• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum Dan Sesudah Berkumur Dengan Larutan Baking Soda Pada Pasien Hipertensi Dengan Xerostomia Di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum Dan Sesudah Berkumur Dengan Larutan Baking Soda Pada Pasien Hipertensi Dengan Xerostomia Di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA SEBELUM DAN

SESUDAH BERKUMUR DENGAN LARUTAN BAKING

SODA PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN

XEROSTOMIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DINY WAHYUNI NIM: 090600080

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Agustus 2013

Pembimbing: Tanda tangan

1. Nurdiana, drg,. Sp.PM NIP: 19780622 200502 2 002

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 30 Agustus 2013

TIM PENGUJI:

1. Nurdiana, drg,. Sp.PM

2. Dr. Wilda Hafni Lubis, drg,. M.Si

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2013

Diny Wahyuni

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur Dengan Larutan Baking Soda pada Pasien Hipertensi Dengan Xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan.

xi + 35 halaman

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg atau ketika seseorang sedang mengonsumsi antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah. Beberapa golongan dari obat antihipertensi mempunyai efek samping xerostomia (mulut kering). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan

baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest-posttest group design yang melibatkan 35 orang subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan saliva dilakukan dengan menggunakan metode spitting sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode uji T berpasangan (T-test paired) yang dilakukan pada laju aliran saliva sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien xerostomia akibat penggunaan antihipertensi lebih banyak dijumpai pada kelompok umur 45-54 tahun dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Selain itu terdapat perbedaan rata-rata saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda sebesar 0,0866 ml/menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan laju aliran saliva yang signifiikan sebelum dan sesudah

(5)
(6)

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA SEBELUM DAN

SESUDAH BERKUMUR DENGAN LARUTAN BAKING

SODA PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN

XEROSTOMIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DINY WAHYUNI NIM: 090600080

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Laju Aliran Saliva Sesudah Berkumur dengan Larutan Baking Soda pada Pasien Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga dan rasa hormat kepada ayahanda Aliman Syahmi (alm) dan ibunda tercinta Asnarti yang telah mendidik, memberikan kasih sayang, dukungan serta doa, dan bantuan baik secara moril maupun materil kepada penulis. Selanjutnya terimakasih dan rasa cinta kepada saudara-saudara penulis kakanda Hasan Nasbi, Nailil Fiza, Dina Mardia, Amir Maulana, Fitra Haris, yang sudah memberi bantuan dan semangat kepada penulis. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dengan tulus kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan tim penguji skripsi.

3. Nurdiana, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(8)

5. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan Ibu Nailil Fiza, S.Si yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingan kepada penulis dalam pengelolaan statistika data hasil penelitian.

6. Dr. Azwan Hakim Lubis, Sp.A., M.Kes sebagai Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan.

7. Bapak Drs. Palas Tarigan, Apt sebagai Kepala Instalasi Litbang dan seluruh staf Litbang serta seluruh pasien hipertensi rawat jalan Poli Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan yang telah banyak memberikan bantuan dan sumbangsih dalam proses penelitian penulis.

8. Kepala SMF dan seluruh perawat Poli Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam mengumpulkan data subjek penelitian.

9. Ika Andryas, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dan mengerti ilmu-ilmu kedokteran gigi.

11.Sahabat-sahabat tersayang Munadyah Asy-Syahidah, Rizka Hidayati, Priskatindea, Tuty Dwi Hastuti, Linir Agustin, Sumarni, dan seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera stambuk 2009 yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat kepada penulis.

12.Saudara-saudara terdekat Kak Resy, Kak Marni, Ovalina, Devy, serta seluruh keluarga besar K-Mus dan BKM Al-Ikhlas Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan memberikan masukan serta doa kepada penulis.

13.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan secara moril maupun materil kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(9)

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kedepannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas kedokteran gigi, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 22 Juli 2013 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Klasifikasi ... 5

2.1.3 Diagnosis ... 6

2.1.4 Penatalaksanaan ... 6

(11)

2.2.4 Diagnosis ... 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

4.4.2 Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur 26

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1 Lidah pada Pasien Xerostomia ... 10

2 Metode Spitting ... 11

3 Baking Soda ... 15

4 Larutan Baking Soda ... 16

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik

Medan ... 25

2 Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur pada Penderita

Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 26

3 Statistik Deskriptif Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Larutan Baking Soda pada Penderita Hipertensi

dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 26

4 Analisis Hasil Pengukuran Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Larutan Baking Soda pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 3. Rekam Medik Penelitian

4. Ethical Clearance

5. Hasil Perhitungan SPSS

(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2013

Diny Wahyuni

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur Dengan Larutan Baking Soda pada Pasien Hipertensi Dengan Xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan.

xi + 35 halaman

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg atau ketika seseorang sedang mengonsumsi antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah. Beberapa golongan dari obat antihipertensi mempunyai efek samping xerostomia (mulut kering). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan

(16)

berkumur dengan larutan baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan arteri yang dapat berakibat fatal jika tidak diobati dan dibiarkan berkelanjutan.1 Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi, serta stress, dan akan turun selama tidur.2 Pada orang dewasa dengan tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih merupakan tanda hipertensi.1 Pentingnya batasan hipertensi muncul dari angka morbiditas yang berhubungan dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Diagnosis hipertensi selalu dihubungkan dengan kecenderungan penggunaan obat seumur hidup dan implikasi berdasarkan faktor risiko, sehingga definisinya sangat diperlukan.3

Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta (proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2006, berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit di seluruh Indonesia, hipertensi menduduki peringkat keempat dengan proporsi kematian 2,1% (1.620 orang). Profil kesehatan Kota Medan tahun 2007 menunjukkan penyakit hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak penderitanya di kota Medan, dengan jumlah penderita sebanyak 423.656 orang (proporsi 26,3%).4

