• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PENINGKATAN CAKUPAN SUPLEMENTASI VITAMIN A ERNIS ASANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PENINGKATAN CAKUPAN SUPLEMENTASI VITAMIN A ERNIS ASANTI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

PENINGKATAN CAKUPAN SUPLEMENTASI VITAMIN A

ERNIS ASANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(2)

MANAJEMEN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

PENINGKATAN CAKUPAN SUPLEMENTASI VITAMIN A

ERNIS ASANTI

Dokumen Perencanaan Program sebagai salah satu tugas

Mata Kuliah Manajemen Program Pangan dan Gizi pada

Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(3)

RINGKASAN

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang harus terpenuhi kebutuhannya, terutama pada bayi dan balita. Di Indonesia, program suplementasi vitamin A dosis tinggi diberikan dua kali setahun pada anak balita usia 6–59 bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Cakupan pemberian kapsul vitamin A merupakan salah satu indikator kesehatan anak. Berdasarkan data Riskesdas 2013 persentase tertinggi cakupan pemberian kapsul vitamin A terdapat di Nusa Tenggara Barat (89,2%) dan yang terendah di Sumatera Utara (52,3%). Menurut Horton S (2008) cakupan minimal agar suplementasi vitamin A mempunyai dampak positif adalah sebesar 70%. Perlu ada program peningkatan cakupan vitamin A karena masih terdapat daerah yang termasuk kategori cakupan rendah.

Berdasarkan penelitian, Posyandu dapat dikatakan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi peningkatan cakupan kapsul vitamin A. Oleh karena itu, direncanakan program peningkatan cakupan vitamin A melalui program berbasis masyarakat di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia karena berdasarkan data Riskesdas daerah tersebut merupakan daerah dengan presentase cakupan vitamin A paling rendah, yakni sebesar 52,3%. Tujuan umum dari program ini adalah meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A. Upaya pendekatan program-program berbasis masyarakat dilakukan untuk dapat meningkatkan keberhasilan program tersebut.

Pelaksanaan program ini dibagi menjadi 4 komponen, yakni: (1) mengidentifikasi potensi lokal dari masyarakat daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vitamin A melalui program berbasis partisipasi masyarakat, (2) meningkatkan partisipasi masyarakat untuk merevitalisasi Posyandu, (3) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan masyarakat, serta (4) meningkatkan kerjasama antara beberapa stakeholder melalui kegiatan advokasi terkait peran serta Posyandu sebagai sarana untuk meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A. Program ini direncanakan untuk dilaksanakan pada Januari 2017 hingga Februari 2019 dengan dana dari Pemerintah Indonesia.

(4)

I. LATAR BELAKANG

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang harus terpenuhi kebutuhannya, terutama pada bayi dan balita. Hal ini disebabkan vitamin A memiliki peranan penting terutama bagi kesehatan mata dan imunitas tubuh. Di Indonesia, program suplementasi vitamin A dosis tinggi diberikan dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus pada anak balita usia 6–59 bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan (Kemenkes 2013). Program ini merupakan program yang dimulai pada tahun 1978 untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A. Hasil survei gizi yang dilakukan di 15 provinsi di Indonesia mengungkapkan bahwa prevalensi xerophthalmia menurun tajam dari 1,33% pada tahun 1978 menjadi hanya 0,34% pada tahun 1992. Angka ini lebih rendah dari yang ditetapkan WHO yaitu ≥ 0,5% sehingga kekurangan vitamin A bukan lagi sebagai masalah kesehatan masyarakat pada saat itu. Penurunan yang tajam ini terutama karena kontribusi dari program distribusi suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balita (Muhilal 2005).

Cakupan pemberian kapsul vitamin A merupakan salah satu indikator kesehatan anak. Berdasarkan data Riskesdas 2013, secara nasional cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi meningkat dari 71,5% pada tahun 2007 menjadi 75,5% pada tahun 2013. Persentase tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat (89,2%) dan yang terendah di Sumatera Utara (52,3%). Hal tersebut tentunya perlu mendapatkan perhatian karena apabila dilihat dari data yang tersedia, masih terdapat daerah yang memiliki cakupan suplementasi yang rendah. Menurut Horton S (2008) cakupan minimal agar suplementasi vitamin A mempunyai dampak positif adalah sebesar 70%. Sehingga cakupan yang rendah dapat meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A pada bayi dan balita di daerah tersebut (Ridwan 2013).

