Pada Berbagai Bahan Kontainer
Endang Puji Astuti
1, Rina Marina
1Abstract. Armigeres mosquito being the vector responsible for Japanese Encephalitis Virus and Filaria.
Vari-ous effort have been done to control the mosquitoes. Acurated entomological data is needed to support control mosquito vector, like data hits habitats armigeres. This study is aimed to compare oviposition of armigeres and the development in various container. the clay container (44 egg)s more many found egg is compared with plastical stuff (11 egg)s. Moulting process of armigeres almost the same to culicinae, that is average ± 2 - 3 days. Mosquito development in this laboratory test only until third generation (f3). Rearing of armigeres need-ed the enviromental kondusif with nature habitat.
Key Words : armigeres, clay container, plastic container, rearing
PENDAHULUAN
Nyamuk Armigeres mempunyai pe-ranan sebagai vektor penyakit menular yaitu Filariasis dan Japanese Encephalitis (JE). Salah satu spesies yang sudah men-jadi vektor adalah A. subalbatus yang dapat menularkan cacing Wuchereria
bancrofti ke manusia. Selain itu, spesies
ini juga membawa mikrofilaria Brugia
malayi ke manusia sehingga
menyebab-kan Filariasis(1). Hasil skrening
Poly-merase Chain Reaction (PCR), A. Sub-albatus (Coquillett), merupakan vek-tor
filariasis yang menginfeksi dengan bak-teri Wolbachia(2) .
Armigeres subalbatus merupakan
vektor potensial yang menularkan JEV di
Taiwan(3). Di Asia, termasuk Indonesia
juga telah dilakukan isolasi JEV dari
Anopheles kochi dan A. subalbatus.
Nya-muk ini juga mampu membawa oocyt dan
sporozoit Plasmodium gallinaceum dan
menularkan infeksinya terhadap ayam(4).
Berdasarkan klasifikasi tingkatan taksonomi, nyamuk Armigeres merupa-kan Phylum Arthropoda, Sub Phylum Uniramia, Kelas Insekta, Ordo Diptera, Sub Ordo Nematocera, Family Culicidae, Sub Family Culicinae, Genus Armigeres, Tribe Aedini. Armigeres terdiri dari be-berapa species yang telah diidentifikasi
dan ditemukan di dunia seperti A.
apo-ensis, A. baisas, A. joloapo-ensis, A. malayi, A. flavus, A. obturbans, A. magnus, A.
subalbatus dll(5).
Walaupun nyamuk ini bukan sebagai vektor utama namun perlu untuk dipe-lajari karena populasi nyamuk Armigeres dan frekuensi kontak nyamuk tersebut dengan manusia sangat tinggi. Berbagai upaya menurunkan angka kesakitan pe-nyakit tular vektor telah dilakukan, salah satunya adalah dengan cara pengendalian vektor.
Data biologi nyamuk Armigeres masih belum banyak dilaporkan padahal sangat dibutuhkan untuk pengendaliann-ya. Untuk mengetahui faktor biologi dan perilaku nyamuk Armigeres maka telah dilakukan studi oviposisi dan perkem-bangan nyamuk Armigeres skala laborato-rium sehingga diperoleh data tentang ke-sukaan peletakan telur dan perkembangan setiap stadium nyamuk Armigeres.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan dilakukan di Desa Ba-bakan, Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis dan di insektarium Loka Litbang P2B2 Ciamis, pada bulan April - Juni 2006 (selama ± 2 bulan).
Serangga Uji
Kegiatan rearing (perkembangbiak-an) menggunakan larva dan pupa nya-muk Armigeres spesies lapangan yang tertangkap di sekitar kebun desa Babakan Pangandaran menggunakan pipet plastik dan botol larva.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam prak-tikum rearing nyamuk Armigeres adalah makanan anjing (ukuran kecil), daging kelapa (sudah tua), air, larutan gula 10% dan vitamin B compleks, kapas, dan tis-sue.
Peralatan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pipet plastik, botol larva, counter (penghitung), kandang berukuran 40 x 40 x 40 cm (sedang), ter-mometer air, mikroskop, slide glass, ca-wan petri, tray/nampan plastik, kontainer yang terbuat dari tanah liat, gelas aqua, kain kasa, handuk, kawat kasa, jarum, botol kecil dan wadah plastik.
Cara Kerja
Kegiatan rearing nyamuk dimulai dengan pencarian imago (pradewasa) dan nyamuk dewasa Armigeres yang dilaku-kan di sekitar lahan yang terdapat pohon kelapa desa Babakan Pangandaran. Larva dan pupa yang berhasil ditemukan di-pindahkan kedalam botol larva dengan menggunakan pipet dan dengan cara langsung menuangkan air dari kontainer asal ke botol larva.