(18)

hipertensi yang sebenarnya terjadi tidak dianjurkan perawatan dengan menggunakan obat-obatan namun lebih kepada memperbaiki gaya hidup, karena hal ini terbukti lebih efektif dalam mencegah timbulnya hipertensi yang sbenarnya. Perawatan dengan obat-obatan baru dilakukan jika gaya hidup yang telah dimodifikasi kurang adekuat dalam mengurangi tekanan darah.1

Saat ini telah banyak tersedia obat-obatan untuk mengobati hipertensi, namun yang umum digunakan diantaranya adalah thiazide diuretics, angiotensin-konversi penghambat enzim (ACEI), angiotensive receptor blockers (ARB), beta blockers (BBs), dan calcium channel blockers (CCB). Obat-obatan antihipertensi ini mempunyai efek samping pada kesehatan rongga mulut. Beberapa golongan diantaranya dapat mengakibatkan xerostomia.1,5,6 Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem saraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk salivaasi. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair sedangkan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih sedikit dan kental. 7

Xerostomia yang sering dikenal sebagai mulut kering adalah gejala umum yang paling sering disebabkan oleh penurunan jumlah saliva atau terjadinya perubahan pada kualitas saliva.8 Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari berbagai kondisi seperti efek samping dari radiasi di kepala dan leher, atau efek samping dari berbagai jenis obat. Hal tersebut dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan penurunan fungsi kelenjar saliva.9 Sekresi saliva dalam rongga mulut sangat penting bagi kesehatan gigi dan mulut. Sekresi saliva yang menurun akan menyebabkan mulut terasa kering, sukar bicara, sukar mengunyah dan sukar menelan.5-7,10 Mengingat pentingnya peranan saliva dan akibat yang ditimbulkan oleh karena berkurangnya aliran saliva, maka perlu diupayakan penanggulangan terhadap pasien-pasien dengan keluhan mulut kering.7

Xerostomia dapat diatasi dengan bahan perangsang produksi saliva dan bahan pengganti saliva. Bahan perangsang saliva hanya akan membantu jika masih ada kelenjar saliva yang masih aktif. Bahan yang biasa digunakan adalah permen karet atau permen isap asam, mouth lubricant dengan pH 2.0, lemon mucilage

(19)

dengan pH 2.8, pilocarpin hydrochloride, asam nikotinat dan salivix berbentuk tablet isap yang berisi asam malat, gomalat, kalsium laktat, natrium fosfat, lycasin

dan sorbitol. Bahan-bahan tersebut memiliki efek samping berupa penurunan pH saliva yang tidak diharapkan pada pasien dengan penurunan sekresi saliva.10 Mouth

lubricant dan lemon mucilage yang mengandung asam sitrat dapat merangsang

sangat kuat sekresi saliva yang encer dan dapat menyebabkan rasa segar di dalam mulut, tetapi obat ini mempunyai pH yang rendah sehingga dapat merusak email dan dentin.7 Belakangan diketahui bahwa ada suatu cara yang cukup efektif dalam meningkatkan sekresi saliva tanpa menurunkan pH rongga mulut, yaitu berkumur dengan larutan baking soda.10

Menurut Tri, dalam upaya perangsangan sekresi saliva, kelenjar saliva terutama kelenjar parotis paling kuat distimulasi secara mekanis, misalnya pada gerakan berkumur yang menyebabkan bekerjanya otot-otot pengunyahan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sri disebutkan bahwa berkumur dengan baking soda

efektif dalam meningkatkan sekresi saliva dan meningkatkan pH mulut yang asam. Berkumur dengan larutan baking soda akan menambah kelembaban dan lubrikasi mulut. Data yang mendukung juga disampaikan oleh Tri bahwa pasien dalam kemoterapi atau perawatan radiasi dianjurkan berkumur dengan baking soda

sebelum dan setelah makan untuk mengatasi mulut kering. Keuntungan penggunaan

baking soda adalah harganya murah, abrasivitas rendah, larut dalam air, memiliki kapasitas buffer dan pada konsentrasi tinggi dapat bersifat antibakteri.10

Berdasarkan hal-hal di atas peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk melihat efektifitas berkumur dengan larutan baking soda dalam meningkatkan laju aliran saliva pada pasien hipertensi dengan xerostomia. Penelitian ini dilakukan karena belum pernah dilakukan penelitian yang serupa sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan laju aliran saliva sesudah berkumur dengan larutan

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melihat perbedaan laju aliran saliva setelah berkumur dengan larutan

baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk melihat laju aliran saliva pada pasien hipertensi dengan xerostomia sebelum berkumur dengan larutan baking soda.

2. Untuk melihat laju aliran saliva pada pasien hipertensi dengan xerostomia setelah berkumur dengan larutan baking soda.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan laju aliran saliva setelah berkumur dengan larutan baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia di RSUP H. Adam Malik.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat praktis

Sebagai bahan pengetahuan bagi tenaga medis dan masyarakat tentang daya guna larutan baking soda dalam mengatasi xerostomia.

1.5.2 Manfaat teoritis

Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Hipertensi

1.1.1Defenisi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg atau ketika seseorang sedang mengonsumsi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah.1-2 Tekanan darah sistolik cenderung meningkat setelah usia 20 tahun baik pada pria maupun wanita sesuai dengan pertambahan umur. Sedangkan, tekanan diastolik meningkat pada umur 20 tahun sampai 60 tahun dan kemudian mulai turun setiap tahunnya.4 Sebelum dibuat diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda selama 4-6 minggu.3 Orang yang mengidap hipertensi biasanya tidak akan memperlihatkan gejala dalam beberapa tahun, namun gejala kerusakan pada beberapa organ target dapat terjadi seperti pada ginjal, jantung, otak, dan mata. 1