Beberapa negara mempunyai cakupan vitamin A lebih dari 70%. Penelitian di salah satu distrik di Welayta Zone, Ethiopia menunjukkan cakupan sebesar 83,1% karena dilakukan strategi peningkatan pelayanan kesehatan di distrik tersebut melalui sinergi dengan pelayanan kesehatan yang sudah ada, seperti imunisasi, kunjungan rumah, serta program pemantauan pertumbuhan

(5)

(Gebremedin S 2009). Di Chatissgarh, India, cakupan menjadi tinggi (83,7%) karena diintegrasikan dengan peringatan proteksi anak yang diadakan dua kali setahun, program imunisasi, pemberantasan cacing perut, pemantauan pertumbuhan, dan pemeriksaan garam yodium. Di Bangladesh, distribusi kapsul vitamin A untuk anak 6–11 bulan diintegrasikan dengan program imunisasi, sedangkan untuk anak 12–59 bulan disinergikan dengan hari kesehatan anak dan kampanye nasional vitamin A (Horton S 2008). MOST, USAID Micronutrient Program (2004), menyebutkan cakupan vitamin A jauh lebih tinggi lagi yaitu mendekati 90% terjadi di Ghana pada tahun 2000 melalui kampanye program distribusi khusus vitamin A, di Zambia cakupan sebesar 88% pada tahun 2002 dicapai melalui program Pekan Kesehatan Anak. (MOST 2004). Hal tersebut menunjukkan pentingnya integrasi antar program untuk meningkatkan cakupan vitamin A. Bahkan Ddi Kenya, cakupan vitamin menurun menjadi hanya 20% dari 80% ketika integrasikan dengan program imunisasi dihentikan pada tahun 2007.

Di Indonesia hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi cakupan suplementasi vitamin A. Penelitian Ridwan (2013) menunjukkan bahwa faktor sosial dan demografi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap cakupan suplementasi vitamin A. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa cakupan kapsul vitamin A di daerah perkotaan lebih tinggi yaitu sebesar 75,3%, dibandingkan dengan daerah perdesaan sebesar 65,6%. Selain itu, karakteristik sosial seperti usia, pendidikan, jenis pekerjaan, serta akses terhadap pelayanan kesehatan juga menunjukkan pengaruh terhadap cakupan suplementasi. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa peran Posyandu dapat dikatakan cukup besar, dimana anak balita yang tidak pernah ke posyandu mempunyai risiko 1,735 kali untuk tidak menerima kapsul vitamin A dalam 6 bulan terakhir karena vitamin A dibagikan di Posyandu. Faktor lain yang berpengaruh adalah pendidikan kepala keluarga. Balita dengan kepala keluarga berpendidikan kurang dari SMP berisiko 1,262 kali tidak mendapatkan kapsul vitamin A dibanding dengan kepala keluarga berpendidikan SMP ke atas. Sedangkan kepala keluarga yang tidak tahu lokasi bidan praktik, anak balitanya berisiko 1,3 kali untuk tidak mendapatkan kapsul vitamin A. Berdasarkan hal-hal

(6)

tersebut, perlu adanya pengefektifan program-program berbasis masyarakat yang sudah ada seperti Posyandu untuk dapat meningkatkan cakupan vitamin A, terutama di daerah-daerah dengan cakupan vitamin A di bawah 70%.

II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Lokasi

Program ini akan dilaksanakan dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia karena berdasarkan data Riskesdas daerah tersebut merupakan daerah dengan presentase cakupan vitamin A paling rendah, yakni sebesar 52,3%.

B. Tujuan

Tujuan umum dari program ini adalah meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A. Upaya pendekatan program-program berbasis masyarakat dilakukan untuk dapat meningkatkan keberhasilan program tersebut. Tujuan khusus dari program ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi lokal dari masyarakat daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vitamin A melalui program berbasis partisipasi masyarakat.

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk merevitalisasi Posyandu. 3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk

memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan masyarakat.

4. Meningkatkan kerjasama antara beberapa stakeholder melalui kegiatan advokasi terkait peran serta Posyandu sebagai sarana untuk meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A.

