• Tidak ada hasil yang ditemukan

P eraturan Pemerintah Nomor 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P eraturan Pemerintah Nomor 8"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

LAPORAN

AKUNTAB)L)TAS K)NERJA

AKUNTAB)L)TAS K)NERJA

LEMBAGA PENERBANGAN DAN

LEMBAGA PENERBANGAN DAN

ANTAR)KSA NAS)ONAL LAPAN

ANTAR)KSA NAS)ONAL LAPAN

TA(UN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mengamanahkan bahwa setiap entitas akuntabilitas kinerja wajib menyusun laporan akuntabilitas kinerja. Laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan pertanggungjawaban penggunaan sumber daya publik (public resources). Lapan sebagai

salah satu entitas akuntabilitas kinerja menyusun laporan akuntabilitas kinerja tahun 2013 sebagai suatu bentuk penjawaban publik (public answering) atas kinerja yang diperjanjikan.

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Kinerja, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2013 disusun berdasarkan pada dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2013 yang mengacu pada Rencana Strategis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Tahun 2010 – 2014. Namun demikian, Renstra Lapan telah mengalami penyempurnaan pada tahun 2013, sehingga untuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2013 tidak hanya menyajikan target kinerja seperti yang tertuang dalam Penetapan Kinerja Tahun 2013, namun juga menyajikan beberapa tambahan sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai hasil penyempurnaan Renstra.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini menyajikan informasi yang akuntabel mengenai kinerja Lapan tahun 2013, dimana telah dilakukan perbaikan/ tindak lanjut sesuai rekomendasi dalam evaluasi AKIP oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dalam LAKIP 2013 ditunjukkan bahwa kinerja Lapan berorientasi outcomes terutama dalam mewujudkan kemandirian teknologi kedirgantaraan sesuai dengan visi Lapan yaitu Terwujudnya Kemandirian

Dalam Iptek Penerbangan Dan Antariksa Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bangsa .

(3)

ii

Selain itu, LAKIP Lapan ini dapat menjadi introspeksi bagi kami semua agar di tahun depan dapat melaksanakan kinerja yang lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen sumber daya maupun koordinasi dalam tiap tahapan pelaksanaannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi usaha kami untuk berpartisipasi dalam mendukung kesejahteraan bangsa ini melalui penguasaan dan pemanfaatan iptek dirgantara. Amin.

Jakarta, Maret 2014

Kepala

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(4)

iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Lapan Tahun 2013 menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis. Berbagai capaian strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran.

Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja Lapan memberikan gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan litbang penerbangan dan antariksa secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dunia usaha dan civil society sebagai bagian integral dari masyarakat iptek.

Secara umum, beberapa capaian utama kinerja tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Pengesahan Undang-Undang No.21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Undang-Undang ini akan menjadi payung hukum kegiatan kedirgantaraan serta antariksa nasional;

2. Peningkatan jumlah bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis untuk pengguna di bidang kedirgantaraan;

3. Terkait HKI dan publikasi ilmiah, Lapan terus mengusahakan agar berbagai karya risetnya dapat diketahui oleh publik melalui publikasi di berbagai media. Selain itu, perlindungan atas karya cipta juga menjadi prioritas Lapan. Namun setelah dilakukannya penelusuran, terdapat indikasi bahwa sosialisasi perlu ditingkatkan terkait penelusuran hasil litbang Lapan yang berpotensi HKI. Pada tahun 2013 ini, Lapan baru mengusulkan 5 usulan HKI dan telah menghasilkan 140 publikasi di berbagai media;

(5)

iv

4. Dengan pelayanan publik yang prima, Lapan berhasil pula meningkatkan jumlah pengguna model, modul, prototipe, komponen, data, dan informasi kedirgantaraan. Tercatat di tahun 2013, jumlah pengguna mencapai 257 pengguna dari berbagai instansi pemerintah/swasta juga akademisi baik dalam maupun luar negeri. Hal tersebut mengindikasikan semakin populernya layanan informasi yang dilakukan Lapan oleh masyarakat. Pada tahun 2013, Lapan terpilih sebagai champion Layanan Informasi Publik versi UKP4. Penghargaan tersebut diraih karena Lapan mendukung terbukanya akses publik terhadap kebutuhan informasi atas hasil litbang yang dilakukan. Dalam website 1 Layanan, Lapan banyak menghadirkan informasi-informasi yang sangat berguna bagi masyarakat terkait cuaca antariksa secara real time. Selain itu, apresiasi serupa juga diperoleh Lapan dari Ombudsman, dimana Lapan berhasil meraih peringkat 8 secara nasional untuk pelayanan publik dengan nilai 880;

Disamping keberhasilan sebagaimana tersebut di atas, ada beberapa capaian target kinerja pada program/kegiatan belum maksimal dilaksanakan. Ke depan diharapkan Lapan dapat lebih memberikan sumbangsih atas kemajuan teknologi dirgantara dan pemanfaatannya sebagai wujud pengabdian maksimal untuk kemajuan seluruh sektor pembangunan nasional.

(6)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

IKHTISAR EKSEKUTIF iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Kedudukan Tugas, Fungsi, dan Kewenangan 2

1.3. Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas 5

1.4. Sistematika Penyajian 8

BAB II. RENCANA STRATEGIS LAPAN 2010-2014 DALAM KERANGKA KEBIJAKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2.1 Arah Kebijakan Iptek 9

2.1.1. Arah Kebijakan Iptek Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

9

2.1.2. Arah Kebijakan Iptek Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

11

2.1.3. Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek 2010-2014 13

2.2 Rencana Strategis (Renstra) Lapan 2010-2014 14

2.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2013 17

(7)

vi

2.5 Rencana Aksi Tahun 2013 24

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RPJMN 2010-2014

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013 25

3.2 Analisis Capaian Kinerja Tahun 2013 26

3.3 Perbandingan Realisasi IKU Terhadap Tahun Sebelumnya 39

3.4 Capaian Lain di luar IKU 42

3.5 Liputan Khusus 50 Tahun Kedirgantaraan Nasional 43

3.6 Telaahan Capaian Target RPJMN / Renstra 2010-2014 45

3.7 Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Tujuan 47

3.8 Akuntabilitas Keuangan 49

3.9 Tindak Lanjut Hasil Evaluasi AKIP oleh Kemen PAN dan RB 50

BAB IV. PENUTUP 51

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Lapan 5

Gambar 1.2. Komposisi SDM Lapan Berdasarkan Jenjang Pendidikan 6 Gambar 1.3. Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus 6

Gambar 1.4. Lokasi Fasilitas Lapan 7

Gambar 2.1. Kerangka Pembangunan Iptek 13

Gambar 3.1. Rapat Sidang Paripurna DPR RI Saat Pengesahan RUU Keantariksaan Menjadi UU Keantariksaan

27

Gambar 3.2. Roadmap Satelit Teknologi Satelit Tahun 2003-2025 28 Gambar 3.3. Kegiatan Pelayanan kepada Masyarakat Pengguna 30 Gambar 3.4. Forum Seminar Internasional Iptek Dirgantara ke-17 33 Gambar 3.5. Penghargaan rekor MURI tersebut diterima oleh Deputi

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Ing. S. Hardienata

34

Gambar 3.6. Uji Terbang Perdana LSA 35

Gambar 3.7. Peluncuran Roket di Pulau Morotai 36

Gambar 3.8. SIMBA, Salah Satu Informasi Penginderaan Jauh Yang Banyak Dimanfaatkan Pengguna

