• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang - PROFILE LEARNING STYLE UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang - PROFILE LEARNING STYLE UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PROFILE LEARNING STYLE UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR

PROFILE LEARNING STYLE

FOR LEARNING STRATEGY DEVELOPMENT

Muh. Arief Sumantri (muhammad.arief.sumantri-2016@psikologi.unair.ac.id)

Ajeng Okvita Larasati (ajeng.okvita.larasati-2016@psikologi.unair.ac.id)

Wuryaning Hendri Hastuti (wuryaning.hendri.hastuti-2016@psikologi.unair.ac.id)

Airlangga University Researcher of Psychologycal Science

Abstract.

Learning styles are closely related to a person's person who is influenced by their nature,

experience, education, and history of development.This study aims to find and describe Learning Style

owned by students. Type of research used is descriptive research using a quantitative approach.

Population in this research is all postgraduate student psychology of Airlangga University of year

2016/2017. Data analysis used is descriptive analysis method where from the data that have been

collected then classified in the form of numbers and declared in words in the form of sentence.

The results showed that in general, students have a tendency of Visual and Auditory learning style

which has equal number and percentage of a 38%, then kinesthetic learning style with a percentage of

24%.For male gender dominated by Auditory learning style with a percentage of 50%, women are

dominated by Visual learning style with a percentage of 47%. In terms of specialization, community &

Development Psychology concentration is dominated by learning style with percentage 67%, Educational

Psychology is dominated by Visual learning style with 46% percentage.

Some of the benefits of understanding learning styles include maximizing learning potential,

developing efficient and effective learning strategies, increasing self-esteemget insights into strengths and

weaknesses, learn how to enjoy learning deeper, develop motivation to learn, and learn how to maximize

ability and skills naturally.

Keywords: Learning style, postgraduate student psychology

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya belajar (

learning style

) terdiri atas

dua kata yaitu

gaya

dan

belajar.

Dalam

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(2008),

gaya

merupakan tingkah laku, gerak gerik, serta sikap

sedangkan

belajar

adalah

upaya

untuk

memperoleh kepandaian maupun menuntut ilmu.

Gaya belajar menurut Visser

et al.

(2006) mengacu pada pendekatan yang

lebih disukai seseorang dalam belajar guna

mencapai hasil belajar yang optimal. Charles

E. Skinner (1958) di dalam bukunya yang

berjudul

Educational Psychology

mendefini-

sikan pengertian belajar sebagai ”

Learning is a

process of progressive behavior adaptation”

(2)

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif. Kemudian Bobby De Porter

(1992) dalam bukunya yang berjudul

Quantum

Learning

mendefinisikan gaya belajar sebagai “

a

person’s learning style is a combination of how

he or she perceives, then organizes and

processes information

” yang artinya bahwa gaya

belajar seseorang merupakan kombinasi dari

bagaimana dia menyerap kemudian setelah itu

mengatur serta mengolah informasi.

Dalam Islam (Tohirin, 2006) adalah

suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk terus

belajar ataupun menuntut ilmu, sebagaimana

firman Allah:

“Dan tidak sepantasnya orang-orang

mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara

mereka

beberapa

orang

untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama dan untuk memberi peringa- tan kepada

kaumnya

apabila

mereka

telah

kembali

kepadanya, supaya mereka dapat menjaga

dirinya” (At-Taubah/9 :122).

Ayat

diatas

menunjukkan

bahwa

memiliki ilmu pengetahuan merupakan hal yang

penting dan alat untuk memperoleh hal tersebut

adalah dengan cara belajar. Ajaran Islam telah

menganjurkan (Tohirin, 2006) agar manusia

menggunakan potensi-potensi atau organ

psiko-psikis, seperti akal, indera penglihatan, dan

pendengaran untuk mela- kukan kegiatan

belajar. Sebagai alat belajar, akal merupakan

potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis

yang kompleks untuk

menyerap,

mengolah,

menyimpan,

serta

memproduksi kembali item-item informasi dan

ilmu pengetahuan. Kemudian, mata dan telinga

merupakan alat fisik yang berguna untuk

menerima informasi visual maupun informasi

verbal

Menurut Mulyono (2012) gaya bela- jar

berkaitan erat dengan pribadi seseorang yang

dipengaruhi oleh pembawaan, pengala- man,

pendidikan, serta riwayat perkemba- ngannya.

