• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR..TAHUN 2012 TENTANG SISTRANAS PADA TATRAWIL ACEH 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR..TAHUN 2012 TENTANG SISTRANAS PADA TATRAWIL ACEH 2012"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

1

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR ACEH

NOMOR ………..TAHUN 2012

TENTANG

SISTRANAS PADA TATRAWIL ACEH 2012

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR ACEH,

Menimbang :

a.

bahwa berdasarkan Pasal 18B Undang-Undang Dasar

1945 dan dalam rangka pelaksanaan

Memorandum of

Understanding

(MoU) Helsinki 15 Agustus 2005 antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh

Merdeka (GAM), serta implementasi poin 1.1.2 dan

1.4.2 MoU Helsinki, menegaskan komitmen untuk

menyelesaikan konflik Aceh secara damai, menyeluruh,

berkelanjutan dan bermartabat bagi semua, dan para

pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga

Pemerintahan Rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui

suatu proses yang demokratis dan adil dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

b.

bahwa dalam rangka perwujudan Sistem Transportasi

Nasional yang efektif dan efisien perlu dibuat dokumen

Tataran Transportasi Nasional, Tataran Transportasi

Wilayah dan Tataran Transportasi Lokal, sebagai acuan

dalam penyelenggaraan transportasi yang terpadu;

c.

bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang Sistranas Pasal 3

huruf b, menyebutkan bahwa Tataran Transportasi

Wilayah ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi.

d.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tataran

Transportasi Wilayah Aceh.

Mengingat

:

1.

Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan

Perubahan Peraturan Propinsi Sumatera Utara

(Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 1103);

2.

Undang–undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4421);

(2)

2

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan

kedua UU Nomor 32 Tahun 2004;

4.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

5.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara RI Tahun 2006

Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633);

6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 –

2025;

7.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang

Perkeretaapian

(Lembaran

Negara

Republik

IndonesiaTahun 2007 Nomor 65);

8.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

9.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 8);

10.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 1);

11.

Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 96);

12.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup;

13.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang

Kawasan Ekonomi Khusus;

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Jalan;

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perkeretaapian;

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhan;

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api;

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang

Angkutan Multimoda;

19.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang

Angkutan di Perairan;

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Manajemen dan Rekayasa, Analisis, Dampak serta

(3)

3

Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;

21.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang

Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

22.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2010-2014;

23.

Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia 2011-2025;

24.

Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;

25.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun

2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di

Jalan;

26.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 6 Tahun

2010 tentang Cetak Biru Pengembangan Transportasi

Penyeberangan Tahun 2010-2030;

27.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun

2005 tentang Sistem Transportasi Nasional;

28.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun

2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

29.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 15 Tahun

2010 tentang Cetak Biru Transportasi Multimoda;

30.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 43 Tahun

2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:

PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATARAN

TRANSPORTASI WILAYAH ACEH.

Pasal 1

(1)

Menetapkan Tataran Transportasi Wilayah Aceh.

(2)

Tataran Transportasi Wilayah Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan panduan dalam penyelenggaraan transportasi di wilayah Aceh.

(3)

Tataran Transportasi Wilayah Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari 4 (empat) bagian meliputi:

a.

Pendahuluan;

b.

Pendekatan;

c.

Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program; dan

d.

Penutup.

(4)

Tataran Transportasi Wilayah Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Gubernur ini.

(4)

4

Pasal 2

(1) Tataran Transportasi Wilayah Aceh sebagaimana dimaksud dalam pasal 1

ayat (1), berfungsi sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam rangka

penyusunan rencana kerja penyelenggaraan transportasi di propinsi.

(2) Tataran Transportasi Wilayah Aceh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

berfungsi sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam rangka penyusunan

Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten/Kota.

Pasal 3

Koordinasi pelaksanaan Tataran Transportasi Wilayah Aceh dilakukan oleh

Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Aceh.

Pasal 4

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan

Gubernur ini dalam Berita Daerah Aceh.

Ditetapkan di Banda Aceh

Pada tanggal ...

GUBERNUR ACEH

TTD

ZAINI ABDULLAH

(5)

5

Lampiran Peraturan Gubernur Aceh

Nomor

:

Tanggal

:

DAFTAR ISI

BAB I.

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

B.

TUJUAN

C.

PENGERTIAN

D.

SISTEMATIKA

BAB II.

PENDEKATAN

A.

SISTRANAS

B.

SISTRANAS PADA TATRANAS

C.

SISTRANAS PADA TATRAWIL

BAB III.

VISI, MISI, KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM

A.

VISI

B.

MISI

C.

KEBIJAKAN

D.

STRATEGI

E.

PROGRAM

BAB IV.

PENUTUP

Lampiran I

Tabel Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi

Nasional di Wilayah Aceh (2014, 2019, 2025 dan 2030)

Lampiran II

Tabel Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Transportasi

Nasional di Wilayah Aceh (2014, 2019, 2025 dan 2030)

Lampiran III Tabel Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Wilayah Aceh

(2014, 2019, 2025 dan 2030)

Lampiran IV Tabel Rencana Jaringan Prasarana Transportasi Wilayah Aceh

(2014, 2019, 2025 dan 2030)

Lampiran V

Peta Pulau Sumatera

Lampiran VI Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Wilayah Aceh

(Jaringan Antarpropinsi dan Dalam Propinsi) (2014, 2019, 2025

dan 2030)

Lampiran VII Peta Rencana Jaringan Prasarana Transportasi Wilayah Aceh

(Jaringan Skala Nasional dan Skala Propinsi) (2014, 2019, 2025

dan 2030)

(6)

6

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi

sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan

pertahanan-keamanan. Pembangunan sektor transportasi diarahkan pada

terwujudnya sistem transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang

dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas

manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional serta

mendukung

pengembangan

wilayah

dan

peningkatan

hubungan

internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa

dan bernegara dalam rangka perwujudan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Perwujudan sistem transportasi yang efektif dan efisien menghadapi

berbagai tantangan, peluang dan kendala sehubungan dengan adanya

perubahan lingkungan yang dinamis seperti otonomi daerah, globalisasi

ekonomi, perubahan perilaku permintaan jasa transportasi, kondisi politik,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepedulian pada

kelestarian lingkungan hidup serta adanya keterbatasan sumber daya.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, sistem transportasi nasional perlu

terus ditata dan disempurnakan dengan dukungan sumber daya manusia

yang berkualitas, sehingga terwujud keterpaduan antar dan intra moda

transportasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntutan

masyarakat serta perdagangan nasional dan internasional dengan

memperhatikan kelaikan sarana dan prasarana transportasi.