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Etiologi

(22)

hipertensi tersebut dialami pasien. Gejala umum hipertensi seperti sakit kepala, pusing, tinitus, dan pingsan, hampir sama dengan kebanyakan orang yang normotensi. Kerusakan organ seperti jantung, otak, dan ginjal, berkaitan dengan derajat keparahan hipertensi.3

Hipertensi sekunder merupakan 5% kasus hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya. Penyebabnya dapat berupa penyakit parenkim ginjal, renovaskular, endokrin, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, kaitan dengan kehamilan, dan penggunaan pil kontrasepsi oral.3

2.1.3 Diagnosis

Semua pasien yang dicurigai menderita hipertensi atau pasien yang sudah pasti hipertensi, harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh termasuk pemeriksaan tekanan darah. Beberapa pemeriksaan penunjang rutin yang perlu dilakukan adalah tes urinalisis untuk menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi atau dapat dianggap hipertensi adrenal, tes glukosa darah untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa, tes kolesterol HDL dan kolesterol total serum untuk membantu memperkirakan resiko kardiovaskular, dan tes elektrokardiograf untuk menetapkan ada tidaknya hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa pasien akan memerlukan pemeriksaan penunjang yang lebih kompleks dan dirujuk ke spesialis, seperti pasien dengan hipertensi dipercepat, dugaan hipertensi sekunder, masalah terapi atau kegagalannya, dan keadaan khusus misalnya kehamilan.3

2.1.4 Penatalaksanaan

Semuapasien dengan riwayat hipertensi atau pasien yang masih dalam tahap prehipertensi perlu dinasehati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, asupan lemak dan garam, banyak makan buah serta sayuran, tidak merokok, dan berolahraga teratur. Hal ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan dapat menurunkan penggunaan obat-obatan. Namun ketika modifikasi gaya hidup dirasa kurang adekuat atau pada pasien hipertensi tingkat 1 dan 2, maka

(23)

penggunaan obat-obatan dianjurkan. Sejak lama penelitian telah dilakukan untuk menilai manfaat terapi dan karenanya sebagian besar data yang ada berkaitan dengan penggunaan obat antihipertensi, terutama thiazide diuretics, angiotensin-konversi penghambat enzim (ACEI), angiotensive receptor blockers (ARB), beta blockers

(BBs), dan calcium channel blockers (CCB).5 Pemberian obat dapat dalam bentuk tunggal atau kombinasi dari dua jenis obat tergantung kebutuhan pasien.4

2.1.5 Komplikasi Oral Pasien yang Mengonsumsi Obat Antihipertensi

Efek samping obat-obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia, reaksi likenoid, hiperplasia gingiva, pendarahan yang parah, serta penyembuhan luka yang tertunda.11,13 Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa β-Blocker dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pengecapan pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACE–inhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II pernah diimplikasikan bahwa dapat menyebabkan angioedema pada rongga mulut 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun pembengkakan pada lidah, uvula, dan palatum lunak yang paling sering terjadi, tetapi odema larynx adalah yang paling serius karena berpotensi menghambat jalan nafas.11

1.2 Xerostomia

2.2.1 Defenisi

Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, yang diekskresikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut. Pada orang dewasa sehat, diproduksi saliva kurang lebih 1,5 liter dalam waktu 24 jam. Laju aliran saliva dapat berubah dalam waktu 24 jam, hal ini tergantung pada status fisiologis pasien. Sekresi saliva dikendalikan oleh sistem persarafan, terutama oleh reseptor kolinergik.7

(24)

sebagai mulut kering adalah gejala umum yang paling sering disebabkan akibat penurunan laju aliran saliva normal (1-3 ml/menit) atau terjadinya perubahan pada kualitas saliva.8 Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari berbagai kondisi seperti perawatan yang diterima, efek samping dari radiasi di kepala dan leher, atau efek samping dari berbagai jenis obat dan dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan penurunan fungsi kelenjar saliva.13

2.2.2 Etiologi

1. Gangguan pada kelenjar saliva.

Ada beberapa penyakit lokal yang mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialadenitis kronis lebih umum mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi sel asini dan penyumbatan duktus. Kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur duktus kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva. Sindrom Sjőgren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva, sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.8,14-6

2. Keadaan fisiologis.

Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan fisiologis.2,3 Pada saat berolahraga dan berbicara yang lama dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas melalui mulut akan memberikan pengaruh mulut kering.7,8 Gangguan emosional, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan mulut kering.7,16 Hal ini disebabkan keadaan emosional tersebut merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem saraf autonom dan menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.7

3. Penggunaan obat-obatan.

Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva.8,16 Prinsip dasar dari obat-obatan yang menyebabkan xerostomia adalah antikolinergik dan aksi simpatomimetik. Adapun obat-obatan yang paling sering menyebabkan xerostomia

(25)

adalah antidepresan, antipsikotopik, benzodiazepine, atropinik, β-blocker, dan antihistamin.17 Obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem saraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.7

4. Usia.

Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut.7,14 Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atrofi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. Seiring dengan meningkatnya usia, akan menyebabkan perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan penyambung, sel lapisan tengah duktus mengalami atrofi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu, penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh mulut kering pada usia lanjut.7,16

5. Keadaan lain.

(26)

2.2.3Gambaran Klinis

Pemeriksaan pasien biasanya menunjukkan penurunan sekresi saliva dengan konsistensi berbusa maupun kental. Mukosa tampak kering, dan ketika pemeriksaan dapat dilihat bahwa sarung tangan pemeriksa akan menempel pada permukaan mukosa. Bagian dorsal lidah terlihat pecah-pecah akibat papila filiformis yang atrofi. Pada saat makan pasien akan mengeluhkan kesulitan mengunyah dan menelan makanan, dan bahkan makanan menempel pada mukosa oral selama makan. Temuan klinis kadang tidak selalu sesuai dengan keluhan pasien. Beberapa pasien yang mengeluh mulut kering mungkin memiliki aliran saliva yang memadai dan mulut yang lembab. Sebaliknya, beberapa pasien yang secara klinis tampaknya mengalami mulut kering tidak mempunyai keluhan. Tingkat produksi saliva dapat dinilai dengan mengukur aliran saliva baik saat tanpa rangsangan maupun dengan rangsangan.5