De Porter & Hernacki (2010), berpendapat

bahwa belajar berproses secara mengalir,

dinamis, penuh resiko, dan meng- gairahkan.

Setiap individu memiliki gaya belajar (

learning

style

) yang berbeda-beda, tidak semua orang

mengikuti yang sama (Mulyono, 2012). Kolb

(2005, dalam Ghufron, 2013) berpendapat

bahwa perbeda- an gaya belajar yang dipilih

oleh individu akan menunjukkan cara tercepat

dan terbaik bagi setiap individu dalam upaya

menyerap sebuah informasi yang datang dari

luar dirinya. Reid (dalam Peacock, 2000)

mengatakan bahwa gaya belajar merupakan

suatu cara yang alami hampir seperti kebiasaan,

dan merupakan cara yang paling disukai oleh

individu dalam menyerap, memproses dan

mempertahankan informasi.

Penelitian Pallapu (2007) berjudul

(3)

semua mahasiswa dengan gaya belajar yang

berbeda-beda untuk dapat belajar dengan lebih

baik. Penelitian dari Garcia,

et al.

(2008)

menyimpulkan bahwa mahasiswa baru yang

belum menerima latihan dan pelajaran dari

pengajar memiliki perbedaan latar belakang

gaya belajar yang berbeda beda.

Dunn & Dunn (2006, dalam Abidin,

2011) menyatakan bahwa dalam berbagai kasus,

seorang peserta didik yang sukses dalam

pelajaran memiliki beberapa gaya belajar yang

berbeda. Oleh para ilmuwan, gaya belajar

digolongkan dalam beberapa macam, misalnya

Honey & Mumford (1992, dalam Duff & Duffy,

2002) membagi gaya belajar menjadi 4 jenis

yaitu:

Gaya Belajar Reflektor

Dalam gaya belajar reflektor, individu akan

lebih memilih untuk berjarak dengan fakta,

fenomena

serta

hal

yang

sedang

dipelajari.Menjembatani dirinya berdasarkan

fakta dan fenomena langsung dilapangan melalui

buku, proses diskusi, saling ber- argumen atau

mengikuti kegiatan seminar. Selain itu juga

memandang suatu informasi dari berbagai sudut

pandang sebelum menyimpulkannya.

Gaya Belajar Teoris

Identik dengan membaca buku, berfikir,

beranalogi dan membandingkan suatu teori

(Ghufron & S. Risnawati, 2013). Walaupun

memiliki kemiripan dengan gaya belajar

Reflektor tetapi individu dengan gaya belajar

teoris memiliki ciri khas pada kegemarannya

menganalisis dan

mensintesis

berdasarkan

penalaran, logika serta teori. Cenderung akan

menolak segala hal yang tidak logis, tidak

objektif dan tidak berdasar-

kan ketentuan tertentu (dalam Victoria & Aryani,

2014).

Gaya Belajar Aktivis

Memiliki

karakteristik

yang

bertolak

belakang dengan gaya belajar Reflektor, selalu

ingin terlibat langsung serta berdasar- kan fakta

dalam

mempelajari

fenomena.

Menyukai

eksperimen, simulasi, studi kasus serta sangat

antusias, berfikiran terbuka serta tidak skeptis

seperti individu dengan gaya belajar Teoris

(Ghufron & S. Risnawati, 2013).

Gaya Belajar Pragmatis

Cenderung bersifat problem solving, praktis

dan oportunis. Selalu berusaha untuk meman

faatkan kesempatan yang ada dan memandang

suatu

masalah

sebagai

sebuah

tantangan

bukannya sebagai beban. Seperti halnya individu

gaya belajar aktivis, gaya belajar pragmatis

menyukai keterlibatan langsung seperti kerja

lapangan, praktik laboraturium & observasi

(Ghufron & S. Risnawati, 2013).

