• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SD

I Wyn. Oviyana

1

, I Nym. Wirya

2,

I Km. Sudarma

3 1

Jurusan PGSD,

2

Jurusan PG PAUD,

3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: vick.lostboys@gmail.com

1,

wiryanyoman@gmail.com

2

,

darma_tp@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VI di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan desain post-test only control group design. Sampel penelitian ini berjumlah 25 orang siswa kelas VI SD N 4 Ubud sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa kelas VI SD N 5 Ubud sebagai kelompok kontrol yang dipilih dengan sistem

random sampling. Data dikumpulkan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda. Data

yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas VI di Gugus Ubud

Kabupaten Gianyar (thitung = 5,166 > ttabel = 2,00). Hal ini berarti model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, model pembelajaran

konvensional, hasil belajar IPA

Abstract

The purposes of this research were to know the significant differences between students result in science who learnt by cooperative learning model type Jigsaw II and students who learnt using conventional learning model in the sixth grade students in Cluster Ubud, Gianyar regency. The type of this research was a quasi experiment by using post-test only control

group design. The sample of this study was grade sixth of SD N 4 Ubud consisted of 25

students as an experimental group and 20 students grade sixth of SD N 5 Ubud as an control group selected through random sampling method. Data collected by using multiple choice test. Then, data analysis used inferential statistic (t-test). The result of this research is there is a significant difference students result in science between students who learnt by cooperative learning model type Jigsaw II and students who learnt using conventional

learning model in the sixth grade students in Cluster Ubud, Gianyar regency (tarithmetic = 5,166

> ttable= 2,00). The result showed that cooperative learning model type Jigsaw II better than

conventional learning model in students result science.

Keywords: cooperative learning model type Jigsaw II, conventional learning model,

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek pendidikan dengan menggunakan IPA sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan pendidikan sains khususnya. Mata pelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung sehingga diharapkan dapat mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Menurut Suastra (2009) hakikat IPA memiliki 3 dimensi, yaitu: sikap ilmiah, produk ilmiah, dan proses ilmiah. (1) Sikap ilmiah, artinya pembelajaran IPA menuntut adanya hasrat ingin tahu, sikap ingin mendapatkan suatu yang baru, sikap kerjasama, sikap tidak putus asa, sikap tidak purba sangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri; (2) IPA sebagai produk ilmiah, dalam pembelajaran diharapkan siswa memahami fenomena-fenomena, fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori yang telah dipelajari; (3) IPA sebagai proses ilmiah, artinya siswa diharapkan mengalami atau menemukan sendiri sesuatu yang dipelajari sehingga nantinya mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini meliputi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan

untuk memperoleh dan mengembangkan IPA.

Mata pelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA di tingkat SD perlu menekankan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Sehingga mampu menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Proses pembelajaran IPA SD di lapangan nampaknya belum sesuai seperti yang diharapkan. Hal itu tercermin dari nilai ulangan akhir semester siswa yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Minimal dan Rata-rata Skor Ulangan Akhir Semester II Siswa Kelas VI SD di Gugus Ubud

No Nama Sekolah Rata-rata Nilai UAS KKM

1 SD Negeri 1 Ubud 63,42 65 2 SD Negeri 2 Ubud 62,53 65 3 SD Negeri 3 Ubud 63,68 64 4 SD Negeri 4 Ubud 62,35 63 5 SD Negeri 5 Ubud 61,41 62 Tabw

Berdasarkan observasi di SD Gugus Ubud khususnya di kelas VI yang dilaksanakan pada tanggal 17 maret 2014 dapat dilihat siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa kurang begitu

memahami mata pelajaran IPA. Selain itu tingkat rasa percaya diri siswa masih rendah. Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan guru mata pelajaran IPA pada tanggal 17 maret 2014 menyebutkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa

(3)

kurang memahami materi pembelajaran. Sehingga dapat menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa. Selain itu siswa juga merasa sulit untuk belajar IPA karena cara pembelajaran yang tidak menyenangkan. Dalam proses belajar mengajar, guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam artian pembelajaran berpusat pada guru dengan memberikan ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang dapat mengoptimalkan pembelajaran secara efektif begitu pula keaktifan siswa yang rendah. Dengan proses belajar mengajar tersebut wajar bila hasil belajar siswa masih berada di bawah KKM sebesar 63,42 dengan KKM yang di tentukan di sekolah sebesar 65. Hal tersebut memperlihatkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas VI masih belum maksimal. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA perlu adanya model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Dalam memilih model pembelajaran yang tepat perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan, waktu yang disediakan dan banyaknya siswa serta hal-hal berkaitan dengan proses belajar mengajar. Untuk memecah masalah terkait rendahnya hasil belajar IPA maka solusi yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimana model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam proses belajar di kelas

Jigsaw dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan diadopsi oleh slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja dalam kelompok seperti pada STAD. Siswa dibagi atas beberapa kelompok, Siswa diberi materi untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi “ahli” pada suatu aspek tertentu dari materi. Anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya dan kemudian kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes

yang meliputi semua topik yang diberikan (Trianto, 2010: 73).

Sedangkan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajarannya mempunyai karakteristik yaitu bahwa setiap anggota kelompok, mempelajari dan atau mengerjakan salah satu bagian informasi yang berbeda dari anggota lainnya. Begitu juga setiap anggota kelompok tergantung pada anggota yang lain untuk dapat mempelajari secara utuh informasi dan permasalahan yang sedang dibahas. Jika ditinjau dari sharing ideas, setiap anggota kelompok berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain dalam melengkapi kebutuhan informasi. Jika ditinjau dari segi specialist, setiap anggota kelompok menjadi ahli informasi, sehingga lebih bertanggung jawab dan menghargai masing-masing anggotanya (Slavin, 2008). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II hampir sama dengan Model pembelajaran jigsaw I tetapi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini memiliki lima karakteristik, seperti saling membantu, rasa tanggung jawab, kerja sama, saling ketergantungan secara positif dalam proses bekerja kelompok.

Slavin (2008:241) menyatakan ada lima tahapan siklus regular aktivitas pembelajaran pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, yaitu : 1) membaca, siswa dibagi dalam beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang, kemudian materi pelajaran didistribusikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub-sub materi pembelajaran, 2) diskusi kelompok ahli, setiap anggota kelompok membaca sub materi yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, selanjutnya bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya, 3) laporan tim, setiap anggota kelompok ahli setelah kembali pada kelompok asalnya bertugas mengajar teman-temannya. 4) tes, siswa diwajibkan untuk mengerjakan tugas secara individu dan 5) rekognisi tim, yaitu pemberian penghargaan atau skor kepada siswa atau kelompok yang berhasil perlu diberikan.

(4)

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, siswa akan serasa dilibatkan untuk membangun sendiri berbagai kopetensi yang diharapkan. Siswa tidak lagi sebagai penerima konsep-konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa akan termotivasi untuk memahami, menemukan sendiri masalahnya serta kemudian memecahkan masalah mereka sendiri yang pada akhirnya mereka menemukan makna dalam pembelajaran tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, siswa tidak lagi diperlukan sebagai obyek pembelajaran semata. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Sebelumnya Model ini sudah digunakan oleh Wahyuni (2012) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Untuk Meningkatan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Semester I SD N 1 Gunungsari Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Mengingat masalah mengenai hasil belajar IPA tersebut sangat penting,

maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional siswa kelas VI di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Mengingat tidak semua variabel/gejala yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD di gugus Ubud Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 128 siswa. SD di gugus Ubud Kabupaten Gianyar adalah sebanyak 5 SD. Distribusi populasi penelitian dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Populasi Penelitian

No SD di gugus Ubud Jumlah Kelas VI

1 SD Negeri 1 Ubud 30 orang

2 SD Negeri 2 Ubud 28 orang

3 SD Negeri 3 Ubud 25 orang

4 SD Negeri 4 Ubud 25 orang

5 SD Negeri 5 Ubud 20 orang

Total Populasi 128 orang

Sebelum penelitian dilanjutkan, populasi terlebih dahulu harus diuji kesetaraanya dengan dengan menggunakan rata-rata ujian akhir semester mata pelajaran IPA. Tes kesetaraan dianalisis dengan uji beda (uji-t) pollend varians, varians homogen dengan n1 ≠n2 untuk sampel yang tidak berkorelasi.