Gambar 1: Lidah pasien xerostomia.18

Xerostomia menyebabkan mengeringnya selaput lendir mulut, mukosa mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari saliva.7,15 Rasa pengecapan dan proses berbicara juga terganggu.8,17 Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang, sehingga terjadi radang dari selaput lendir mulut yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar.7,15 Selain itu, pada penderita xerostomia fungsi bakteriose dari saliva berkurang sehingga menyebabkan proses karies gigi.19,20 Akibatnya pasien penderita mulut kering dapat mengalami penurunan kualitas hidup.1

(27)

2.2.4 Diagnosis

Diagnosis xerostomia dilakukan berdasarkan anamnesis terarah seperti lamanya keadaan mulut kering berlangsung (sepanjang hari atau pada waktu-waktu tertentu). Penyakit dari pemakaian obat-obatan dan keadaan lain yang mungkin menyebabkan mulut kering. Diagnosis xerostomia dapat juga dilakukan dengan mengukur laju aliran saliva total yaitu dengan pengumpulan saliva.7,20 Laju aliran saliva memberi informasi yang penting untuk tindakan diagnostik dan tujuan penelitian. Fungsi kelenjar saliva dapat dibedakan dengan tehnik pengukuran tertentu. Laju aliran saliva dapat dihitung melalui kelenjar saliva mayor individual atau melalui campuran cairan dalam rongga mulut yang disebut saliva total.20

Metode utama untuk mengukur saliva total yaitu metode draining, spitting,

suction, dan swab. Metode draining bersifat pasif dan membutuhkan pasien untuk memungkinkan saliva mengalir dari mulut ke dalam tabung dalam suatu masa waktu. Metode suction menggunakan sebuah aspirator atau penghisap saliva untuk mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah ditentukan. Metode swab menggunakan gauze sponge yang diletakkan didalam mulut pasien dalam waktu tertentu. Metode spitting (metode yang digunakan Nederfords sesuai dengan metode standard Navazesh) dilakukan dengan membiarkan saliva untuk tergenang di dalam mulut dan meludahkan kedalam suatu tabung setiap 60 detik selama 2-5 menit (Gambar 2).20

(28)

2.2.5 Penatalaksanaan Xerostomia

Terapi yang diberikan tergantung pada berat ringannya xerostomia. Pada keadaan ringan dapat dianjurkan untuk sering berkumur atau mengunyah permen karet yang tidak mengandung gula. Bila keluhan mulut kering disebabkan pemakaian obat-obatan, maka mengganti obat mungkin akan dapat mengurangi xerostomia. Pada keadaan berat dapat digunakan zat perangsang saliva dan zat pengganti saliva. Zat perangsang saliva dapat berupa mouth lubricant dan lemon mucilage, mentol dalam kombinasi dengan zat-zat manis, salivix, permen karet bebas gula atau yang mengandung xylitol, serta larutan baking soda. Sekresi saliva juga dapat dirangsang dengan pemberian obat-obatan yang mempunyai pengaruh merangsang melalui sistem saraf parasimpatis, seperti pilokarpin, karbamilkolin dan betanekol. Obat perangsang saliva hanya akan membantu jika ada kelenjar saliva yang masih aktif. Bila zat perangsang saliva tidak memadai untuk mengatasi xerostomia, maka digunakan zat pengganti saliva. Pengganti saliva ini tersedia dalam bentuk cairan seperti V.A Oralube, spray seperti Saliva orthana dan tablet isap seperti Polyox.7

2.3 Xerostomia Pada Pasien Hipertensi

Obat antihipertensi memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia.21,22 Penelitian yang dilakukan Nederfors

(1994) tentang hubungan β-adenoreseptor terhadap sekresi saliva menunjukkan adanya pengurangan laju aliran saliva akibat penggunaan obat ini. Hal ini terjadi akibat perubahan pada sel asini dimana kalsium ini disekresi mengubah konsentrasi kelenjar saliva menjadi lebih tinggi dan adanya perubahan osmotik yang mengakibatkan penurunan laju alir saliva.23

Penelitian lain yang dilakukan Nederfors (1996) tentang hubungan metoprolol terhadap sekresi saliva ditemukan adanya penurunan laju alir saliva yang signifikan. Hal ini dijelaskan dari mekanisme efek metoprolol yang pada awalnya mengurangi curah jantung dan massa ventrikel kiri, tanpa peningkatan yang besar dari resistensi perifer total. Kemudian resistensi perifer total berkurang yang

(29)

mengakibatkan peningkatan curah jantung, penurunan dari resistensi perifer total dijelaskan sebagai perubahan struktural dari resistensi arteri. Jadi, penurunan tekanan darah yang terjadi dengan mengonsumsi obat ini diperkirakan akibat pengurangan aktivitas saraf simpatis pada resistensi arteri. Hal ini menunjukkan perubahan yang serupa pada saraf simpatis yang terjadi di dalam kelenjar saliva.16,24

2.4 Baking soda

2.4.1 Defenisi

Baking soda adalah zat alami yang ada pada semua makhluk hidup. Baking soda dapat membantu makhluk hidup menjaga keseimbangan pH yang diperlukan bagi kehidupan. Baking soda terbuat dari soda abu, juga dikenal sebagai natrium karbonat. Keseluruhan natrium bikarbonat merupakan bahan alami yang tidak akan membahayakan manusia atau lingkungan karena baking soda bukanlah suatu senyawa kimia yang dapat berdampak negatif bagi alam.25 Baking soda diproduksi melalui proses Solvey, yang memerlukan reaksi karbon dioksida dan ammonia di dalam larutan pekat natrium klorida sesuai dengan persamaan:

Na2CO3 + CO2 + H2O → 2 NaHCO3 26

2.4.2 Kegunaan

Kegunaan baking soda dalam kehidupan sehari-hari adalah:26 1. Zat Pembersih

Baking soda bertindak sebagai agen pembersih karena merupakan alkali ringan yang dapat menyebabkan kotoran dan minyak mudah larut dalam air. Zat ini aman dan efektif sebagai pembersih pada kaca, krom, baja, enamel, dan plastik.26

2. Zat Penghilang Bau

(30)

penyegar nafas.26

3. Zat Pengembang

Baking soda paling banyak digunakan sebagai zat pengembang makanan.