37

Gambar 3.9. SADEWA, Salah Satu Layanan Informasi Bidang Sains Antariksa dan Teknologi Atmosfer

38

Gambar 3.10. Kementerian PAN dan RB memberikan cindera mata kepada Lapan, sebagai bentuk apresiasi karena Lapan telah

berpartisipasi aktif dalam Portal Satu Layanan

39

Gambar 3.11. Drs. Bambang S. Tedjasukmana mencanangkan Ekspedisi Morotai sebagai simbol Semangat 50 tahun Kedirgantaraan Nasional

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025 11

Tabel 2.2 Penetapan Kinerja (PK) Lapan Tahun 2013 23

Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis Utama 1 27

Tabel 3.2. Capaian Sasaran Strategis Utama 2 29

Tabel 3.3. Capaian Sasaran Strategis Utama 3 31

Tabel 3.4. Realisasi IKU 2009-2013 dan Target 2014 39

Tabel 3.5. Realisasi Anggaran Lapan Tahun 2013 50

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2013

Lampiran II Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2013 dan Rencana Aksi

Lampiran III Pengukuran Kinerja Lapan Tahun 2013

Lampiran IV Capaian Tahun 2013 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Lampiran V Daftar Publikasi Lapan Tahun 2013

Lampiran VI Pelaksanaan Bimbingan, Pembinaan, dan Pelayanan Teknis

Lampiran VII Usulan HKI Tahun 2013

Lampiran VIII Pengguna Model, Modul, Prototipe, Komponen, Data dan Informasi Kedirgantaraan

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

s

alah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

LAKIP disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2013 dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Lapan, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Lapan. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, penyusunan LAKIP tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

Pengukuran akuntabilitas diperoleh dengan membandingkan antara realisasi dengan rencana kinerja sehingga didapat informasi keberhasilan maupun kegagalan pencapaian visi dan misi organisasi. Informasi kinerja Lapan

(12)

2

diperoleh dari unit kerja di lingkungan Lapan dan rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam evaluasi atas AKIP tahun 2012 yang lalu.

Pada tahun 2013 telah dilakukan evaluasi pencapaian program pembangunan jangka menengah yaitu: a) Laporan Perkembangan Program

Kerja Lapan tahun 2004-2012 yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Kabinet, b) Evaluasi capaian Renstra Lapan tahun 2013, dan c) Pemantauan Capaian

Penetapan Kinerja (PK) tahun 2013 per triwulan dan disampaikan kepada Kementerian PAN dan RB. Informasi kinerja tersebut selanjutnya menjadi bahan perbaikan kinerja lembaga dan acuan bagi perbaikan perencanaan strategis dan penajaman program/kegiatan tahun berikutnya menjelang akhir periode Renstra tahun 2014, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah korektif dan antisipatif di seluruh elemen akuntabilitas kinerja dalam mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Lapan 2010-2014 dan drafting concepts skema kerja 2015-2019.

1.2

Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Lapan merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa luar Nasional. Keputusan Presiden tersebut diperbaharui dan disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005. Keputusan Presiden tersebut kemudian di jabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor 02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

(13)

3

Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan serta struktur organisasi Lapan sebagai berikut :

1. Kedudukan

Lapan adalah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia.

2. Tugas

Lapan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugasnya, Lapan dikoordinasikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Lapan menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan

pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya;

b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Lapan;

c. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya;

d. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

4. Kewenangan

Dalam menyelenggarakan fungsi di atas, Lapan mempunyai kewenangan:

(14)

4

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;

c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;

d. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :

1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya;

2) Penginderaan/ pemotretan jarak jauh dan pemberian rekomendasi perizinan satelit.

Berdasarkan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan, maka lingkup kegiatan yang dilaksanakan Lapan adalah pada : (1) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan penginderaan jauh, (2) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa, (3) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi dirgantara, dan (4) kajian dan pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional. Kegiatan tersebut

(15)

5

dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang diwadahi dalam struktur organisasi sebagai berikut :

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Lapan

1.3

Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas

Sumber Daya Manusia (SDM) Lapan pada tahun 2013 berjumlah 1.214 orang. Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan yaitu S3 sebanyak 29 orang (2,49%), S2 sebanyak 197 orang (16,91%), S1 sebanyak 433 orang (37,17%), Diploma III dan II sebanyak 52 orang (4,46%), SLTA sebanyak 406 orang (34,85%), SLTP sebanyak 26 orang (2,23%), dan SD sebanyak 22 orang (1,89%).

(16)

6

Gambar 1.2. Komposisi SDM Lapan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Pegawai yang menduduki jabatan struktural sebanyak 120 orang (120 jabatan) dan 710 orang (58,48% dari total SDM) pada Jabatan Fungsional Khusus (JFK). Sesuai dengan kegiatan utama Lapan sebagai lembaga litbang, komposisi tiga JFK terbesar adalah peneliti sebanyak 267 orang (37,61%), litkayasa sebanyak 186 orang (26,20%), dan perekayasa 99 orang (13,94%).

Gambar 1.3. Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus

S3; 29; 2,49% S2; 197; 16,91% S1; 433; 37,17% D3; 50; 4% D2; 2; 0,46% SLTA; 406; 34,85% SLTP; 26; 2,23% SD; 22; 1,89% Peneliti; 267; 37,61% Perekayasa; 99; 13,94% Litkayasa; 186; 26,20% Analis kepegawaian; 23; 3,24% Pranata Humas; 28; 3,94% Penerjemah; 2; 0,28% Pranata Komputer; 27; 3,80% Arsiparis; 32; 4,51%

Perencana; 20; 2,82% Perancang Perundang-undangan; 2; 0,28% Pustakawan ; 8; 1,13% Auditor; 11; 1,55%

Pengendali dampak lingkungan; 5; 0,70%

(17)

7

Selain SDM, sumber daya pendukung yang juga penting adalah ketersediaan anggaran. Program dan kegiatan Lapan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) murni dan hasil pelayanan Lapan kepada masyarakat melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Anggaran Lapan pada tahun 2013 sebesar Rp. 499.539.522.000.

Kelancaran pelaksanaan kegiatan litbang kedirgantaraan juga tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana. Lapan memiliki sarana prasarana yang tersebar di beberapa daerah di seluruh Indonesia, yaitu : Rawamangun, Pekayon (Jakarta); Kototabang-Agam (Sumatera Barat); Bandung, Sumedang, Rancabungur, Rumpin-Bogor serta Pameungpeuk-Garut (Jawa Barat), Pontianak (Kalimantan Barat), Watukosek-Pasuruan (Jawa Timur), Parepare (Sulawesi Selatan), dan Biak (Papua).

(18)

8

1.4 Sistematika Penyajian

LAKIP ini menyajikan capaian kinerja Lapan sepanjang tahun 2013 dan Rencana Strategis (Renstra) tahun 2010-2014. Capaian kinerja diukur dengan membandingkan antara realisasi terhadap target dalam Penetapan Kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun 2013 sebagai tolok ukur keberhasilan Lapan. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini memungkinkan pemetaan sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai landasan untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement) pada tahun berikutnya.