Botol larva yang berisi pupa dan larva berbagai instar dari nyamuk
Armi-geres di tuang kedalam nampan/tray
yang tersedia di ruang insetarium dan ditambah sedikit campuran air kran. Nampan tersebut diletakkan di tempat yang aman dan ditutup dengan kawat kasa agar hewan / serangga lain tidak masuk (mengganggu pertumbuhan lar-va). Untuk makanan larva diberi bebera-pa butir makanan anjing (± 5 butir/
nampan) dan ditambah dengan potong-an / kerokpotong-an daging kelapa.
Larva yang telah menjadi pupa di-ambil dengan pipet kedalam paper cup yang berisi air kemudian dimasukkan ke dalam kandang nyamuk (ukuran 40 x 40 x 40 cm). Ketika pupa mengalami
ek-sklosi menjadi nyamuk dewasa, untuk ma
-kanannya dimasukkan larutan gula 10% dan vitamin dalam botol kecil. Untuk proses pematangan telur nyamuk maka dimasukkan marmut ke dalam kandang agar nyamuk betina bisa mendapatkan darah dari marmut tersebut. Proses mem-berikan darah marmut dilakukan bebera-pa hari setelah nyamuk eksklosi dan melakukan perkawinan. Waktu penyim-panan marmut sebagai umpan ke dalam kandang diperlukan waktu sekitar 15 jam.
Analisa Data
Hasil pengamatan siklus hidup dan morfologi setiap stadium nyamuk
Armi-geres diukur dan dicatat dalam catatan
harian (log book). Hasilnya pencatatan dan pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Generasi pertama (F1)
Nyamuk hasil eksklosi pertama dari lapangan (sebagai induk) dimasukkan ke-dalam kandang yaitu sebanyak ± 65 ekor nyamuk terdiri dari 43 nyamuk betina dan 22 jantan. Makanan nyamuk dibe-rikan larutan gula 10% dan untuk proses pematangan telur nyamuk betina diberi-kan marmut sebagai umpan darah pada sore hari selama ± 15 jam. Di dalam kan-dang nyamuk disediakan dua kontai-ner untuk meletakkan telur (oviposisi) yaitu yang terbuat dari bahan tanah liat dan bahan plastik.
Pada pengamatan setelah 3 – 4 hari terlihat telur Armigeres terdapat di
per-mukaan air atau di pinggir kontainer yang lembab.
Telur diletakkan satu per-satu ham-pir sama dengan telur Aedes ya-itu ban-yak ditemukan di pinggir/tepi kon-tainer yang lembab. Armigeres flavus mempu-nyai perilaku oviposisi yang khas, nya-muk ini menahan telurnya dengan
menggunakan tungkai kaki belakang(6).
Hasil pengamatan di insektarium nyamuk Armigeres lebih menyukai me-letakkan telurnya di kontainer yang ter-buat dari tanah liat dibandingkan dengan kontainer yang terbuat dari bahan plas-tik. Telur tersebut sebagai generasi per-tama dari nyamuk Armigeres.
Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan di India(7), telur yang
diletakkan oleh nyamuk Armigeres lebih banyak ditemukan pada wadah yang ber-bahan dasar batu bata, kemudian diikuti oleh kontainer yang berisi kertas saring dan kapas lembab. Nyamuk A.
sub-albatus lebih menyukai meletakkan
te-lurnya di tempat yang rendah, pada
ketinggian 3,5 – 7 meter, jumlah telur yang diletakkan lebih sedikit
dibanding-kan dengan tempat yang rendah(8).
Larva nyamuk Armigeres hidup di kontainer alamiah yang berisi air dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Larva ini memakan bahan-bahan organik dan mikroorganisme yang terse-dia dia
air, termasuk tipe karnivora juga(9).
Lar-va nyamuk Armigeres juga ditemukan da -lam cangkang/batok kelapa yang berja-tuhan dan terisi air sebanyak 1,3% dari total fauna yang lain(4) .
Kedua kontainer dalam uji diambil dan dituang isinya ke dalam nampan / tray yang berbeda (dua nampan). Nam-pan yang telah berisi telur ditambah de-ngan air kran agar volume airnya mencu -kupi. Suhu air pada kedua nampan diukur dengan termometer air dan hasil-nya sama yaitu 26,2º C. Nampan yang telah siap disimpan di tempat khusus agar mudah dihitung jumlah telur dan diamati waktu penetasan larva (Tabel 1 dan Tabel 2).