Baking soda menghasilkan gas karbon dioksida apabila dipanasakan dimana hal ini yang menyebabkan makanan menjadi mengembang.26

4. Zat Penyangga

Baking soda mempunyai kemampuan unik yaitu sebagai penyangga

berdasarkan proses kimianya. Penyangga berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH. Dengan demikian baking soda dapat digunakan sebagai antasida untuk gangguan pencernaan atau menetralkan asam pada saluran pencernaan, zat campuran pada pasta gigi dan obat kumur utnuk menjaga pH rongga mulut.26

5. Zat Pemadam Api

Baking soda efektif sebagai alat pemadam kebakaran, baik kebakaran yang dipicu oleh minyak maupun listrik. Ketika baking soda dipanaskan ia melepaskan karbon dioksida dan air. Karbon dioksida mempunyai molekul yang lebih besar dari molekul udara dan tidak membantu proses pembakaran sehingga dapat mengurangi kobaran api. Sedangkan air dapat mendinginkan suhu sampai di bawah temperatur pengapian. Banyak alat pemadam kebakaran komersial, termasuk dry chemical dan

foam, mengandung baking soda.26

Gambar 3 : Baking soda.25

(31)

2.4.3 Berkumur Dengan Baking soda

Beberapa produk yang dapat digunakan pada pasien xerostomia misalnya obat kumur, aerosol, permen karet, dan dentifrices dapat memicu sekresi saliva, namun kebanyakan dari produk tersebut memiliki efek samping berupa penurunan pH saliva yang tidak diharapkan pada pasien dengan sekresi saliva yang menurun.11

Dalam upaya peningkatan sekresi saliva, dapat dilakukan berbagai cara seperti rangsangan mekanis (berkumur dan mengunyah makanan), kimiawi (rangsangan asam, manis, asin, pahit, dan pedas), neuronal (melalui sistem saraf autonom), dan psikis (menghilangkan stress). Menurut Tri, kelenjar saliva terutama kelenjar parotis paling kuat distimulasi secara mekanis, misalnya dengan gerakan berkumur. Belakangan sering dijumpai bahwa berkumur dengan baking soda cukup efektif dalam meningkatkan sekresi saliva. Larutan baking soda dapat digunakan untuk mengurangi viskositas mukus, meningkatkan pH saliva atau fungsi buffer

karena sifat basa yang terdapat pada baking soda sehingga dapat mengurangi resiko karies pada pasien xerostomia.Tri juga menambahkan, jika diperlukan, larutan dapat dibuat sendiri di rumah dengan mencampurkan 1/2 sendok teh baking soda dan 250 ml air.9

Keuntungan penggunaan baking soda adalah harganya murah, abrasivitas rendah, larut dalam air, memiliki kapasitas buffer dan pada konsentrasi tinggi dapat bersifat antibakteri.9

(32)

2.5 Kerangka Teori

Pasien yang mengonsumsi obat

anti hipertensi

Xerostomia

Terapi Lokal

Berkumur dengan Larutan Baking Soda

Laju Aliran Saliva Meningkat

(33)

2.5 Kerangka Konsep

Penderita hipertensi dengan xerostomia di RSUP H. Adam

Malik

- Usia pasien ≥ 35 tahun

Laju aliran saliva sebelum distimulasi

Laju aliran saliva setelah distimulasi

Berkumur dengan larutan

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest-posttest group design. Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena sebab-akibat. Rancangan pretest-posttest group design yaitu suatu bentuk penelitian yang melakukan pengukuran sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap subjek penelitian.27 Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah subjek berkumur dengan larutan baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hal ini dikarenakan adanya Poli Umum Penyakit Dalam dan Poli Penyakit Dalam Sub Divisi Geriatrik bagian Nefrologi dan Hipertensi. Disamping itu, dari segi jumlah, pasien yang berobat cukup banyak karena rumah sakit ini di jadikan sebagai tempat rujukan dari banyak puskesmas ataupun rumah sakit. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan April 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan penderita hipertensi dengan xerostomia yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia untuk dilakukan penelitian.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini merupakan teknik non probability sampling (non random sample) dengan menggunakan metode purposive sampling (sampel dengan maksud). Non probability sampling ini merupakan cara

(35)

pengambilan sampel tanpa menghiraukan prinsip-prinsip probabiliti atau pengambilan sampel tidak dilakukan secara random. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap kriteria-kriteria tertentu yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang akan diambil.28

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus:28

� ≥ ��Z(1−α/2)+ Zd(1−β/2)�×���

�� = standar deviasi saliva = 1,479 (diperoleh dari penelitian terdahulu oleh Sri).10

d = selisih rata-rata saliva yang bermakna, ditetapkan sebesar = 0,87 (diperoleh dari penelitian terdahulu oleh Sri).10

Maka: � ≥30,38≈31

Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel minimum yang diperoleh adalah 31 orang. Dalam penelitian ini, untuk menghindari terjadinya kesalahan/error, maka jumlah sampel yang diteliti ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimum, sehingga diperoleh jumlah sampel total 35 orang. Pada penelitian ini akan dilibatkan pasien hipertensi dengan xerostomia yang diinstruksikan berkumur dengan larutan

(36)

Kriteria inklusi:

1. Pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan di Poli Umum Penyakit Dalam serta Poli Penyakit Dalam Sub Divisi Geriatrik bagian Nefrologi dan Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan dan sedang mengonsumsi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah.