Sistematika penyajian LAKIP Lapan tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Ikhtisar Eksekutif menyajikan ringkasan pencapaian kinerja Lapan tahun

2013 serta capaian Renstra Lapan 2010-2014;

2. Bab I – Pendahuluan menjelaskan secara ringkas latar belakang penyusunan laporan, tugas dan fungsi, serta sumber daya;

3. Bab II – Rencana Strategis Lapan 2010-2014 Dalam Kerangka Kebijakan Ilmu

Pengetahuan Dan Teknologi Nasional, menjelaskan arah kebijakan RPJPN

2005-2025, RPJMN 2010-2014, Kebijakan Strategis Nasional Iptek dan Renstra Lapan 2010-2014 serta rencana aksi atas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2013;

4. Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2013 dan Capaian RPJMN 2010-2014, menyampaikan tentang pengukuran, pencapaian dan analisis pencapaian kinerja Lapan sebagai pertanggungjawaban terhadap pencapaian Sasaran Strategis Utama tahun 2013, perbandingan capaian tahun 2012 dan 2013, serta capaian RPJMN tahun 2013;

5. Bab IV – Penutup, menjelaskan kesimpulan menyeluruh dari LAKIP Lapan tahun 2013 dan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

(19)

9

Visi RPJPN 2005-2025

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur

BAB II

RENCANA STRATEGIS LAPAN 2010-2014 DALAM

KERANGKA KEBIJAKAN ILMU PENGETAHUAN DAN

TEKNOLOGI NASIONAL

2.1 Arah Kebijakan Iptek

2.1.1

Arah Kebijakan Iptek Menurut Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

Pasal 31 Ayat 5 UUD 1945 hasil Amandemen ke-4 menyebutkan bahwa Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia . Dengan amandemen ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mempunyai peran penting bagi upaya pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, pembangunan Iptek hanya akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat jika produk yang dihasilkan bisa didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan baik yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat.

Visi tersebut dicapai melalui 8 (delapan) misi pembangunan yang salah satu diantaranya adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Pembangunan daya saing bangsa dilaksanakan dengan: (1) membangun SDM yang berkualitas; (2) memperkuat perekonomian domestik; (3) meningkatkan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Iptek; (4) membangun sarana

(20)

10

dan prasarana yang memadai dan maju; serta (5) melakukan reformasi hukum dan birokrasi.

Pembangunan Iptek diarahkan pada peningkatan kualitas penguasaan dan pemanfaatan Iptek dalam rangka mendukung transformasi perekonomian nasional menuju perekonomian yang berbasis pada keunggulan kompetitif. Dalam mewujudkan arahan ini, pembangunan Iptek menghadapi berbagai permasalahan baik yang bersumber dari sisi litbang sebagai penyedia solusi teknologi, sisi pengguna teknologi, maupun yang berkaitan dengan integrasi sisi penyedia dan sisi pengguna teknologi. Berdasarkan permasalahan tersebut, secara garis besar pembangunan Iptek dirancang dalam dua bagian, yaitu (1) yang berkaitan dengan wahana pembangunan Iptek dan (2) yang berkaitan dengan substansi Iptek itu sendiri. Agar dukungan Iptek terhadap pembangunan nasional dapat berlangsung secara konsisten dan berkelanjutan, sistem inovasi nasional sebagai wahana pembangunan Iptek akan diperkuat melalui penguatan kelembagaan, sumberdaya, dan jaringan Iptek. Sementara itu, pembangunan substansi dilaksanakan melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek di bidang-bidang Iptek yang strategis dan diarahkan untuk mencapai hasil yang semakin nyata mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional baik dalam bentuk publikasi ilmiah, paten, prototipe, layanan teknologi, maupun wirausahawan teknologi.

Strategi untuk melaksanakan visi tersebut dijabarkan secara bertahap dalam periode lima tahunan atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) hingga implementasi Rencana Aksi tiap tahunnya. Masing-masing tahap mempunyai skala prioritas dan strategi pembangunan yang merupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi pembangunan pada periode-periode sebelumnya.

(21)

11

Visi RPJMN 2010-2014

Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan

Berkeadilan

Tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJM secara ringkas adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025

2.1.2 Arah Kebijakan Iptek Dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Prinsip penggalangan kompetisi dan kerjasama untuk membangkitkan industri hasil inovasi dilakukan dengan cara mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen pendukung,

mengefektifkan interaksi antar lembaga penghasil teknologi (LPNK penelitian, Balitbang kementerian, daerah serta perguruan tinggi), interaksi ke luar dengan dunia usaha agar inovasi dapat berwujud dalam penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem inovasi di suatu Negara adalah koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi antar sektor dan

(22)

12

lintas sektor; inter temporal (antarwaktu); dan nasional-daerah (interteritorial), daerah-daerah, dan internasional. Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi dalam penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka kebijakan inovasi (innovation policy framework) yang sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur, serta komitmen sumberdaya yang memadai baik pada tataran pembangunan nasional maupun daerah sebagai platform bersama.

Dengan demikian kebijakan Iptek diarahkan kepada :

1. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer dari ide menjadi prototipe laboratorium, prototipe industri hingga produk komersial (penguatan SIN) ;

2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya Iptek untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional; 3. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti di

lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional; 4. Meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan

teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat;

5. Meningkatkan pendayagunaan Iptek dalam sektor produksi untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap Iptek dalam negeri.

Strategi Pembangunan Iptek

Dengan arah kebijakan Iptek tersebut di atas, maka strategi pembangunan Iptek dilaksanakan melalui 2 prioritas pembangunan yaitu : 1. Penguatan SIN yang berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek

(23)

13

2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005-2025.

Selanjutnya strategi pembangunan Iptek ini dijabarkan ke dalam kerangka pembangunan Iptek sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pembangunan Iptek

2.1.3

Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek 2010-2014

Kebijakan strategis pembangunan nasional Iptek tahun 2010-2014, yang selanjutnya disebut Jakstranas Iptek ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 193/M/Kp/IV/2010, bahwa pembangunan

(24)

14

Visi Pembangunan Nasional Iptek 2010-2014

”Iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban”

nasional Iptek bertujuan untuk mempercepat peningkatan kemampuan penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek, inovasi dan daya saing, pertumbuhan ekonomi, dan kemandirian nasional serta menumbuhkan kemampuan sistem inovasi nasional yang dilaksanakan dalam rangka kesejahteraan masyarakat.

Buku Putih Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek 2005-2025 memberikan landasan akademik terhadap 6 (enam) bidang fokus pembangunan Iptek, yaitu: 1) pembangunan ketahanan pangan; 2) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan; 3) pengembangan teknologi informasi dan manajemen transportasi; 4) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; 5) pengembangan teknologi pertahanan keamanan; 6) pengembangan teknologi kesehatan dan obat.

Pembangunan Iptek pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup

bangsa. Kelembagaan, sumber daya, dan jaringan Iptek yang telah dibangun dan dikembangkan merupakan elemen dasar untuk memperkuat SIN, yaitu suatu pengaturan kelembagaan yang secara sistematik dan berjangka panjang dapat mendorong, mendukung, menyebarkan dan menerapkan inovasi di berbagai sektor dan dalam skala nasional.