Berdasarkan kondisi seperti yang disebutkan di atas dan dengan

memperhatikan perkiraan perubahan pola aktivitas, pola pergerakan, serta

peruntukan lahan, maka perlu disusun dokumen Sistem Transportasi

Nasional pada Tataran Transportasi Wilayah berupa jaringan pelayanan dan

jaringan prasarana transportasi wilayah jangka menengah dan panjang

sebagai salah satu perwujudan Sistranas dan menjadi pedoman atau acuan

pembangunan transportasi di wilayah.

B.

TUJUAN

Tujuan penyusunan dokumen Sistem Transportasi Nasional pada Tataran

Transportasi Wilayah adalah sebagai acuan penyelenggaraan transportasi di

wilayah propinsi.

C.

PENGERTIAN

1.

Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah

serangkaian simpul

dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.

2.

Simpul adalah

tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda

dan intermoda yang berupa terminal, stasiun kereta api, pelabuhan

laut, pelabuhan sungai dan danau dan/atau bandar udara.

3.

Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

adalah ruang lalu lintas,

terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat

pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna

(7)

7

jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan serta fasilitas

pendukung.

4.

Transportasi antarmoda

adalah transportasi penumpang dan atau

barang yang menggunakan lebih dari satu moda transportasi dalam

satu perjalanan yang berkesinambungan.

5.

Transportasi multimoda

adalah transportasi barang dengan

menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda transportasi yang berbeda,

atas dasar satu kontrak yang menggunakan Dokumen Transportasi

Multimoda dari suatu tempat barang diterima oleh operator

transportasi multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk

penerimaan barang tersebut.

6.

Transportasi jalan

yang dimaksudkan dalam dokumen ini adalah lalu

lintas angkutan jalan dan jaringan jalan.

7.

Transportasi sungai dan danau

yang dimaksudkan dalam dokumen

ini adalah pelayaran di sungai dan danau.

8.

Transportasi kereta api

yang dimaksudkan dalam dokumen ini adalah

perkeretaapian.

9.

Transportasi sungai dan danau

yang dimaksudkan dalam dokumen

ini adalah pelayaran di sungai dan danau.

10.

Transportasi penyeberangan

yang dimaksudkan dalam dokumen ini

adalah pelayaran yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau kereta

api yang terputus.

11.

Transportasi laut

yang dimaksudkan dalam dokumen ini adalah

pelayaran di laut.

12.

Transportasi udara

yang dimaksudkan dalam dokumen ini adalah

penerbangan.

13.

Prasarana perkeretaapian

adalah jalur kereta api, stasiun kereta api

dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

14.

Jalur kereta api

adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan

rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur

kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian

atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.

15.

Jaringan jalur kereta api

adalah seluruh jalur kereta api yang terkait

satu dengan yang lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga

merupakan satu sistem.

16.

Pelayaran

adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di

perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta

perlindungan lingkungan maritim.

17.

Trayek

adalah rute atau lintasan pelayanan angkutan dari satu

pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

18.

Kepelabuhanan

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,

keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau

barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan

intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional

dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.

(8)

8

19.

Pelabuhan Utama

adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat

angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar dan

sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta

angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarpropinsi.

20.

Pelabuhan Pengumpul

adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya

melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut

dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan

penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan

jangkauan pelayanan antarpropinsi.

21.

Pelabuhan Pengumpan

adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya

melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut

dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi

pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal

tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan

dengan jangkauan pelayanan dalam propinsi.

22.

Penerbangan

adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas

pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan

udara, navigasi penerbangan keselamatan dan keamanan, lingkungan

hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

23.

Rute penerbangan

adalah lintasan pesawat udara dari bandar udara

asal ke bandar udara tujuan melalui jalur penerbangan yang telah

ditetapkan.

24.

Kebandarudaraan

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam

melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan

ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau

pos,

tempat

perpindahan intra

dan/atau

antarmoda serta

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

25.

Bandar Udara

adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan

batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara

mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat

barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi,

yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan

penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

26.

Bandar Udara Umum

adalah bandar udara yang digunakan untuk

melayani kepentingan umum.

27.

Bandar Udara Khusus

adalah bandar udara yang hanya digunakan

untuk melayani kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha

pokoknya.

28.

Bandar Udara Domestik

adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai

bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.

29.

Bandar Udara Internasional

adalah bandar udara yang ditetapkan

sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri

dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri.

30.

Bandar Udara Pengumpul (

hub

)

adalah bandar udara yang

mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara

yang melayani penumpang dan/atau kargo dalam jumlah besar dan

(9)

9

mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai

propinsi.

31.

Bandar Udara Pengumpan (

spoke

)

adalah bandar udara yang

mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan

ekonomi terbatas.

32.

Wilayah

adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan

berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

33.

Wilayah nasional

adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

34.

Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

adalah kawasan perkotaan yang

memenuhi salah satu atau semua kriteria sebagai berikut:

berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa

skala nasional atau yang melayani beberapa propinsi;

berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala

nasional atau melayani beberapa propinsi.

35.