Grinder sendiri (dalam De Porter &

Hernacki, 2004) membagi learning style (gaya

belajar) ke dalam 3 jenis yaitu:

Gaya Belajar Visual (Visual Learning)

Visual Learning merupakan gaya belajar

yang didominasi dengan cara melihat, mata

mendapatkan peran yang penting. Gaya belajar

ini digunakan untuk memeroleh informasi

seperti melihat gambar, diagram, peta, poster,

grafik, dan sebagainya serta bisa juga dengan

melihat data teks seperti tulisan dan huruf (Nini

Subini, 2001)

Gaya Belajar Auditori

(

Auditory Learning

)

Biasa disebut juga sebagai gaya belajar

pendengar

karena

mengandalkan

proses

(4)

hal-hal yang didengar, juga mengingat sesuatu

dengan cara melihat dari apa yang tersimpan

pada telinganya. Pada umumnya, individu yang

memiliki

gaya

belajar

auditori

senang

mendengarkan ceramah, diskusi, berita radio,

ataupun kaset pembelajaran. Senang belajar

dengan cara mendengarkan dan berinteraksi

dengan orang lain. (Robert Steinbach, 2002)

Gaya Belajar Kinestetik Gaya (Kinesthetic

Learning)

Gaya belajar ini senantiasa mengguna- kan

dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya

dalam proses pembelajaran atau dalam usaha

untuk memahami sesuatu (Suparman S, 2006).

Bagi

kinestetik

kadang

membaca

dan

mendengarkan

merupakan

kegiatan

yang

membosankan, instruksi yang diberikan secara

tertulis maupun lisan sering kali mudah

dilupakan. Kinestetik memiliki kecenderungan

lebih memahami tugasnya bila mereka langsung

mencobanya (Robert Steinbach, 2002).

Setiap

individu

(Mulyono,

2012)

mempunyai learning style yang berbeda.

Menurut Ginnis (2008) perbedaan tersebut

diumpamakan seperti tanda tangan yang khas

bagi dirinya sendiri. Gaya belajar yang satu

tidak dapat dikatakan lebih baik dari gaya

belajar yang lainnya karena setiap gaya belajar

memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing (Felder dan Brent, 2005). Tetapi dengan

memahami learning style (gaya belajar) yang

dimiliki pastinya banyak keuntungan yang dapat

diperoleh oleh masing-masing individu, salah

satunya ialah berguna untuk pengembangan

strategi pem- belajaran, agar dalam proses

pembelajaran mampu memproses informasi

dengan lebih efisien dan efektif. Beberapa hasil

penelitian

menunjukkan bahwa gaya belajar secara

signifikan berpengaruh terhadap pemilihan

strategi belajar (Carson & Longhini, dalam

Chang, 2005; Ehrman & Oxford, 1990; Ehrman

& Oxford, 1995; Jie & Xiaoqing, 2006).

METODE

Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, tipe penelitian

yang digunakan adalah penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

.Pendekatan

kuantitatif menurut

Arikunto,

(2006) merupakan pendekatan penelitian yang

dituntut

menggunakan

angka

mulai

dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data

serta penampilan hasilnya. Sedangkan penelitian

deskriptif menurut Jalaluddin Rahmat (2000)

merupakan penelitian yang bertujuan untuk

melukiskan atau untuk menggambarkan secara

sistematis fakta ataupun karakteristik populasi

tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan

cermat dimana dalam penelitian ini tidak

mencari atau menjelaskan hubungan juga tidak

menguji hipotesa ataupun membuat prediksi.

Penelitian

ini

bertujuan

mengetahui,

mendeskripsikan,

dan

memberikan

profil

Learning Syle

(gaya belajar) yang dimiliki

mahasiswa Pascasarjana Magister Psikologi

Universitas Airlangga angkatan tahun 2016/

2017 untuk mengembangkan strategi dalam

pembelajaran.

Variabel

(5)

Style Learning

(Gaya Belajar). Menurut Hadari

Namawi & HM Martini Hadari (1992) variabel

tunggal merupakan variabel yang hanya untuk

mengungkapkan variabel untuk dideskripsikan

unsur atau faktor- faktor dalam setiap gejala

yang termasuk dalam variabel tersebut.

Populasi & Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa pascasarjana magister

psikologi

universitas

airlangga

angkatan

tahun 2016/2017. Populasi berjumlah 21 orang

yang terdiri dari 15 perempuan dan 6 orang

laki-laki dan terbagi dalam dua bidang peminatan

yaitu Psikologi Pendidikan serta Psikologi

Komunitas & Pembangunan.