(7)

III. ALTERNATIF DAN PEMILIHAN PROGRAM

Berdasarkan latar belakang dan tujuan program, terdapat beberapa alternatif program yang dapat dilakukan, yaitu:

A. Pengidentifikasian potensi lokal dari masyarakat daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vitamin A melalui program berbasis partisipasi masyarakat. Program ini dapat dilakukan melalui: 1. Studi pustaka terkait faktor sosial dan budaya yang ada di masyarakat

setempat.

2. Pengidentifikasian local wisdom yang ada di masyarakat melalui in depth interview maupun focus grup discussion dengan masyarakat setempat.

B. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk merevitalisasi Posyandu. Program ini dapat dilakukan melalui:

1. Sosialisasi pentingnya Posyandu dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

2. Pengembangan regulasi tentang peran Posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

3. Pengadaan pelatihan dan revitalisasi kader.

C. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan masyarakat. Program ini dapat dilakukan melalui:

1. Pengembangan media edukasi dan sosialisasi.

2. Pengembangan metode edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu.

3. Edukasi dan sosialisasi.

4. Pengembangan upaya promosi pemanfaatan Posyandu sebagai fasilitas kesehatan pertama bagi masyarakat.

D. Peningkatan kerjasama antara beberapa stakeholder melalui kegiatan advokasi terkait peran serta Posyandu sebagai sarana untuk meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A. Program ini dapat dilakukan melalui:

(8)

1. Pengumpulan evidence based terkait sektor-sektor yang berperan dalam peningkatan cakupan kapsul vitamin A melalui program-program berbasis masyarakat seperti Posyandu.

2. Advokasi berdasarkan evidence based yang diperoleh.

IV. RENCANA IMPLEMENTASI

A. Indikator Kerja

Monitor dan evaluasi terhadap program dan output yang ingin dicapai dilakukan dengan mengikuti indikator sebagai berikut:

1. Mampu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu rutin dengan target pencapaian satu Poyandu satu RT.

2. Peningkatan partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu sebagai fasilitas kesehatan terdepan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Peningkatan cakupan suplementasi vitamin A hingga mencapai target minimal 70%.

B. Komponen

Deskripsi dari komponen, monitoring outcome, dan implementasi program dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Komponen A

Nama komponen Identifikasi potensi lokal untuk pengembangan program berbasis masyarakat

Biaya (Rp) 100.000.000

Deskripsi komponen Pada 4 bulan pertama pelaksanaan program dilakukan penggalian secara mendalam potensi-potensi lokal yang dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan program peningkatan cakupan vitamin A melalui pengoptimalan program berbasis masyarakat (Posyandu). Aktivitas yang dilakukan pada komponen ini adalah penggalian informasi terkait potensi yang ada di masyarakat melalui pendekatan kepada masyarakat, baik melalui

(9)

tokoh masyarakat, pemerintah setempat, serta penggalian langsung dari masyarakat.

Monitoring output a. Informasi terkait potensi lokal yang ada di masarakat.

b. Karakteristik masyarakat setempat yang dapat menjadi pendukung maupun hambatan bagi terlaksananya program. Implementasi aktivitas:

Waktu pelaksanaan

4 bulan

Komponen B

Nama komponen Partisipasi Masyarakat untuk Revitalisasi Posyandu

Biaya (Rp) 250.000.000

Deskripsi komponen Tujuan dari komponen ini adalah membangun partisipasi masyarakat untuk revitalisasi Posyandu yang keberadaannya mulai ditinggalkan masyarakat. Aktivitas yang dilakukan dalam komponen ini diantaranya yang pertama adalah sosialisasi pentingnya Posyandu dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Harapan dari kegiatan ini adalah dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlangsungan Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat dan murah. Karena pada Posyandu terdapat program-program kesehatan yang telah terintegrasi dengan program pemerintah. Hal ini juga memberikan kemudahan dan kesempatan yang lebih baik terhadap program-program pemerintah yang ada, terutama dalam hal cakupan. Aktivitas kedua adalah terkait pengembangan regulasi tentang peran Posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Aktivitas tersebut juga terkait pertimbangan pengadaan Posyandu untuk lingkup yang lebih kecil sehingga pemantauan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan lebih optimal. Pengadaan Posyandu secara merata di semua wilayah dan dalam lingkup naungan yang lebih kecil diharapkan dapat mengatasi masalah keterbatasan akses sehingga dapat meningkatkan kehadiran masyarakat pada kegiatan-kegiatan Posyandu. Aktivitas ketiga adalah pengadaan pelatihan dan revitalisasi kader. Karena kader merupakan partner dari tenaga kesehatan yang

