• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Olahraga Penyalahguna Dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidikan Olahraga Penyalahguna Dan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN OLAHRAGA

“ PENYALAHGUNAAN NARKOBA”

OLEH :

ARIANSYAH PUTRA

201410370311194

1E

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelsaikan Makalah Pendidikan Olahraga ini dengan judul “Penyalahgunaan Narkoba”. Tak lupa pula saya berterima kasih kepada semuanya yang memberikan saran dan masukan untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan yang terdapat dalam Makalah ini.

Sekarang seperti yang kita ketahui, narkoba bukan hanya musuh satu atau dua orang saja, melainkan sudah menyadi penyakit sosial. Penggunaan narkoba adalah tindak pidana kriminal, yang berarti bahwa pengguna yang menggunkan narkoba akan terkena tuntutan

hukum.

Pedagang narkoba adalah orang – orang jahat Yang cerdik dan pandai. Mereka memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Mereka tidak menawarkabn narkoba sebagai narkoba, melainkan sebagai pil sehat, food suplement, dan lain – lain. Akibatnya, orang yang menyatakan antinarkoba itu tertipu, kemudian tanpa sadar malah mengonsumsi narkoba.

Malang, 04 Januari 2015

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH

B. NARKOBA DI INDONESIA

C. JENIS – JENIS NARKOBA

D. CIRI – CIRI PENGGUNA NARKOBA

E. SEBAB SESORANG MENGGUNAKAN NARKOBA F. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA

G. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOBA H. REMAJA DAN NARKOBA

I. UPAYA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA J. HAMBATAN PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA

BAB III PENUTUP

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Narkoba sering mendengar tapi tak tau apa itu narkoba. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Narkoba adalah singkatan dari “Narkotika dan Obat – Obatan Terlarang”. Selain “narkoba” istilah lain yang diperkenalkan khususnyan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah “Napza” yang merupakan singkatan dari “Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif”. Semua istilah baik “Narkoba ” maupun “Napza”, megacu pada kelompok senyawa yang memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya.

Kepanjangan narkoba yang populer namun keliru adalah “narkotika dan obat berbahaya”. Yang benar narkoba adalah singkatan dari “narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Denga pertolongan dokter, banyak jenis natkoba yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan keselamatan manusia. Masalahnya, apabila narkoba itu disalahgunakan, bukan manfaat yang didapat, melainkan malapetaka. Jadi, yang harus diperangi adalah penyalahgunaannya, bukan narkobanya.

Menurut Helen Nowlis, seorang penulis dan psikolog (1980) mengatakan bahwa dalam memahami masalah narkotika, ada tiga elemen penting yang harus mendapat perhatian, elemen yang satu tidak dapat terpisah dari yang lain. Elemen – elemen tersebut adalah : a) zat itu sendiri, b) individu, c) masyarakat atau konteks sosial – kultural tempat prilaku penyalahgunaan narkotika atau obat terjadi.

B. TUJUAN

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Kurang lebih 2000 Tahun SM di Samaria dikenal sari bunga Opium atau kemudian dikenal sebagai Opium (Candu). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Penyebarab selanjutnya adalah ke arah India, China, dan wilayah – wilayah Asia lainnya.

China kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini. Memasuki abad ke XVII masalah candu di China telah menjadi masalah nasional, bahkan pada abad ke XIX telah terjadi perang candu dimana akhirnya China di taklukkan Inggris dengan harus merelakan Hong Kong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Frederich Wilhelim Sertuner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal dengan Morphin. Tahn 1856 waktu perang saudara di Amerika Serikat morphin ini sangat populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit. Tahun 60 an – 70 an pusa t penyebaran candu di dunia berada di daerah “Golden Triangel” yaitu Myanmar, Thailand dan Laos. Dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun. Dan juga pada daerah “Golden Crescent” yaitu Pakistan, Iran, dan Afganistan. Selain Morphin dan Candu ada lagi jenis lain yaitu Kokain berasal dari tumbuhan Coca yang tumbuh di Peru dan Bolivia

B. NARKOBA DI INDONESIA

Penggunaan obat – obatan jenis Opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum

Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai candu tersebut adalah orang – orang China. Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat –

tempat tertentu untuk menghisap Candu dan pengadaan secara legal. Orang – orang China pada waktu itu menggunakan candu dngan cara tradisional, yaitu dengan cara menghisap melalui pipa panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Ganja banyak tumbuh di Aceh dan Sumatra, dan telah sejak lama banyak digunakan oleh oleh penduduk sebagai bahan ramuan dan makanan sehari – hari.