2.2

Rencana Strategis Lapan 2010-2014

Rencana Strategis (Renstra) Lapan 2010-2014 merupakan penjabaran di bidang pembangunan kedirgantaraan sesuai dengan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan Lapan dan sebagai bagian integral dari RPJMN 2010-2014 dan

(25)

15

Jakstranas Iptek 2010-2014, maka kebijakan dalam implementasi Renstra Lapan berada dalam konteks kebijakan dalam RPJMN dan Jakstranas Iptek 2010-2014. Dengan demikian, kebijakan dalam Renstra Lapan diarahkan untuk:

1. Penguatan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) khususnya iptek dirgantara bagi peningkatan kemandirian dan daya saing nasional sehingga iptek dirgantara dapat dijadikan sebagai penggerak untuk kemajuan pembangunan nasional;

2. Menuju kemandirian dalam memberikan dukungan bagi peningkatan kemampuan alutsista nasional dan industri strategis pertahanan nasional untuk menjaga keutuhan NKRI;

3. Pengembangan kemampuan rancang bangun sistem satelit untuk mendukung kemandirian dalam pemantauan (surveilence) wilayah Indonesia dan penginderaan jauh;

4. Peningkatan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan signifikan dari iklim/ lingkungan bumi dan antariksa melalui pengembangan dan penguatan sistem informasi dini (SIMBA-sistem informasi dan mitigasi bencana, SISDAL – Sistem Informasi Inventarisasi Sumberdaya Alam, sistem informasi gangguan ionosfir bagi komunikasi, posisi lokasi dan navigasi serta orbit satelit;

5. Kesinambungan (kontinuitas) dan peningkatan kontribusi Lapan dalam penyedian informasi spasial bagi pengelolaan sumberdaya alam;

6. Peningkatan spin off teknologi dirgantara untuk mitigasi bencana, pemantauan cuaca, pasang surut, alat pengukur radiasi ultra violet pengukur konsentrasi gas rumah kaca seperti Karbon, SKEA dan sebagainya;

7. Penguatan Kebijakan pembangunan nasional di bidang Kedirgantaraam untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pengembangan, penguasaan dan penerapan teknologi dirgantara sehingga dapat melindungi kepentingan nasional dalam hubungan internasional terkait dengan teknologi dirgantara.

(26)

16

Visi

Berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangan yang dimiliki, Lapan melaksanakan program dan kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang sains dan teknologi dirgantara untuk kepentingan pembangunan nasional, membantu semaksimal mungkin baik langsung dan tidak langsung dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta upaya pelestarian lingkungan hidup. Pasca reorganisasi 2011, visi dan misi disempurnakan dalam upaya menjadikan Lapan sebagai lembaga yang terdepan dalam penguasaan dan pemanfaatan sains dan teknologi dirgantara maka Lapan menetapkan

visi

sebagai berikut :

Misi dan Tujuan Strategis

Untuk mencapai visi di atas, disusun dan dirancang misi yang dapat mengakomodasi seluruh kapasitas dan kapabilitas lembaga dengan melaksanakan jejaring nasional dan internasional. Selanjutnya misi dijabarkan atau diimplementasikan lebih lanjut ke dalam tujuan strategis yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Misi dalam Renstra Lapan tahun 2010-2014 pasca reorganisasi 2011 dituangkan secara rinci sebagai berikut :

1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan;

2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh;

TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN DALAM IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA

(27)

17

3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer serta kebijakan kedirgantaraan; 4. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbang untuk pembangunan nasional.

Pembahasan yang dilakukan atas statement misi sebelumnya, kemudian dijabarkan atau diimplementasikan lebih lanjut ke dalam tujuan dan sasaran strategis yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Tujuan strategis Lapan pada Renstra 2010-2014 adalah Mewujudkan Kemandirian Iptek Penerbangan Dan Antariksa Untuk Mendukung Pembangunan Nasional.

Pada tujuan strategis yang ditetapkan oleh Lapan, terdapat indikator kinerja tujuan yang kemudian dapat dijadikan salah satu ukuran keberhasilan kinerja Lapan pada periode Renstra 2010-2014. Indikator Kinerja Tujuan

tersebut adalah Jumlah Sektor Pembangunan (Prioritas Nasional/Bidang) Yang Didukung Atau Memanfaatkan Produk Litbang Lapan Sebagai Hasil Penguasaan Teknologi Dirgantara.

Tujuan Lapan yang tertuang dalam Renstra 2010-2014, kemudian dijabarkan pula ke dalam sasaran strategis Lapan sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan Lapan dalam perumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan;

2. Peningkatan kemampuan Lapan dalam pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatan;

3. Peningkatan kemampuan Lapan di bidang sains, teknologi, dan pemanfaatan kedirgantaraan.

2.3

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2013

Tahun 2013 merupakan tahun keempat dalam perencanaan jangka menengah 2010-2014. Sasaran-sasaran utama Kementerian/Lembaga akan

(28)

18

tercantum dalam matrik Kementerian/Lembaga RPJMN 2010-2014. Renstra 2010-2014 dari Kementerian/Lembaga memuat sasaran-sasaran strategis yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014 dan memuat prioritas-prioritas Kementerian/Lembaga lainnya. Renstra 2010-2014 menjadi acuan bersama dalam penyusunan program/kegiatan dan anggaran serta target-target sasaran kinerja dan dalam pemantauan evaluasi capaian kinerja Kementerian/Lembaga oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas dan Kementerian Keuangan.

Anggaran Lapan tahun 2013 adalah sebesar Rp. 526.090.924.000 (lima ratus dua puluh enam miliar sembilan puluh juta sembilan ratus dua puluh empat ribu rupiah) terutama untuk kebutuhan pencapaian sasaran strategis utama antara lain :

a. Peningkatan kemampuan Lapan dalam perumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan;

Rumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan diharapkan mampu dijadikan landasan bagi seluruh masyarakat Indonesia secara terpadu. Rumusan kebijakan ini memuat hal-hal yang berkaitan tentang teknologi dirgantara (roket, satelit dan penerbangan), penginderaan jauh dan sains antariksa dan atmosfer serta pemanfaatannya.

b. peningkatan kemampuan Lapan dalam pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatan;

Lapan sebagai instansi litbang kedirgantaraan diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam hal pemberian bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis untuk masyarakat pengguna bidang kedirgantaraan. Kontribusi Lapan terhadap pembangunan nasional dilakukan dengan disediakannya berbagai kemudahan akses layanan kepada publik melalui informasi yang tersaji pada website resmi, Badan Layanan Umum yang dibentuk Lapan, serta website 1 Layanan (secara nasional).

(29)

19

c. Peningkatan kemampuan Lapan di bidang sains, teknologi, dan pemanfaatan kedirgantaraan.

Kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang kedirgantaraan serta pemanfaatannya untuk khalayak dapat dilakukan dengan berbagai media, diantaranya peningkatan jumlah HKI dan publikasi ilmiah nasional maupun internasional yang dapat dijadikan konsumsi ilmiah. Kegiatan lain yang dapat meningkatkan kemampuan Lapan adalah peningkatan secara kuantitatif pada pengguna model, modul, prototipe, komponen, data, dan informasi kedirgantaraan. Peningkatan jumlah pengguna dapat memacu semangat berkinerja yang berorientasi pada outcome.

Di luar skema kinerja yang ditetapkan Lapan pada Rencana Kinerja Tahun 2013, penganggaran juga di konversi kedalam pos-pos rencana kegiatan lainnya seperti:

d. Peningkatan akuntabilitas kinerja Lapan, agar mampu meraih predikat A (Sangat Baik) dari Kementerian PAN dan RB;

Peningkatan akuntabilitas kinerja Lapan dapat dilakukan melalui perbaikan 5 komponen akuntabilitas kinerja yaitu: perencanaan (Revisi Renstra 2010-2014 dan dokumen perencanaan tahunan), pengukuran (IKU yang diformalkan), pelaporan (peningkatan pemahaman terhadap SAKIP kepada seluruh pegawai), evaluasi dan pencapaian kinerja yang dapat dilakukan dengan pengembangan aplikasi Siforen-Monev yang dibangun sendiri oleh Lapan sejak tahun 2012.

e. Peningkatan akuntabilitas keuangan dengan diharapkan mampu memperoleh kembali opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap laporan keuangan Lapan.