Tehnik

sampling

yang

digunakan

mengacu pada tabel Isaac & Michael, dimana

peneliti dapat secara langsung menentukan

jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi dan

tingkat kesalahan yang dikehendaki.

Tabel Isaac dan Michael (dalam

Sugiyono, 2016)

sampelnya adalah 19 mahasiswa. Dikarenakan

total populasi yang hanya

bersisa 2 maka peneliti mempertimbangkan

menggunakan keseluruhan jumlah populasi

sebagai sampel yaitu 21 mahasiswa. Penggunaan

keseluruhan jumlah populasi menjadi sampel

disebut tehnik

Sampling Jenuh

yang merupakan

bagian dari

Non Probability Sampling.

Pengumpulan & Teknik Analisis Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode angket berupa kuisioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat

pernyataan

tertulis

kepada

responden untuk kemudian dijawab oleh

responden (Sugiyono, 2011). Angket psikologi

dalam kuisioner ini diadopsi dari kuisioner

standar De Porter & Hernacki (2010) yang

reliabilitasnya telah teruji dan telah digunakan

dalam beberapa penelitian salah satunya oleh

Nugraheni & Nurmala (2006); Fista (2011);

Hamka &

Muhiddin (2017).

Analisis data yang digunakan adalah

metode analisis deskriptif dimana dari data yang

telah terkumpul kemudian selanjutnya di

klasifikasikan dalam bentuk angka-angka dan

dinyatakan dalam kata-kata berbentuk kalimat.

HASIL

Learning Style

(6)

Learning Style

Vi sual Audi t ori

Laki-Laki

Vi sual Audi t ori

Berdasarkan Jumlah Keseluruhan

No

Learning Style

Jumlah

Mahasiswa

Total

1

Visual

8

38 %

2

Auditori

8

38 %

21

100 %

3

Kinestetik

5

24 %

Gambar Tabel

Gambar Diagram

Dari tabel dan gambar diagram diatas

ketahui bahwa terdapat 3

Learning Syle

(gaya

belajar) pada mahasiswa pascasarjana magister

psikologi universitas airlangga angkatan tahun

2016/2017 yaitu Visual, Auditori, dan Kinestetik

dimana

Visual Learning

berjumlah 8 mahasiswa

dengan presentase 38%,

Auditory Learning

berjumlah 8 mahasiswa dengan presentase 38%,

kemudian

Kinesthetic Learning

berjumlah 5

mahasiswa dengan presentase 24%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa gaya belajar Visual dan

Auditori memiliki jumlah yang seimbang dan

lebih mendominasi ketimbang gaya belajar

Kinestetik.

Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis

Kelamin

Learning

Style

Jumlah

Total

Visual

1

17%

1

Laki-Laki

Auditori

3

50%

6

100%

Kinestetik

2

33%

Visual

7

47%

2

Perempuan

Auditori

5

33%

15

100%

Kinestetik

3

20%

Gambar Tabel

Gambar Diagram

Gambar Diagram

(7)

Psi Pendidikan

Vi sual Audi t ori Kinest et i k

46%

Dari tabel dangambar diagram diatas

menunjukkan bahwa

Learning Style

untuk jenis

kelamin laki-laki yang berjumlah 6 mahasiswa

terdiri atas Visual sebanyak 1 mahasiswa dengan

presentase 17%, Auditori sebanyak 3 mahasiswa

dengan presentase 50%, Kinestetik sebanyak 2

mahasiswa dengan presentase 50%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa untuk jenis kelamin

Laki-Laki didominasi oleh gaya belajar

Auditori

.

Untuk jenis kelamin perempuan yang

berjumlah 15 mahasiswa terdiri dari Visual

sebanyak 7 mahasiswa dengan presentase 47%,

Auditori

sebanyak

5

mahasiswa

dengan

presentase 33%, dan Kinestetik sebanyak 3

mahasiswa dengan presentase 20%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa untuk jenis kelamin

perempuan didominasi oleh gaya belajar

Visual

.