2. Pasien hipertensi yang berusia ≥ 35 tahun. 3. Pasien hipertensi yang mengalami xerostomia.

Kriteria eksklusi:

1. Pasien hipertensi yang merokok, muntah dan diare sebelum penelitian, atau pasien yang sudah mengalami menopause.

2. Pasien hipertensi yang mengalami defisiensi nutrisi, sedang menjalani kemoterapi dan radioterapi, atau pasien yang mempunyai penyakit sistemik.

3. Pasien hipertensi yang tidak bersedia menjadi sampel.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel tercoba : Laju aliran saliva pada pasien hipertensi dengan xerostomia.

2. Variabel eksperimental : Larutan baking soda. 3. Variabel terkendali : Usia pasien ≥ 35 tahun. 4. Variabel tidak terkendali : Jenis kelamin.

3.4.2 Definisi Operasional

1. Pasien hipertensi adalah pasien yang berdasarkan rekam medik mempunyai tekanan darah sistolik lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg dan sedang mengonsumsi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah.1

(37)

2. Xerostomia adalah saat laju aliran saliva pada subjek penelitian tanpa distimulasi < 0,2 ml/menit.10

3. Larutan baking soda adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan ½ sendok teh bubuk baking soda ke dalam 250 ml air.9

4. Laju aliran saliva sebelum berkumur dengan larutan baking soda adalah jumlah mililiter saliva per menit yang diperoleh dengan menggunakan metode

spitting, dengan cara membiarkan saliva tergenang di dalam mulut kemudian

diludahkan ke dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik selama 3 menit, sebelum berkumur dengan larutan baking soda.20

5. Laju aliran saliva setelah berkumur dengan larutan baking soda adalah jumlah mililiter saliva per menit yang diperoleh dengan menggunakan metode

spitting, dengan cara membiarkan saliva tergenang di dalam mulut kemudian

diludahkan ke dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik selama 3 menit, setelah berkumur dengan larutan baking soda selama 30 detik.20

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat: - gelas ukur - gelas kumur - corong

- stopwatch

- baskom

- alat tulis (buku, pulpen/pensil, spidol) Bahan : - air putih

- larutan baking soda

(38)

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan pada pasien hipertensi dengan xerostomia yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini berlangsung pada pukul 09.00-12.00 WIB. Sebelum penelitian dilakukan, pasien diberikan informasi tentang tujuan penelitian ini. Setelah pasien setuju menjadi subjek penelitian, pasien diminta menandatangani informed consent. Kemudian peneliti mengisi rekam medik penelitian baik dari hasil anamnesis maupun dari rekam medik pasien di rumah sakit.

Penelitian dilanjutkan dengan mengukur laju aliran saliva sebelum berkumur dengan larutan baking soda. Untuk mengkalibrasi laju aliran saliva pada setiap subjek atau untuk mengatasi variabel pengacau, genangan saliva pertama harus dibuang. Subjek diinstruksikan untuk duduk tenang kemudian subjek diinstruksikan untuk membiarkan saliva tergenang di dalam mulut dan ditampung dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik selama 3 menit. Setelah itu subjek diinstruksikan untuk berkumur dengan larutan baking soda. Larutan kumur dapat dibuat dengan mencampurkan ½ sendok teh baking soda dan 250 ml air.9 Subjek berkumur selama 30 detik kemudian kembali diminta untuk membiarkan saliva tergenang di dalam mulut lalu ditampung dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik selama 3 menit dan laju aliran saliva diukur.1

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan sistem manual untuk data univarian dan sistem komputerisasi untuk data bivarian. Analisis univarian adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan setiap variabel penelitian.28 Analisis univarian pada penelitian ini antara lain adalah:

1. Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(39)

Analisis bivarian adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang saling berhubungan atau berkorelasi.27 Sesuai dengan penelitian ini, analisis bivarian dilakukan pada laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan

baking soda. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode uji T

berpasangan (T-test paired), yaitu suatu metode untuk menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji ini digunakan jika dilakukan observasi sebelum dan sesudah. Uji T berpasangan ini merupakan uji parametrik, maka harus dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak.27

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian pada penelitian ini mencakup:

1. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang sudah ditetapkan baik yang bersifat nasional maupun internasional.

2. Lembar Persetujuan (informed consent)

(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada pasien hipertensi dengan xerostomia di Poli Umum Penyakit Dalam dan Poli Penyakit Dalam Sub Divisi Geriatrik bagian Nefrologi dan Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari hingga April 2013. Pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda dilakukan pada 35 orang subjek penelitian. Data hasil penelitian ini diolah secara manual dan dengan menggunakan program komputer kemudian selanjutnya dianalisis secara univarian dan bivarian.

3.1 Analisis Data Univarian

3.1.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Jenis kelamin N (orang) Persentase (%)

Laki-laki 19 54,29

Perempuan 16 45,71

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa pasien hipertensi dengan xerostomia lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Jumlah seluruh subjek penelitian yaitu 35 orang (100%), 19 orang (54,29%) berjenis kelamin laki-laki dan 16 orang (45,71%) berjenis kelamin perempuan.

(41)

Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Umur N (orang) Persentase (%)

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pasien hipertensi dengan xerostomia yang menjadi subjek penelitian paling banyak berada pada kelompok umur 45-54 tahun, yaitu 14 orang (40%, 2 orang laki-laki dan 12 orang perempuan). Kelompok umur 55-64 tahun terdapat 10 orang (28,57%, seluruhnya laki-laki). Pada kelompok umur

≥ 65 tahun terdapat 7 orang (20%, seluruhnya laki-laki). Sementara itu pasien hipertensi dengan xerostomia paling sedikit berada pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebanyak 4 orang (5,71%, seluruhnya perempuan).