(30)

20

2.4 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2013

Alokasi anggaran yang diperoleh Lapan untuk tahun 2013 sebesar Rp. 526.090.924.000,- yang berarti mengalami peningkatan mencapai Rp. 33.026.214.000,- dari tahun sebelumnya. Penambahan anggaran tersebut

diprioritaskan untuk litbang teknologi penginderaan jauh sebagai penunjang terlaksananya amanat pada Inpres No. 6 Tahun 0 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi .

Dalam PK Lapan tahun 2013 ditetapkan Indikator dan target sebagai berikut :

Sasaran Strategis Utama 1 : Peningkatan kemampuan Lapan dalam perumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan, dikatakan berhasil jika IKU di bawah ini dapat tercapai.

IKU 1 : Jumlah rumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan;

ditargetkan ada 4 rumusan kebijakan yang dapat dihasilkan di tahun 2013.

Sasaran Strategis Utama 2 : Peningkatan kemampuan Lapan dalam pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatan, dikatakan berhasil jika IKU di bawah ini dapat tercapai.

IKU 2 : Jumlah bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis

untuk pengguna di bidang kedirgantaraan ditargetkan ada

sebanyak 42 bimbingan atau pemberian izin atau pelayanan teknis kepada pengguna terkait hasil litbang Lapan.

(31)

21

Sasaran Strategis Utama 3 : Peningkatan kemampuan Lapan di bidang sains, teknologi, dan pemanfaatan kedirgantaraan, dikatakan berhasil jika 2 IKU di bawah ini dapat tercapai.

IKU 3 : Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional/ nasional

terakreditasi; Pada tahun 2013, ditargetkan 88 publikasi atau

HKI yang dapat dihasilkan.

IKU 4 : Jumlah pengguna model, modul, prototipe, komponen, data

dan informasi kedirgantaraan. Ada sebanyak 173 pengguna

yang menjadi target kinerja Lapan terkait pengguna model, modul, prototipe, komponen, data hingga informasi terkait kedirgantaraan.

IKU Lapan tersebut telah ditetapkan pada tanggal 26 Maret 2013 melalui Keputusan Kepala Lapan Nomor 72 tahun 2013 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lapan. IKU Lapan disusun dengan mengacu pada Renstra 2014 berdasarkan pada Misi dan Tujuan Strategis Renstra 2010-2014. Penentuan target IKU tahun 2013 berdasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :

IKU 1 ditetapkan mengingat Lapan sebagai institusi litbang kedirgantaraan memandang penetapan sejumlah kebijakan sebagai prioritas utama untuk mengarahkan penguasaan teknologi agar tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang sejalan dengan peningkatan kesejahteraan bangsa dan perdamaian dunia. Proses perumusan kebijakan adalah salah satu alat penting dalam tahapan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan kebijakan, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Pembuatan rumusan kebijakan nasional merupakan fungsi penting dari sebuah pemerintahan. Oleh karena itu, kemampuan dan pemahaman yang memadai dari pembuat kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan menjadi sangat penting bagi terwujudnya kebijakan publik yang cepat, tepat, dan memadai. Kemampuan dan

(32)

22

pemahaman terhadap prosedur pembuatan kebijakan tersebut juga harus diimbangi dengan pemahaman dari pembuat kebijakan terhadap kewenangan yang dimiliki. Pada tahun 2013, Lapan mengupayakan tersusunnya 4 rumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan.

Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di Lapan telah menimbulkan semangat untuk mewujudkan aparatur negara yang berorientasi pada pelayanan. Pelayanan kepada masyarakat terkait hasil litbang menjadi intisari kegiatan pengembangan teknologi dirgantara. Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat kepada produk litbang Lapan terus mengalami peningkatan. Untuk terus mengupayakan pemasyarakatan produknya, Lapan menargetkan 42 bimbingan atau pemberian izin atau pelayanan teknis kepada pengguna (IKU- 2).

Terkait penetapan IKU 3 dimaksudkan untuk mendorong pemberian penghargaan kepada para peneliti/ perekayasa Lapan dalam pemberian hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain, dan sebagainya) agar menstimulasi mereka untuk lebih lanjut mengembangkan kegiatan invention. Di samping itu, sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkan teknologi atau hasil karya lain yang sama dapat dihindarkan atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan maksimal untuk pengembangan lebih lanjut dalam memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain HKI, Lapan juga menuntut para peneliti/ perekayasa untuk senantiasa meningkatkan kualitas publikasi ilmiahnya, terutama dalam skala jurnal dan majalah ilmiah nasional terakreditasi hingga internasional. Pada tahun 2013, Lapan secara khusus menargetkan 88 publikasi ilmiah internasional/nasional terakreditasi ataupun HKI (IKU-3).

Penetapan IKU 4 dilakukan untuk membuktikan bahwa hasil litbang Lapan berorientasi pada kebutuhan pengguna (outcome oriented). Ada sebanyak 173 pengguna yang menjadi target kinerja Lapan terkait pengguna

(33)

23

model, modul, prototipe, komponen, data hingga informasi terkait kedirgantaraan. Hal tersebut diharapkan pula dapat mendorong capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lapan tahun 2013.

Keterkaitan masing-masing IKU pada sasaran strategis utama Lapan disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2. Penetapan Kinerja (PK) Lapan Tahun 2013

SASARAN STRATEGIS UTAMA

INDIKATOR KINERJA

UTAMA TARGET PROGRAM

1. Peningkatan kemampuan Lapan dalam perumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan Jumlah rumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan (IKU 1) 4 Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa 2. Peningkatan kemampuan Lapan dalam pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatan Jumlah bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis untuk pengguna di bidang kedirgantaraan (IKU 2) 42 3. Peningkatan kemampuan Lapan di bidang sains, teknologi, dan pemanfaatan kedirgantaraan

Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional/ nasional terakreditasi (IKU 3) 88 Jumlah pengguna model, modul, prototipe, komponen, data dan informasi kedirgantaraan (IKU 4)

(34)

24

2.5 Rencana Aksi Tahun 2013

Rencana aksi tahun 2013 telah dibuat dalam rangka pelaksanaan Penetapan Kinerja tahun 2013. Rencana aksi untuk mendukung pencapaian Sasaran Strategis Utama dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Lapan. Adapun rencana aksi dapat dilihat pada lanjutan lampiran II.

(35)

25

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 DAN

CAPAIAN RPJMN 2010-2014

3.1

Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013

Akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good and clean governance. Kinerja instansi pemerintah harus dapat diukur, sehingga memudahkan dilakukannya penilaian oleh stakeholders. Demikian pula halnya dengan akuntabilitas kinerja Lapan, agar dapat diukur kinerjanya, Lapan telah menetapkan sasaran-sasaran berdasarkan hasil perumusan yang dituangkan pada Renstra Lapan 2010-2014 dengan mengedepankan indikator-indikator yang berorientasi outcome. Sejak tahun 2012, Lapan telah melakukan upaya untuk menyusun Indikator Kinerja Individu (IKI) yang berbasis Balance Scorecard (BSC). Saat ini juga telah ditetapkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) agar terjadi peningkatan semangat berkinerja dan dapat diukur secara obyektif. Sedangkan strategi untuk pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan berdasarkan kebijakan yang mengacu kepada tugas dan fungsi Lapan atau merupakan kebijakan dalam melaksanakan misinya.

