EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
YANG DITULARKAN VEKTOR
DAN SURVEILANS
Oleh:
Abdiana, SKM,M.Epid
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
frekuensi, distribusi masalah kesehatan dan frekuensi, distribusi masalah kesehatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
DEFINISI VEKTOR
DEFINISI VEKTOR
Vektor adalah serangga penular penyakit yang Vektor adalah serangga penular penyakit yang
Definisi Epidemiologi Penyakit Vektor
Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan distribusi serta faktor-faktor yang
distribusi serta faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit yang mempengaruhi timbulnya penyakit yang
ditularkan oleh vektor yang terjadi pada ditularkan oleh vektor yang terjadi pada manusia.
Epidemiologi Penyakit yang
ditularkan Vektor
• Frekwensi
Besarnya masalah penyakit yang ditularkan oleh vektor yang terdpt pd seklpk manusia
• Distribusi
Penyebaran penyakit yang ditularkan vektor menurut ciri2 orang, tempat dan waktu.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
Tujuan Epidemiologi
Penyakit yang ditularkan oleh vektor
• Mengumpulkan fakta data ttg berbagai penyakit yg
ditularkan vektor
• Menjelaskan penyb penyakit yang ditularkan vektor • Menemukan/merencanakan pemecahan masalah penyakit
yang ditularkan vektor serta mengevaluasi aktivitas pelaksanaan.
• Mengambarkan status kesehatan penduduk utk
menetapkan prioritas masalh penyakit yg ditularkan vektor dlm perencanaan.
• Mengembangkan sistim pengendalian dan pemberantasan
Jenis Vektor
1. Nyamuk
2. Lalat
3. Kutu, tungau
Peranan Vektor
• Vektor aktif
• Vektor pasif
Secara Ilmiah dpt dibuktikan bhw dalam tubuh vektor ada agen patogen dan dpt
Penyakit Bawaan Vektor
Penyakit Penyebab Vektor
Malaria Plasmodium Anopheles
DHF Virus DHF Aedes aegypty
Toxoplasmosis Toxoxplasma Ctenochepalides felis
Pemberantasan Vektor
• Memutus daur hidup
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DBD
PERKEMBANGAN PENYAKIT DBD (1)
• Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di
daerah tropis dan sub-tropis
• Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya
• Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
PERKEMBANGAN PENYAKIT DBD (2)
• Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali
ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat
ETIOLOGI
• Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue
dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk.
• Famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
FREKWENSI DBD
• Di Indonesia Sejak tahun 1968 telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD.
• Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai
tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD.
• Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah
Angka Insiden DBD per 100.000
Penduduk di Indonesia Tahun
1968 – 2009
Lima provinsi tertinggi Angka Insiden
DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia
ANGKA KEMATIAN
• Angka Kematian /Case Fatality Rate (CFR)
ANGKA KEMATIAN DBD BERDASARKAN
PROVINSI
• Pada tahun 2009, provinsi dengan AK tertinggi
adalah
Bangka Belitung (4,58%) Bengkulu (3,08%)
Gorontalo (2,2%)
• sedangkan AK yang paling rendah adalah
Sulawesi Barat (0%),
DISTRIBUSI BERDASARKAN UMUR
• Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok
umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur <15 tahun,
• Tahun 1999 - 2009 kelompok umur terbesar
DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS
KELAMIN
• Jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki
DISTRIBUSI BERDASARKAN WAKTU
• Perubahan iklim dapat memperpanjang masa
penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor.
• Berdasarkan pengamatan terhadap ICH yang
dihubungkan dengan kenaikan jumlah kasus DBD, maka pada daerah dengan ICH tinggi perlu kewaspadaan sepanjang tahun.
• sedangkan daerah yang terdapat musim
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• faktor perilaku dan partisipasi masyarakat
yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
• Faktor pertambahan jumlah penduduk dan
• Penyebab: Plasmodium - Plasmodium malaria
- Plasmodium Falciparum - Plasmodium ovale
- Plasmodium vivax
Epidemiologi
• Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh
provinsi di Indonesia.
• Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi
wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi.
• stratifikasi sedang di beberapa wilayah di
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera
• sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam
Epidemiologi
• API dari tahun 2008 – 2009 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000 penduduk. Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009
API per 100.000 penduduk per
provinsi thn 2009
DISTRIBUSI BERDSARKAN UMUR (1)
Menurut karakteristik umur
• Point prevalence paling tinggi adalah pada
umur 5-9 tahun (0,9%),
• kemudian pada kelompok umur 1-4 tahun (0,8%) • dan paling rendah pada umur <1 tahun
(0,3%).
• Sedangkan menurut period prevalence,
prevalens paling tinggi adalah pada kelompok umur >15 tahun (10,8%),
• nomor dua paling tinggi pada kelompok umur 1-4
tahun (10,7%)
DISTRIBUSI BERDSARKAN UMUR (2)
• Data diatas tampak kecenderungan kelompok
yang berisiko tinggi terkena malaria
bergeser dari usia >15 tahun ke usia 1-4 tahun.