Stadium Larva Waktu ke instar berikutnya (±) Σ Ukuran
Panjang (±) Diameter (±)
Instar 1 48 jam 55 2 milimeter 0,5 milimeter
Instar 2 48 jam 53 6 milimeter 1 milimeter
Instar 3 48 jam 51 9 milimeter 1,5 milimeter
Instar 4 72 jam 49 12 milimeter 1,5 milimeter
Pupa 72 jam 49 - -
Tabel 2. Ukuran, Jumlah Dan Waktu Moulting Setiap Stadium Pra Dewasa Armigeres Sp
Bahan
Kon-tainer Σ Telur
Penetasan
Hari Waktu (rata-rata) Σ Larva %
Tanah liat 44 pertama 24 jam 35 80
kedua 48 jam 9 20
Plastik 11 pertama 24 jam 11 100
Jumlah Total Telur 55
Tabel 1. Pengamatan Jumlah Telur Dan Waktu Penetasan F1 Armigeres Spesies Berdasar-kan Bahan Kontainer
Pupa yang berhasil eksklosi dan menjadi nyamuk dewasa sebanyak 100% (49 ekor) yang terdiri dari 34 betina dan 15 jantan. Nyamuk yang baru eksklosi belum mampu terbang, pada saat peng-amatan nyamuk masih diam dipermuka-an air ddipermuka-an tidak jauh dari cdipermuka-angkdipermuka-angnya (exuviae). Setelah ± 24 jam terlihat nya-muk mulai terbang, mencari dan men-ghisap makanan (larutan gula 10%).
Pada hari ke-2 setelah eksklosi be-berapa nyamuk melakukan perkawin-an, kemudian pada hari ke-3 jam 16.00 WIB dimasukkan marmut kedalam kan-dang. Marmut dibiarkan semalam di da-lam kandang sebagai umpan agar nya-muk betina dapat menghisap darah untuk proses pematangan telurnya. Pada jam 07.30 WIB marmut dikeluarkan dari kandang.
Hasil pengamatan beberapa nya-muk betina terlihat kenyang darah (full
blood feed) dan mulai istirahat di sekitar
kon-tainer dan dinding kandang. Kondisi pe-rut nyamuk betina berangsur-angsur mengalami perkembangan yaitu mulai dari blood feed menjadi setengah gravid (half gravid) dan menjadi gavid dan siap bertelur. Berdasarkan pengamatan waktu yang dibutuhkan menjadi gravid ± 48 jam, pada saat gravid kondisi perut dari nyamuk betina terlihat berwarna keputih -an/pucat.
Menurut beberapa literatur, aktivi-tas oviposisi nyamuk Armigeres pada studi laboratorium, puncaknya terjadi
pada jam 16.00 – 17.00(7). Sedangkan
aktivitas menggigit nyamuk Armigeres di luar ruangan (di alam) puncaknya
pa-da jam 20.00 – 22.00(4).
Populasi nyamuk generasi pertama dewasa mulai berkurang setelah hari ke-16, pada hari ke-17 nyamuk yang tersisa 25 (24 nyamuk mati), pada hari ke-18 nyamuk hanya tersisa 15 ekor, dan pada hari ke-21 seluruh nyamuk mati.
Generasi kedua (F2)
Kontainer yang diletakkan di dalam kandang (bahan plastik dan tanah liat) sebagai tempat peletakkan telur diambil pada pada hari ke-2 setelah nyamuk (F1) pada kondisi gravid. Pada saat peng-ambilan diamati pada kedua kontainer, beberapa telur mengapung di permukaan air dan beberapa menempel di dinding kontainer. Suhu air yang terukur tidak berbeda jauh dengan nyamuk generasi pertama (F1) yaitu 26º C. Nampan yang telah terdapat telur keturunan kedua (F2) diamati waktu penetasannya, setelah 24 jam terlihat beberapa larva menetas (Tabel 3).
Penetasan larva pada kontainer ba-han tanah liat pada hari pertama se-dangkan pada bahan plastik pada hari ke -2. Jumlah telur yang dihasilkan pada generasi kedua berkurang dan hanya 22 ekor. Penetasannya juga mengalami ke-gagalan, pada kontainer tanah liat 11,9% mengalami kegagalan, pada kontainer plastik 20% gagal. Jumlah larva yang berhasil menetas menjadi 19 ekor. Pada generasi kedua sampel larva tidak diukur Tabel 3. Pengamatan Jumlah Telur Dan Waktu Penetasan F2 Armigeres Spesies
Berdasar-kan Bahan Kontainer
Bahan
kon-tainer Σ Telur
Penetasan
Hari Waktu (rata-rata) Σ Larva %
Tanah liat 17 Pertama 24 jam 9 52,9
Kedua 48 jam 6 35,2
Plastik 5 Kedua 48 jam 4 80
panjang dan diameter tubuhnya karena keterbatasan jumlahnya (Tabel 4).