Pengukuran tingkat capaian IKU Lapan tahun 2013 dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target pada masing-masing IKU dan saat ini proses

pengukuran telah diimplementasikan ke dalam aplikasi Sistem Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (SIFOREN-Monev) yang dapat memantau capaian IKU dan capaian program/ kegiatan lainnya setiap periode

(36)

26

triwulanan. Aplikasi tersebut juga menyediakan ruang manajemen bagi para pimpinan untuk memantau atau meriviu secara langsung berupa pemberian rekomendasi dan catatan-catatan kepada unit-unit kerja. Secara umum Lapan iatelah berhasil mencapai sasaran strategis berikut IKU-nya, namun demikian Lapan terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun-tahun mendatang untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Tahun 2013 juga merupakan tahun keempat periode Renstra Lapan tahun 2010-2014 sehingga dalam laporan ini disajikan sasaran dan indikator sasaran yang telah dicapai tahun 2013 ini sebagai evaluasi tahap keempat terhadap Renstra Lapan tahun 2010-2014.

3.2 Analisis Capaian Kinerja Tahun 2013

3 (tiga) Sasaran Strategis Utama yang telah dicapai pada tahun 2013 yaitu:

1. Peningkatan kemampuan Lapan dalam perumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan;

2. Peningkatan kemampuan Lapan dalam pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatan; dan

3. Peningkatan kemampuan Lapan di bidang sains, teknologi, dan pemanfaatan kedirgantaraan.

Perumusan kebijakan nasional yang terkait litbang kedirgantaraan seyogyanya menjadi landasan bagi setiap warga negara Indonesia untuk memahami kegiatan kedirgantaraan. Pada tahun 2013, Lapan mendorong

SASARAN STRATEGIS UTAMA 1

•Peningkatan kemampuan Lapan dalam perumusan

(37)

27

perumusan kebijakan publik terkait kedirgantaraan. Ada 4 target rumusan kebijakan yang ditargetkan pada tahun 2013, dengan penjelasan yang tertera pada tabel di bawah ini;

Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis Utama 1

INDIKATOR KINERJA

UTAMA SATUAN TARGET REALISASI % CAPAIAN

Jumlah rumusan kebijakan nasional di bidang

kedirgantaraan (IKU 1)

Rumusan kebijakan

4 4 100

IKU-1: Jumlah rumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan

Kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan merupakan bentuk perwujudan dari kinerja Lapan untuk memastikan pelaksanaan pembangunan kedirgantaraan di Indonesia sesuai dengan tujuan bernegara yakni kemajuan,

keadilan, dan kemakmuran.

Pada tahun 2013, Lapan menyusun berbagai kebijakan di bidang kedirgantaraan, diantaranya:

1. Rancangan Undang-Undang Keantariksaan yang telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan pada tanggal 9 Juli 2013;

Gambar 3.1. Rapat Sidang Paripurna DPR RI

(38)

28

2. Penyusunan naskah akademik dan perumusan peraturan pemerintah tentang tata cara penyelenggaraan kegiatan penginderaan jauh (RPP Penyelenggaraan Penginderaan Jauh);

3. Penyusunan rancangan induk penginderaan jauh nasional; dan 4. Roadmap Pengembangan teknologi satelit tahun 2003-2025.

Gambar 3.2. Roadmap Pengembangan Teknologi Satelit Tahun 2003-2025

Sebagai institusi yang bergerak di bidang litbang kedirgantaraan dan berorientasi kepada pelayanan publik. Salah satu upaya Lapan adalah telah menyelenggarakan Pelaksanaan pelatihan Manajemen Mutu (ISO 9001:2008). Tujuannya, agar Lapan dapat meningkatkan pelayanan publik yang prima

SASARAN STRATEGIS UTAMA 2

•Peningkatan kemampuan Lapan dalam pemantauan,

pembinaan, dan pembimbingan terhadap kegiatan instansi

pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatan

(39)

29

berdasarkan standar manajemen mutu. Upaya mencapai ISO ini terkait program Quick Wins Lapan dalam mewujudkan reformasi birokrasi. Quick Wins tersebut yaitu memberikan informasi dan pelayanan, antara lain: layanan data dan informasi penginderaan jauh, layanan informasi cuaca antariksa, benda jatuh, dan iklim ekstrem, serta layanan informasi teknologi dirgantara.

Di bawah ini adalah penjelasan capaian sasaran strategis ke 2 yang dapat dinarasikan pada IKU-2;

Tabel 3.2. Capaian Sasaran Strategis Utama 2

INDIKATOR KINERJA

UTAMA SATUAN TARGET REALISASI

% CAPAIAN

Jumlah bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis untuk pengguna di bidang kedirgantaraan (IKU 2) bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis 42 53 126,19

IKU-2 : Jumlah bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis untuk pengguna di bidang kedirgantaraan

Lapan telah berkontribusi kepada publik terkait keterbukaan informasi melalui Portal Satu Layanan.net yang sangat memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi publik karena masyarakat cukup mengakses satu portal untuk mendapatkan berbagai informasi publik yang diperlukan. Hal ini tentunya sesuai dengan upaya mewujudkan keterbukaan akses terhadap informasi publik yang merupakan bagian dari reformasi birokrasi.

Pada tahun 2013, Lapan telah melaksanakan bimbingan teknis (bimtek), pemberian izin dan pelayanan teknis kepada pengguna sebanyak 53 kegiatan, antara lain: bimtek Perhitungan Objek Pajak Menggunakan Data Penginderaan

(40)

30

Jauh; bimtek Analisis Link Budget Sistem TTC APRS Repeater, Voice Repeater Satelit Lapan-A2 dan Analisis Link Budget Sistem Komunikasi TTC, AIS dan S-Band, Satelit Lapan-A2; bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio Tingkat Dasar/ Lanjut; serta masih banyak kegiatan bimbingan teknis, pemberian izin dan pelayanan teknis lainnya (lihat pada lampiran VI).

Gambar 3.3. Kegiatan Pelayanan Kepada Masyarakat Pengguna

Dampak lain dari berbagai pelayanan yang dilakukan Lapan kepada pengguna adalah meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Untuk tahun 2013, penerimaan PNBP yang dihasilkan melalui Badan Layanan Umum (BLU) Lapan adalah senilai Rp. 6.177.532.016,- dan meningkat dari tahun

(41)

31

sebelumnya sebesar Rp. 3.037.035.962,-. Pencapaian penerimaan PNBP BLU tersebut meningkat 203,40 %.

Tuntutan berkinerja instansi pemerintah, baik Kementerian maupun Lembaga lebih ditujukan kepada berfungsinya output (outcome) yang dihasilkan. Outcome yang berkualitas diharapkan pula membawa dampak yang baik bagi kemajuan kehidupan masyarakat. Berdasarkan paradigma tersebut, Lapan menunjukkan kinerjanya dengan memasukkan pengguna sebagai variabel utama dalam setiap rencana output yang akan dihasilkan selain pengembangan riset-riset lain yang tentunya akan berdampak pada penggunaan publik yang lebih luas dalam bidang iptek kedirgantaraan.

