulai dari 1%
sampai dengan 100%.
3. Perusahaan non-keuangan dengan kepemilikan institusional asing
yang tidak mengalami perubahan komposisi kepemilikan saham
selama periode penelitian atau perubahan yang fluktuatif, yaitu
dari tahun 2006 sampai dengan 2009.
4. Perusahaan non-keuangan yang tidak memiliki kepemilikan
institusional asing, yaitu perusahaan yang terdiri dari perusahaan
pemerintah dan perusahaan swasta institusional domestik.
3.5 Jenis Dan Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber tidak langsung yaitu
Bursa Efek Indonesia, website Bursa Efek Indonesia, dan laporan keuangan
tahunan perusahaan. Data yang diperlukan adalah data yang dihimpun dari
tahun 2006-2009 yang memuat informasi tentang jumlah kepemilikan saham,
Capital Market Directory (ICMD) selama periode penelitian yaitu tahun
2006-2009.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini
menggunakan dua cara, yaitu:
1. Survey Kepustakaan
Survey ini digunakan untuk mempelajari literatur-literatur serta karya
ilmiah yang digunakan untuk memahami permasalahan yang ada dan
untuk mendapatkan alternatif pemecahannya.
2. Survey Lapangan
Survey ini ditunjukkan untuk mendapatkan data kuantitatif dengan
teknik dokumentasi dengan mengambil data dari www.idx.co.id. Data
tersebut diperlukan untuk analisis dengan meneliti hubungannya
terhadap permasalahan dan penetapan teori yang telah dipelajari pada
keadaan yang sesungguhnya yang kemudian diseleksi dan dianalisis
sesuai rencana analisis.
3.7 Tehnik Analisa Data
1. Menghitung rasio kepemilikan saham oleh investor asing dengan
menggunakan persamaan (3.1).
2. Menghitung Return On Assets (ROA) dengan menggunakan persamaan
3. Menghitung Return On Equity (ROE) dengan menggunakan
persamaan (3.3).
4. Menghitung Operating Profit Margin (OPM) dengan menggunakan
persamaan (3.4) atau (3.5).
5. Menguji Hipotesis perbedaan kinerja antara perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing dan kepemilikan institusional domestik
yang dihitung dengan menggunakan rasio ROA pada perusahaan
dengan kepemilikan institusional asing (ROA1) dan ROA pada
kepemilikan institusional domestik (ROA2), rasio ROE pada
perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (ROE1) dan ROE
pada kepemilikan institusional domestik (ROE2), dan rasio OPM pada
perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (OPM1) dan OPM
pada kepemilikan institusional domestik (OPM2) menggunakan Uji
One Sample T-Test.
a. Merumuskan hipotesis sebagai berikut:
- H0 : ROA1 = ROA2, artinya kinerja ROA perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
25-100%, dan 50-100% tidak lebih baik dibandingkan dengan
kepemilikan institusional domestik.
H1 : ROA1 ≠ ROA2, artinya kinerja ROA perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
- H0 : ROE1 = ROE2, artinya kinerja ROE perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
25-100%, dan 50-100% tidak lebih baik dibandingkan dengan
kepemilikan institusional domestik.
H2 : ROE1 ≠ ROE2, artinya kinerja ROE perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
25-100%, dan 50-100% lebih baik dibandingkan dengan
kepemilikan institusional domestik.
- H0 : OPM1 = OPM2, artinya kinerja OPM perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
25-100%, dan 50-100% tidak lebih baik dibandingkan dengan
kepemilikan institusional domestik.
H3 : OPM1 ≠ OPM2, artinya kinerja OPM perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi 0-100%,
25-100%, dan 50-100% lebih baik dibandingkan dengan
kepemilikan institusional domestik.
b. Menentukan besarnya level of significanceyaitu α = 5%.
c. Melakukan uji statistik untuk One Sample T-Test dengan
menggunakan software SPSS 16 windows.
d. Membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi:
Jika Sig > 0.05 artinya H0 diterima, jadi kinerja perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi
dibandingkan dengan kepemilikan institusional
domestik yang dihitung dengan menggunakan
rasio ROA, ROE, dan OPM.
Jika Sig < 0.05 artinya H0 ditolak, jadi kinerja perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing pada klasifikasi
0-100%, 25-0-100%, dan 50-100% lebih baik
dibandingkan dengan kepemilikan institusional
domestik yang dihitung dengan menggunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang terdiri dari 30 klasifikasi industri
dan menunjukkan proporsi jumlah perusahaan dalam masing-masing kelompok
industri yang berada pada lampiran 1.