Waktu yang diperlukan untuk per-gantian kulit tiap stadium hampir sama dengan generasi pertama (F1) yaitu ber-langsung rata-rata 2 – 3 hari. Dari total larva yang menetas, 100% berhasil
moulting dan berkembang menjadi
sta-dium lanjut sampai menjadi pupa. Pupa yang berhasil eksklosi dan menjadi nya-muk dewasa sebanyak 100% (19 ekor) yang terdiri dari 12 betina dan 7 ekor jan-tan. Pada hari ke-2 setelah eksklosi bebe -rapa nyamuk melakukan perkawinan, ke
-mudian pada hari ke-3 jam 10.00 WIB, nyamuk di beri umpan darah relawan.
Nyamuk yang menggigit dan meng-hisap tangan sebanyak 5 ekor dengan waktu yang bervariasi yaitu ± 300 detik – 5 menit (sampai nyamuk kenyang darah). Hasil pengamatan lima nyamuk betina terlihat kenyang darah (full blood feed) dan mulai istirahat di sekitar kontainer dan dinding kandang.
Armigeres merupakan nyamuk yang
aktif menggigit pada pagi hari dengan paparan cahaya di atas 17 lux dan men-jelang sore hari (crepuscular) dengan
Stadium Larva Waktu ke instar berikutnya (±) Σ
Instar 1 48 jam 19
Instar 2 72 jam 19
Instar 3 48 jam 19
Instar 4 48 jam 19
Pupa 72 jam 19
Tabel 4. Jumlah Dan Waktu Moulting Setiap Stadium Pra Dewasa Armigeres sp Generasi Kedua
Stadium Waktu ke instar berikutnya (±) Σ
Instar 1 48 jam 10
Instar 2 72 jam 10
Instar 3 48 jam 10
Instar 4 48 jam 10
Pupa 48 jam 10
Tabel 6. Jumlah Dan Waktu Moulting Setiap Stadium Pra Dewasa Armigeres sp Genrasi Ketiga
Bahan
kontai-ner Σ Telur
Penetasan
Hari Waktu (rata-rata) Σ Larva %
Tanah liat 10 kedua 24 jam 10 100
Plastik 0 - - - -
Jumlah Total Telur 10
Tabel 5. Pengamatan Jumlah Telur Dan Waktu Penetasan F3 Armigeres Spesies Berdasarkan Bahan Kontainer
paparan cahaya di bawah 4 lux(9). Nya-muk ini mempunyai sifat zoofilik – an-thropofilik yaitu menyukai darah hewan / mamalia dan manusia. Nyamuk ini meru-pakan nyamuk eksofagik yaitu lebih me-nyukai menggigit dan istirahat di luar ru-mah daripada di dalam ruru-mah.
Kondisi perut nyamuk betina berangsur-angsur mengalami perkem-bangan yaitu mulai dari blood feed men-jadi setengah gravid (half gravid) dan menjadi gavid dan siap bertelur. Ber-dasarkan pengamatan waktu yang dibu-tuhkan menjadi gravid ± 48 jam, pada saat gravid kondisi perut dari nyamuk betina terlihat berwarna keputihan/pucat.
Kondisi kandang dijauhkan dari jangkauan semut dengan memberikan wa-dah yang berisi air pada tiap kaki kan-dang. Larutan gula dalam kandang juga dijaga agar tidak sampai tumpah dan dapat mengundang kehadiran semut. Kondisi kandang yang bersih mempenga-ruhi populasi nyamuk generasi kedua se-hingga lebih bertahan hidup dibanding-kan dengan generasi pertama dan bisa hidup sampai beberapa minggu (± 3 minggu).
Telur di kontainer hanya ditemukan setelah nyamuk menggigit darah pada minggu pertama. Pada minggu-minggu berikutnya nyamuk betina sudah tidak mau menghasilkan telur, hal ini bisa dilihat karena tidak ditemukan telur pada kontainer di kandang. Kontainer yang berisi telur Armigeres generasi ketiga) dikeluarkan dalam kandang dan dituang ke nampan sesuai jenis bahan kontainer, kemudian dilakukan pemeliharaan seperti pada proses sebelumnya yaitu pemberian makanan larva (makanan anjing) dan me-nutupnya dengan kawat kasa.