3.1.2 Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur

Tabel 3. Statistik Deskriptif Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Larutan Baking soda pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Perlakuan N Minimum

(42)

rata-rata 0,1411 ml/menit dan simpangan baku sebesar 0,02908. Laju aliran saliva sesudah distimulasi memiliki nilai tertinggi 0,42 ml/menit dan nilai terendah 0,11 ml/menit dengan rata-rata 0,2277 ml/menit dan simpangan baku sebesar 0,05347. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan laju aliran saliva sesudah distimulasi.

4.2 Analisis Data Bivarian

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan uji T berpasangan, terlebih dahulu diuji apakah kedua data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Oleh karena nilai p pada uji normalitas untuk data laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda > 0,05 (0,073 dan 0,087) maka dapat disimpulkan bahwa kedua data terdistribusi secara normal. Hasil uji ini menunjukkan bahwa data dapat diuji dengan menggunakan statistik parametrik, yaitu uji T berpasangan (paired T test).

Tabel 4. Analisis Hasil Pengukuran Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Larutan Baking soda pada Penderita Hipertensi dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan Menggunakan Uji T Berpasangan

Perlakuan Rata-rata Aliran Saliva P

Sebelum distimulasi 0,1411 0,001

Sesudah distimulasi 0,2277

Berdasarkan hasil pada tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa nilai P dari hasil uji T berpasangan adalah 0,001 atau dengan kata lain nilai P < 0,05. Hal ini berarti selisih laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda

tidak sama dengan nol atau terdapat perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda. Dengan kata lain, terjadi peningkatan yang signifikan pada laju aliran saliva setelah berkumur dengan larutan

baking soda.

(43)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penduduk dewasa 10-30 % di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi dan 50-60 % dari penduduk dewasa tersebut adalah mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila tekanan darahnya dapat di kontrol.29 Hipertensi sering dijumpai pada pasien yang berumur 50 tahun ke atas. Prevalensi hipertensi meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, seperti yang disebutkan dari sebuah penelitian bahwa lebih dari setengah penduduk Amerika Serikat yang berumur 65 tahun mengalami hipertensi.1 Sejak lama penelitian telah dilakukan untuk menilai manfaat terapi dalam penatalaksanaan hipertensi dan sebagian besar data yang ada berkaitan dengan obat antihipertensi.3

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa pasien hipertensi dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena banyak diantara pasien hipertensi perempuan yang berobat di Poli Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik sudah mengalami menopause, sehingga tidak dapat diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hipertensi lebih jarang di temukan pada perempuan di usia pra-menopause dibanding laki-laki di usia yang sama. Hal ini menunjukkan adanya hubungan pola hidup yang biasa diterapkan oleh laki-laki dengan faktor penyebab hipertensi seperti merokok, mengonsumsi kafein, atau meminum minuman beralkohol.3

Pada penelitian ini pasien hipertensi lebih banyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun dibandingkan dengan kelompok umur 55-64 tahun atau kelompok

(44)

dalam kriteria inklusi subjek penelitian, karena pasien perempuan yang berumur lebih dari 55 tahun rata-rata sudah mengalami menopause serta komplikasi dan pada pasien laki-laki sebagian sudah mengalami komplikasi baik itu dengan penyakit ginjal maupun penyakit jantung.

Saat ini, perkembangan obat-obatan antihipertensi sangat beragam bagi penderita hipertensi, akan tetapi obat-obatan tersebut memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia.21 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri disebutkan bahwa berkumur dengan larutan

baking soda dapat meningkatkan volume saliva pada pasien xerostomia.10 Pada penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, terdapat perbedaan rata-rata laju aliran saliva antara sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata saliva sebelum dan sesudah berkumur yang signifikan sebesar 0,0866 ml/menit, dimana diperoleh rata-rata sebelum berkumur sebesar 0,1411 ml/menit dan sesudah berkumur sebesar 0,2277 ml/menit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan laju aliran saliva sesudah distimulasi, sehingga tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia dapat dicapai.

Dalam upaya perangsangan sekresi saliva, kelenjar saliva terutama kelenjar parotis paling kuat distimulasi secara mekanis misalnya dengan gerakan berkumur yang menyebabkan bekerjanya otot-otot pengunyahan. Selain dengan cara mekanis, sekresi saliva juga dapat dirangsang dengan cara kemis. Baking soda melepas natrium karbonat, karbondioksida, dan air ketika bereaksi dengan asam sehingga bila dikumurkan di dalam mulut dapat meningkatkan kadar air. Diketahui juga bahwa meningkatkan kecepatan aliran saliva dengan kemampuannya bereaksi dengan asam. Rasa larutan baking soda yang sedikit asam akan merangsang saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior dan inferior dari batang otak. Nukleus ini akan tereksitasi oleh rangsangan taktil dan pengecapan dari lidah dan daerah-daerah rongga mulut lainnya sehingga sekresi saliva meningkat, baik volume maupun kecepatan aliran salivanya.10 Penelitian ini memperlihatkan bahwa laju

(45)

aliran saliva sesudah berkumur dengan larutan baking soda mengalami peningkatan yang signifikan.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan laju aliran saliva. Pada penelitian ini diperoleh laju aliran saliva sebelum distimulasi tidak lebih dari 0,19 ml/menit. Setelah berkumur dengan larutan baking soda laju aliran saliva mengalami peningkatan dengan nilai maksimum 0,42 ml/menit. Hal ini membuktikan bahwa kelenjar saliva pada pasien hipertensi dengan xerostomia masih dapat distimulasi atau tidak mengalami disfungsi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan baking soda pada pasien hipertensi dengan xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan.