(6)

Perang Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, hampir di semua negeri terutama Amerika Serikat penyalahgunaan narkoba meningkat dan sebagian besar korbannya adalah anak – anak muda, nampaknya gejala itu berpengaruh di Indonesia juga. Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan Instruksi No. 6 Tahun 1971 dengan membentuk badan koordinasi pelaksana, yang dikenal dengan nama BAKOLAK INPRES 9/71, yaitu badan yang mengkoordinasikan semua kegiatan penanggulangan terhadap berbagai bentuk yang dpat mengancam keamanan negara.

Kemajuan teknologi dengan cepat menyebabkan UU Narkotika warisan belanda sudah tidak digunkan lagi. Maka Pemerintah mengeluarkan UU No 9 tahun 1976 Tentang Narkotika.

Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU Anti-Narkoba mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti-Anti-Narkoba No 22 Tahun 1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika No 5 Tahun 1997. Dalam UU tersebut mulai diatur pasal – pasal pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman mati.

Langkah pencegahan dan penanganan digunakannya narkoba secara ilegal perlu dilakukan secara terfokus. Unsur – unsur demografis perlu dicermati guna mendapatkan data tentang siapa yang temasukdalam kelompok terbesar para pengguna ilegal narkoba. Penyalahgunaan narkoba pada tingkat internasional ternyata juga berlangsung di Indonesia. Data BNN tentang Kasus Tindak Pidana di Indonesia untuk periode 2001 sampai 2005 menunjukkan fenomena serupa. Berdasarkan jumlah kasus yaitu :

(7)

kedalam golongan – golongan sebagaimana terlampir dalam Undang –Undang ini”. Adapun beberapa macam narkotika :

a. Menurut UU No 22 Tahun 1997 a) Golongan I

Merupakan narkotika paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin.

b) Golongan II

Golongan ini memiliki daya adiktif yang kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan dan penelitian. Contoh : peditin dan turunannya, benzitidin, betametadol, dan lain – lain.

c) Golongan III

Narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya.

b. Menurut cara pembuatannnya a) Narkotika alami

Adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh – tumbuhan. Contoh : ganja, hasis, koka, dan opium.

b) Narkotika semisintesis

Narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar memiliki khasiatyang lebih kuat sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contoh : morfin, kodein, heroin, kokain, dan lain –lain. c) Narkotika sintesis

Atau narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Contoh : pediti, methadon, naltrexon.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada individu.

a. Menurut UU No 5 Tahun 1997 a) Golongan I

(8)

b) Golongan II

Adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin, metakuol, dan sebagainya.

c) Golongan III

Psikotropika dengan daya adiktif sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.

d) Golongan IV

Merupakan psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam.

b. Menurut Ilmu Farmasi

a) Kelompok depresan/penenang

Contoh : valium, BK, rohipnol, mogadon, dan ain – lain. b) Kelompok stimulan/antitidur

Contoh : amfetamin, ekstasi, dan shabu. c) Kelompok halusinogen

Adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapt menimbulkan khayalan. Contoh : LSD (Lysergic Acid Diethyltamide), getah tanaman, kecubung, jamur tertentu, dan ganja 3. Bahan Adiktif lainnya

Bahan Adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan Psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :

a. Rokok

b. Minuman Beralkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c. Thinner dan zat-zat lainnya, seperti lem kayu, bensin, penghapus cair, aseton,

cat, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.

