LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENERAPAN SANITASI DAN HYGIENE DI KANTIN PUTRI
PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI’IYAH
SUKOREJO KABUPATEN SITUBONDO
Ketua Pengabdian: SITI NUR AISYAH JAMIL, S.Pi., M.P/9907159611 Anggota Pengabdian 1: LOVI SANDRA, M.Sc./ 0722058401 Anggota Pengabdian 2: ULFATUL MARDIYAH, S.Si, M.P/0711069004
UNIVERSITAS IBRAHIMY
AGUSTUS
RINGKASAN
Kantin putri merupakan sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan santri putri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo. Para penjamah pangan yaitu pedagang dan santri putri belum menerapkan sanitasi dan hygiene. Kontaminasi makanan masih berpotensi terjadi di lingkungan kantin apabila makanan tidak dapat diolah dengan baik dan sesuai dengan standar dan menjadi ancaman kesehatan masyarakat khususnya santri putri. Selain itu, tidak diterapkannya sanitasi dan hygiene dapat menyebabkan kontaminasi sehingga berpotensi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) keracunan pangan. Keracunan pangan yang umum terjadi biasanya berupa diare. Oleh sebab itu, diperlukan usaha presventif untuk mencegah kejadian tersebut.
Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan sebagai usaha promotif dan preventif bagi pihak penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri khususnya) dalam pelaksanaan dan penerapan sanitasi dan hygiene kantin putri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo.
Pemecahan permasalahan dalam penerapan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo dilakukan dengan metode PAR yang dilakukan secara bersama-sama yaitu pertama sosialisasi dengan menggunakan kelompok sebagai media belajar dan pendampingan, perencanaan dan memonitor dan evaluasi seluruh kegiatan pengabdian masyarakat. Kedua komprehensif, seluruh kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan pendampingan kepada para penjamah pangan (pedagang dan santri putri). Ketiga monitoring dan evaluasi terhadap penerapan sanitasi dan hygiene.
Target luaran yang diharapkan adalah para penjamah pangan (pedagang dan santri putri) menerapkan sanitasi dan hygiene, adanya publikasi di jurnal ilmiah nasional terakreditasi, dilakukan dokumentasi pelaksanaan selama kegiatan dengan video, pedagang sebagai mitra produktif ekonomi dapat meningkat pengetahuan, kualitas produk, dan jumlah produknya, dan santri putri sebagai mitra non produktif ekonomi memiliki peningkatan tentang pengetahuan, keterampilan, dan kesehatannya.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Uraian Umum ... iii
Ringkasan ... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... vii
Daftar Lampiran ... viii
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
Bab 2. Kajian Teori ... 3
2.1 Pengertian Sanitasi ... 3
2.2 Hygiene ... 3
2.2.1 Pengertian Hygiene ... 3
2.2.2 Hygiene Personal ... 4
2.3 Prinsip Sanitasi dan Hygiene ... 4
2.4 Food Borne Disease ... 5
2.5 Hubungan Sanitasi dan Hygiene dengan Food Borne Disease ... 5
3. Solusi Dan Target Luaran ... 7
3.1 Solusi ... 7
3.2 Target Luaran ... 7
Bab 4. Metode Penelitian ... 8
Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 10
Bab 6. Biaya Dan Jadwal Kegiatan ... 14
6.1 Biaya ... 14
6.2 Jadwal Kegiatan ... 14
Bab 7. Kesimpulan dan Saran ... 15
Daftar Pustaka ... 16
Lampiran ... 18
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran ... 18
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
6.1 Rencana Anggaran Biaya Pengabdian Masyarakat ... 14 6.2 Time Schedule Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat ... 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Diagram Alir Pengabdian Masyarakat ... 9 5.1 Kondisi awal kantin putri ... 10 5.2 Kondisi kebersihan lingkungan kantin putri ... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kantin merupakan sarana yang disediakan pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan pangan santri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Kantin sebagai tempat penyedia pangan tentunya harus memenuhi persyaratan sanitasi kantin yang dijelaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MenKes/SK/VII/2003 tentang kelayakan sanitasi dan hygiene di kantin (Kemenkes RI, 2003). Kantin harus memiliki sarana fasilitas sanitasi dasar seperti tempat cuci tangan, tempat cuci peralatan, tempat sampah, saluran pembuangan air limbah, penyediaan air bersih untuk pengolahan dan pencucian bahan makanan dan peralatan. Sedangkan penjamah makanan harus memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MenKes/PER/VI/2011. Setiap karyawan kantin setidaknya memikili surat keterangan dokter yang menyatakan sehat jasmani, tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera, TBC, hepatitia atau pembawa kuman (carrier) (Kemenkes RI, 2011).
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).
Pengertian hygiene menurut Departemen Kesehatan tahun 2004 adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan sanitasi makanan. Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan tiga faktor yakni faktor fisik, faktor kimia, dan faktor mikrobiologi. Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk keamanan dan kemurnian makanan.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh penulis, terdapat 15 pedagang di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo. Penulis tertarik untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat tentang sanitasi dan hygiene kantin. Dari hasil pengamatan awal juga menunjukkan bahwa tidak semua pedagang sebagai penyedia pangan menerapkan sanitasi dan hygiene. Selain itu, santri putri sebagai pembeli juga tidak menerapkan sanitasi dan hygiene. Meskipun telah tersedia gerobak sampah, tetapi para santri cenderung membuang sampah sembarangan. Pengabdian kepada masyarakat ini juga sebagai salah satu upaya promotif dan preventif bagi pihak penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri khususnya) dalam pelaksanaan dan penerapan sanitasi dan hygiene kantin putri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di lingkungan mitra maka dalam dirumuskan permasalahan antara lain:
1. Para penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri) belum memahami prinsip sanitasi dan hygiene.
2. Para penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri) belum menerapkan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo.
3. Para penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri) belum memahami manfaat penerapan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo bagi kesehatan.
BAB 2. KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Sanitasi
Sanitasi berasal dari bahasa Latin yang artinya sehat. Sanitasi adalah pengkondisian keadaan yang hygienes dan sehat. Sanitasi dirancang untuk memperhatikan lingkungan yang bersih dan sehat untuk penyiapan, pengolahan, dan penyimpanan pangan (Yulianto dan Nurcholis, 2015). Ditambahkan oleh Rahmadhani dan Sri (2017), sanitasi merupakan usaha untuk mengawasi faktor yang berasal dari lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama yang dapat memberikan efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia.
Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan pada kesehatan lingkungan hidup manusia. Menjaga kebersihan peralatan yang digunakan untuk mengolah, menyajikan, dan menyimpan makanan serta selalu memelihara kebersihan tempat pengolahan makanan merupakan bagian dari sanitasi. Selain itu, sanitasi juga memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap lingkungan (Topowijoyo, 2018).
2.2 Hygiene
2.2.1 Pengertian Hygiene
Hygiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan. Hygiene erat kaitannya dengan perorangan dan pangan. Hygiene juga mengajarkan cara untuk menjaga kesehatan manusia. Hygiene adalah usaha kesehatan pencegahan yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan individunya atau pribadi hidup manusia (Topowijoyo, 2018).
Hygiene yang lebih menitik beratkan pada segi kesehatan, tidak menimbulkan penyakit atau dengan kata lain bebas dari kuman penyakit. Jadi dapat disimpulkan bahwa hygiene merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu dan lingkungannya. Upaya tersebut di antaranya adalah kegiatan mencuci tangan, mencuci piring, dan lain sebagainya (Arifin dan Yuni, 2019).
2.2.2 Hygiene Personal
Hygiene personal merupakan perilaku bersih, aman, dan sehat penjamah makanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan mulai dari persiapan bahan makanan sampai penyajian makanan. Beberapa prosedur penting bagi penjamah makanan, yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bahan makanan, memakai alat pelindung diri yang lengkap dan kebersihan serta kesehatan diri (Miranti dan Annis, 2016).
Hygiene personal meliputi segala aspek kebersihan dan pribadi penjamah makanan. Menjaga hygiene personal berarti menjaga kebiasaan hidup bersih dan kebersihan seluruh tubuh. Penjamah makanan adalah orang yang bertugas menjamah makanan mulai persiapan bahan baku sampai penyajian makanan. Kualitas makanan yang disajikan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan penjamah makanan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran, syarat untuk penjamah makanan berdasarkan Departemen Kesehatan RI tahun 2004 antara lain menutup luka terbuka, menggunakan penutup kepala, sedang tidak menderita penyakit menular seperti flu, batuk, pilek, diare, dan lain-lain, menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian, mencuci tangan tangan ketika setiap kali akan menangani makanan, menggunakan alat saat menjamah makanan, tidak merokok dan menggaruk anggota badan, dan tidak batuk serta bersin di depan makanan tanpa menutupnya (Rejeki, 2015).
2.3 Prinsip Sanitasi dan Hygiene
Dalam pelaksanaan hygiene sanitasi pengolahan makanan, terdapat 6 (enam) prinsip utama penerapan yaitu mulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan ma-tang, pengangkutan makanan dan penyediaan/penyajian makanan. Pertama, pemilihan bahan makanan yang dipilih harus mempertimbangkan batas kadaluarsa, terdaftar pada Kemenkes, dan mendapat izin pemakaian untuk makanan. Kedua, penyimpanan bahan makanan dilakukan untuk mencegah agar tidak cepat rusak. Ketiga, pengolahan makanan meliputi 3 hal yaitu peralatan, penjamah makanan, dan tempat pengolahan. Keempat, penyimpanan makanan
matang sebaiknya disimpan pada suhu rendah untuk menekan pertumbuhan mikoorganisme perusak makanan. Kelima, pengangkutan makanan menggunakan wadah yang tertutup. Keenam, penyajian makanan harus dilakukan dengan segera jika makanan dihias maka bahan yang digunakan merupakan bahan yang dapat dimakan (Yulia, 2016).
2.4 Food Borne Diseases
Food borne disease adalah penyakit akibat makanan yang terkontaminasi
oleh mikroorganisme atau racun. Makanan yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme atau racun masuk ke dalam tubuh melalui proses pencernaan yang dapat menyebabkan penyakit, seperti syndrome gastrointestinal seperti diare, typhoid dan infeksi cacing atau gejala neurologic. Penyebab utamanya karena kurangnya perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan, sehingga agen dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi (Herman dkk, 2015).
Bakteri dan fungi merupakan mikroorganisme yang paling sering dijumpai sebagai penyebab utama food borne disease. Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia yang sarana dan prasarana dalam upaya pencegahannya masih belum memadai, kasus food borne disease akibat mikroba telah dilaporkan sebanyak lebih dari 150 juta kasus. Keberadaan mikroba yang ada pada makanan bergantung pada kesesuaian habitat dan lamanya kontak antara makanan dengan mikroba penyebab food borne disease. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan makanan dan memicu munculnya perkembangan mikroba dalam makanan adalah adanya nutrisi bakteri pada makanan, pH dan suhu optimum bakteri, rendahnya senyawa antimikroba, perbedaan kondisi suhu antara produksi dan konsumsi, waktu penyimpanan yang terlalu lama, serta proses pengolahanbahan pangan yang tidak higienis (Nadiya dan Ilma, 2016).
2.5 Hubungan Sanitasi dan Hygiene dengan Food Borne Diseases
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, tetapi makanan juga akan menjadi penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh. Salah satu cara
untuk memelihara kesehatan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang aman atau tidak terkontaminasi. Kontaminasi makanan dapat berasal dari bahan tambahan makanan, hama, hewan peliharaan, air, penjamah makanan, serangga, peralatan, sampah, tanah, dan udara. Selain itu, pengelolaan makanan juga mempengaruhi keamanan pangan. Pengelolaan makanan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola berdasarkan prinsip sanitasi dan hygiene makanan (Swamilaksita dan Santi, 2016).
Keadaan sanitasi dan hygiene yang buruk akan mempengaruhi kualitas makanan yang dikonsumsi konsumen. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan konsumen yang mengkonsumsi makanan tersebut. Apabila sanitasi dan hygiene makanannya buruk maka akan mengakibatkan adanya masalah-masalah kesehatan seperti Food Borne Disease (Yulia, 2016).
Salah faktor yang menentukan prevalensi Food Borne Disease adalah kurangnya pengetahuan penjamah makanan dan konsumen serta ketidakpedulian terhadap pengelolaan makanan yang aman. Selain itu, juga disebabkan oleh kesalahan penanganan pada saat penyiapan makanan. Faktor lainnya yang menyebabkan Food Borne Disease adalah hygienen perorangan yang buruk, peralatan pengolahan makanan yang tidak bersih, dan kurangnya pengetahuan dalam memperhatikan kesehatan diri dan lingkungan dalam proses pengolahan makanan yang baik dan sehat (Ningsih, 2014).
BAB 3. SOLUSI DAN TARGET LUARAN
3.1. Solusi
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan maka dapat dilakukan beberapa solusi sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi dengan memberikan pengetahuan tentang prinsip sanitasi dan hygiene kepada para penjamah pangan (pedagang dan santri putri).
2. Melakukan pendampingan kepada para penjamah pangan (pedagang dan santri putri) untuk menerapkan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo. 3. Memberikan beberapa fasilitas pendukung dalam penerapan sanitasi
dan hygiene seperti meja tempat piring kotor, tempat sampah, dan
appron kepada penjamah pangan.
3.2. Target Luaran
Target luaran yang diharapkan sebagai berikut:
1. Para penjamah pangan (pedagang dan santri putri) menerapkan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo. (wajib)
2. Publikasi di jurnal ilmiah nasional terakreditasi. (wajib)
3. Dokumentasi pelaksanaan dengan video atau foto kegiatan. (wajib) 4. Mitra Produktif Ekonomi (pedagang)
a) Pengetahuannya meningkat. (wajib) b) Kualitas produknya meningkat. (wajib) 5. Mitra Non Produktif Ekonomi (santri putri)
a) Pengetahuan meningkat. (wajib) b) Kesehatannya meningkat. (wajib)
BAB 4. METODE PENGABDIAN MASYARAKAT
4.1 Tempat dan Waktu Pengabdian Masyarakat
Pengabdian masyarakat dilakukan di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo pada bulan Januari sampai Agustus 2020.
4.2 Metode Pengabdian Masyarakat
Pemecahan permasalahan dalam penerapan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo dilakukan dengan metode Participatory Action Research (PAR). Menurut Barrington et. al., (2016) PAR adalah sebuah metode di mana para peneliti dan mereka sedang diteliti bekerja bersama untuk mendefinisikan masalah, merancang solusi, dan mengimplementasikan perubahan. Ditambahkan oleh Macdonald (2012), Participatory Action Research (PAR) dianggap sebagai bagian dari penelitian tindakan, yang merupakan "pengumpulan dan analisis data sistematis untuk tujuan mengambil tindakan dan membuat perubahan" dengan menghasilkan pengetahuan praktis. Tujuan dari semua penelitian tindakan adalah untuk memberikan perubahan sosial, dengan tindakan spesifik (atau tindakan) sebagai tujuan akhir.
Dari gambaran proses penelitian action research ini ada 3 tahapan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Sosialisasi: dengan melaksanakan penyuluhan tentang penerapan prinsip sanitasi dan hygiene.
2. Pendampingan: seluruh kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan pendampingan kepada para penjamah pangan (pedagang dan santri putri). 3. Monitoring dan evaluasi: dilakukan terhadap penerapan sanitasi dan
hygiene yang diterapkan oleh para penjamah pangan (pedagang dan santri putri) di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo.
Survei Lokasi
Observasi awal dilakukan oleh pengusul 1
Sosialisasi
dilakukan oleh pengusul 1, 2, dan 3
Pendampingan dilakukan oleh pengusul 1,
2, dan 3
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pengusul 1,
2, dan 3
Terdapat 15 pedagang
Penjamah pangan (pedagang dan santri putri) belum menerapkan sanitasi dan
hygiene
Luaran: Mitra Produktif Ekonomi
a) Pengetahuannya meningkat b) Kualitas produknya meningkat Mitra Non Produktif Ekonomi
a) Pengetahuan meningkat b) Kesehatannya meningkat
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sosialisasi
Sosialisasi pada para pedagang dan santri diawali dengan melakukan survey dan observasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan perilaku para penjamah pangan tentang penerapan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Pengamatan dilakukan kepada 15 pedagang dan 10 santri putri. Berdasarkan pengamatan awal, para penjamah pangan belum menerapkan sanitasi dan hygiene. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan santri yang membuang sampah sembarangan serta kebiasaan pedagang yang melayani pembeli dengan tidak memperhatikan prinsip sanitasi hygiene.
Gambar 5.1 Kondisi awal kantin putri
Berdasarkan pengamatan awal, maka pada tahap selanjutnya dilakukan pengamatan sanitasi dan hygiene pada pedagang dengan 3 aspek, yaitu sanitasi makanan, sanitasi lingkungan, dan hygiene personal. Sedangkan pada santri putri terdapat 1 aspek, yaitu perilaku santri terhadap sanitasi. Pengamatan ini dilakukan setelah ada sosialisasi yang dilakukan oleh peneliti.
Sosialisasi yang dilakukan pada penjamah pangan berupa penyuluhan. Sebelum penyuluhan dimulai, maka penjamah pangan diberikan pre test untuk mengetahui kebiasaan penjamah selama ini. Pada penyuluhan, para penjamah pangan yang terdiri dari 15 pedagang dan 10 santri putri dikumpulkan. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi tentang prinsip dasar sanitasi dan hygiene, demo
cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan diskusi. Pada penyuluhan ini, para pedagang mendapatkan masing-masing satu apron. Selain itu, juga diberikan 2 buah tempat sampah dan 1 meja tempat piring kotor yang diletakkan di kantin putri. Menurut Abdullah (2016), penyuluhan merupakan bagian dalam promosi yang diperlukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, di samping sikap dan perilaku. Tujuan penyuluhan adalah memberi informasi dan penerangan sehingga setelah dilakukan penyuluhan seharusnya terjadi peningkatan pengetahuan.
Dari hasil penyuluhan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa selama proses penyuluhan, para penjamah pengan sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari respon para pedagang pada saat penyuluhan, yaitu adanya pertanyaan mengenai materi yang dijelaskan serta keinginan pedagang untuk menerapkan sanitasi dan hygiene di kantin putri.
5.2 Pendampingan
Pendampingan yang dilakukan berupa praktik dan praktik mandiri sanitasi dan hygiene para pedagang yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung. Selama proses pendampingan, peneliti membawa form penilaian tentang sanitasi dan hygiene makanan yang digunakan untuk menilai kondisi sanitasi dan hygiene makanan pedagang. Peneliti pada saat pendampingan, melakukan pengamatan pengolahan makanan yang biasa dilakukan oleh pedagang. Setelah selesai pengamatan, peneliti memberikan penjelasan mengenai sanitasi dan hygiene makanan kepada peserta dengan tujuan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengenai sanitasi dan hygiene makanan. Pada minggu berikutnya, dilakukan pengamatan lagi untuk mengetahui perilaku sanitasi dan hygiene pedagang setelah pendampingan dengan praktik langsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kebersihan personal pedagang sudah baik meskipun ada beberapa pedagang yang masih menggunakan perhiasan. Namun, secara umum pedagang sudah menggunakan alat pelindung diri seperti appron pada saat bekerja, mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja, pedagang dalam kondisi sehat pada saat bekerja, menggunakan alat bantu saat mengambil makanan matang, dan menutup makanan yang sudah matang.
Berdasarkan pengamatan terhadap sanitasi lingkungan, khususnya kantin, sudah cukup bersih tetapi belum memenuhi semua persyaratan yang sesuai dengan teori. Pada kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo belum ada wastafel dengan sabun, tetapi terdapat kran air mengalir yang menyatu dengan kamar mandi. Suplai air bersih cukup memadai, tetapi pada saat pengamatan terdapat adanya saluran pembuangan air yang belum memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene kantin.
Pendampingan yang dilakukan terhadap santri putri, yaitu dengan mengamati perilaku santri ketika membeli makanan. Pendampingan dilakukan secara langsung, kebiasaan santri yang tidak mencuci tangan setelah pegang uang juga menjadi pengamatan peneliti. Selain itu, ketika ada santri yang membuang sampah sembarangan maka akan segera diberi penjelasan agar membuang sampah pada tempatnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, perilaku santri putri akan kesadaran penerapan sanitasi dan hygiene mulai meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi lingkungan kantin yang mulai bersih dari sampah. Selain itu, santri juga meletakkan piring kotor pada tempatnya, tidak lagi berserakan di lantai kantin.
5.3 Monitoring dan Evaluasi
Setelah pelaksanaan pendampingan, peneliti melakukan monitoring dan evaluasi terhadap para penjaman pangan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah para penjamah pangan sudah memahami dan menguasi penyuluhan dan pendampingan yang telah peneliti berikan. Bentuk monitoring yang peneliti lakukan adalah dengan mengamati kondisi sanitasi dan hygiene makanan, lingkungan, dan personal khususnya pada pedagang. Sedangkan pada santri yang peneliti amati adalah perubahan perilakunya terhadap sanitasi dan hygiene.
Berdasarkan hasil monitoring baik terhadap pedagang maupun santri putri, secara umum mereka sudah mulai dan terus menerapkan sanitasi dan hygiene. Kesadaran penerapan sanitasi dan hygiene ini sejalan dengan meningktanya pengetahuan para penjamah pangan. Menurut Notoatmodjo (2010), adanya pengetahuan yang baik dari penjamah makanan tentang keamanan pangan menyebabkan akan adanya suatu sikap yang baik pula dari penjamah makanan tersebut, sehingga diharapkan mereka akan bertindak dengan memperhatikan keamanan pangan dalam penyelenggaraan makanan.
Evaluasi yang dilakukan berupa memberikan post test. Berdasarkan evaluasi yang diberikan, terdapat 23 sari 25 penjamah pangan yang mampu menjawab hampir semua pertanyaan dengan benar. Selebihnya hanya mampu menjawab setengah dari pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian, peneliti meyakini bahwa materi, penyuluhan dan pendampingan yang kami berikan dapat diterima dengan baik oleh para penjamah pangan.
BAB 6. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
6.1 Anggaran Biaya
Rekapitulasi dan uraian biaya pelaksaaan kegiatan pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Anggaran Biaya Pengabdian Masyarakat
No. Komponen Jumlah
1. Honor Rp. 1.050.000,-
2. Peralatan Penunjang Rp. 1.100.000,-
3. Bahan Habis Pakai Rp. 700.000,-
4. Perjalanan Rp. 150.000,-
5. Publish jurnal (target luaran lain) Rp. 500.000,-
Total Anggaran Rp. 3.500.000,-
6.2 Jadwal Pelaksanaan Program
Tahapan dan rangkaian program Pengabdian masyarakat dan waktu pelaksanaannya sebagai berikut:
Tabel. 6.2. Time Schedule Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1. Sosialisasi dan penyuluhan awal 2. Penerapan sanitasi dan hygiene
oleh penjamah pangan
3. Pendampingan penerapan sanitasi dan hygiene
4. Monitoring dan evaluasi
5. Publikasi jurnal dan target luaran lainnya
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengabdian masyarakat yang dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Para penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri) memahami prinsip sanitasi dan hygiene.
2. Para penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri) mulai menerapkan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo.
3. Para penjamah pangan (pedagang kantin dan santri putri) memahami manfaat penerapan sanitasi dan hygiene di kantin putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo bagi kesehatan.
7.2 Saran
Penerapan sanitasi dan hygiene oleh para penjamah pangan membutuhkan waktu dan kebiasaan agar penerapannya benar-benar dilaksanakan. Selain itu, dibutuhkan sebuah aturan (SOP) dan pengawasan agar para penjamah pangan menerapkan sanitasi dan hygiene secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.H. dan Yuni W. 2019. Higiene dan Sanitasi Makanan di Kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Higeia Journal Of Public Health, 3(3), 442-453.
Barrington, D.J., Sridharan, S., Saunders, S.G., Souter, R.T., Bartram, J., Shields, K.F., Meo, S., Kearton, A., Hughes, R.K. 2016. Improving community health through marketing exchanges: A Participatory Action Research Study On Water, Sanitation, And Hygiene In Three Melanesian Countries. Social
Science & Medicine. doi: 10.1016/j.socscimed.2016.11.003.
Depkes RI. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPL dan PM. Jakarta.
Herman, M. R. Napirah, dan Sherlina. 2015. Faktor-Faktor Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Yang Berhubungan Dengan Kejadian Food Borne Disease Pada Anak Di Sekolah Dasar Negeri(Sdn) Inpres 3 Tondo Kota Palu. Jurnal
Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli2015: 1-78
Kemenkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran .
Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga .
Macdonald, C. 2012. Understanding Participatory Action Research: A Qualitative Research Methodology Option. Canadian Journal of Action ResearchVolume 13, Issue 2, 2012, pages 34-50.
Miranti, E.A. dan Annis C.A. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Dan Higiene Perorangan (Personal Hygiene) Penjamah Makanan Pada Penyelenggaraan Makanan Asrama Putri. Media Gizi Indonesia,Vol. 11, No. 2 Juli–Desember 2016: hlm. 120–126.
Nadiya, A. dan Ilma A. 2016. Beberapa Mikroba Patogenik Penyebab Foodborne Disease Dan Upaya Untuk Menurunkan Prevalensi Foodborne Disease Di Indonesia Mikroba dalam Foodborne Disease dan Pencegahannya. Institut Teknologi Bandung.
Ningsih, R. 2014. Penyuluhan Hygiene Sanitasi Makanan Dan Minuman, Serta Kualitas Makanan Yang Dijajakan Pedagang Di Lingkungan Sdn Kota Samarinda. Jurnal Kemas 10 (1), 64 – 72.
Rahmadhani, D. dan Sumarmi. 2017. Gambaran Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Makanan Di PT Aerofood Indonesia, Tangerang, Banten The
Description of Food Sanitation and Hygiene At PT Aerofood Indonesia, Tangerang, Bante. Amerta Nutr (2017) 291-299 291 DOI :
10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299.
Rejeki, S. 2015. Sanitasi Hygiene Dan K3. Bandung: Rekayasa Sains.
Swamilaksita, P.D. dan Santi R.P. 2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Higiene Sanitasi Di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016.
Nutrire Diaita 8 (2), 71-79.
Topowijoyo, S.W. 2018. Penerapan Hygiene Dan Sanitasi Dalam Upaya Peningkatan Mutu Kualitas Food And Baverage (Studi Pada Pantai Konang Desa Ngelebeng Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 58(2). 146-154.
Yulia. 2016. Higiene Sanitasi Makanan, Minuman Dan Sarana Sanitasi Terhadap Angka Kuman Peralatan Makan Dan Minum Pada Kantin. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 55-61.
Yulianto, A. dan Nurcholis. 2015. Penerapan Standard Hygienes Dan Sanitasi Dalam Meningkatkan Kualitas Makanan Di Food & Beverage Departement @Hom Platinum Hotel Yogyakarta. Jurnal Khasanah Ilmu, 6(2), 31-39.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran 1. Honorarium Honor Honor/Jam (Rp) Waktu (jam/minggu) Minggu Honor (Rp) Pengusul 1 50.000 7 350.000 Pengusul 2 50.000 7 350.000 Pengusul 3 50.000 7 350.000 Sub Total (Rp) 1.050.000 2. Peralatan Penunjang (PP) Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan (Rp) Biaya PP (Rp) ATK Perlengkapan pengabdian 1 100.000 100.000
Fotocopy Pembuatan laporan 2 100.000 200.000
Meja Perlengkapan pengabdian 1 300.000 300.000 Tempat sampah Perlengkapan pengabdian 2 100.000 200.000 Appron Perlengkapan pengabdian 15 20.000 300.000 Sub Total (Rp) 1.100.000 3. Bahan Habis Pakai (BHP)
Material Justifikasi Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Biaya PP (Rp)
Fotocopy Pembuatan laporan 2 100.000 200.000
Konsumsi Peserta Sosialisasi 40 12.500 500.000 Sub Total (Rp) 700.000 4. Perjalanan Material Justifikasi Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Biaya PP (Rp)
Transportasi Pengumpulan data 3 50.000 150.000
Sub Total (Rp) 150.000 5. Lain-lain
Material Justifikasi Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan (Rp) Biaya PP (Rp) Publish Jurnal Luaran 1 500.000 500.000 Sub Total (Rp) 500.000 Total (Rp) 3.500.000
PETA LOKASI
Keterangan :
Lingkaran merah merupakan lokasi kantin putri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kabupaten Situbondo
Jarak antara alamat pengusul dengan lokasi pengabdian masyarakat adalah ±29 km.