Berdasarkan Peminatan

Gambar Diagram

No

Peminatan

Learning

Jumlah

Total

Style

Visual

1

Psikologi

1

Komunitas &

Pembangunan

2

Psikologi

Pendidikan

16%

Auditori

4

67%

Kinestetik

1

17%

Visual

7

46%

Auditori

4

27%

Kinestetik

4

6

100%

15%

Gambar Diagram

Dari tabel beserta gambar diagram

diatas menunjukkan bahwa

Learning Style

untuk

peminatan

Psikologi

Komunitas

&

Pembangunan yang berjumlah 6 mahasiswa

27%

Gambar Tabel

terdiri atas Visual sebanyak 1 mahasiswa dengan

presentase 16%, Auditori sebanyak 4 mahasiswa

dengan presentase 67%, Kinestetik sebanyak 1

mahasiswa dengan presentase 17%. Hal tersebut

menunjukkan

untuk

peminatan

Psikologi

Komunitas &

Psi Komunitas

(8)

Pembangunan

didominasi oleh gaya belajar

Auditori.

Untuk peminatan Psikologi Pendidikan

yang berjumlah 15 mahasiswa terdiri atas Visual

sebanyak 7 mahasiswa dengan presentase 46%,

Auditori

sebanyak

4

mahasiswa

dengan

presentase 27%, dan Kinestetik sebanyak 4

mahasiswa dengan presentase 27%. Hal tersebut

menunjukkan

bahwa

peminatan

Psikologi

Pendidikan didominasi oleh gaya belajar

Visual

.

DISKUSI

Dalam penelitian ini menunjukkan tiga

Learning Style (gaya belajar) yang ada pada

setiap individu yaitu

Visual, Auditori

dan

Kinestetik.

Pada individu dengan kecenderungan

gaya belajar visual (Nini Subini, 2011) memiliki

kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan

menangkap informasi secara visual sebelum

akhirnya dipahami dengan kata lain akan lebih

mudah

menangkap

melalui

materi

yang

bergambar. Selain itu juga memiliki kepekaan

yang kuat terhadap warna serta pemahaman

yang cukup terhadap artistik. Tekhnik visualisasi

melatih otak untuk bisa memvisualisasikan

sesuatu hal mulai dari mendeskripsikan suatu

pemandangan,

benda

(nyata

ataupun

imajinasi),hingga akhirnya mendapatkan hal

yang diinginkan. Adapun ciri-ciri dari gaya

belajar visual (Ricky Linksman, 2004) yaitu:

a.

Lebih mudah mengingat dengan cara

melihat

Gaya belajar visual belajar dengan

menitik beratkan ketajaman penglihatan

dimana bukti-bukti yang konkret harus

diperlihatkan terlebih dahulu agar lebih

mudah untuk memahaminya.

b.

Lebih suka untuk membaca daripada

dibacakan.

Kegiatan membaca dilakukan secara

visual, sehingga gaya visual akan merasa

mudah dan nyaman bila harus belajar

dengan membaca, jika harus mengingat apa

yang dipelajari maka gaya visual akan lebih

mudah mengingat dengan cara membaca

dari apa yang tertulis di buku daripada

dibacakan oleh orang lain.

c.

Rapi dan teratur

Gaya belajar visual berfikir dengan cara

yang bertahap, detail per detail serta

menyimpan data dengan cara sistematis,

bahkan

secara

alfabetis,

urut

secara

numerikal atau kronologis.Karena sangat

terorganisir maka biasanya materi akan data

akan diatur secara teratur.

d.

Biasanya tidak terganggu oleh keributan

Gaya belajar visual dapat belajar baik

diiringi dengan

musik maupun

tidak. Kebisingan dan suara yang berada

disekitarnya tidak akan mampu untuk

menggoyahkan konsentrasi karena lebih

terfokus pada apa yang dilihat daripada

apa yang didengar.

e.

Mempunyai masalah untuk mengingat

informasi verbal

Banyak dari gaya belajar visual yang

kurang peka terhadap respons instruksi

verbal dan akan mudah lupa dengan apa

yang disampaikan orang lain sampai mereka

diberikan instruksi secara visual yang

disertai dengan tulisan, gambar, diagram

ataupun bagan.

Untuk

individu

yang

memiliki

(9)

lain. Adapun ciri-ciri dari auditory learning

(Ricky Linksman, 2004) yaitu:

a.

Lebih mudah mengingat dengan cara

mendengarkan ketimbang melihat

Gaya belajar auditori belajar serta lebih

mudah mengingat informasi dengan cara

mendengarkan setiap penje- lasan yang

diberikan baik berupa kalimat ataupun

angka-angka, menyerap makna komunikasi

verbal

dengan

cepat

tanpa

harus

menuangkannya ke dalam bentuk gambar.

