Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota| 1
Bagian ini berisikan arahan RTRW Nasional RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional. Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini.
Tinjauan Kebijakan | 2 Pada bab ini ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus, antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota tersebut termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).
3.1 Arahan RTRW Nasional
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
A. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
A. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
A. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,
B. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
C. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
Tinjauan Kebijakan | 3 D. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. 4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: A. Pertahanan dan keamanan,
1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan
geostrategi nasional,
2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
3) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
B. Pertumbuhan Ekonomi
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, 3) memiliki potensi ekspor,
4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, 5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal C. Sosial Budaya
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,
2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, 3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, 4) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional,
5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau 6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. D. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi, sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
Tinjauan Kebijakan | 4 3) memiliki sumber daya alam strategis nasional
4) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa 5) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau 6) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. E. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
3) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualita lingkungan hidup 6) rawan bencana alam nasional
7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Berdasarkan Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Provinsi NTB memiliki Kota Mataram yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Praya, Raya, Sumbawa Besar.
3.2 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah rencana struktur dan rencana pola ruang. Berikut akan dipaparkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang di Provinsi NTB 3.2.1 Arahan Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Rencana Struktur ruang yang ditetapkan pada RTRW Provinsi NTb terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: a. Rencana sistem perkotaan dan Rencana sistem jaringan:
Rencana Sistem Perkotaan:
Sistem perkotaan terdiri dari sistem perkotaan nasional yang ada di wilayah provinsi terdiri dari PKN dan PKW, dan sistem perkotaan wilayah provinsi yaitu PKL.Sistem perkotaan nasional yang ada di provinsi NTB terdiri dari PKN berada di Mataram dan PKW berada di Praya, Sumbawa Besar, dan Raba. Ibukota kabupaten lainnya dijadikan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha. Sistem perkotaan provinsi PKL berada di Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik, Keruak, Labuhan Lombok, Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk, Lenangguar, Labangka, Calabai, Kempo, Hu’u, Kilo, Kore, O’o, Sila, Tangga, Wawo, Wera dan Sape.
Tinjauan Kebijakan | 5 Sistem perkotaan kabupaten/kota yaitu Pusat Pelayanan Lokal (PPL). PPL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota berdasarkan usulan pemerintah kecamatan dan memperhatikan potensi wilayah. PPL memiliki kriteria
1. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan; dan/atau 2. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/ kelurahan. Rencana Sistem Jaringan:
Rencana system jaringan yang diatur di Provinsi NTB meliputi sistem jaringan transportasi;, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem jaringan persampahan dan sistem jaringan sanitasi. Berikut akan dipaparkan rencana system jaringan.
1. Sistem Jaringan Transportasi
A. Sistem jaringan transportasi nasional yang ada di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari sistem transportasi darat, laut dan udara, meliputi:
1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan;
2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;
3) jaringan jalan nasional terdiri dari jalan arteri primer dan jalan kolektor primer; 4) jaringan prasarana terdiri dari Terminal Penumpang Kelas A berada di
Mataram, Gerung, Sumbawa Besar dan Raba;
5) pelabuhan pengumpul berada di Lembar, Labuhan Lombok, dan Bima; 6) pelabuhan penyeberangan lintas provinsi berada di Lembar, Bima dan Sape; 7) pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berada di Teluk Awang;
8) bandar udara pusat pengumpul skala sekunder berada di Selaparang/Praya; dan
9) bandar udara pusat pengumpul skala tersier berada di Muhammad Salahuddin Bima.