Pada tahun 2006 tercatat 267 perusahaan non keuangan yang terdaftar,
tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 242 perusahaan dan meningkat
menjadi 264 perusahaan pada tahun 2008, pada tahun 2009 terdapat peningkatan
jumlah perusahaan menjadi 327 perusahaan. Berdasarkan kriteria pemilihan
sampel, perusahaan yang memenuhi syarat sebanyak 229 perusahaan non
keuangan yang tersebar dalam 30 kelompok industri pada tahun 2006 sampai
2009. Daftar nama perusahaan sampel dapat dilihat pada lampiran 2. Sampel
paling banyak adalah perusahaan dalam kelompok industri Others dan Hotel and
Travel Services masing masing berjumlah 21 dan 19 perusahaan. Sampel terkecil
adalah perusahaan dalam kelompok industri Fabricated Metal Products yang
hanya terdiri dari 2 perusahaan.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Return On Assets (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini mencoba mengukur
efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Pada tahun 2007 ROA
mengalami kenaikan sebesar 1,3% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan
sebesar 0,5% dan mengalami kenaikan lagi sebesar 0,2% pada tahun 2009. Naik
turunnya ROA disebabkan oleh tidak stabilnya kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.1
data statistik.
Tabel 4.1
Data Statistik Deskriptif Seluruh Perusahaan Dengan Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik Tahun
2006-2009
pengembalian saham. Besarnya tingkat ROE yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan dalam perusahaan.
ROE perusahaan juga mengikuti ROA pada tahun 2007 mengalami kenaikan
sebesar 3,2% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 6,8% dan
mengalami kenaikan lagi sebesar 2,2% pada tahun 2009. Ini dikarenakan tingkat
4.2.3 Operating Profit Margin (OPM)
OPM adalah rasio dari setiap hasil sisa penjualan bersih sesudah dikurangi
semua beban dan pengeluaran lain kecuali bunga dan pajak atau laba bersih yang
dihasilkan dari setiap penjualan. Pada tahun 2007 OPM perusahaan mengalami
penurunan sebesar 0,7% tidak sejalan dengan ROA atau ROE dan pada tahun
2008 mengalami penurunan kembali sebesar 0,4% dan mengalami kenaikan
sebesar 0,2% pada tahun 2009. Ini bisa dikarenakan penggunaan biaya
operasional perusahaan yang tidak menentu sehingga OPM mengalami keadaan
yang fluktuatif.
4.3 Analisis Model
Penelitian ini menggunakan metode Uji One Sample T-Test untuk melihat
perbedaan kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan institusional asing dan
perusahaan dengan kepemilikan institusional domestik yang ditunjukkan pada
rasio ROA, ROE, dan OPM. Pengujian ini dilakukan pada 229 titik sampel.
4.3.1 Uji Kenormalan Data
Sebelum melakukan pengujian atas hipotesis, maka terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian kenormalan data. Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah
untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam
arti mempunyai distribusi data yang normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Ketentuan pengujian ini adalah
jika probabilitas lebih besar dari level significant (0,05) maka data berdistribusi
Tabel 4.2
kepemilikan 0-100 0,245 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,948 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,283 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,231 0,05 NORMAL
ROE
kepemilikan 0-100 0,056 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,113 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,289 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,087 0,05 NORMAL
OPM
kepemilikan 0-100 0,062 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,309 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,383 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,086 0,05 NORMAL
Tahun 2007
ROA
kepemilikan 0-100 0,107 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,347 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,083 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,052 0,05 NORMAL
ROE
kepemilikan 0-100 0,142 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,055 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,341 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,161 0,05 NORMAL
OPM
kepemilikan 0-100 0,277 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,805 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,920 0,05 NORMAL
Sumber: lampiran 5
Pada tabel uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov diatas semua data ROA,
ROE dan OPM berdistribusi normal mulai tahun 2006 sampai 2009. Ini
ditandakan dengan nilai probabilitas lebih besar dari level signifikan (0,05) maka
data berdistribusi normal.
kepemilikan 0-100 0,054 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,102 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,334 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,143 0,05 NORMAL
ROE
kepemilikan 0-100 0,196 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,303 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,857 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,588 0,05 NORMAL
OPM
kepemilikan 0-100 0,081 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,190 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,702 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,051 0,05 NORMAL
Tahun 2009
ROA
kepemilikan 0-100 0,471 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,172 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,611 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,450 0,05 NORMAL
ROE
kepemilikan 0-100 0,410 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,072 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,611 0,05 NORMAL
non kepemilikan 0,851 0,05 NORMAL
OPM
kepemilikan 0-100 0,107 0,05 NORMAL
kepemilikan 25-100 0,176 0,05 NORMAL
kepemilikan 50-100 0,530 0,05 NORMAL
4.3.2 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik yang Ditunjukkan dengan Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2009
Hasil analisis berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa:
Tabel 4.3
Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan Asing dan Kepemilikan Domestik yang Ditunjukkan dengan Return On Asset (ROA)
Tahun 2006-2009
Standar Deviasi 0,0247 0,0109 0,0131 0,024
T 8,730 3,528 3,959
DF 419 247 139
p value 0,031 0,02 0,04
Sumber : Lampiran 6
Untuk tahun 2006-2009 perusahaan dengan kepemilikan asing (0-100%), H0
ditolak karena p-value (0.031) lebih kecil dari 0,05. Ketika ROA dibandingkan,
ditemukan bahwa ROA perusahaan dengan kepemilikan institusional asing dan
kepemilikan institusional domestik terdapat perbedaan kinerja setelah uji t
dilakukan. Sesuai dengan analisis, ROA pada perusahaan dengan kepemilikan
institusional asing dengan nilai 5,82%, lebih tinggi daripada ROA kepemilikan
institusional domestik dengan nilai 3,27%.