Auditory

learning

lebih

senang

mendengarkan ketimbang membaca.

b.

Mudah terganggu oleh keributan

gaya belajar auditori biasanya sangat

peka pada gangguan auditori karena

kesulitan untuk mengabaikan suara- suara

tersebut layaknya tipe visual, maka mereka

memprogram diri agar hanya mendengarkan

suara guru atau dosen atau pikiran mereka

sendiri (Robert Steinbach, 2002).

c.

Suka berbicara, berdiskusi, dan men-

jelaskan sesuatu secara panjang lebar

Dalam kesehariannya, auditory

learning selalu memerlukan stimuli

auditori

secara

terusmenerus. Jika

keadaan terlalu sunyi akan menimbulkan

ketidak nyamanan sehingga berusaha untuk

memecahkan kesunyian seperti

bersenandung. Auditory learning juga

senang

membuka percakapan

dan

mendiskusikan segala sesuatu secara

panjang lebar.

d.

Senang membaca dengan keras dan

mendengarkan

Hal-hal yang dilakukan oleh auditory

learning

untuk

mempercepat

proses

belajarnya yaitu harus membaca dengan

sepintas terlebih dahulu, perlu untuk

membayangkan teks yang ada seperti sebuah

film dengan disertai efek suara, aksen dan

nada suara, perasaan, serta musik untuk

membuat materi menjadi lebih hidup.

e.

Menyukai

musik atau sesuatu

yang

bernada dan berirama

Gaya

belajar auditori

sangat

menyukai

musik, suara-suara,

irama,

nada suara serta memiliki kemampuan

sensor kata yang sangat kuat. Peka pada

suara yang mungkin bagi orang lain tidak

berarti sama sekali. Mampu untuk

mengingat materi pelajaran dengan film

mental, efek suara, musik imajiner, dan

dialog-dialog. Tekhnik asosiasi semacam ini

membantu

tipe auditori

dalam

mempelajari subjek-subjek yang abstrak

seperti struktur bahasa, pengejaan, kosa

kata, bahasa asing atau aljabar dan lain- lain.

Kemudian individu yang memiliki

kecenderungan kinesthetic learning (Robert

Steinbach, 2002), terkadang membaca dan

mendengarkan

merupakan

kegiatan

yang

membosankan.

Instruksi-instruksi

yang

diberikan secara tertulis maupun lisan seringkali

mudah dilupakannya, cenderung untuk lebih

memahami tugas-tugasnya bila mereka langsung

mencobanya. Adapun ciri- ciri dari kinesthetic

learning (Ricky Linksman, 2004) yaitu:

a.

Selalu

berorientasi

pada

fisik

dan

banyak bergerak

(10)

Dari segi memori juga lebih baik justru pada

saat banyak bergerak, saat bergerak bisa

lebih relaks dan berkonsentrasi.

b.

Berbicara dengan perlahan seseorang

dengan gaya belajar

Kinesthetic learning bukanlah tipe

pendengar ataupun pencerna kata-kata,

Irama musik mampu merangsang otot- otot

untuk bergerak mengikuti alunan musik.

Walaupun individu dengan gaya belajar

kinestetik lebih menanggapi perhatian fisik

dan banyak bergerak, namun cenderung

berbicara dengan lambat..

c.

Belajar melalui manipulatif serta praktik

Gaya belajar kinestetik berorientasi pada

tujuan, menyukai ketegangan dalam

permainan, serta motivasi yang semakin

terpacu di lingkungan yang

kompetitif. Senang berkompetisi dengan diri

sendiri maupun dengan orang lain. Tipe ini

membutuhkan

peralatan

manipulatif,permainan yang terorganisir,

materi-materi pendukung, alat olahraga,

proyek ilmiah, kertas, papan tulis, komputer,

instrumen musik, model, perlengkapan dan

objek nyata yang bisa digerakkan

d.

Tidak dapat duduk diam untuk jangka waktu

yang lama

Gaya belajar kinestetik harus banyak

bergerak sulit bila hanya duduk diam di satu

tempat, merasa resah dan mungkin akan

menggoyanggoyangkan kaki atau bahkan

meninggalkan tempat duduk secara spontan

jika terpaksa harus duduk selama

berjam-jam. Tetapi bila diberi kesempatan untuk

menggerakkan otot tubuhnya, maka bisa

menjadi sangat berkonsentrasi.

e.

Banyak menggunakan isyarat tubuh

Bagi individu dengan gaya belajar

kinestetis, materi yang nyata dan manipulatif

sangatlah penting karena dengan cara ini

keseluruhan bagian tubuh dapat digunakan,

tidak hanya menggerakkan tangan saja tetapi

juga anggota tubuh yang lain. Selain itu

akan lebih memahami materi pelajaran jika

diberi penjelasan sekaligus praktik.

Dengan memahami learning style yang

dimiliki maka banyak manfaat yang akan

diperoleh. Beberapa manfaat tersebut antara lain

(dalam Fista, 2011) memaksimal- kan potensi

belajar, mengembangkan strategi belajar yang

efisien dan efektif, meningkatkan rasa percaya

diri dan harga diri, mempelajari cara terbaik

menggunakan keunggulan otak, mendapatkan

wawasan kekuatan serta kelemahan diri,

mempelajari bagaimana menikmati belajar

dengan lebih dalam, mengembangkan motivasi

untuk belajar, serta mempelajari bagaimana cara

untuk

memaksimalkan

kemampuan

serta

keterampilan secara alami. Selain itu juga

dengan mempelajari bagaimana memahami cara

belajar orang lain, maka akan dapat membantu

memperkuat hubungan antar personal (Porter &

Hernacki, 2002).

Allah telah menganugerahkan pada

umat manusia berbagai sarana untuk belajar,

seperti penglihatan, pendengaran, dan akal serta

hati sejak dilahirkan ke dunia ini. Sebagaimana

firman Allah SWT:

(11)

sesuatupun, dan (namun) Dia telah memberi

kamu (potensi) untuk (belajar) pendengaran,

penglihatan dan hati (akal dan budi) agar kamu

bersyukur” (Q.S. An-Nahl/16 :78).

Ayat diatas mengajak umat manusia

untuk menggunakan segala potensi yang ada

didalam dirinya baik mealui telinga, mata,

maupun hati. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Islam sangat menganjurkan umatnya agar selalu

mengoptimalkan segala indera dan kemampuan

berpikir yang dimiliki karena hal itu adalah

karunia dari Allah yang harus dikembangkan

untuk mencapai derajat paling tinggi sebagai

khalifah dibumi

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pada umumnya gaya belajar

mahasiswa Pascasarjana Magister Psikologi

Universitas

Airlangga

angkatan

tahun

2016/2017 memiliki kecenderungan gaya belajar

Visual dan Auditori yang memiliki jumlah dan

presentase yang seimbang yaitu yaitu 48%,

selanjutnya gaya

belajar kinestetik, dengan presentase 24%.

Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa

untuk jenis kelamin Laki-Laki di dominasi oleh

gaya belajar

Auditori

dengan presentase 50%,

sedangkan jenis kelamin perempuan didominasi

oleh gaya belajar

Visual

dengan presentase 47%.

Kemudian berdasarkan peminatan menunjukan

bahwa untuk peminatan

Psikologi Komunitas &

Pembangunan

gaya belajar

Auditori

dengan

presentase 67%, sedangkan untuk peminatan

Psikologi Pendidikan didominasi oleh gaya

belajar

Visual

dengan presentase 46%.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M. (2011).

Learning Styles and Overall Academic Achievement in a Specific Educational System

.

International Journal of Humanities and Social Science. Vol.1 No.10

Arikunto. (2006).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bobbi De

Porter. (1992).

Quantum Learning: Unleashing the Genius in You

. New York: Dell

Publishing

Bobbi De Porter & Mike Hernacki. (2002).

Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan

. Terj. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa

(12)

Charles E. Skinner. (1958).

Educational Psychology

. New York: Prentice-hall

Departemen Agama. (2010).

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya

. Jakarta: Readboy

Indonesia

De Porter, B. & Hernacki M. (2004).

Quantum Learning

. Jakarta: Kaifa De

Porter, B. & Hernacki M. 2010.

Quantum Teaching

. Jakarta: Kaifa

Duff, A. & Duffy, T. (2002).