(10)

berasal dari masyarakat awam. Sehingga perlu dilakukan pelatihan dan revitalisasi agar kualitas pelayanannya setara dengan petugas kesehatan yang terlatih. Kemampuan yang diharapkan dapat diandalkan dari para kader terutama dalam hal edukasi dan keterampilan melakukan pengukuran status gizi dengan tepat. Para kader harus mempunyai pengetahuan yang luas sehingga dapat mengedukasi warganya dengan baik. Selain itu, keterampilan dalam pengukuran juga diperlukan agar dapat mengetahui dengan segera apabila terdapat masyarakat yang mengalami permasalahan, sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat sejak dini. Monitoring output a. Jumlah Posyandu aktif di daerah program.

b. Jumlah kader terlatih. Implementasi aktivitas:

Waktu pelaksanaan

12 bulan

Komponen C

Nama komponen Sosialisasi Pemanfaatan Posyandu

Biaya (Rp) 200.000.000

Deskripsi komponen Tujuan dari komponen ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan Posyandu untuk pemantauan dan pemeliharaan kesehatan mereka. Aktivitas yang dilakukan dalam komponen ini diantaranya adalah pengembangan media edukasi dan sosialisasi serta pengembangan metode edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu. Sehingga kegiatan edukasi dan sosialisasi menjadi lebih efektif. Selain itu juga dilakukan pengembangan upaya promosi pemanfaatan Posyandu sebagai fasilitas kesehatan pertama bagi masyarakat. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk hadir dan memanfaatkan fasilitas yang ada di Posyandu. Sehingga program-program pemerintah khususnya program kesehatan (suplementasi vitamin A) dapat meningkat cakupannya.

Monitoring output a. Media edukasi pelayanan Posyandu.

(11)

(jumlah kehadiran di Posyandu).

c. Cakupan program suplementasi vitamin A. Implementasi aktivitas:

Waktu pelaksanaan

6 bulan

Komponen D

Nama komponen Advokasi Stakeholder

Biaya (Rp) 100.000.000

Deskripsi komponen Tujuan dari komponen ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta para stakeholder untuk bekerja secara terintegrasi antara satu sama lain untuk mengoptimalkan program Posyandu sebagai upaya peningkatan cakupan suplementasi vitamin A. Sehingga antara pemerintah dan masyarakat setempat terdapat sinkronisasi dalam pelaksanaan program. Hal tersebut juga dapat dijadikan kesempatan untuk mengoptimalkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Karena dengan adanya sinkronisasi, kegiatan monitoring dan evaluasi dapat meningkat efektifannya karena berbagai pihak yang terlibat memahami program-program yang sedang berjalan dengan cukup baik.

Monitoring output a. Masyarakat maupun pemerintah memiliki kesadaran akan peran Posyandu untuk meningkatkan cakupan suplementasi. b. Cakupan program suplementasi vitamin A. Implementasi aktivitas:

Waktu pelaksanaan

12 bulan

C. Desain and monitoring framework

Design Summary Performance Target and Indicators Data Sources and Reporting Mechanisms Assumption and Risks Impact Peningkatan cakupan suplementasi vitamin A Cakupan suplementasi vitamin A mencapai minimal 70%. Data Riset Kesehatan Dasar Assumption Vitamin A dapat terdistribusi dengan baik apabila tingkat kehadiran

masyarakat di Posyandu meningkat

(12)

Ketergantungan masyarakat dan penyalahgunaan fungsi Posyandu sehingga memerikan beban yang berat kepada kader. Outcome Program-program berbasis masyarakat untuk meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A. Minimal terdapat 1 Posyandu untuk satu dusun yang berjalan rutin setiap bulannya.

Data survei Assumption

Program berbasis masyarakat (Posyandu) berfungsi dengan optimal. Risk Meningkatkan beban kader apabila pengelolaan dan kerjasama dengan pemerintah tidak berjalan dengan baik. Output 1 Identifikasi potensi lokal untuk pengoptimalan program berbasis masyarakat. Melakukan pemilihan terhadap potensi lokal yang dapat membantu peningkatan keberhasilan program.