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

adalah kawasan perkotaan yang

memenuhi salah satu atau semua kriteria sebagai berikut:

berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan

jasa-jasa yang melayani beberapa kabupaten;

berpotensi atau berfungsi sebagai simpul transportasi yang

melayani beberapa kabupaten;

berpotensi atau berfungsi sebagai simpul kedua kegiatan

ekspor-impor mendukung PKN.

D.

SISTEMATIKA

Dokumen Sistranas Pada Tatrawil ini terdiri dari Pendahuluan, pendekatan

tataran transportasi, visi, misi, kebijakan dan strategi serta program

pengembangan transportasi wilayah yang selanjutnya dijadikan sebagai

dasar dalam penyusunan program pengembangan transportasi wilayah

meliputi program optimalisasi dan pembangunan,sebagai berikut:

Bab I.

Pendahuluan, berisi tentang latar belakang perlunya penyusunan

Dokumen Sistranas Pada Tatrawil, tujuan, pengertian serta

sistematika penulisan.

Bab II.

Pendekatan berisi gambaran Sistranas, Sistranas pada Tatranas

dan Sistranas pada Tatrawil.

Bab III.

Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan

Transportasi Wilayah.

(10)

10

BAB II

PENDEKATAN

A.

SISTRANAS

1.

DEFINISI

Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara

kesisteman dan antarmoda terdiri dari transportasi jalan, transportasi

kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan,

transportasi laut, transportasi udara serta transportasi pipa, yang

masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang

saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat

pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif

dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang,

yang terus berkembang secara dinamis.

2.

TATARAN TRANSPORTASI

Sistranas diwujudkan dalam tiga tataran, yaitu Sistranas pada Tataran

Transportasi Nasional (Sistranas pada Tatranas), Sistranas pada Tataran

Transportasi Wilayah (Sistranas pada Tatrawil) dan Sistranas pada

Tataran Transportasi Lokal (Sistranas pada Tatralok).

3.

ARAH PERWUJUDAN

Pengembangan transportasi nasional diorientasikan pada upaya

penyeimbangan antara permintaan jasa transportasi dengan penyediaan

jaringan prasarana dan pelayanan transportasi. Pengembangan jaringan

prasarana dan jaringan pelayanan dilakukan pada masing-masing

tataran dengan memperhatikan aspek komersial dan aspek keperintisan,

aspek keselamatan, keunggulan masing-masing moda transportasi

sesuai dengan kondisi geografi, kependudukan, dan sumber daya alam,

yang diarahkan untuk mengintegrasikan dan mengkombinasikan moda

yang ada, baik transportasi jalan, kereta api, sungai dan danau,

penyeberangan, laut, dan udara, maupun pipa, sesuai dengan potensi

wilayah.

Perwujudan

Sistranas

berupa

Tataran

Transportasi

Nasional

(TATRANAS), Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) dan Tataran

Transportasi Lokal (TATRALOK). Tataran transportasi tersebut memuat

tatanan mengenai pelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan

prasarana transportasi. Keterkaitan ke tiga tataran tersebut secara

terintegrasi menjadi acuan bagi semua pihak terkait dalam

penyelenggaraan dan pembangunan transportasi untuk perwujudan

pelayanan transportasi yang efektif dan efisien baik pada tataran

wilayah maupun lokal.

Di dalam undang-undang bidang transportasi diamanahkan penetapan

rencana induk dan tatanan mengenai simpul transportasi.

Dokumen-dokumen tersebut antara lain meliputi:

a.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 15 Tahun 2010 tentang

Cetak Biru Transportasi Multimoda

b.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang

Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan

c.

Cetak Biru Angkutan Sungai dan Danau (sedang dalam proses

(11)

11

d.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 6 Tahun 2010 tentang

Cetak Biru Pengembangan Transportasi Penyeberangan Tahun

2010-2030

e.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 43 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

f.

Tatanan Kepelabuhanan (sedang dalam proses penyelesaian)

g.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 Tatanan

Kebandarudaraan Nasional.

Penyelarasan dokumen Sistranas sejalan dengan perkembangan dan

dinamika nasional dan lingkungan strategis serta harmonisasi dengan

berbagai dokumen perencanaan lainnya seperti Rencana Pembangunan

Jangka Panjang nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) serta empat peraturan perundang-undangan

transportasi, Sistem Logistik Nasional, Cetak Biru Transportasi

Antarmoda/Multimoda mempunyai korelasi yang kuat dengan ekonomi.

Kedudukan Sistranas, Sistranas pada Tatranas, Sistranas pada Tatrawil

serta dokumen terkait di masing-masing moda transportasi sesuai

(12)

12

Gambar 1. Integrasi Perwujudan Sistranas

Cetak Biru Sistem Logistik Nasional

Cetak Biru Transportasi

Multimoda (KM 15/2010)

RENSTRA Kementerian Perhubungan

Rencana Investasi Sarana dan Prasarana Perhubungan

SISLOGNA S MP3EI (Perpres 32/2011) UU 22/2009 ttg LLAJ UU 17/2008 ttg Pelayaran UU 1/2009 ttg Penerbangan UU 23/2007 ttg KA Rencana Induk LLAJ Nasional Rencana Induk Perkeretaapian Nasional Tatanan KA Nasional Tatanan Kepelabuhanan Nasional Rencana Induk Jaringan Penyeberangan Nasional Tatanan Kebandar udaraan Nasional (KM 11/2010) Rencana Induk Nasional Bandar Udara UU 38/ 2004 ttg Jalan Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional

SISTRANAS

Sistranas Pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas) Sistranas Pada Tataran Transportasi Wilayah Propinsi (Tatrawil)

Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)

Rencana Induk Pelabuhan Nasional UU 26/2006 ttg Penataan Ruang RTRWN (PP 26/2008) RTRWP, RTRWK PP5/2010 ttg RPJMN 2010 – 2014 UU 17/2007 ttg RPJPN 2005 - 2025

Perpres

No…..

(13)

13

B.

SISTRANAS PADA TATRANAS

1.

DEFINISI

Sistranas pada Tatranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi

secara kesisteman dan antarmoda, terdiri dari transportasi jalan,

transportasi kereta api

,

transportasi sungai dan danau, transportasi

penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara dan transportasi

pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, yang saling

berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir

membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan

efisien, yang berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang

antarsimpul atau kota nasional dan dari simpul atau kota nasional ke

luar negeri atau sebaliknya.

2.

FUNGSI SISTRANAS PADA TATRANAS

Sistem Transportasi Nasional pada Tataran Transportasi Nasional

(Sistranas pada Tatranas) berfungsi sebagai pedoman untuk

pengembangan jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang

memfasilitasi perpindahan orang dan/atau barang antarsimpul atau

kota nasional dan dari simpul atau kota nasional ke luar negeri atau

sebaliknya.

3.

ARAH PENGEMBANGAN

Arah pengembangan transportasi didekati dari tiga sisi, yaitu geografi,

demografi, dan sumber daya alam. Dari sisi geografi, Indonesia yang

terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil, pengembangan transportasi

diarahkan untuk penyediaan pelayanan yang disesuaikan dengan

karakteristik wilayah dalam bentuk transportasi antarmoda dalam pulau

dan antarpulau. Dari sisi demografi, pengembangan transportasi

antarmoda diarahkan untuk penyediaan pelayanan yang disesuaikan

dengan kepadatan populasi yang terbagi dalam dua kategori yaitu untuk

kawasan perkotaan (

urban transport

) dan perdesaan (

rural transport

).

Dari sisi sumber daya alam, pengembangan transportasi harus

mempertimbangkan moda transportasi yang lebih efektif dan efisien

seperti transportasi pipa untuk mengangkut LNG, transportasi kereta

api mengangkut hasil perkebunan dan hasil pertambangan.

C.

SISTRANAS PADA TATRAWIL

1.

DEFINISI

Sistranas pada Tatrawil adalah tatanan transportasi yang terorganisasi

secara kesisteman dan antarmoda terdiri dari transportasi jalan,

transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi

penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, dan transportasi

pipa yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana yang saling

berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir

membentuk suatu sistem pelayanan transportasi yang efektif dan

efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang

antarsimpul atau kota wilayah, dan dari simpul atau kota wilayah ke

simpul atau kota nasional atau sebaliknya.

(14)

14

2.

FUNGSI SISTRANAS PADA TATRAWIL

Sistem Transportasi Nasional pada Tataran Transportasi Wilayah

(Sistranas pada Tatrawil) berfungsi sebagai pedoman untuk

pengembangan jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang

memfasilitasi perpindahan orang dan atau barang antarsimpul atau kota

wilayah dan dari simpul atau kota wilayah ke simpul atau kota nasional

atau sebaliknya.

BAB III

VISI, MISI, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A.

VISI

Terwujudnya transportasi yang efektif, efisien, terpadu, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan, sehingga mampu mewujudkan peningkatan

kualitas hidup, pertumbuhan, pemerataan ekonomi, dan keadilan sosial

bagi seluruh masyarakat Aceh.

B.

MISI

1.

Mewujudkan sistem transportasi Aceh yang terpadu dalam menunjang

kelancaran distribusi dan mobilitas orang dan barang, yang efisien dan

selaras.

2.

Mewujudkan aktivitas perekonomian di daerah-daerah pada wilayah

Aceh yang adil dan merata.

3.

Mewujudkan sistem transportasi yang ramah lingkungan.

4.

Meningkatkan sistem transportasi yang tanggap bencana alam.

C.

KEBIJAKAN

C.1 Zonanisasi

Simpul transportasi Aceh dikelompokkan ke dalam beberapa zona kerja

berdasarkan letak geografis dan rencana pengembangan kawasan strategis

Aceh, dengan pengelolaan sebagai berikut:

a.

Zona Pusat, terdiri atas simpul-simpul transportasi pada Kota Sabang,

Kab. Aceh Besar, Kota Banda Aceh dan Kab. Pidie.

b.

Zona Utara - Timur, terdiri atas Kab. Aceh Utara, Kota Lhoksumawe,

Kab. Pidie Jaya, Kab. Bireun, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Tengah,

Kab. Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Kab. Aceh Timur.

c.

Zona Barat, terdiri atas simpul-simpul transportasi pada Kab. Aceh

Barat, Kab. Aceh Jaya dan Kab. Nagan Raya.

d.

Zona Tenggara-Selatan, terdiri atas simpul-simpul transportasi pada

Kab. Aceh Singkil, Kab. Simeulue, Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh

Tenggara, Kab. Gayo Lues, Kota Subullussalam dan Kab. Aceh Barat

Daya.

Kewenangan

penyelenggaraan

pelayanan

seluruh

simpul-simpul

transportasi di Aceh dikelola dalam satu kesatuan wilayah kerja oleh

Otoritas Transportasi Aceh.

(15)

15

C.2 Transportasi Darat

C.2.1Jaringan Jalan

a.

Mempertahankan prasarana yang telah dibangun dengan kualitas

yang memadai agar dapat dimanfaatkan secara optimal dengan

prioritas menunjang kegiatan sektor strategis dan produktif.

b.

Mengembalikan kondisi prasarana jalan kepada kualitas semula

yang memadai serta meningkatkan kemampuan struktur dan

geometrik jalan agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

menunjang kegiatan sektor strategis dan produktif.

c.

Mengembangkan sistem jaringan jalan bebas hambatan

(

freeway/highgrade highway

), jalan arteri primer, jalan kolektor

primer, dan jalan lokal primer.

d.

Mengembangkan sistem jaringan pejalan kaki (

pedestrian

) dan

sepeda pada pusat-pusat kegiatan bisnis, wisata, perkantoran,

pendidikan, dan kawasan TOD yang diintegrasikan dengan jalur

angkutan umum, perparkiran, ruang terbuka berikut fasilitas

pendukungnya

yang

memadai

dengan

memperhitungkan

aksesibilitas bagi pengguna dan lingkungannya.