Tabel 3.3 di bawah ini akan menjelaskan capaian terhadap sasaran strategis utama 3, sebagai berikut:

Tabel 3.3. Capaian Sasaran Strategis Utama 3

INDIKATOR KINERJA

UTAMA SATUAN TARGET REALISASI

% CAPAIAN

Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional/ nasional terakreditasi (IKU 3) HKI/ publikasi 88  5 usulan HKI  140 publikasi 159,09

Jumlah pengguna model, modul, prototipe,

komponen, data dan informasi kedirgantaraan (IKU 4)

pengguna 173 257 148,55

SASARAN STRATEGIS UTAMA 3

•Peningkatan kemampuan Lapan di bidang sains, teknologi,

(42)

32

IKU-3 : Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional/ nasional terakreditasi

Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh produk baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Kekayaan intelektual ini perlu ditindaklanjuti pengamanannya melalui suatu sistem perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Secara garis besar HKI terdiri dari hak cipta (copyright), dan Hak Kekayaan Industri (industrial property right) yang meliputi paten (patent), desain industri (industrial design), merek (trademark), penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition), desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit) dan rahasia dagang (trade secret). Pada tahun 2013 Lapan mengajukan 5 usulan HKI yaitu Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket, Wingtip Device N219, Instrumen Pemutus Balon Sistem Kawat Panas Pada Tevlon Dengan Metode Terprogram, Logo Buletin Cuaca Antariksa, dan Metode Perhitungan Indeks Ionosfer Regional.

Selain HKI, publikasi juga menjadi komitmen Lapan dalam upayanya untuk pemanfaatan keilmuan kedirgantaraan kepada publik. Sepanjang tahun 2013 ini, berbagai publikasi oleh para peneliti/perekayasa Lapan telah beredar pada jurnal/makalah/ bentuk publikasi ilmiah lainnya (lihat lampiran V).

(43)

33

Gambar 3.4. Forum Seminar Internasional Iptek Dirgantara ke-17.

IKU-4 : Jumlah pengguna model, modul, prototipe, komponen, data dan informasi kedirgantaraan

Pada tahun 2013, Lapan telah menyelesaikan AIT satelit Lapan-A2. Satelit ini akan sangat bermanfaat bagi pengguna mengingat misi yang diemban pada payload satelit ini berupa misi surveillance dan kegiatan-kegiatan lainnya yang akan memberikan nilai tambah bagi penggunanya.

Status satelit Lapan-A2 kini sudah dalam kondisi siap terbang dengan menumpang roket peluncur milik India.

Lapan juga mengembangkan Pesawat Tanpa Awak (LSU). Pemanfaatan pesawat LSU digunakan untuk berbagai

keperluan, antara lain: untuk pemetaan latihan, validasi remote sensing, pemanfaatan latihan perang, pemantauan lahan pertanian dan wilayah banjir.

(44)

34

Kemampuan pesawat terbang tanpa awak yang dikembangkan Lapan telah menuai banyak apresiasi, diantaranya pemberian penghargaan rekor MURI, yaitu LSU-02 yang memiliki daya jelajah pesawat tersebut yang dapat menjangkau 200 km.

Gambar 3.5. Penghargaan rekor MURI tersebut diterima oleh Deputi Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Ing. S. Hardienata.

Selain LSU, Teknologi Penerbangan Lapan juga telah melakukan uji terbang terhadap pesawat ringan (Lapan Surveillance Aircraft/ LSA). Pesawat hasil kerja sama dengan Jerman ini mampu mengakurasikan data dari foto citra satelit dengan resolusi tinggi, dan mampu melakukan patroli sistem kelautan di Indonesia.

(45)

35

Gambar 3.6. Uji Terbang Perdana LSA

Peningkatan jumlah pengguna merupakan upaya Lapan dalam memasyarakatkan Iptek Kedirgantaraan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam hal, penguasaan teknologi roket dan prototipenya yang dikembangkan Lapan, telah digunakan untuk banyak hal diantaranya keterlibatan roket-roket Lapan dalam Kompetisi muatan roket Indonesia (Komurindo) dan Kompetisi Roket Air Nasional (KRAN) 2013. Selain itu, pengembangan pemanfaatan teknologi roket, Lapan berkontribusi pada konsorsium roket nasional yang telah menghasilkan roket R-Han 122 yang memiliki daya jangkau 14 dan 24 km. Teknologi roket yang dikembangkan Lapan telah banyak digunakan untuk keperluan pertahanan maupun sipil. Pada penghujung tahun 2013, telah dilakukan uji coba peluncuran roket berdiameter 122mm-200mm pada tanggal 18 Desember 2013 di Tanjung Sangowo, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Uji coba di Pulau Morotai ini akan dijadikan momentum pembangunan bandar antariksa di kawasan tersebut.

(46)

36

Gambar 3.7. Peluncuran Roket di Pulau Morotai

Dalam rangka penguatan peran Lapan menjadi bank data di bidang penginderaan jauh, khususnya pembangunan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) yang berintegrasi dengan

Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) serta Pusat Pemantauan Bumi Nasional (PPBN). Bank data ini telah dimanfaatkan banyak pengguna,

diantaranya: Katalog Data Modis, Katalog Data Landsat, SIMBA, Indeks Kehijauan Hutan, dan Inderaja Resolusi Tinggi. Pada tahun 2013, Lapan telah mendistribusikan data inderaja kepada pengguna sebanyak 9902 scene dan penambahan data ke Bank Data sebanyak 12.062 scene. Lapan juga telah melakukan stocktaking metadata resolusi tinggi yang ada pada Kementerian/ Lembaga (K/L) dan Pemda, yaitu: 4 K/L (1.764 scene) dan 26 Pemda (185 scene).

(47)

37

Gambar 3.8. SIMBA, Salah Satu Informasi Penginderaan Jauh Yang Banyak Dimanfaatkan Pengguna

Terkait dengan pemanfaatan informasi kedirgantaraan di bidang sains antariksa dan teknologi atmosfer. Informasi yang dimanfaatkan pengguna sudah tercantum pada web lapan.go.id, diantaranya: aktivitas matahari, prediksi frekuensi area, variabilitas iklim, iklim ekstrim, prediksi frekuensi fixed, dan benda jatuh antariksa. Untuk memudahkan akses pengguna terkait informasi cuaca, telah dikembangkan SADEWA versi 2.0. Aplikasi ini merupakan sebuah sistem informasi peringatan dini bencana yang dikembangkan berbasis teknologi satelit dan juga dilengkapi sensor-sensor terestrial. Sistem ini berfungsi untuk memberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan

(48)

38

penanganan kejadian bencana baik pada tingkat pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka pengelolaan resiko bencana.

Gambar 3.9. SADEWA, Salah Satu Layanan Informasi Bidang Sains Antariksa dan Teknologi Atmosfer

Untuk keseluruhan pengguna model, modul, prototipe, komponen, data dan informasi dari hasil litbang Lapan pada tahun 2013, dapat dijelaskan pada lampiran VIII.

Sebagai apresiasi atas kemudahan akses pengguna terhadap hasil litbang Lapan, pada tahun 2013, Lapan bersama Kemenkeu terpilih sebagai champion Layanan Informasi Publik versi UKP4 karena memiliki lebih banyak jumlah informasi layanan publik yang sudah dimasukkan dalam Portal satulayanan.net dan dikelola dengan baik dibandingkan Kementerian dan Lembaga lainnya.

(49)

39

Gambar 3.10. Kementerian PAN dan RB memberikan cindera mata kepada Lapan, sebagai bentuk apresiasi karena Lapan telah berpartisipasi aktif dalam

Portal Satu Layanan.