Uji-t dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor rerata ujian akhir semester mata pelajaran IPA, disamping itu untuk meyakinkan bahwa kelas yang dijadikan sampel merupakan kelas yang setara.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh semua kelompok kelas merupakan pasangan yang setara..

Berdasarkan jumlah siswa yang jumlahnya tidak jauh berbeda dan uji kesetaraan yang menunjukkan pasangan kelompok kelas yang setara, maka untuk menentukan dua sampel yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik random kelas. Setelah diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu SD N. 4 Ubud dan SD N. 5 Ubud, selanjutnya sampel dirandom kembali untuk menentukan kelas yang bertindak sebagai kelas kontrol dan bertindak sebagai kelas eksperimen. Kelas kontrol akan belajar dengan Model Pembelajaran Konvensional (MPK) dan kelas eksperimen akan belajar dengan Model Pembelajaran Jigsaw II. Berdasarkan hasil sampling diperoleh SD

(5)

N. 4 Ubud menjadi kelas eksperimen, yang artinya akan belajar dengan Model Pembelajaran Jigsaw II. Sedangkan SD N. 5 Ubud menjadi kelas kontrol, yang artinya akan belajar dengan Model Pembelajaran Konvensional (MPK).

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II yang diimplementasikan dalam pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk diberikan pada kelas kontrol. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah sebagai berikut.

(Sukardi, 2003: 185) Keterangan: E = kelas eksperimen K = kelas kontrol X = perlakuan

- = tidak ada perlakuan

Y1 = post-test kelas eksperimen Y2 = post-test kelas kontrol

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Perangkat tes digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA. Perangkat tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Tes ini terdiri dari 40 butir soal. Setiap item soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh siswa (alternatif a, b, c, dan d) setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0. Kemudian skor setiap item dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil IPA. Skor hasil belajar IPA akan bergerak dari 0 sampai 30. Skor 0 merupakan skor minimal ideal sedangkan skor maksimal ideal adalah 30.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (separated varians).

Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil post-test terhadap 25 orang siswa kelas VI SD No. 4 Ubud yang belajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dalam kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 33 dan skor terendah adalah 17, dengan modus 28,25, median 27 dan mean 26,36. Dengan demikian modus > median > mean (28,25 > 27 > 26,36). Apabila hasil tersebut digambarkan dalam kurve poligon menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen merupakan juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi seperti yang tampak pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Jika mean kelompok eksperimen dikonversi, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II sangat baik, yaitu pada rentangan skor 26,25 < X ≤ 35,00 sebanyak 18 orang atau

0 2 4 6 8 10 12 16 -18 19 -21 22 -24 25 -27 28 -30 31 -33 Fr e ku e n si A b solut ( f) Kelas Interval

(6)

52,94%. Hasil ini berbeda dengan perolehan post-test kelompok kontrol. Hasil post-test terhadap 20 orang siswa kelas VI di SD No. 5 Ubud yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dalam kelompok kontrol, menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 29 dan skor terendah adalah 12, dengan modus 19, median 19 dan mean 19,75.

Dengan demikian, modus<median<mean (19<19<19,75). Apabila hasil tersebut

digambarkan dalam kurve poligon menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok kontrol merupakan juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah seperti yang tampak pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

Jika mean kelompok kontrol dikonversi, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran Konvensional pada kategori cukup, yaitu pada rentangan skor 14,59 < X ≤ 20,42 sebanyak 18 orang atau 52,94%. Hasil uji prasyarat, yaitu normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Hasil perhitungan menggunakan rumus Chi-Square pada uji normalitas diperoleh hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II berdistribusi normal dengan χ2

hitung = 4,832 < harga χ2tabel

=9,488 dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pengajaran model konvensional juga berdistribusi normal dengan harga χ2hitung = 2,311 <

harga χ2tabel = 9,488. Begitu pula dengan

hasil uji homogenitas menggunakan rumus uji F, varians data hasil belajar IPA siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pengajaran konvensional adalah homogen, yaitu Fhitung= 1,36 < Ftabel = 1,71.