B. Sistem jaringan transportasi provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari sistem transportasi darat, laut dan udara, meliputi:
1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan jaringan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP);
2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;
Tinjauan Kebijakan | 6 3) jaringan jalan provinsi, meliputi: jalan lintas utama Pulau Lombok, jalan lintas
utama Pulau Sumbawa, jalan lintas utara Pulau Lombok, jalan lintas selatan Pulau Lombok, jalan lintas utara Pulau Sumbawa dan jalan lintas selatan Pulau Sumbawa;
4) jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan, meliputi: terminal penumpang Kelas B berada di Tanjung, Praya, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha; 5) pelabuhan pengumpan berada di Bangsal Pemenang, Labuhan Haji, Tanjung
Luar, Benete, Badas, Calabai, Kempo, Waworada, Cempi, dan Sape;
6) pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota berada di Labuhan Lombok, Telong-elong, Pototano, Benete, Pulau Moyo, Lua Air;
7) pelabuhan khusus penumpang berada di pesisir pantai Kota Mataram; dan 8) bandar udara pusat pengumpan berada di Brang Biji dan Sekongkang.
C. Mengembangkan sarana prasarana transportasi laut pendukung ALKI II (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang melintasi Selat Lombok.
2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
Pembangkit tenaga listrik yang saat ini terdapat di Provinsi Nusa Tenggra Barat (NTB) terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE).
Berikut adalah arahan lokasi pusat pembangkit listrik di Provinsi NTB. Tabel III. 1 Arahan Sistem Pembangkit Listrik di Provinsi NTB NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi
1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
- PLTD Ampenan (Kota Mataram), - PLTD Taman (Kota Mataram),
- PLTD Paok Motong (Kab. Lombok Timur), - PLTD Gili Trawangan (Kab. Lombok Utara), - PLTD Gili Air (Kab. Lombok Utara),
- PLTD Gili Meno (Kab. Lombok Utara), - PLTD Maringkik (Kab. Lombok Timur), - PLTD Taliwang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Klawis (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Sekongkang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Labuhan I (Kab. Sumbawa),
- PLTD Alas I (Kab. Sumbawa), - PLTD Sebotok (Kab. Sumbawa),
- PLTD Labuhan Haji (Kab. Lombok Timur), - PLTD Lebin (Kab. Sumbawa),
- PLTD Bugis Medang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lunyuk (Kab. Sumbawa),
- PLTD Empang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lantung (Kab. Sumbawa),
Tinjauan Kebijakan | 7 NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi
- PLTD Mamak (Kab. Sumbawa), - PLTD Dompu (Kab. Dompu), - PLTD Kempo (Kab. Dompu), - PLTD Kwangko (Kab. Dompu), - PLTD Pekat (Kab. Dompu), - PLTD Raba (Kota Bima), - PLTD Ni’u (Kota Bima),
- PLTD Bajo Pulau (Kab. Bima), - PLTD Nggelu (Kab. Bima), - PLTD Pa’i (Kab. Bima), - PLTD Sa’i (Kab. Bima),
- PLTD Sampungu (Kab. Bima), - PLTD Sape (Kab. Bima), - PLTD Monta (Kab. Bima), - PLTD Kore (Kab. Bima), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU)
- PLTU Jeranjang (Kabupaten Lombok Barat) - PLTU IPP Tahap I (Kab. Lombok Timur ) - PLTU IPP Tahap II (Kab. Lombok Barat) - PLTU Loan (Kab. Lombok Timur)
- PLTU IPP Alas (Kab. Sumbawa) - PLTU APLN (Kab. Bima)
- PLTU Bonto (Kota Bima) Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB)
Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, dan Bima Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA)
- PLTA Kokoq Putih (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Muntur (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Pekatan (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Brangbeh (Kabupaten Sumbawa) - PLTA Batulanteh (Kabupaten Sumbawa) Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH)
Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah Lombok Timur,
Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, dan Bima Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS)
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok
Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Bima.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) diarahkan
- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sembalun (Kabupaten
Lombok Timur) .
- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hu’u (Kabupaten
Dompu)
- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Maronge (Kabupaten
Sumbawa). Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut (PLTGL)
Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Bima.
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL
Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu,
Bima Pembangkit Listrik Tenaga
Bio Energi (PLTBE)
Seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Nusa Tenggara Barat
Tinjauan Kebijakan | 8 Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat 2009 - 2029
3. Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pada system jaringan telekomunikasi telah direncanakan lokasi dan lokasi yang ada akan dipertahankan. Pada perencanaan lokasi mengenai system jatingan
telekomunikasi yang ditetapkan oleh RTRW Provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel III. 2
Rencana Pengembangan Telekomunikasi Provinsi NTB
NO Jenis Jariingan Lokasi
Jaringan Mikro Digital Perkotaan
Di wilayah Kota Mataram yaitu Selagalas-Mataram sepanjang 6 km.