(9)

narkoba dapat dikenali secara umum. Secara umum, pengguna narkoba terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Tahap awal : Coba – coba

Mulanya hanya ingin mencoba, kemudian terjebak oleh 3 sifat jahat narkoba, ia kemudian mau lagi dan lagi. Sangat sulit untuk mengenali gejala awal pemakai narkoba. Gejala tersebut hanya diketahui oleh orang terdekatnya saja. Gejala tersebut antara lain :

a. Gejala psikologis

Terjadi perubahan pada sikap anak. Orang tua yang peka dapat merasakan

adanya sedikit perubahan prilaku pada anak, yaitu timbulnya rasa takut dan malu yang disebabkan adanya perasaan bersalah dan berdosa.

b. Pada fisik

Perubahan tidak tampak pada tubuh anak. Tanda – tanda perubahan pada tubuh sebagai dampak pemakaian narkoba belum terlihat. Bila sedang memakai psikotropika stimulan, ekstasi, dan shabu, ia tampak riang, gembira, hiperaktif, murah senyum, dan ramah. Bila ia sedang memakai narkoba jenis putaw, ia tampak tenang, tentram, tidak perduli terhadap orang lain. Bila ia tidak memakai narukoba maka ia tidak menunjukkan gejala apa – apa.

2. Tahap kedua : Pemula

Setelah tahap coba – coba, lalu meningkat menjadi terbiasa. Ia mulai memakai narkoba karena sudah merasakan kenikmatannya. Pada saat – saat yang dianggapnya perlu, misalnya kalau hendak pergi ke pesta, pemakaian menjadi lebih sering, pada tahap ini muncul gejala sebagai berikut :

a. Gejala psikologis

Sikap anak menjadimlebih tertutup. Banyak hal yang tadinya terbuka kini menjadi rahasia. Jiwa resah, gelisah, kurang tenang, dan lebih sensitif. b. Pada fisik

Tidak tampak perubahan yang nyata. Gejala pemakaian berbeda – beda sesuai dengan jenis narkoba yang dipakai. Bila ketika memakai ia lebih lincah, lebih riang, lebih percaya diri, berarti ia memakai psikotropika stimulan, shabu, dan ekstasi. Untuk mengelabui orang tua atau teman, kadang – kadang ia menutupi kekurangannya dengan rajin berolahraga dan makan, sehingga ia tampak sehat dan enijik seperti orang normal biasanya.

(10)

Selain merasa nikmat, ia juga muali merasakan sakaw atau terlambat atau berhenti mengonsumsi narkoba. Pemakai berkala biasanya adalah mahasiswa, pelajar, artis, pejabat, dan lain – lain.

a. Ciri mental

Sulit bergaul dengan teman baru, pribadinya menjadi lebih tertutup, lebih sensitif, dan mudah tersinggung. Ia sering terbangun siang, agak malas, dan mulai gemar berbohong. Kalau sedang memakai narkoba, penampilannya riang, atau senang. Kalau tidak memakai narkoba, sikap dan penampilannya murung, gelisah, dan kurang percaya diri.

b. Ciri fisik

Terjadi gejala sebaliknya dari tahap 1 dan 2. Bila sedang memakai, ia tampak normal, tidak tampak tanda – tanda yang jelas. Bila ia sedang tidak memakai ia malah tampak murung, kurang percaya diri, dan malas.

4. Tahap keempat : Tahap tetap

Setelah menjadi pemakai narkoba secara berkala, pemakai narkoba akan dituntut oleh tubuhnya sendiri untuk semakin memakai narkoba dengan dosis yang semakin tinggi pula. Orang ini kehilangan perasaan malu. Ia mau dan dapat berbuat apa saja demi mendapatkan narkoba.

a. Tanda – tanda psikis

Sulit bergaul dengan teman baru, ekslusif, tertutup, sensitif, mudah tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas, sering bangun siang, lebih suka hidup dimalam hari. Ia pandai menipu, gemar berbohong, sering mencuri atau merampas.

b. Tanda – tanda fisik

Biasanya kurus dan lemah, mata sayu, gemar memakai kacamata hitam, gigi kropos. Biasanya kulit agak kotor karena malas mandi, tanda bekas sayatan atau tusukan jarum suntik sering tampak di lengan, dada, kaki, lidah, atau

kemaluan.

E. SEBAB SESEORANG MENGGUNAKAN NARKOBA

(11)

1. Individu menggunakan narkoba karena ingin masuk ke tengah kelompok

Manusia adalah mahluk sosial, pada diri individu terdapat dorongan untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Persoalannya, tidak setiap individu memiliki kesiapan terutama psikologis untuk menjalin hubungan tersebut. Ada perasaan tidak aman, tidak percaya diri, dan lain – lain. Kondisi semakin memburuk karena individu tidk menemukan individu lain sebagai motivator. Pada akhirnya, ia melarikan diri ke narkoba. Efek dari narkoba membantu individu secara semu untuk meruntuhkan hambatan psikologis yang dirasakannya.

Tatkala individu tadi merasakan bahwa ‘berkat’ narkoba dapat dengan lebih santai berinteraksi dengan sesama, ia semakin kehilangan kepecayaan diri bahwa sesungguhnya ia dapat melakukan hal tersebut tanpa harus bergantung pada narkoba. Pada saat itulah ia mengalami pengerdilan diri.

2. Individu menggunakan narkoba karena ingin bereksperimen

Salah satu kecenderungan manusia adalah mencoba hal – baru, termasuk melakukan hal – hal berisiko. Salah satu alasan utama orang – orang mulai bersentuhan dengan narkoba adalah karena mereka ingin tahu. Ada yang langsung berhenti dan bertekad tidak menggunakan lagi, ada pula yang memperleh pengalaman positif sehingga ia mencoba lagi.

3. Individu menggunakan narkoba karena melarikan diri dari kompleksitas hidup sekaligus menjalani hidup secara lebih tenang

Secara psikologi ketika berhadapan dengan masalah, individu akan melakukan langkah pencegahan masalah yang terfokus pada dinamika psikis yang mereka alami, disamping masalah itu sendiri. Konkretnya, menenangkan diri menjadi syarat bagi individu agar dapat menjernihkan pikiran dalam rangka mencari aternatif terjadi pemecahan masalah. Namun, tidak semuanya orang dapat serta merta mengandalkan diri sendiri untuk memperoleh ketenangan batiniah yang konduksif bagi tahap resolusi problem selanjutnya. Dalam kondisi seperti itulah, individu berkenalan

dengan narkoba dengan pertimbangan zat – zata adiktif tersebut dapat membantunya. 4. Individu menggunakan narkoba karena ingin memasukkan dirinya ke dalam kategori

‘dewasa’

(12)

Apakah usia dewasa adalah tahapan ketika individu diperbolehkan menggunakan narkoba? Dan jawabannya atas semua pertanyaan tersebut tentus aja tidak.

5. Individu menggunakan narkoba karena merasa bosan

Minuman bersoda tidaklagi mendatangkan sensasi menyenangkan. Menyibukkan diri dalam kehidupan malam juga sudah kehilangan gregetnya. Agar endorphin dan adrenalin tetapi mengalir kencang, agar dapat tetap aktif, agarhidup tetap semarak, sebagian individu membutuhkan suplemen guna meledakkan kegembiraan mereka. Bukan main – main narkoba dijadikan pilihan.

6. Individu menggunakan narkoba karena wujud dari pemberontakan

Terdorong oleh hasrat untuk mengekspresikan diri sebagai individu mandiri, sekelompok individu menggunakan narkoba, sebagai bahasa isyarat bahwa mereka kini mampu melakukan hal yang mereka mau tanpa harus mendapatkan lampu hijau dari pihak lain. Ironisnya, ketergantungan pada narkoba justru akan melumpuhkan kemampuan individu tersebut.

F. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Akibat penyalahgunaan narkoba dibedakan atas 3 kelompok, yaitu penyakit langsung karena narkoba, penyakit infeksi karena pemakaian narkoba, dan penyakit sebagai akibat tidak langsung dari pemakaian narkoba

1. Penyakit langsung karena narkoba

Penyakit ini sebagai akibat dari kerusakan organ – organ dalam tubuh karena sel – selnya telah dirusak oleh narkoba.

a. Kerusakan pada otak b. Kerusakan pada hati c. Kerusakan pada jantung d. Kerusakan pada ginjal

e. Kerusakan pada organ – organ penting lainnya 2. Penyakit infeksi karena pemakaian narkoba

a. HIV/AIDS b. Hepatitis c. Sefilis

3. Penyakit sebagai akibat tidak langsung

Kondisi fisik yang memburuk dan kehilangan kamampuan untuk menangkal penyakit, pemakai narkoba akan mudah terkena penyakit. Ia sering jatuh sakit dan meninggal dunia.

(13)

Orang mengonsumsi narkoba baik dalam rangka memuaskan, kebutuhan, maupun menjalankan fungsi tertentu. Suatu jenis obat mungkin dapat memenuhi hasrat atau kebutuhan orang tersebut melalui efek yanng ditimbulkanya. Tetapi akan berdampak besar nantinya jika terus menerus dikonsumsi.

1. Dampak terhadap diri sendiri

Seorang pengguna narkoba tidak hanya mengalami kerusakan organ tubuh dan menjadi sakit sebagai akibat langsung dari adanya narkoba dalam darah, misalnya kerusakan paru – paru, ginjal, hati, otak, jantung, usus dan organ tubuh lainnya. 2. Dampak terhadap keluarga dan masyarakat

Pengguna narkoba tidak hanya mengalami kerusakan fisik karena kerusakan fungsi organ, tetapi juga karena datangnya penyakit menular. Selain itu kerusakan yang tidak kalah bahayanya adalah gangguan psikologis serta kerusakan mental dan moral.

a. Masalah psikologi

Bila seorang anggota keluarga terkena narkoba, berbagai masalah pun muncul dalam keluarga itu. Mula – mula yang timbul adalah masalah psikologis, yaitu gangguan keharmonisan rumah tangga karena munculnya rasa malu dari ayah, ibu, saudara – saudaranya kepada tetangga dan masyarakat.

b. Masalah ekonomi atau keuangan

Masalah selanyutnya yang ditimbulkan oleh pengguna narkoba adalah masalah ekonomi, karena banyaknya uang yang terbuang untuk berobat dalam jangka waktu yang lama.

c. Masalah kekerasan dan kriminalitas

Setelah masalah ekonomi dapat meningkat lagi menjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT): perkelahian, pemaksaan, panganiayaan, bahkan sampai terjadi pembunuhan. Kejahatan tadi kemudian menyebar ke tetangga,

lalu ke masyarakat luas. Bahaya – bahaya lain yang lebih luas dan berbahaya, seperti kriminalitas, prostitusi, korupsi, kolusi, nepotisme, dan masalah – masalah lainnya yang tidak kalah pelik.

Bila telah terjadi kerusakan dalam tatanan kehidupan ini meluas keseluruh pelosok negeri, maka pembangunan akan terhambat atau bahkan terhenti, kemiskinan makin merajalela, kekacauan merata, dan kejahatan ada dimana – mana.

(14)

Terdapat sejumlah parameter kelompok usia muda. Pada tahun 1985, Majelis Umum Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) mendefenisikan ‘pemuda’ (Youth) sebagai individu yang berada pada usia 15 – 24 tahun. Sedangkan menurut World Health Organizations (WHO) membuat batasan usia 10 – 24 tahun untuk Young People dan 10 – 19 tahun disebut

Adolesence. Di Kanada, usia 13 -19 tahun disebut remaja, sedangkan 20 – 24 tahun

tergolong dewasa muda.

Sebagai pembanding, sejumlah negara memmiliki batasan usia untuk kategori pemuda. Australia (15 - 25), Bahama (15 -25), Bangladesh (15 – 25), Bermuda (13 -24), Bostwana (12 -29), Inggris (14 – 19), Brunei Darussalam (15 – 25), Kanada (15 -24), Siprus (14 – 30),

Guyana (16 - 25), Hong Kong (16 – 24), Jamaika (16 – 30), Malta (18 – 30), Selandia Baru (15 -24), Nigeria (16 - 30), Singapura (15 - 30), Tanzania (16 -30), dan Zambia (15 – 35). Berdasarkan estimasi PBB, pada tahun 2005 terdapat satu miliar pemuda. Ini sama dengan 18 % dari total populasi dunia. Kategori pemuda tinggal dinegara – negara berkembang, sekitar 654 juta (61,5 %) diantaranya berda di Asia.

Di Indonesia, berdasarkan estimasi Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2007 akan terjadi pertumbuhan jumlah pemuda dengan rincian kelompok usia 15 – 19 tahun (21.318.900), 20 – 24 tahun (20.999.700), 25 -29 tahun (20.336.200). Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan semakin tingginya pertumbuhan penduduk akan semakin meningkatnya angka penggunaan narkoba.

I. UPAYA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA

Menurut United Nations Office on Drugs and Crime – UNODC (2002) menetapkan, keberhasilan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan narkobaditentukan oleh tiga pencapaian. Pertama, berhenti atau berkurang penyalahgunaan obat – obatan dan alkohol;

Kedua, meningkatnya kesehatan dan keberfungsian individu; Ketiga, menurunnya ancaman

terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, termasuk dari ancaman mewabahnya penyakit – penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup manusia yang identik dengan penyalahgunaan narkoba.

Ada 5 bentuk penanggulangan masalah narkoba, yaitu : 1. Promotif

Disebut juga program pembinaan, program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba. Pelaku program promotif yang paling tepat adalah lembaga – lembaga kemasyrakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

(15)

Disebut juga program pencegahan, program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Selain instansi pemerintah, program ini juga sangat efektif jika dibantu oleh instansi dan institusi lain, termasuk lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, ormas, dan lain – lain. Bentuk kegiatannya :

a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba b. Penyuluhan seluk beluk narkoba

c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya

d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di masyarakat

3. Kuratif

Disebut juga program penngobatan, program ini ditujukan kepada pemakai narkoba. Tujuannya ialah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan pemakian narkoba. Tidak sembarangan orang boleh mengobati narkoba. Pengobatannya harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus. Kunci sukses pengobatan narkoba adalah kerja sama yang baik antara dokter, keluarga, dan penderita. Bentuk kegiatan adalah pengobatan penderita, meliputi :

a. Penghentian pemakaian narkoba

b. Pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentia pemakian narkoba c. Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh karena akibat narkoba

d. Pengobatan penyakit lain yang masuk bersama narkoba seperti HIV/AIDS, hepatitis B/C, sefilis, pneumonia, dan lain – lain.

Pengobatan terhadap pemakai tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan berbiaya mahal. Selain itu, kesembuhannya pun merupakan tanda tanya besar. Keberhasilan penghentian penyalahgunaan narkoba tergantung pada :

a. Jenis narkoba yang dipakai. b. Kurun waktu penyalahgunaan.

c. Besar dosis narkoba yang disalahgunakan. d. Sikap atau kesadaran penderita.

e. Sikap keluarga penderita.

(16)

Tidak semua penyalahgunaan narkoba berhasil dihentikan. Pemakaian narkoba tertentu dapat dihentikan. Namun, penyembuhan penyakit HIV/AIDS, hepatitis B/C, tidak mungkin.

4. Rehabilitatif

Rehalitasi adalah pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba, seperti :

a. Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru – paru, ginjal, hati, dan

lain – lain).

b. Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif, asosial. c. Penyakit ikutan (HIV/AIDS, hepatitis, sifilis, dan lain - lain).

Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa upaya pemulihan tidak bermanfaat. Menurut penelitian di Jakarta, 70% pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik telah tertular HIV/AIDS. Sangat banyak pula mantan pemakai yang terkena hepatitis B dan C. Ada berbagai cara pemulihan. Namun, keberhasilan upaya ini sangat tergantung pada :

a. Profesionalisme lembaga rehabilitasi (SDM, sarana, prasarana) yang memadai.

b. Kesadaran dan kesungguhan penderita.

c. Dukungan atau kerja sama antara penderita, lembaga, dan keluarga penderita. Masalah paling mendasar dan sulit dalam penanganan narkoba adalah mencegah datangnya kambuh setelah penderita selesai menjalani pengobatan. Satu – satunya cara yang dianggap efektif untuk mencegah datangnya kambuh saat ini adalah dengan rehabilitasi fisik dan mental. Untuk pemakai psikotropika, rehabilitasinya sering berhasil dengan baik. Pemakai morfin cukup banyak yang sembuh. Sedangkan pengguna heroin jarang yang berhasil sembuh, sebagian gagal total.

5. Refresif

Program refresif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang termasuk narkoba. Instansi yang bertanggung jawab terhadap distribusi, produksi, penyimpanan dan penyalahgunaan narkoba adalah :

(17)

c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. d. Direktorat Jenderal Imigrasi. e. Kepolisian Republik Indonesia.

f. Kejaksaan Agung/Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri. g. Mahkamah Agung/Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri.

J. HAMBATAN PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA

Meskipun peran psikologi diakui sangat krusial bagi proses penyembuhan para penyalahgunaan narkoba, menurut Washton dan Zweben (2006), tiga permasalah mendasar terkait penanganan para pencandu narkoba adalah, pertama, para praktisi psikologi secara

mendasar menunjukkan keenganan mereka untuk berkecimpung dibidang ini. Penyebabnya adalah karena para profesional psikologi pada umumnya tidak memiliki pelatihan yang memadai untuk itu.

Kedua, adanya keyakinan bahwa gangguan adiksi paling tepat apabila ditangani melalui

program treatment yang secara khusus didesain untuk hal tersebut. Akibatnya, walaupun hubungan baik antara terapis dan klien sudah terbangunpositif, tidak jarang para profesional psikologi masih tetap merekomendasikan klien tersebut untuk mengikuti program lain yang khusus disusun sesuain gangguan kecanduan.

Ketiga, ‘penolakan’ psikolog terhadap para pecandu narkoba juga didasarkan pada asumsi

bahwa individu – individu yang mengalami narkoba memiliki sejumlah ketergantungan narkoba memiliki sejumlah karakter yang dipastikan buruk. Mereka diyakini sebagai manusia yang implusif, tidak bisa dipercaya, menunjukkan resistensi, terhadap proses

treatment, tidak termotivasi untuk sembuh, tidak tanggap terhadap intervensi psikologis dan

(18)

BAB III

PENUTUP

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Partodiharjo, dr. Subagyo, 2007, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Amriel, Reza Indragiri, 2008, Psikologi Kaum Muda : Narkoba, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta.

Yatim, Danny I., Irwanto (Penyunting), 1989, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan

Sosial-Psikologi, Penerbit Arcan, Jakarta.

Narkoba Wikipedia Bahasa Indonesia. (2014) [Online]. Http://id.wikipedia.ord/wiki/Narkoba

[diakses 02 Januari 2015]

Dedi Humas BNN (2011), Sejarah Singkat Narkoba [Online]. Http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba [diakses 02 Januari 2015]

Undang – Undang No 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

Undang – Undang No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

Referensi

Dokumen terkait

mampu membuat teks procedure dengan menggunakan media gambar. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa. meningkat dari 74,22%

banyak hadis yang tidak terdapat dalam Kutub al-Khamsah pendukung faham yang mempromosikan Sunan IbnuMa>jah kedalam Us{hu>l al-Sittah lebih didasarkan pada

Lombok Tengah dan Lombok Timur lebih pertusis adalah 160 Ulml sedangkan titer yang tinggl dan Bima lebih bila dibandingkan dianggap melindungi terhadap difteri dan

Selama kegiatan PPL 1 berlangsung, praktikan merasa mendapat banyak masukan dan informasi lapangan yang sangat jauh berbeda dengan teori-teori yang selama ini didapat di

--- Menimbang, bahwa Memori Banding dari Kuasa Hukum Para Penggugat / Pembanding dan Kontra Memori Banding dari Kuasa Hukum Tergugat / Terbanding VI setelah diperhatikan

hal ini penulis lakukan agar penulis mendapatkan data sebelum penulis memasuki lapangan, sehingga penulis mengetahui permasalahan-permasalahan di Lia Garment sehingga

Product Moment dengan bantuan SPSS 22 dapat dilihat pada Tabel 1.. Apabila dihubungkan dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi, maka hubungan ini berada pada kategori