Data survei Assumption

Potensi-potensi lokal yang ada di masyarakat dapat teridentifikasi dan berpotensi dalam pengoptimalan program Posyandu. Risk Terdapat aspek-aspek kebudayaan lokal yang bertentangan dengan prinsip kesehatan sehingga menjadi salah satu faktor penghambat. Output 2 Meningkatkan kesadaran akan pentingnya Posyandu sebagai pelayanan kesehatan Meningkatnya penggunaan layanan Posyandu dilihat dari tingkat kehadiran dan

Data survei Assumption

Terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya peran Posyandu sehingga kesadaran

(13)

terdepan. partisipasi masyarakat dalam kegiatan di Posyandu. masyarakat serta pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan pelatihan serta revitalisasi kader terus meningkat. Kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu meningkat sehingga tingkat kehadiran di Posyandu juga meningkat. Risk Meningkatnya tututan masyarakat terkait pelayanan kesehatan yang harus tersedia di Posyandu.

Activities with Milestones

1. Mengidentifikasi potensi lokal dari masyarakat daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vitamin A melalui program berbasis partisipasi masyarakat.

1.1 Melakukan perekrutan konsultan (September 2017).

1.2 Sosilisasi dengan pemerintah daerah setempat dan tokoh kunci masyarakat (Oktober 2017).

1.3 Identifikasi karakteristik dan potensi di masyarakat (November – Desember 2017).

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk merevitalisasi Posyandu.

2.1 Melakukan perekrutan konsultan (September 2017).

2.2 Sosilisasi dengan pemerintah daerah setempat dan tokoh kunci masyarakat (Oktober 2017).

2.3 Penyusunan materi pelatihan dan revitalisasi kader berdasarkan penggalian

Inputs:

Pemerintah : Rp 650.000.000,-

(14)

potensi (Januari-Februari 2018).

2.4 Pelaksanaan pelatihan dan revitalisasi kader (Maret-Agustus 2018).

2.5 Monitoring dan evaluasi (Maret-Agustus 2018).

3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan masyarakat.

3.1 Melakukan perekrutan konsultan (Juni 2018).

3.2 Sosilisasi dengan pemerintah daerah setempat dan tokoh kunci masyarakat (Juni 2018).

3.3 Penyusunan materi edukasi dan sosialisasi (Juli 2018).

3.4 Pelaksanaan edukasi dan sosialisasi (Agustus-November 2018).

3.5 Monitoring dan evaluasi (Agustus-November 2018).

4. Meningkatkan kerjasama antara beberapa stakeholder melalui kegiatan advokasi terkait peran serta Posyandu sebagai sarana untuk meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A.

4.1 Melakukan perekrutan konsultan (September 2017).

4.2 Pengumpulan evidence based dan data survei (Oktober-Desember 2017).

4.3 Pertemuan dengan stakeholder (Januari 2017 dan Januari 2019)

(15)

V. RENCANA ANGGARAN

Berikut ini merupakan rencana anggaran untuk pelaksanaan program peningkatan cakupan suplementasi vitamin A.

A. Rencana Finansial

Tabel 1. Rencana Finansial

Sumber Dana Jumlah (Rp)

Pemerintah 650.000.000,-

Sumber lain 0

Total 650.000.000,-

B. Kategori Pengeluaran, Jumlah Alokasi, dan Presentase Pengeluaran

Tabel 2. Kategori Pengeluaran, Jumlah Alokasi, dan Presentase Pengeluaran

Kategori Pengeluaran Jumlah Alokasi (Rp) Presentase Pengeluaran (%) 1. Perlengkapan 200.000.000 30.7 2. Pelatihan, workshops, seminar 100.000.000 15,4 3. Jasa konsultasi 100.000.000 15,4 4. Manajemen, Monitoring, dan Evaluasi 100.000.000 15,4 5. Input Program 150.000.000 23,1 Total 650.000.000 100

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Gebremedin S, Loha E, Abebe Y, Dese G. 2009. Assessment of vitamin A supplementation coverage and its association with childhood illness in Boloso Sore Woreda, Welayta Zone, SNNP Region, Ethiophia. Ethiop J Health Dev. 23(3): 223–9.