C.2.2 Angkutan Jalan

a.

Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara

terpadu.

b.

Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat pada

daerah terpencil.

c.

Meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan secara komprehensif

dan terpadu dari berbagai aspek (pencegahan, pembinaan dan

penegakan hukum,penanganan dampak kecelakaan dan daerah

rawan kecelakaan, sistem informasi kecelakaan lalu lintas dan

kelaikan sarana, serta ijin pengemudi di jalan).

d.

Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui

penanganan muatan lebih secara komprehensif, dan melibatkan

berbagai instansi terkait.

e.

Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan yang

terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat dan terpadu dengan

pengembangan wilayahnya.

f.

Mengembangkan sarana dan prasarana angkutan penumpang dan

angkutan

barang

untuk

meningkatkan

keterjangkauan

transportasi umum untuk masyarakat luas di perkotaan dan

gampong serta dukungan pelayanan angkutan jalan perintis,

meningkatkan keterpaduan antarmoda dan inter moda dan

mendukung kegiatan industri dan ekspor-impor.

g.

Mengembangkan sistem angkutan massal (

transit oriented

development)

yang berkelanjutan.

h.

Meningkatkan profesionalisme SDM (petugas, disiplin operator dan

pengguna di jalan), meningkatkan kemampuan manajemen dan

rekayasa lalu lintas, serta pembinaan teknis tentang pelayanan

operasional transportasi.

(16)

16

C.2.3 Angkutan Penyeberangan

a.

Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan

sarana serta pengelolaan angkutan ASDP.

b.

Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang

telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan

antarmoda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus

pada antarpulau dengan pelayanan

point to point

sejalan dengan

sistem transportasi daerah dan nasional dengan menerapkan

konsep

Transit Oriented Development

(TOD).

c.

Mendorong peningkatan peran serta Pemerintah Aceh dan swasta

dalam penyelenggaraan ASDP (

Public Private Partnership

).

d.

Meningkatkan aksesibilitas pelayanan ASDP, seperti:

1.

Mengembangkan angkutan yang menghubungkan daerah

pantai Barat dan Timur serta kepulauan;

2.

Mengembangkan angkutan danau untuk menunjang program

wisata;

3.

Mengembangkan angkutan penyeberang yang menghubungkan

wilayah Aceh dengan Negara Tetangga dalam rangka

mendukung kerjasama IMT-GT.

C.2.4 Kereta Api

a.

Melaksanakan perencanaan, pendanaan perkeretaapian secara

terpadu, dan berkelanjutan didukung pengembangan sistem data

dan informasi yang lebih akurat.

b.

Melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari batas Sumatera

Utara sampai dengan Banda Aceh berikut bangunan pelengkap, yang

sesuai dengan program

Trans Sumatera Railway.

c.

Meningkatkan tatanan pelayanan angkutan antarmoda dan

kesinambungan dengan pelayanan

point to point

sejalan dengan

sistem transportasi daerah dan nasional dengan menerapkan konsep

Transit Oriented Development

(TOD).

d.

Meningkatkan peran serta Pemda dan swasta di bidang

perkeretaapian.

e.

Meningkatkan SDM perkeretaapian dan pengembangan teknologi

perkeretaapian.

C.2.5 Laut

a.

Meningkatkan peran armada pelayaran baik untuk angkutan dalam

negeri maupun ekspor-impor.

b.

Meningkatkan peran pelayaran sebagai angkutan yang melayani

pulau-pulau terisolir.

c.

Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang

telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan

antarmoda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus

pada antarpulau dengan pelayanan

point to point

sejalan dengan

sistem transportasi daerah dan nasional dengan menerapkan konsep

Transit Oriented Development

(TOD).

d.

Mengurangi bahkan menghapuskan pungutan-pungutan tidak resmi

di pelabuhan sehingga tarif yang ditetapkan otoritas pelabuhan tidak

jauh berbeda dengan biaya yang secara riil dikeluarkan oleh

(17)

17

pengguna jasa kepelabuhanan, melalui peningkatan koordinasi bagi

semua instansi yang terkait dalam proses bongkar muat barang.

e.

Memenuhi standar pelayaran internasional yang dikeluarkan oleh

IMO (

International Maritime Organization

) maupun IALA guna

meningkatkan keselamatan pelayaran baik selama pelayaran

maupun pada saat berlabuh dan bongkar muat.

C.2.6 Udara

a.

Meningkatkan

pelayanan

jasa

transportasi

udara

melalui

peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana

transportasi udara.

b.

Mengembangkan bandar udara yang berfungsi melayani pergerakan

penumpang dan barang skala regional, nasional, dan internasional.

c.

Pengembangan aksesiblitas angkutan udara guna meningkatkan dan

memperluas jangkauan pelayanan penerbangan, terutama pada

daerah-daerah terpencil.

d.

Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang

telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan

antarmoda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus

pada dalam pulau dan antarpulau dengan pelayanan

point to point

sejalan dengan sistem transportasi daerah dan nasional dengan

menerapkan konsep

Transit Oriented Development

(TOD).

e.

Mengembangkan bandar udara internasional dalam rangka

penunjang pergerakan internasional guna memperlancar mobilitas

dari dan ke kawasan-kawasan perekonomian penting.

f.

Meningkatkan pelayanan angkutan udara perintis.

C.2.7 Pipa

a.

Memantapkan jaringan transmisi dan distribusi pipa minyak dan gas

bumi di wilayah Aceh.

b.

Mengembangkan jaringan transmisi dan distribusi pipa minyak dan

gas bumi di wilayah Aceh.

D.

STRATEGI

D.1 Transportasi Jalan

D.1.1 Jaringan Jalan

a.

Menyediakan prasarana yang mampu memenuhi kebutuhan

minimum dalam mendukung pemulihan ekonomi.

b.

Menyediakan prasarana yang mampu mendukung pengembangan

kegiatan sektor strategis dan produktif dalam pemulihan ekonomi.

D.1.2 Angkutan Jalan

a.

Menurunkan tingkat kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu

lintas di jalan serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan

dalam hal ketertiban, keamanan dan kenyaman transportasi

jalan, terutama angkutan umum di perkotaan, perdesaan dan

antarkota.

b.

Meningkatkan kondisi prasarana LLAJ terutama menurunnya

jumlah pelanggaran lalu lintas dan muatan lebih di jalan sehingga

dapat menurunkan kerugian ekonomi yang diakibatkannya.

c.

Meningkatkan kelaikan dan jumlah sarana LLAJ.

d.

Meningkatkan keterpaduan antarmoda dan efisiensi dalam

(18)

18

perwujudan sistem transportasi daerah dan nasional, serta

terciptanya pola distribusi daerah.

a.

Meningkatkan keterjangkauan pelayanan transportasi umum bagi

masyarakat luas di perkotaan dan perdesaan serta dukungan

pelayanan transportasi diwilayah terpencil untuk mendukung

pengembangan wilayah.

b.

Meningkatkan efektivitas regulasi dan kelembagaan transportasi

jalan, melalui:

1.

Meningkatnya koordinasi dan kerjasama antarlembaga dan

antarpemerintah daerah dan pusat dalam pembinaan

transportasi jalan, terutama untuk angkutan perkotaan,

perdesaaan dan antarkota dalam propinsi.

2.

Meningkatnya peran serta swasta dan masyarakat dalam

penyelenggaraan transportasi jalan (angkutan perkotaan,

perdesaan, dan antarkota).

D.1.3 Penyeberang

a.

Meningkatnya jumlah prasarana dermaga untuk meningkatkan

jumlah lintas penyeberangan baru yang siap operasi maupun

meningkatkan kapasitas lintas penyeberangan yang padat.

b.

Meningkatnya kalaikan dan jumlah sarana penyeberangan.

c.

Meningkatnya keselamatan angkutan penyeberangan.

d.

Meningkatnya kelancaran dan jumlah penumpang, kendaraan

dan penumpang yang diangkut, terutama meningkatnya

kelancaran perpindahan antarmoda di dermaga penyeberangan

serta meningkatkan pelayanan angkutan perintis.

e.

Meningkatnya peran serta swasta dan pemerintah daerah dalam

pembangunan dan pengelolaan angkutan penyeberangan, serta

meningkatnya kinerja BUMN/BUMD di bidang angkutan

penyeberangan.

D.1.4 Kereta Api

a.

Meningkatnya gerakan pertumbuhan ekonomi, yang menjangkau

sebanyak mungkin sumber-sumber angkutan, yaitu kota, desa,

pusat perdagangan, pusat industri baik yang berskala kecil,

menengah, maupun besar dan pariwisata.

b.

Meningkatnya mobilitas masyarakat sehingga berdampak sosial

yang positif bagi perkembangan masyarakat setempat.

c.

Meningkatnya manfaat dari pemakaian dana yang wajar, baik

jangka pendek maupun jangka panjang.

d.

Mudahnya penggunaan kereta api nantinya secara optimal yang

memberikan dampak yang luas bagi pengembangan wilayah, dan

menyajikan operasional kereta api yang andal, aman, dan

nyaman.

D.1.5 Angkutan Laut

a.

Meningkatnya pangsa pasar armada pelayaran Aceh baik untuk

angkutan laut dalam negeri maupun ekspor-impor.

b.

Meningkatkanya aksesibilitas pulau-pulau yang terisolir.

c.

Meningkatnya kinerja dan efisiensi pelabuhan khususnya yang

ditangani oleh BUMN/BUMD karena sebagian besar muatan

ekspor-impor dan angkutan dalam negeri ditangani oleh

pelabuhan yang ada di bawah pengelolaan BUMN/BUMD.

(19)

19

d.

Selanjutnya terlengkapinya prasarana SBNP (sarana bantu

navigasi pelayaran) dan fasilitas pemeliharaannya, sehingga SBNP

yang ada dapat berfungsi 24 jam.

e.

Meningkatnya investasi pihak swasta terhadap prasarana

pelabuhan.

f.

Meningkatnya perekonomian dari kawasan ekonomi penting di

Aceh.

D.1.6 Angkutan Udara

a.

Meningkatnya keselamatan, kelancaran dan kesinambungan

pelayanan transportasi udara baik untuk angkutan penerbangan

domestik dan internasional, maupun perintis.

b.

Meningkatkanya aksesibilitas pulau-pulau yang terisolir.

c.

Meningkatnya perekonomian dari kawasan ekonomi penting di

Aceh.

D.1.7 Pipa

a.

Meningkatnya kinerja jaringan transmisi dan distribusi pipa

minyak dan gas bumi di wilayah Aceh.

b.

Meningkatnya perekonomian Aceh.

E.

PROGRAM

Dalam menyusun program dan kegiatan pengembangan jaringan transportasi,

hal-hal yang menjadi perhatian utama adalah:

Program atau kegiatan yang dicanangkan disusun dengan mengacu

sepenuhnya pada RTRW Aceh, Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJP) Aceh maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Aceh, Masterplan Percepatan Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) dan Tataran Transportasi Nasional terutama yang

berkaitan dengan aspek pengembangan transportasi.

Program atau kegiatan yang dicanangkan disusun dengan mengacu

kepada hasil kinerja jaringan transportasi yang berdasarkan pada

prediksi permintaan transportasi.

Program atau kegiatan yang dicanangkan penyusunannya sepenuhnya

mengacu pada alternatif kebijakan terpilih dari penyelenggaraan

prasarana jalan yang telah dirumuskan sebelumnya, di mana hal

tersebut mengacu pada visi,

goals

,

objectives

dan kendala.

Program dan kegiatan disusun dalam empat tahapan dalam rentang

perioda lima tahunan. Maksudnya adalah agar secara teknis pihak

Dinas Perhubungan Propinsi Aceh dapat melakukan penyesuaian dan

adjustment

setiap tahunnya pada saat dirumuskan bersama pihak

legislatif, sepanjang

objectives

dan

goals

pada tahap dimaksud tetap

menjadi acuan.

Penyusunan program dan kegiatan dilakukan dengan memperhatikan

implikasinya pada alokasi anggaran. Dalam hal ini diusahakan agar

alokasi anggaran pada tiap tahunnya tidak terlalu bervariasi dari satu

tahun dengan tahun lainnya. Diusahakan dalam penyusunan program

agar implikasi dari alokasi anggaran tahunan meningkat secara

inkremental setiap tahunnya.

(20)

20

Pengembangan jaringan transportasi wilayah Aceh memiliki rentang waktu 20

tahun, sehingga perlu rumusan yang lebih operasional, agar rumusan

objectives

dan

goals

dimaksud dapat dicapai. Untuk itu dirasa perlu untuk

mendeskripsikan rumusan tujuan dan sasaran dalam rentang waktu yang lebih

pendek, yaitu dalam rentang waktu 5 tahunan, atau dalam setiap perioda

tahapan.

Agar lebih operasional, maka rumusan tujuan dan sasaran yang dibuat per

tahapan (per rentang waktu 5 tahunan) dirumuskan dalam dua tataran yang

berbeda, yaitu tataran umum, dan tataran pada tiap program. Rumusan tujuan

dan sasaran untuk masing-masing tahapan dapat dilihat pada

Lampiran I

sampai dengan Lampiran II

.

BAB IV

PENUTUP

Sebagai perwujudan dari Sistranas, maka pengembangan transportasi pada

tataran wilayah diorientasikan kepada upaya pengembangan keseimbangan

antara penyediaan jaringan prasarana dan pelayanan dengan permintaan jasa

transportasi (

supply dan demand

) yang memperhatikan

potential demand

namun juga tetap memperhatikan kebutuhan jasa transportasi bagi

masyarakat yang terisolir dalam upaya meningkatkan perekonomian wilayah.

Berhasilnya pelaksanaan Sistranas pada Tatrawil secara konsekuen dan

penuh tanggung jawab, sangat tergantung kepada sumber daya manusia dan

partisipasi seluruh masyarakat dan berbagai sektor terkait lainnya serta

seluruh aparatur transportasi baik di propinsi, maupun kabupaten/kota.

Dokumen Sistranas pada Tataran Transportasi Wilayah ini merupakan

pedoman yang digunakan dalam pembangunan dan penyelenggaraan

transportasi wilayah secara terintegrasi.

(21)

21

LAMPIRAN I TABEL RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN TRANSPORTASI NASIONAL DI WILAYAH ACEH

(2014, 2019, 2025 dan 2030)

1.

TRANSPORTASI ANTARMODA

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

A. Trayek Antarmoda

1 Pengembangan Trayek Krueng Raya – Sigli guna mendukung pergerakan dari Pelabuhan

Malahayati ke Terminal Sigli

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 2 Pengembangan Trayek

dari Penyeberangan Ulee

Lheue ke Terminal Batoh Trayek

1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 3 Peningkatan keterpaduan

trayek angkutan pemadu moda bus dari Bandara Sultan Iskandar Muda ke Penyeberangan Ulee Lheue – Balohan

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 4 Pengembangan keterpaduan trayek kereta api dari Bandara Sultan Iskandar Muda ke Sigli

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

PT. KAI, Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 5 Pengembangan

keterpaduan trayek kereta api dari Terminal Glumpang Payong ke Sigli

Trayek 1 Perhubungan Kementerian PT. KAI, Kementerian Perhubungan,

Dishubkomintel Aceh 6 Pengembangan

keterpaduan trayek kereta api dari Pelabuhan Kr. Geukeuh ke Sigli,

Trayek 3 Perhubungan Kementerian PT. KAI, Kementerian Perhubungan,

(22)

22

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

Bireun dan Lhokseumawe

7 Peningkatan keterpaduan trayek angkutan pemadu moda bus dari Bandara Maimun Saleh ke Terminal Sabang

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 8 Pengembangan Trayek Meulaboh – Takengon guna mendukung pergerakan dari Pelabuhan Meulaboh ke Terminal Takengon

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 9 Peningkatan keterpaduan

trayek angkutan pemadu moda bus dari Bandara Malikussaleh ke Terminal Cunda

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 10 Pengembangan keterpaduan trayek kereta api dari Bandara Malikussaleh ke Bireun, Lhokseumawe dan Langsa

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

PT. KAI, Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 11 Peningkatan keterpaduan

trayek angkutan pemadu moda bus dari Bandara Malikussaleh ke Terminal Langsa

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 12 Pengembangan Trayek

Singkil – Kutacane guna mendukung pergerakan Pelabuhan Singkil - Terminal Kutacane

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh

(23)

23

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN

PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

13 Pengembangan Trayek Singkil – Tapak Tuan guna mendukung pergerakan Pelabuhan Singkil - Terminal Tapak Tuan

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 14 Pengembangan Trayek

Langsa – Kutacane guna mendukung pergerakan dari Penyeberangan Kuala Langsa ke Terminal Kutacane

Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 15 Pengembangan jaringan pelayanan angkutan barang guna mendukung sistem pelayanan terpadu (one stop service) dari dry port atau kawasan

industri ke Pelabuhan Malahayati, Sabang, Singkil, Kr. Geukeuh, dan Meulaboh

Trayek 5 Perhubungan Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Kementerian Perhubungan

2.

TRANSPORTASI JALAN

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

A. Pengembangan Trayek dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antarpropinsi (AKAP) di Wilayah Aceh

1 Banda Aceh - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh

(24)

24

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

2 Sigli - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh

3 Bireun - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh

4 Cunda - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 5 Takengon - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh

6 Langsa - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 7 Meulaboh - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh 8 Blangkeujeren - Medan Trayek 1 Perhubungan Kementerian

Operator Angkutan AKAP, Kementerian

Perhubungan, Dishubkomintel Aceh

(25)

25

3.