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berhubungan dengan penelitian ini adalah:

a. Bagi setiap dokter atau dokter gigi agar dapat memberikan informasi kepada pasien xerostomia, bahwa berkumur dengan larutan baking soda merupakan salah satu cara untuk menstimulasi saliva.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya dengan perbaikan pada:

1. Kategori umur dan jenis kelamin subjek penelitian agar lebih homogen.

2. Jenis penelitian (penelitian longitudinal), untuk melihat efektifitas larutan baking soda dalam mengatasi mulut kering.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient. 7th ed., Canada: Mosby, 2008:35-42.

2. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s oral medicine. 11th ed., Hamilton: BC Decker Inc., 2008:324-8.

3. Gray HH, Dawkins KD, Simpson IA, Morgan JM. Kardiologi. 4th ed., Alih Bahasa oleh Azwar Agus, Asri Dwi Rachmawati. Jakarta: Erlangga, 2003:55-67.

4. Dinas Kesehatan., 2007. Profil kesehatan Kota Medan, Dinas Kesehatan

Kota Medan. http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prof%20sumut%202008.pdf (10

Desember 2012)

5. Scully C. Oral and maxillofacial medicine. Toronto: Wright, 2004:96-100. 6. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial

pathology. 3rd ed., Missouri: Saunders, 2009:464-5.

7. Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan penanggulangannya. 2002. http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-sayuti.pdf. (10 Oktober 2012)

8. Sankar V, Rhodus N & the AAOM Web Writing Group. Patient information Sheet: Dry Mouth (xerostomia). 2007.

http://www.aaom.com/associations/3215/files/PatienthandoutXerostomiaUpd ated12312007.pdf . (12 November 2012)

9. Thompson AL. Prevalence and severity of hypertension in a dental hygiene clinic. Journal of Contemporary Dental Practice. 2007;8(3):89-94.

(48)

http://blogs.unpad.ac.id/tjahajawati/files/2010/12/baking-soda.pdf (13 Juli 2012).

11.Yagiela JA, Haymore TL. Management of hypertensive dental patient. 2007. http://www.cda.org/library/cda_member/pubs/journal/jour0107/yagiela.pdf. (12 November 2012).

12.Erceg Marijan. Regional differences in the prevalence of arterial hypertension in Croatia. Coll.Antropol, 2009;33(1):19-23.

13.Thompson AL. Prevalence and severity of hypertension in a dental hygiene clinic. Journal of Contemporary Dental Practice 2007;8(3):89-94.

14.Porter SR, Scully C, Hegarty AM. An update of the etiology and management of xerostomia. Oral surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, 2004;97:28-46.

15.Bartels CL. Xerostomia information for dentists : Helping patients with dry mouth. 2010. http://oralcancerfoundation.org/dental/xerostomia.htm (12 November 2012)

16.Scully C. Drug effect on salivary glands : dry mouth. Oral Diseases, 2003;9:165-76.

17.Herman WW, JR Konzelman JL, Prisant LM. New national guidelines on

hypertension : A summary for dentistry. J Am Dent Association

2004;135(5):576–84.

18.Navazesh M. How can oral health care providers determine if patients have dry mouth?.JADA 2003;134:613-8.

19.Torpet LA. Oral adverse drug reactions to cardiovascular drugs. Critical Review in Oral Biology & Medicine, 2004;15(1):28-46.

20.Fox PC, Grisius MM. Salivary gland diseases. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and treatment. 10th ed. Hamilton : BC Decker Inc., 2003 : 235-38. 21.Nederfors T. Effects of the antihypertensive drug captopril on human

salivary secretion rate and composition. Eur J Oral Sci 1995;103(6):351-4.

(49)

22.Nederfors T, Dahlof C, Twetman S. Effects of the beta-adrenoceptor antagonists atenolol and propranolol on human unstimulated whole saliva flow rate and protein composition. Scand J Dent Res 1994;102(4):235-7. 23.Nederfors T, et al. Effects of the β-adenoreceptor Antagonists Atenolol and

Propanolol on Human Parotid and Submandibular-Sublingual Salivary Secretion. J Dent Res 1994;73(1):5-10.

24.Nederfors T, Dahlof C. Effects on salivary flow rate and composition of withdrawal of and re-exposure to the beta 1-selective antagonist metoprolol in a hypertensive patient population. Eur J Oral Sci 1996;104(3):262-8.

25.Anonim. Baking soda: the everyday miracle.

http://oconto.uwex.edu/files/2011/02/Baking-Soda.pdf (10 November 2012). 26.Sircus M. The miracle of sodium bicarbonate or common baking soda the least inexpensive cancer treatment. http://www.amazon.com/Sodium-Bicarbonate-Medical-Review-ebook/dp/B005347ZFQ (10 November 2012). 27.Praktiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian dan kesehatan. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2011:127-8.

Gambar

Gambar 1: Lidah pasien xerostomia.18
Gambar 2 : Metode Spitting.20
Gambar 3 : Baking soda.25
Gambar 4 : Larutan Baking soda.25
+4

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Praktek Kerja dan Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.Kerja Praktek selama tiga bulan

Penulisan skripsi yang berjudul “Mafia Buku pada Komunitas Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan” berawal dari ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana sistem mafia

Berbeda dari penelitian Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Ketahanan hubungan pernikahan antara pasangan yang bekerja di luar negeri, (2) Kualitas

Penulisan skripsi yang berjudul “Mafia Buku pada Komunitas Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan” berawal dari ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana sistem mafia

• ProperSubstring string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan satu atau lebih simbol- simbol paling depan dan/atau simbol-simbol paling belakang

Agar komunikasi menjadi efektif, maka penting bagi komunikator (guru) memperhatikan aspek sebagai berikut: waktu yang tepat untuk suatu pesan (dalam pembelajaran

• Kalimat adalah string yang tersusun atas simbol-simbol terminal dan kalimat adalah kasus khusus

2006 - 2010 General Affair Law Office “ Farouk Makarim