Horton S, Begin F, Greig A, Lakshman A. 2008. Micronutrient supplement for child survival. Working paper October, Diakses pada 20 Februari 2017. [http://www.copenhagenconsencus.com]

Kemenkes. 2013. Riset kesehatan dasar: riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Muhilal, 2005. Highlight of Fourty Years Research on Vitamin A Defi ciency at the Center for Research and Development in Food and Nutrition. Scientifi c Speech on Retirement. Center for Research and Development in Food and Nutrition, Bogor.

Ridwan, Endi. 2013. Cakupan Suplementasi Kapusl Vitamin A dalam Hubungannya dengan Karakteristik Rumah Tangga dan Akses Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita di Indonesia Analisis Data Riskesdas 2010. Buletin Penelitian Sistam Kesehatan. 16(1): 1-9.

(17)

LAMPIRAN

1. Organizational Structure

Koordinator

BAPPENAS

Penasihat Sekretariat Pemerintah Setempat Anggota Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan Anggota Kementerian Kesehatan

(18)

2. Implementation Schedule Komponen Penanggung Jawab Tahun 2017 2018 2019 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 Komponen A. Mengidentifikasi potensi lokal dari masyarakat daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vitamin A melalui program

berbasis partisipasi masyarakat. 1. Melakukan perekrutan konsultan BAPPENAS 2. Sosilisasi dengan pemerintah daerah setempat dan tokoh kunci masyarakat BAPPENAS 3. Identifikasi karakteristik dan potensi di masyarakat BAPPENAS

Komponen B. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk merevitalisasi Posyandu. 1. Melakukan perekrutan konsultan BAPPENAS 2. Sosilisasi dengan pemerintah daerah setempat dan tokoh kunci masyarakat

BAPPENAS

3. Penyusunan materi pelatihan

(19)

dan revitalisasi kader berdasarkan penggalian potensi 4. Pelaksanaan pelatihan dan revitalisasi kader BAPPENAS 5. Monitoring dan evaluasi BAPPENAS

Komponen C. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan masyarakat. 1. Melakukan perekrutan konsultan BAPPENAS 2. Sosilisasi dengan pemerintah daerah setempat dan tokoh kunci masyarakat BAPPENAS 3. Penyusunan materi edukasi dan sosialisasi BAPPENAS 4. Pelaksanaan edukasi dan sosialisasi BAPPENAS 5. Monitoring dan evaluasi BAPPENAS

(20)

Komponen D. Meningkatkan kerjasama antara beberapa stakeholder melalui kegiatan advokasi terkait peran serta Posyandu sebagai sarana untuk meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A.

1. Melakukan perekrutan konsultan BAPPENAS 2. Pengumpulan evidence based

dan data survei

BAPPENAS

3. Pertemuan dengan stakeholder

BAPPENAS

Laporan Akhir BAPPENAS

Audit BAPPENAS

Gambar

Tabel 1. Rencana Finansial

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utamanya adalah untuk mengukur prevalensi infeksi gonore, klamidia, sifilis, trikomonas vaginalis, bakterial vaginosis, dan kandidiasis vaginal pada WPS di Bitung,

KELOMPOK BUDIDAYA IKAN LELE PAGUYUBAN D esa Cihampelas K ecam atan Cihampelas Kab. calon anggota baru dapat menjadi anggota penuh apa bila yang bersangkutan yang berasal

3.1 baja profil H Bj P H-beam baja profil berpenampang H 3.1.1 Bj PHL baja profil berpenampang H dihasilkan dari proses pengelasan welded 3.1.2 Bj PHC baja profil berpenampang

Artemisia annua hasil yang diperoleh yaitu terjadi penghambatan penetasan telur menjadi larva, hal tersebut dikarenakan pada ekstrak tumbuhan tersebut terdapat

Berdasarkan interpretasi tersebut endapan bijih terutama endapan bijih besi pada daerah survei ditafsirkan secara umum diduga merupakan bentuk endapan yang mengisi

Operasi hitung pada volume kubus dan balok yaitu dengan mengalikan, maka ketika dibalikan pun antara panjang (p). Selain itu, terdapat soal yang akan menguji kemampuan

i samping itu, ibu bapa yang sering bergaduh dan bertengkar di hadapan anak-anak turut menyumbang kepada kepincangan institusi keluarga sehingga menyebabkan

sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang. Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan