• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kami Suka Semangka, Bukan Pasir Besi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kami Suka Semangka, Bukan Pasir Besi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hal | 1

Kami Suka Semangka, Bukan Pasir Besi

Sejarah perlawanan masyarakat Desa Wotgalih menolak

penambangan pasir besi 1997 - 2012

Oleh : M. Qhufron / 12 September 2016

Pengantar

Desa Wotgalih adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Yosowinangun, Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur. Desa ini terbilang unik karena baru berdiri pada tanggal 18 September 1983 sebagai hasil pemekaran Desa Kraton Rampalan. Semakin unik lagi karena perayaan ulang tahunnya justru diperingati pada tanggal 24 September.

Desa Wotgalih adalah bagian dari pantai selatan Pulau Jawa, terbagi menjadi 3 Dusun, yakni Dusun Wotgalih Krajan, Dusun Meleman dan Dusun Talsewu. Masyarakat menggunakan dua bahasa daerah yaitu bahasa Jawa dan Madura.

Salah satu kekayaan alam di desa ini adalah deposit pasir besinya yang tersedia dalam jumlah besar. Inilah yang menarik PT. Aneka Tambang untuk mengeksploitasinya. Sejak tahun 1998, pengambilan pasir besi sudah dimulai, meskipun ditolak warga.

Lubang bekas tambang pasir besi di Wotgalih yang ditinggalkan terbengkalai. Bukan hanya meninggalkan lubang-lubang besar, PT. Antam juga lepas tangan dari kerusakan jalan desa dan

(2)

Hal | 2

Awal masuknya perusahaan tambang : 1998 - 2008

Tahun 1997 ijin eksplorasi PT. Aneka Tambang (ANTAM) untuk penambangan pasir di Desa Wotgalih dikeluarkan oleh Bupati Lumajang. Kepala Desa Wotgalih pada masa itu, H. Artuwi, berani menyatakan menolak, meskipun hanya seorang diri. Menurutnya, penambangan pasir besi hanya akan merusak lingkungan.

Rezim pemerintahan Soeharto, masih kuat pada saat itu. Tidak heran, jika penolakan ini mendapat reaksi keras dari Pemerintah Kabupaten. Bupati Lumajang memanggil Kepala Desa untuk menghadap, tidak lama setelah penolakannya terhadap rencana masuknya PT. Antam. Alih-alih diajak berkomunikasi untuk didengar pendapatnya, Kades Artuwi malah dihukum. Seharian penuh Artuwi disuruh berdiri sambil menghormat bendera dilapangan seharian penuh. Beberapa hari setelah insiden penjemuran Artuwi, PT. Antam melakukan sosialisasi dikantor desa. Dalam pertemuan yang dihadiri Kepala Desa, perangkat dan beberapa tokoh warga ini, perwakilan PT.Antam menyampaikan bahwa ijin eksploitasi akan segera dikeluarkan. Efektif per tahun 1998 eksploitasi pasir besi di Desaa Wotgalih akan beroperasi. Sebagai pelaksana penambangan, ditunjuklah PT.Minerina Bakti sebagai sub kontraktor.

Masih dalam sosialisasi tersebut, PT.Antam menjanjikan bantuan untuk memperbaiki fasilitas umum seperti tempat ibadah, sarana pendidikan serta fasilitas umum lainnya. Perusahaan juga berjanji untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada masyarakat. Masyarakat juga diminta untuk percaya bahwa perusahaan akan memperbaiki bekas-bekas penambangan sebagai lahan produktif setelah penambangan selesai. Tentu saja masyarakat tidak berani menolak karena takut dihukum seperti Kepala Desanya.

Pada awal tahun 1998 dimulailah penambangan di Desa Wotgalih dan berjalan lancar hingga beberapa tahun kemudian. Semua janji perusahaan ternyata hanya isapan jempol belaka. Pada periode ini, lebih dari 9 hektar lahan ditambang sehingga rusak berat dengan lubang-lubang besar seukuran lapangan bola. Jalan lingkungan juga tidak terbebas dari kerusakan. Truk dan kendaraan berat penambangan membuat lubang-lubang besar di jalan-jalan desa. Beberapa rumah bahkan retak, akibat getaran yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan.

Pada pertengahan tahun 2004 operasi penambangan di Desa Wotgalih berhenti sebagai akibat dari turunnya harga pasir besi dunia secara drastis. Aktivitas tambang praktis berhenti total. Sama sekali tidak ada tanggung jawab perusahaan. Jangankan untuk memperbaiki jalan, lubang-lubang bekas penambangan mereka sendiripun tidak disentuh sama sekali. Janji-janji yang pernah dikatakan PT.Antam hanya bohong belaka. Memang, pernah perusahaan memberi bantuan uang kepada masyarakat melalui Pemerintah Desa sebesar Rp 750.000,- untuk peringatan HUT Kemerdekaan RI pada bulan Agustus tahun 2000.

jjkklll;a

Mencegah kembalinya penambang : 2010 sd 2012

Jeda tambang ini hanya bertahan selama 6 tahun. Seiring dengan menguatnya harga pasir besi, perusahaan mencoba untuk kembali mengaktifkan operasi penambangan di Desa Wotgalih. Kebetulan ijin eksploitasi sudah habis per tahun 2008, sehingga perusahaan harus mengurus perpanjangan ijin.

Pada tanggal 22 Mei 2010 PT. Antam melakukan sosialisasi di Balai Desa Wotgalih sebagai upayanya untuk memperpanjang Ijin Usaha Penambangan (IUP). Hadir dalam acara tersebut seluruh aparatur Pemerintahan Desa Wotgalih, beberapa perwakilan masyarakat, Muspika Yosowilangun. Hadir juga dalam pertemuan tersebut Ketua DPRD Kabupaten Lumajang beserta lima orang Anggita Dewan dan beberapa aparatur Pemerintah Kabupaten Lumajang.

Jaman sudah berubah. Rezin Soeharto sudah berakhir, dan masyarakat sudah lebih kritis. Dalam pertemuan tersebut seluruh anggota masyarakat yang hadir menolak rencana beroperasi kembalinya penambangan pasir besi. Pengalaman kerugian dan dampak akibat penambangan yang lalu memberi pelajaran yang baik dalam menjaga lingkungan hidupnya.

(3)

Hal | 3

Dalam sosialisasi rencana penambangan pasir besi di Balai Desa Wotgalih, 22 Mei 2010, warga sudah menyatakan penolakannya secara tegas. Ironisnya, sebulan kemudian Bupati Lumajang

justru menerbitkan Ijin Usaha Pertambangan kepada dua perusahaan sekaligus untuk menambang di desa Wotgalih. Foto : Istimewa

Penolakan warga Desa Wotgalih ini ternyata tidak didengarkan oleh perwakilan perusahaan, Pemerintah Daerah, bahkan oleh anggota Dewan yang hadir. Sebagai upaya untuk memastikan tidak dibuka laginya penambangan pasir besi, mau tidak mau masyarakat harus melakukan penolakan secara aktif.

Sepanjang bulan Juni 2010, masyarakat telah berkirim surat berisi penolakan kepada Pemerintahan Desa, Kecamatan Yosowilangun, Pemerintah Kabupaten Lumajang, Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Masyarakat juga telah mengirimkan sikap penolakan mereka ke Pemerintah Pusat, baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Masyarakat juga telah melakukan upaya negosiasi dengan pemerintahan terkait penolakan terhadap rencana PT. Antam untuk beroperasi kembali menambang pasir besi di Desa Wotgalih.

Ironisnya, penolakan masyarakat ternyata hanya dianggap angin lalu. Pada pertengahan bulan Juli 2010 Bupati Lumajang malah memuluskan kembalinya penambangan di Wotgalih. Pemerintah Kabupaten Lumajang telah menerbitkan dua Ijin Usaha Pertambangan (IUP) pasir besi untuk PT. Antam dan PT. IMMS. Tidak tanggung-tanggung, kedua perusahaan tersebut akan diberikan ijin untuk menambang di Desa Wotgalih.

Seiring dengan diterbitkannya Ijin Usaha Pertambangan tersebut, upaya untuk menekan warga melalui kekerasan juga dimulai. Warga mulai diintimidasi oleh sesama warga, preman dan bahkan aparat penengak hukum. Tokoh-tokoh penolakan mulai ditekan agar warga setuju terhadap penambangan.

Tidak cukup dengan intimidasi, pada tanggal 16 September 2010 empat warga Desa Wotgalih dikriminalisasikan. Dalam kasus kriminalisasi ini warga ditemani oleh beberapa LSM nasional dan komunitas, seperti komunitas Laskar Hijau, Jatam, Walhi, dan YLBHI Surabaya. Atas dasar tuduhan perbuatan tidak menyenangkan terhadap warga pro tambang, ke empat warga desa ini divonis 5 bulan 2 hari.

Intimidasi dan kriminalisasi warga tidak melemahkan penolakan warga terhadap tambang. Justru sebaliknya, warga semakin berani dan kuat dalam menolak rencana penambangan pasir besi. Setiap sidang beramai-ramai warga memberikan dukungan. Aksi demonstrasi dilakukan berulang kali. Aksi demonstrasi di Pengadilan Negeri Lumajang, Kantor Pemerintah Kabupaten, bahkan aksi penghijauan di wilayah pesisir selatan setiap minggunya.

(4)

Hal | 4

Warga Wotgalih berdemonstrasi untuk menolak penambangan pasir besi, sekaligus memberikan dukungan moral kepada empat warga yang dikriminalisasikan. Foto : Istimewa.

Hingga tahun 2012, warga masih melakukan do’a bersama dan berbagai bentuk aksi lainnya. Sangat disayangkan, sampai saat ini Bupati Lumajang tidak mencabut ijin tambang PT.Antam dan PT.IMMS. Secara hukum kedua perusahaan tersebut masih memiliki hak untuk melakukan penambangan. Disisi lain, solidnya warga dalam penolakan terhadap warga membuat kedua perusahaan tersebut berfikir dua kali untuk memulai proses penambangan.

Pertanian jauh lebih menguntungkan dari pada penambangan, ini memperkuat alasan warga menolak masuknya tambang. Inset : Pengajian rutin untuk menolak tambang yang masih

(5)

Hal | 5 Sebagai upaya untuk memperkuat penolakan terhadap penambangan pasir besi, warga telah melakukan aksi langsung di lokasi eks penambangan. Atas inisiatif sendiri, warga telah melakukan perbaikan jalan dan lingkungan di lokasi bekas tambang tersebut. Tidak sampai disitu, wargatelah mengupayakan pertanian diatas lahan pasir dengan penanaman semangka dan berbagai jenis tanaman produktif lainnya.

Sebagai hasilnya, kondisi pertanian di Desa Wotgalih justru menunjukan kemajuan yang sangat pesat. Hasil pertanian yang jauh lebih baik dan mensejahterakan telah memperkuat keyakinan warga untuk berkeras menolak tambang. Bagaimana tidak, pertanian yang semakin berkembang ini lebih konkret dalam memberikan kesejahteraan. Pertanian memberikan keuntungan yang baik, mempekerjakan banyak orang dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Tentu saja ini jauh lebih baik dari pada mengijinkan penambangan yang hanya memberikan manfaat bagi sedikit orang, sangat merusak lingkungan, dan merugikan sebagian besar masyarakat lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

dengan variasi arus 8000 A dan waktu 0,4 detik. 4) Nilai kekerasan pada spesimen tanpa menggunakan filler maupun dengan menggunakan filler menunjukkan kecenderungan yang

Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan sangat Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan

Dengan menggunakan permainan, murid tidak merasa sedang belajar sehingga proses belajar mengajar akan terasa menyenangkan.Konsep permainan yang digunakan adalah cultural toys

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum Tween 80 dan Span 80 yang digunakan sebagai emulgator dalam krim repelan minyak atsiri daun sere pada basis Vanishing

Jumlah hoaks bermuatan politik yang besar dan disebar melalui media sosial tersebut juga dapat muncul karena besarnya jumlah warga yang menggunakan media sosial sebagai

Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan

Aspek fonologis adalah salah satu alat yang digunakan dalam penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak, sebab fonologis dapat melihat dari segi keteraturan,

 Kegunaan: untuk mengetahui apakah proporsi 2 buah kategori yang terdapat dalam sebuah variabel sudah sesuai dengan ketentuannya.  SU: X (nm, 2 kat) 