Psychometric properties of Honey & Mumford’s Learning Styles Questionnaire

(LSQ)

. Personality and Individual Differences. Vol. 33

Erhman, M. E. & Oxford, R. (1990).

Adult Language Learning Style And Strategies In Anintensive

Training Setting

. Modern Language Journal, 74(3), 11-27

Erhman, M. E. & Oxford, R. (1995).

Cognition Plus: Correlates Of Language Learning Succes

.

Modern Language Journal, 79(1), 67-89

Fista Nihayah. (2011).

Profil Gaya Belajar (Learning Style) Dan Ipk Mahasiswa Jurusan Biologi Fmipa

Unnes

. Skripsi. Universitas Negeri Semarang

Garcia, R., Francisco P., & Isabel T. (2008).

New University Student Instructional Preferences and How

These Relate to Learning Styles and Motivational Strategies

. Elektronic Journal of Research in

Educational Psychology

Ghufron, M. N., & S. Risnawita, R. (2013).

Gaya Belajar Kajian Teoretik

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamka & Muhiddin. 2017.

Profil Gaya Belajar Mahasiswa Jurusan Biologi MIPA UNM Dalam Rangka

Pemilihan Strategi Perkuliahan

. MIPA Open & Exposition 2017. Universitas Negeri Makassar

Hildayani, R. (2007).

Psikologi Perkembangan Anak

. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka

Jie, L. & Xiaoqing, Q. (2006).

Language learning styles and learning strategies of tertiary level English

learner in China

. RELC Journal, 37(1), 67-50

Mulyono. (2012).

Strategi Pembelajaran

. Malang: UIN-Maliki Press, hlm. 226-228

Nawawi, Hadari & M. Hartini Hadari. (1992).

Instrumen Penelitian Bidang Sosial

. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Nini Subini. (2001).

Rahasia Gaya Belajar Orang Besar

. Jogjakarta: Javalitera

Nugraheni, E. & Nurmala P. (2006).

Gaya Belajar dan Strategi Belajar Mahasiswa Jarak Jauh

.

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. 7 (1): 68-82.

(13)

Rakhmat Jalaludin. (2000).

Metode Penelitian Komunikasi

. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Robert Steinbach. (2002).

Succesfull Lifelong Learning

. Terj. Kumala Insiwi Suryo, Jakarta: Victory Jaya

Abadi

Sugiyono. (2011).

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2016).

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

. Bandung: PT. Alfabet Suparman

S.(2010).

Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa

. Jogjakarta: Pinus Book

Publisher

Tohirin. (2006).

Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. (2008).

Kamus Besar Bahasa

Indonesia

. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Victoria Dara Darmanta & Aryani Tri Wrastari. (2014).

Studi Deskriptif Profil Gaya Belajar Guru SMP

dan SMA di Surabaya Dikaji dari Faktor Sosiodemografis

. Jurnal Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan Volume 3, No. 2, Agustus 2014

Gambar

Tabel Isaac dan Michael (dalam
Gambar Tabel
Gambar Diagram Visual

Referensi

Dokumen terkait

keadaan gelisah atau rasa takut yang merupakan bentuk respon emosional dengan berbagai gejala yang timbul, sehingga dapat memberikan perasaan tertekan dan

Hasil penelitian selama 21 hari terakhir sebelum dipanen, terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan,

Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin tahun 2018, kematian neonatal laki-laki berjumlah 1 orang 5,5%, kematian bayi laki-laki berjumlah 1 orang 5,5%,

Hal menarik dari preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen ditinjau dari segmen jenis kelamin adalah mahasiswa laki-laki lebih menyukai dosen yang komunikatif

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pemalang Tahun 2011 – 2016 merupakan penjabaran dari visi dan misi Kepala Daerah yang

Untuk mencapainya, kerajaan tidak akan teragak-agak untuk mengambil keputusan tegas, tepat dan yang diperlukan – walaupun ia tidak popular – bagi melindungi

Ari KSK téh tujulna atawa oriéntasina kana (1) hasil jeung dampak anu dipiharep muncul dina diri murid ngaliwatan runtuyan kagiatan diajar nu miharti, jeung (2)

Konsentrasi atom Co yang diuji dengan teknik EDS pada berbagai film tipis yang ditumbuhkan dengan menggunakan berbagai laju aliran gas Ar yang membawa uap prekursor larutan Co(TMHD)