ROA perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (25-100%)
kepemilikan institusional asing 4,88% lebih tinggi daripada ROA kepemilikan
institusional domestik dengan nilai 3,27%.
Sedangkan untuk ROA perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
(50-100%) terdapat perbedaan kinerja dengan kepemilikan institusional domestik,
H0 juga ditolak karena p-value lebih kecil (0.04) dari 0,05. ROA pada perusahaan
dengan kepemilikan institusional asing 3,93% lebih tinggi daripada ROA
kepemilikan institusional domestik dengan nilai 3,27%.
4.3.3 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik yang Ditunjukkan dengan Return On Equity (ROE) Tahun 2006-2009
Hasil analisis berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa:
Tabel 4.4
Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan Asing dan Kepemilikan Domestik yang Ditunjukkan dengan Return On Equity (ROE)
Tahun 2006-2009
Standar Deviasi 0,0773 0,0281 0,0306 0,0444
T 5,224 6,051 4,294
DF 419 247 139
p value 0,000 0,003 0,001
Sumber: lampiran 6
Untuk tahun 2006-2009 perusahaan dengan kepemilikan asing (0-100%), H0
ditolak karena p-value (0.000) lebih kecil dari 0,05. Ketika ROE dibandingkan,
kepemilikan institusional domestik terdapat perbedaan kinerja setelah uji t
dilakukan. Sesuai dengan analisis, ROE pada perusahaan dengan kepemilikan
institusional asing dengan nilai 30,33%, lebih tinggi daripada ROE kepemilikan
institusional domestik dengan nilai 7,16%.
ROE perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (25-100%)
terdapat perbedaan kinerja dengan kepemilikan institusional domestik, H0 juga
ditolak karena p-value lebih kecil (0.003) dari 0,05. ROE pada perusahaan dengan
kepemilikan institusional asing 7,31% lebih tinggi daripada ROE kepemilikan
institusional domestik dengan nilai 7,16%.
Sedangkan ROE perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
(50-100%) terdapat perbedaan kinerja dengan kepemilikan institusional domestik, H0
juga ditolak karena p-value lebih kecil (0.001) dari 0,05. ROE pada perusahaan
dengan kepemilikan institusional asing 8,43% lebih tinggi daripada ROE
4.3.4 Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional Asing dan Kepemilikan Institusional Domestik yang Ditunjukkan dengan Operating Profit Margin (OPM) Tahun 2006-2009
Hasil analisis berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa:
Tabel 4.5
Perbedaan Kinerja Antara Perusahaan dengan Kepemilikan Asing dan Kepemilikan Domestik yang Ditunjukkan dengan Operating Profit Margin
(OPM) Tahun 2006-2009
Standar Deviasi 0,08762 0,06462 0,06214 0,06541
T 14,797 10,796 8,083
DF 419 247 139
p value 0,000 0,000 0,000
Sumber: lampiran 6
Untuk tahun 2006-2009 perusahaan dengan kepemilikan asing (0-100%), H0
ditolak karena p-value (0.000) lebih kecil dari 0,05. Ketika OPM dibandingkan,
ditemukan bahwa OPM perusahaan dengan kepemilikan institusional asing dan
kepemilikan institusional domestik terdapat perbedaan kinerja setelah uji t
dilakukan. Sesuai dengan analisis, OPM pada perusahaan dengan kepemilikan
institusional asing dengan nilai 12,13%, lebih tinggi daripada OPM kepemilikan
institusional domestik dengan nilai 8,23%.
OPM perusahaan dengan kepemilikan institusional asing (25-100%)
terdapat perbedaan kinerja dengan kepemilikan institusional domestik, H0 juga
kepemilikan institusional asing 9,43% lebih tinggi daripada OPM kepemilikan
institusional domestik dengan nilai 8,23%.
Sedangkan OPM perusahaan dengan kepemilikan institusional asing
(50-100%) terdapat perbedaan kinerja dengan kepemilikan institusional domestik, H0
juga ditolak karena p-value lebih kecil (0.000) dari 0,05. OPM pada perusahaan
dengan kepemilikan institusional asing 9,09% lebih tinggi daripada OPM
kepemilikan institusional domestik dengan nilai 8,23%.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menghitung ROA,
ROE, dan OPM perusahaan dengan kepemilikan institusional asing dan
kepemilikan institusional domestik diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Kinerja ROA perusahaan dengan kepemilikan institusional asing pada
klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik dibandingkan dengan
kinerja kepemilikan institusional domestik.
2. Kinerja ROE perusahaan dengan kepemilikan institusional asing pada
klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik dibandingkan dengan
kinerja kepemilikan institusional domestik.
3. Kinerja OPM perusahaan dengan kepemilikan institusional asing pada
klasifikasi 0-100%, 25-100%, dan 50-100% lebih baik dibandingkan dengan
kinerja kepemilikan institusional domestik.
Dari hasil pembuktian hipotesis yang pertama dapat dijelaskan bahwa