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Barat
Batulayar-Lembah Sari sepanjang 4 km dan Batulayar- Senteluk sepanjang 2 km.
Gerung-Kebon Ayu
Gunungsari-Dopang, Gunungsari-Guntur Macan (2km),
Gunungsari-Kekeri (5km), Gunungsari-Mambalan (3km), Gunungsari-Mekarsari (1,5 km),
Gunungsari- Penimbung (3 km).
Kayangan ke masing-masing: Dangiang (2 km), Gumantar (4 km), Salut ( 3 km).
Kediri ke masing-masing: Dasan Baru ( 3 km) dan Montong Are (6 km).
Labuapi ke masing-masing : Kuranji (2 km), Labuapi (1 km), dan Telaga Waru (4 km).
Narmada ke masing-masing : Batu Kuta (10 km),
Kramajaya (3 km), dan Nyiur Lembang (3,5 km).
Pemenang- Desa Patin sepanjang 6 km.
Sekotong Tengah-Buwun Mas sepanjang 6 km. Jaringan Mikro
Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Utara
Tanjung-Sigar Penjalin sepanjang 6 km.
Bayan-Sambik Elen sepanjang 7 km. Jaringan Mikro
Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Tengah
Batukliang-Tampaksiring sepanjang 3 km.
Batukliang Utara ke masing-masing: Aik Berik (3 km), Aik Bukaq (2 km), Karang Sidemen (3 km), Lantan (2 km), Mas-mas (3 km) dan Setiling (3,5 km).
Janapria-Selebung Rembiga sepanjang 6 km.
Kopang-Lendang sepanjang 4 km.
Praya ke masing-masing: Mertak Tombok (6 km) dan Semayan (3 km)
Praya Barat-Banyu Urip sepanjang 3 km.
Tinjauan Kebijakan | 9 NO Jenis Jariingan Lokasi
km) dan Montong Sapah (3,5 km).
Praya Tengah ke masing-masing: Beraim (6 km),
Gerantung (7 km), Lajut (3 km), Pejanggik (2 km), dan Sasake (2,5 km).
Peringgarata ke masing-masing: Murbaya (2 km), dan Sepakek (2,5 km).
Pujut ke masing-masing: Ketara (3 km), Pengembur (4 km), dan Prabu (2 km). Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Timur Jerowaru-Sepapan sepanjang 6 km. Keruak-Mendana sepanjang 3 km.
Masbagik-Masbagik Utara sepanjang 2 km
Sembalun-Sambelia sepanjang 20 km. Jaringan Mikro
Digital Perkotaan di Kabupaten
Sumbawa
Alas ke masing-masing: Juru Mapin (4 km), Labuan Burung (7 km), Matemega (6 km) dan Tarusa (6 km).
Badas-Labuan Aji sepanjang 6 km.
Batu Lanteh ke masing-masing: Bao Desa ( 6 km) dan Batu Dulang (10 km).
Empang ke masing-masing: Batu Lanteh (5 km), Labuan Aji (8 km), Labuan Jambu (100 km), Mata (21 km) dan Tolo Oi (27 km).
Labuan Badas ke masing-masing: Moyo Medang (24 km) dan Labuan Aji (16 km).
Lape Lopok-Labuan Kuris/Labuan Terata sepanjang 8,5 km.
Lunyuk ke masing-masing: Jamu (4 km), Mungkin (4,5 km) dan Kelais (6 km).
Moyo Hilir ke masing-masing: Batu Bangka (3 km), Kukin (3,5 km), Olat Rawa (6 km), dan Sebewe (8 km).
Moyo Hulu ke masing-masing: Batu Bulan (25 km) dan Lito (31 km).