Sedangkan dari pengujian hipótesis diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t dengan rumus separated varians diperoleh thitung sebesar 6,052 dan ttabel pada taraf

signifikansi 5% dan db 43 adalah 2,00. Sehingga, thitung > ttabel yaitu 6,052 > 2,00

pada derajat kebebasan 43 sehingga H0

ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dan siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa kelas VI di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka didapatkan kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian ini sudah dilakukan pengujian kesetaraan kelompok. Kelompok eksperimen (kelas VI SD Negeri 4 Ubud) dan kelompok kontrol (kelas VI SD Negeri 5 Ubud) diuji nilai sumatif semester II tahun ajaran 2014/2015 menggunakan uji-t dan diketahui bahwa kedua sampel telah setara secara akademik. Hal ini menunjukkan sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dan kelompok kontrol belajar secara konvensional menggunakan pembelajaran konvensional. Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali kepada kelompok eksperimen dan pada kelas kontrol pembelajaran secara 0 2 4 6 8 10 12 .12 -14 15 -17 18 -20 21 -23 24 -26 27 -29 Fr e ku e n si A b solut ( f) Kelas Interval

(7)

konvensional juga dilakukan sebanyak 6 kali. Setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dilanjutkan dengan pemberian posttest terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Secara umum, hasil penelitian ini dapat dideskripsikan bahwa terdapat perbedaan hasil belejar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan, terungkap pada saat awal dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t dinyatakan kedua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian setara secara akademik. Setelah dilaksanakan perlakuan selama 6 kali pertemuan dan dilakukannya posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada taraf signifikan 5% dan db = 43 diperoleh ttabel =

2,000 dan thitung = 5,166. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut diketahui thitung > ttabel

ini berarti hasil penelitian ini adalah signifikan.

Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berbasis peta konsep dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VI semester ganjil di SD N 4 Ubud.

Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dengan model pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw II menekankan aktivitas belajar siswa lebih banyak dari pada aktivitas guru.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat lebih merangsang siswa untuk saling bekerjasama, berpartisifasi aktif, dan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang membentuk kelompok beranggotakan 4-6 orang, dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II masing-masing anggota kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda dan tiap siswa bertanggung jawab untuk untuk mempelajari salah satu bagian dari topik tersebut di kelompok asal, selanjutnya siswa yang mendapatkan topik bacaan yang sama berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan bagian topik tersebut, kelompok ini disebut kelompok ahli. Para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli sehingga setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap topik yang mereka dapatkan. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Selain itu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat memudahkan guru dalam mengajar serta dapat mengatasi kekurangan waktu guru dalam menghabiskan materi pembelajaran. Pembelajaran konvensional lebih ditekankan pada kebebasan dalam keteraturan, artinya guru bebas mendesain pembelajaran tetapi tetap wajib mengikuti alur pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Permendiknas No.41 yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pembelajaran konvensional ini dalam prakteknya kurang menekankan interaksi yang baik yang seimbang antara siswa dan antara siswa dengan gurunya. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan, siswa kurang dilatih untuk mendeskripsikan sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya serta siswa kurang dilatih untuk menjadi pemimpin diskusi yang mampu bertanggungjawab. Secara garis besar kegiatan pembelajaran ini meliputi (1) kegiatan pendahuluan yang terdiri dari absensi, apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (2) kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, (3) kegiatan penutup yang terdiri dari kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran, penilaian, refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Proses apersepsi dan elaborasi juga