Generasi ketiga (F3)
Pengamatan pertama yaitu menghi-tung dan mengamati penetasan dari telur keturunan ketiga (F3) pada
masing-ma-sing kontainer, namun pada kontainer ber-bahan plastik tidak ditemukan adanya te-lur. Setelah 24 jam terlihat beberapa larva menetas dari kontainer berbahan tanah liat yaitu 10 ekor. Suhu air pada nampan
juga diukur dan dicatat yaitu 26,5oC
(Tabel 5).
Penetasan larva pada kontainer ba-han tanah liat berlangsung satu hari. Lar-va setiap generasi semakin menurun jumlah keturunannya. Hal ini disebabkan masih kurangnya adaptasi dari nyamuk
Armigeres yang terbiasa melakukan
ak-tifitasnya di luar ruangan / kebun, bukan di dalam ruangan (Tabel 6).
Waktu yang diperlukan untuk per-gantian kulit tiap stadium hampir sama dengan generasi pertama (F1) yaitu ber-langsung rata-rata 2 – 3 hari. Dari total larva yang menetas, 100% berhasil
moult-ing dan berkembang menjadi stadium
lanjut sampai menjadi pupa. Pupa yang berhasil eksklosi dan menjadi nyamuk dewasa sebanyak 100% (10 ekor) yang terdiri dari 7 betina dan 3 ekor jantan
KESIMPULAN DAN SARAN
Siklus hidup nyamuk Armigeres se-tiap stadium hampir sama dengan nyamuk yang lain yaitu berkisar 2 – 3 hari. Uku-ran morfologi nyamuk ini lebih besar bila dibandingkan dengan nyamuk Culex spe-sies dan Aedes spespe-sies (tribe Aedine). Larva instar 3-4 mempunyai panjang rata-rata 12 mm. Wadah dengan bahan tanah liat lebih banyak dipilih untuk meletakkan telurnya / oviposisi nyamuk Armigeres dibandingkan dengan bahan plastik.
Perlu dilakukan pengulangan sampai beberapa generasi sehingga bisa didapat-kan keturunan nyamuk Armigeres yang bisa beradaptasi dengan lingkungan da-lam laboratorium dan dapat menghasilkan jumlah koloni yang banyak sesuai dengan kondisi jika mereka berada di alam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zhao X, Ferdig MT. Biochemical
pathway of melanotic encapsulation of Brugia malayi in the mosquito, Armigeres subalbatus. Journal of the
American Mosquito Control Associa-tion. 2000;Vol 29:pp 142-9.
2. Jamnongluk W, Kittayapong P, Baisley KJ, O’Neill SL. Wolbachia
Infection and Expression of Cyto-plasmic Incompatibility in Armi-geres subalbatus (Diptera: Cu-licidae). Journal of Medical
Ento-mology. 1999;vol 34:pp 53 -7.
3. Chen W-J, Dong C-F, Chiou L-Y, Chuang W-L. Potential Role of
Ar-migeres subalbatus (Diptera: Cu-licidae) in the Transmission of Japa-nese Encephalitis Virus in the Ab-sence of Rice Culture on Liu-Chiu Islet, Taiwan. Journal of Medical
En-tomology. 1999;Vol 27:Pp 108 – 13. 4. Wahid I, Tahir A. Active Times And
Biting Habits Of Common Mosqui-toes And Their Potencial To Spread Mosquito Borne Disease in Endemic Area Lymphatic Filariasis. JMed
Nus. 2004;Vol 25:7-12.
5. Anonim. Armigeres spesies: The Walter Reed Biosystematics Unit. Department of Entomology, Division of Communicable Diseases & Immu-nology. USA. Walter Reed Army Institute of Research; 1999.
6. Miyagi I, Toma T, Okazawa T, Mogi M, Hashim R. Female Armigeres
(Leicesteria) Flavus Holding An Egg Raft With Her Hind Legs. Journal of
the American Mosquito Control As-sociation. 2005;Vol. 21, No. 4 pp. 466–8.
7. Rajavel AR. Larval Habitat of
Armi-geres subalbatus (COQ) and its
Characteristic in Pondicherry.
Southeast Asian J Trop Med Public Health Vector Control Research Centre (ICMR) India. 1992;Vol 23 (3) Pp : 470 – 3.
8. Amerasinghe FP, Alagoda TSB. Mosquito Oviposition in Bamboo
Traps with Special Reference to Ae-des albopictus, Ae. novalbopictus dan Armigeres subalbatus. insect sci
applic. 1984;vol 5 no 6:pp 493 - 500. 9. Pandian R, Selvaraj, Chandrashekar-an MK. The biting cycle of
Armi-geres subalbatus: Madurai Kamaraj