• Oleh karena itu perlu intervensi pencegahan
malaria pada usia 1-4 tahun, memperkuat promosi anak dibawah lima tahun tidur dibawah kelambu berinsektisida serta
DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS
KELAMIN
• Untuk karakteristik jenis kelamin, tempat
tinggal, pendidikan dan pekerjaan, point prevalensi dan period prevalensi hampir sama.
• Pada point prevalensi, prevalensi pada
laki-laki sama dengan perempuan (0,6%), di perdesaan (0,8%) dua kali prevalensi di
DISTRIBUSI BERDASARKAN
PENDIDIKAN
• Pendidikan tidak tamat SD (0,7%) • Tidak pernah sekolah (0,8%)
DISTRIBUSI BERDASARKAN
PEKERJAAN
• Kelompok “sekolah” dan petani/nelayan/buruh
merupakan kelompok pekerjaan yang tertinggi prevalensinya (masing-masing 0,7%).
• Kelompok yang paling rendah adalah Pegawai/
Point Prevalent Malaria Berdasarkan
DistribusiKarakteristik Responden
Kebiasaan Hidup (1)
• Menurut tempat berkembang biak, vektor
malaria dapat dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu
• berkembang biak di persawahan, • perbukitan/hutan dan
Kebiasaan Hidup (2)
• Berkembang biak di daerah persawahan adalah An.
aconitus, An. Annullaris, An. barbirostris, An. kochi, An karwari, An.nigerrimus, An.sinensis, An.tesellatus, An.Vagus, An. letifer.
• Vektor malaria yang berkembang biak di
perbukitan/hutan adalah An.balabacensis, An.bancrofti, An.punculatus, An.Umbrosus.
• Berkembang didaerah pantai/aliran sungai jenis
vekor malaria adalah An.flavirostris, An.Koliensis, An.ludlowi, An.minimus,
Kebiasaan Hidup (3)
• Waktu aktivitas menggigit vektor malaria yang sudah
diketahui yaitu
• jam 17.00-18.00, sebelum jam 24 (20.00-23.00),
sete-lah jam 24 (00.00-4.00).
• Vektor malaria yang aktivitas menggigitnya jam
17.00-18.00 adalah An.tesselatus
• sebelum jam 24 adalah An.Aconitus, An.annullaris,
An.barbirostris, An.kochi, An.sinensis, An.Vagus
• sedangkan yang menggigit setelah jam 24 adalah
UPAYA PENGENDALIAN
ETIOLOGI
• Filariasis disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
• Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh
jenis spesies nyamuk.
• Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih
dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis yang terdiri dari genus
FREKWENSI FILARIASIS
• Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga
provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah
Nanggroe Aceh Darussalam (2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang)
Papua (1.158 orang).
• Tiga provinsi dengan kasus terendah adalah
• Bali (18 orang)
PENDERITA FILARIASIS PER
PROVINSI TAHUN 2009
DISTRIBUSI
• Distribusi daerah endemis ditentukan
berdasarkan hasil survei jari terhadap mikrofilaria di setiap kabupaten.
• Dari seluruh kabupaten yang disurvei,
dihitung mikrofilaria ratenya.
• Mikrofilaria rate tersebut menggambarkan
prevalensi orang yang dalam pemeriksaan darah tusuk jari mengandung mikrofilaria dibandingkan dengan jumlah orang yang
Kebiasaan Hidup
• Berkembang didaerah genangan air kotor,
disalu.pembuangan, tangki dan bermacam-macam wadah.
• Nyamuk mengigit manusia di dlm dan diluar
DEFINISI
Tujuan Surveilans Epidemiologis
(menurut WHO, 2002)
1. Memprediksi dan mendeteksi dini Epidemi (Outbreak).
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit.
3. Sebagai sumber informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi, dan alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan penyakit Endemis dan mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
Surveilans beralasan untuk dilakukan
jika dilatari oleh kondisi – kondisi
berikut ( WHO, 2002 ) :
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi, sehingga merupakan masalah penting kesehatan masyarakat.
2. Data yang relevan mudah diperoleh
Ruang Lingkup Surveilans
Epidemiologi
• SE Penyakit Menular : mrp analisis terus
menerus & sistematis thd penyakit & faktor risiko utk mendukung upaya PPM
• SE Penyakit Tidak Menular
• SE Kesling & Perilaku (mendukung program
penyehatan lingkungan)
• SE Masalah Kesehatan (mendukung program2
kesehatan tertentu)
• SE Kesehatan Matra (kesh haji, udara,keracunan,
Kegiatan Pokok Surveilans
1. Pengumpulan Data
2. Penglahan Data
3. Analisis Data dan Interpretasi Data
Surveilans Ada 2:
1. Surveilans Aktif
Alur penyampaian informasi &
umpan balik
PUSAT WHO
PROVINSI
KAB
RS PUSKESMAS
Referensi
• Azrul, Azwar. 2000. Pengantar Epidemiologi.
• Heru subaris K, 2008. Intisari Epidemiolodi
• Depkes, 2010. Malaria di Indonesia
• Depkes, 2010. DBD di Indonesia
• Martadinata, Peranan vektor.