3.3

Perbandingan Realisasi IKU Terhadap Tahun Sebelumnya

Perbandingan kinerja dengan tahun sebelumnya dilaksanakan dengan membandingkan capaian dengan tahun sebelumnya, sebagaimana dapat dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.4. Realisasi IKU 2009-2013 dan Target 2014

INDIKATOR KINERJA UTAMA KONDISI 2009 REALISASI TARGET 2014 2010 2011 2012 2013 1. Jumlah rumusan kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan; 1 1 1 1 4 3

(50)

40

INDIKATOR KINERJA UTAMA KONDISI 2009 REALISASI TARGET 2014 2010 2011 2012 2013 2. Jumlah bimbingan teknis, pemberian izin, pelayanan teknis untuk pengguna di bidang kedirgantaraan; a. Jumlah bimbingan dan pelayanan teknis untuk pengguna di bidang penginderaan jauh, b. Jumlah bimbingan dan pelayanan teknis untuk pengguna di bidang sains antariksa dan atmosfer, c. Jumlah bimbingan dan pelayanan teknis, pemberian izin untuk pengguna di bidang teknologi satelit, roket dan penerbangan. 18 11 3 4 49 15 30 4 48 4 38 6 17 0 9 8 53 22 21 10 57

3. Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional / nasional terakreditasi;

a. Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional / nasional terakreditasi bidang penginderaan jauh,

b. Jumlah HKI dan publikasi ilmiah internasional / nasional terakreditasi bidang sains antariksa dan atmosfer, 62 publikasi 3 publikasi 59 publikasi 2 usulan HKI, 3HKI; 25 publikasi 4 publikasi 21 publikasi 1 usulan HKI; 25 publikasi 8 Publikasi 17 publikasi 1 usulan HKI; 122 publikasi 11 publikasi 73 publikasi 5 usulan HKI; 140 publikasi 58 publikasi 3 usulan HKI; 41 publikasi 5 usulan HKI; 153 publikasi

(51)

41

INDIKATOR KINERJA UTAMA KONDISI 2009 REALISASI TARGET 2014 2010 2011 2012 2013

c. Jumlah HKI dan

publikasi ilmiah internasional / nasional terakreditasi bidang teknologi dirgantara. 7 publikasi 2 usulan HKI, 3 HKI; 7 publikasi 1 usulan HKI; 6 publikasi 1 usulan HKI; 38 publikasi 2 usulan HKI; 41 publikasi 4. Jumlah pengguna model, modul, prototipe,

komponen, data, dan informasi kedirgantaraan. a. Jumlah pengguna model, modul, prototipe, komponen, data, dan informasi bidang penginderaan jauh, b. Jumlah pengguna model, modul, prototipe, komponen, data, dan informasi bidang sains antariksa dan atmosfer, c. Jumlah pengguna model, modul, prototipe, data, komponen, dan informasi bidang teknologi dirgantara. 27 20 3 4 44 25 13 6 385 27 355 3 457 30 423 4 257 183 54 20 180

(52)

42

3.4 Capaian Lain di Luar IKU

Peningkatan pencapaian kinerja (non IKU) Lapan di tahun 2013 dapat dinarasikan sebagai berikut:

1. Peningkatan nilai akuntabilitas kinerja (AKIP) Lembaga yang dilakukan penilaiannya oleh Kementerian PAN dan RB, dengan nilai 70,78 atau predikat B+ (Baik) dibanding tahun

sebelumnya yang memperoleh predikat B. Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan akuntabilitas kinerja serta komitmen tinggi dari pimpinan hingga pelaksana di Lapan untuk mewujudkan good dan clean governance yang gesit dalam melayani, akuntabel dan profesional;

2. Penurunan nilai opini BPK atas laporan keuangan Lapan tahun 2012 menjadi predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP);

3. Dalam hal pelayanan publik, Lapan terpilih sebagai champion Layanan Informasi Publik versi UKP4. Selain itu, apresiasi serupa juga diperoleh Lapan dari Ombudsman, dimana Lapan berhasil meraih peringkat 8 secara nasional untuk pelayanan publik dengan nilai 880.

4. Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi telah berjalan dengan baik di lingkungan lembaga, langkah-langkah perbaikan telah dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan dan keterbukaan informasi kepada publik. Di penghujung tahun 2013, telah dilakukan pencairan tunjangan kinerja kepada seluruh pegawai Lapan berdasarkan Perpres No.93 Tahun 2013.

5. Lapan menyelenggarakan Pelaksanaan pelatihan Manajemen Mutu (ISO 9001:2008) dengan tahapan Awareness, Documentation, dan Implementation, kemudian dilanjutkan dengan Internal Audit. Tujuannya, agar Lapan dapat meningkatkan pelayanan publik yang prima berdasarkan standar manajemen mutu. Upaya mencapai ISO ini terkait program Quick Wins Lapan dalam mewujudkan reformasi birokrasi. Quick Wins tersebut yaitu memberikan informasi dan pelayanan, antara lain: layanan data dan

(53)

43

informasi penginderaan jauh, layanan informasi cuaca antariksa, benda jatuh, dan iklim ekstrem, serta layanan informasi teknologi dirgantara. Untuk mendukung program tersebut, diperlukan pemahaman ISO guna penyiapan dokumen, peningkatan mutu, dan pembentukan auditor yang kompeten.

3.5

Liputan Khusus 50 Tahun Kedirgantaraan Nasional

Setengah abad kedirgantaraan nasional, Lapan berupaya mewujudkan penguasaan bangsa Indonesia dalam inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan. Di dalam perkembangannya, Lapan telah banyak menghasilkan teknologi di bidang kedirgantaraan, diantaranya: teknologi satelit, roket,

penerbangan serta pemanfaatannya dalam penginderaan jauh dan antariksa serta atmosfer. Tahun 2013 ditandai dengan semangat baru untuk menyongsong era 50 tahun kedirgantaraan nasional, target tinggi ditetapkan dari peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan hingga menetapkan sistem manajemen aparatur yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan masyarakat. Berbagai target tinggi yang ditetapkan Lapan dirangkum dalam tema khusus yakni Ekspedisi Morotai . Morotai sendiri diambil dari nama Pulau di kawasan Maluku Utara.

Semangat untuk selalu berkinerja tinggi diharapkan mampu menjawab tuntutan masyarakat akan kemampuan Indonesia menuju kemapanan teknologi dirgantara. Berikut ini adalah target-target khusus yang tertuang dalam Ekspedisi Morotai , di antaranya:

1. Peluncuran Roket Sonda RX-550 di Pulau Morotai; 2. Terbang Perdana Light Surveillance Aircraft; 3. Peluncuran satelit Lapan-A2;

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERIKLANAN TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR SUZUKI.. (Survei di UPI

Sesuai dengan tujuan penelitian ini dan dari Analisis Manova membuktikan bahwa: Wisatawan dengan orientasi budaya penghindaran ketidakpastian tinggi cenderung menunjukkan

overlay sesuai dengan kriteria yang telah ada, dimana pembuangan sampah tidak. boleh dilakukan pada danau, sungai

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat

Visi Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK HKBP adalah.. menjadi salah satu koperasi terbaik dan berkualitas dan

students comprehension by using Chunking strategy.. The Components of

Pada penelitian ini varietas kedelai yang memberikan hasil paling tinggi seperti Grobogan dan Burangrang ternyata mempunyai jumlah polong lebih banyak, ukuran biji besar, dan

The research was conducted at the eleventh grade of SMKIT Smart Informatika Surakarta Second Semester of Academic Year 2013/2014. Data were taken from: 1)