(8)

kurang memberikan aktivitas belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga pada pembelajaran IPA tercipta suasana yang kurang kondusif dan mengakibatkan pemahaman dan ingatan siswa terhadap suatu konsep kurang optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka terbukti secara teoretis bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II lebih unggul daripada pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil pembelajaran IPA secara optimal. memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang belajar mengikuti model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menunjukkan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional. Jadi ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VI di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan, simpulan, dan implikasi yang diuraikan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Bagi guru bidang studi IPA disarankan, apabila menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Upaya tersebut harus didukung dengan pemahaman siswa tentang konsep-konsep

yang diperoleh melalui eksperimen. 2) Penelitian lanjutan yang berkaitan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II perlu dilakukan dengan materi-materi IPA yang lain dengan melibatkan

sampel yang lebih luas. Disamping itu, variabel lain seperti: kebiasaan belajar, intelegensi, minat, bakat, motivasi, konsep diri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siswa perlu dikaji pengaruhnya terhadap pengembangan dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II serta dampaknya terhadap hasil belajar IPA. 3) Kepada para pemegang kebijakan dalam bidang pendidikan disarankan agar memberikan pelatihan tentang implementasi model pembelajaran inovatif kepada para guru sebelum mereka menerapkan model pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA.

---, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Undiksha.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Anggoro, M Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. ---. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, Saifudin. 2002. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

(9)

Dimyati dan Mudjiono. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rineka Cipta. Hasan, I Qbal, M. 2001. Pokok-Pokok

Materi Statistik 2 (Statistik Infrensial). Jakarta: Bumi Aksara. Iskandar. 1997. Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Karso, dkk. 1993. Dasar-dasar Pendidikan MIPA: Universitas Terbuka. Kembarini, Kadek. 2012. Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V Semester Genap SD Desa Bondalem Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan pendidikan guru sekolah dasar Undiksha.

Koyan I Wayan. 2007. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).

Singaraja: Program Pasca Sarjana Universitas Ganesha. ---, 2008. Asesmen Berbasis Kelas.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

---. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

---, 2012. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Lestari, V. W. 2010. "Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think – Talk – Write (TTW) dan Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Ditinjau dari

Motivasi Belajar Siswa". Skripsi (diterbitkan). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tersedia pada http:

etd.eprints.ums.ac.id/7242/1/A41 0060130.PDF . (di akses tanggal 15 febuari 2013).

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-Model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Santyasa. 2004. Pengaruh model dan

seting pembelajaran terhadap remidiasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar fisika pada siswa SMU. Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas Negeri Malang Program Pasca Sarjana.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Slavin, Robet E. 2008. Coverative Learning. Bandung:Nusa Media.

Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Agresindo.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

(10)

Sutapa. 2010. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terhadap kemampuan menulis dalam bahasa inggris. Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Prodresif. Jakarta: Prenada Media Group. ---. 2011. Panduan Lengkap Penelitian

Tindakan Kelas: Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Gambar

Tabel  1.    Kriteria  Ketuntasan  Minimal  dan  Rata-rata  Skor  Ulangan  Akhir  Semester II Siswa Kelas VI SD di Gugus Ubud
Tabel 2. Distribusi Populasi Penelitian
Gambar  1    Kurva  Poligon  Data    Hasil  Belajar  IPA  Kelompok  Eksperimen
Gambar  2      Kurva  Poligon  Data  Hasil  Belajar  IPA  Kelompok  Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh secara simultan dan parsial variabel profitabilitas, size , keunikan, NDTS, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan,

Tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa untuk memahami dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan

Lahan merupakan daerah dari permukaan bumi yang dicirikan oleh adanya suatu susunan sifat-sifat khusus dan proses-proses yang saling terkait dalam ruang dan waktu dalam tanah,

Metode iteratif ini harus diketahui vektor eigen tak dominan sehingga dapat langsung ditentukan, sedang- kan dengan perhitungan persamaan karakteristik ni- lai eigen tak dominan

Musabaqah Hifzhil Qur’an Battle adalah jenis lomba pelantunan ayat-ayat suci al-Quran dengan metode hafalan yang dipertandingkan, sehingga yang akan diujikan adalah

1) Imitasi, adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, serta apa saja

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara.. Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan

Menunjuk surat Nomor: 04.01/PAILIT-SAIP/JP-JOS/IV/13 tertanggal 17 April 2013 peri hal Pemberitahuan Kepailitan dan Permohonan Penghentian Transaksi Efek yang