TRANSPORTASI PENYEBERANGAN

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

A. Pengembangan Jaringan Lintas Penyeberangan Internasional

1 Sabang – Langkawi,

Malaysia Lintasan 1 Perhubungan Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Kementerian Perhubungan 2 Kuala Langsa – Penang,

Malaysia Lintasan 1 Perhubungan Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Kementerian Perhubungan 3 Lhokseumawe – Penang,

Malaysia Lintasan 1 Perhubungan Kementerian Dishubkomintel Aceh, Kementerian Perhubungan 4 Ulee Lheue – Sabang –

Phuket, Thailand Lintasan 1 Perhubungan Kementerian Dishubkomintel Aceh, Kementerian Perhubungan 5 Ulee Lheue – Langkawi,

Malaysia Lintasan 1 Perhubungan Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Kementerian Perhubungan

B.

Pengembangan Lintasan Penyeberangan Dalam Negeri Antarprovinsi:

1 Singkil – Sibolga/Nias di

Provinsi Sumatera Utara Lintasan 1

Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Penyeberangan 2 Pulau Banyak – Sibolga/Nias Provinsi Sumatera Utara Lintasan 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Penyeberangan 3 Sinabang – Gn. Sitoli di

Propinsi Sumatera Utara

Lintasan 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Penyeberangan

(26)

26

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

4 Singkil – Gn. Sitoli di

Propinsi Sumatera Utara Lintasan 1 Kementerian Perhubungan Perhubungan, Kementerian Dishubkomintel Aceh,

Operator Penyeberangan

4.

TRANSPORTASI KERETA API

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

A. Lintas Kereta Api

1 Banda Aceh - Sigli - Bireun - Lhoksumawe - Langsa - Besitang

Propinsi Sumatera Utara (Lintas Timur)

Paket 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, PT. KAI, Kementerian Dishubkomintel Aceh 2 Banda Aceh - Meulaboh–

Tapak Tuan - Subullussalam -

Propinsi Sumatera Utara (Lintas Barat) Paket 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, PT. KAI, Dishubkomintel Aceh

(27)

27

5.

TRANSPORTASI LAUT

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

A. Pengembangan dan Peningkatan Trayek Angkutan Laut – Luar Negeri

1 Sabang - luar negeri Paket 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, Kementerian Dishubkomintel Aceh,

Operator Angkutan Laut

2 Malahayati - luar negeri Paket 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, Kementerian Dishubkomintel Aceh,

Operator Angkutan Laut

3 Meulaboh - luar negeri Paket 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut 4 Kr. Geukeuh - luar negeri Paket 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut

5 Singkil - luar negeri Paket 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut

B. Pengembangan dan Peningkatan Trayek Angkutan Laut – Antarpropinsi

1 Sabang - antarpropinsi Paket 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut

(28)

28

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

2 Malahayati -

antarpropinsi Paket 1 Perhubungan Kementerian Perhubungan, Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut 3 Meulaboh - antarpropinsi Paket 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut 4 Kr. Geukeuh - antarpropinsi Paket 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut

5 Singkil - antarpropinsi Paket 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut 6 Kuala Langsa -

antarpropinsi Paket 1 Perhubungan Kementerian Perhubungan, Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan

Laut 7 Tapak Tuan -

antarpropinsi Paket 1 Perhubungan Kementerian Perhubungan, Kementerian

Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan

Laut

8 Calang - antarpropinsi Paket 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Dishubkomintel Aceh, Operator Angkutan Laut

(29)

29

6.

TRANSPORTASI UDARA

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

A. Peningkatan Jumlah Rute & Frekuensi Penerbangan Antarpropinsi/Antarpulau dari Aceh ke Propinsi Lainnya

1 St. Iskandar Muda -

Jakarta Rute 1 Perhubungan Kementerian Perhubungan, Kementerian

Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

2 Malikussaleh - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, Kementerian Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

3 Alas Leuser - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

4 Point A - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

5 Gayo Lues - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

6 Lasikin - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, Kementerian Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

(30)

30

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

7 T. Cut ali - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, Kementerian Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

8 H. Fanshuri - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

9 Rambele - Medan Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

B. Pengembangan Jalur-Jalur Penerbangan Internasional:

1 St. Iskandar Muda -

Penang Rute 1 Perhubungan Kementerian Perhubungan, Kementerian

Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh 2 St. Iskandar Muda - Kuala Lumpur Rute 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh 3 St. Iskandar Muda - Jeddah Rute 1 Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

(31)

31

NO. PROGRAM/KEGIATAN SATUAN JUMLAH

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENANGGUNG

JAWAB INSTANSI TERKAIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2025 2026-2030

4 Malikussaleh - Penang Rute 1 Kementerian

Perhubungan Perhubungan, Kementerian Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

5 Sabang - Penang Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

6 Sabang - Phuket Rute 1 Kementerian

Perhubungan Kementerian Perhubungan, Maskapai Penerbangan, Dishubkomintel Aceh

Referensi

Dokumen terkait

Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatanan dan

Motivasi dasar kehadiran Organisasi non pemerintah (Ornop) atau yang lebih akrab dengan sebutan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) secara umum ingin berperan sebagai “pengimbang”

Selain studi PIRLS yang telah diungkap sebelumnya, beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan membaca. Sebagai wawasan global, berikut ini dipapar

Dalam hukum, terdapat beberapa aspek penting yang dapat menegakkan hukum itu sendiri, aspek ini harus digiatkan dan disadari oleh semua aparat pemerintah maupun masyarakat sehingga

pada penyampaian pelajaran, guru menggunakan bahasa formal yang kurang dimengerti siswa, karena madrasah ini berada di pedesaan yang masik kental dengan adat

The lived-body feels the significance in the placial quality of sounds, words, and music and interprets it through forms of behavior that organize the body

Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

Roberts A. Emmons sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, ada 5 ciri orang yang cerdas secara spiritual. 2) Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak. Dua