Plampang ke masing-masing : Pemasar (5 km), Prode (7 km), Simu (9 km), SP.I Prode (18 km), SP. II Prode (24 km), SP. III Prode (26 km) dan Teluk Santong (20 km).
Rhee-Rhee Loka sepanjang 1,5 km.
Sumbawa ke masing-masing: Jorok (1,5 km), Kerato (2 km), Kerekeh (3 km) dan Pelat (4,5 km).
Utan-Labuan Bajo sepanjang 1,5 km. Jaringan Mikro
Digital Perkotaan di Kabupaten
Sumbawa Barat
Sekongkang ke masing-masing: Ai Kangkung (13 km) dan Tatar (11 km)
Seteluk-UPT Tambak Sari sepanjang 7,5 km.
Taliwang-Sampir sepanjang 4 km. Jaringan Mikro
Digital Perkotaan di Kabupaten Dompu
Dompu-Ambalawi sepanjang 40 km.
Kempo ke masing-masing: Kesi (24 km), So Nggaja (38 km) dan Tolokalo (29 km).
Kilo ke masing-masing Karama (21 km) dan Kiwu (28 km)
Tinjauan Kebijakan | 10 NO Jenis Jariingan Lokasi
Pajo-UPT Woko sepanjang 20 km
Pekat ke masing-masing: Pancasila (15 km) dan Tambora (20 km).
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Bima dan Kota Bima
Ambalawi ke masing-masing: Kole (2 km), Mawu (4 km), Rite (6 km) dan Talapati (9 km).
Asakota –Kolo sepanjang 24 km.
Belo ke masing-masing : Ledo (3 km), Ncera (6 km, Panda (4 km), Roka (12 km), Soki (17 km), Leu (21 km), Rada (24 km), Rasabou (19 km), dan Tumpu (29 km).
Donggo ke masing-masing: Bajo (2 km), Bumi Pajo (4 km), Doridungga (6 km), Kala (8 km), Kananta (11 km), Mbawi (13 km), Empili (8 km), Punti (11 km), Rora (13 km), dan Sai (18 km). Lambuwu ke masing-masing : Hidirasa (3 km), Kaleo (5 km), Lambo (3 km), Mangga (4 km) dan Nggelu (7 km).
Langgudu ke masing-masing : Doro O’o (3,5 km), Dumu (6 km, Kalodu (9 km), Kangga (4 km), Karampi (13 km), Kawuwu (16 km), Rumpe (19 km), UPT Doro O’o (23 km), UPT Laju (21 km), UPT Waworada (24 km), dan Waduroka (2 km).
Madapangga ke masing-masing: Mpuri (4 km), Ndano (11 km), Tonda (3 km) dan Woro (11 km).
Monta ke masing-masing : Pela (3 km) dan Tolo Oi (6 km).
Soromandi ke masing-masing: Sai (3 km) dan Sampungu (6 km).
RasanaE Barat ke masing-masing: SambinaE (3 k m), dan Santi (6 km).
RasanaE Timur ke masing-masing: Kendo (6 km), Lampe (8 km), Nitu (S15 km), Ntobo (16 km), Nungga (10 km) dan PananaE (13 km).
Sanggar-Oesaro sepanjang 7 km.
Sape ke masing-masing: Boke (4 km), Jia (8 km), Kowo (12 km), Sangiang (18 km) dan Tanah Putih (21 km).
Tambora ke masing-masing: Kawinda NaE (9km), Kawinda Toi (12 km), Labuhan Kenanga (16 km) dan Oi Panihi (19 km).
Wawo ke masing-masing : Kaboro (4 km), Kawa (6 km), Kuta (7 km), Ntori (8 km), Raba (11 km), Sambori (13 km) dan Tarlawi (19 km).
Wera ke masing-masing: Bala (14 km) dan Oitui (17 km);
Woha ke masing-masing: Rabakodo (8 km) dan Waduwani (17 km).
Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2010 – 2030 4. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Tinjauan Kebijakan | 11 Rencana pengelolaan sistem jaringan prasarana sumberdaya air wilayah provinsi terdiri dari sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah provinsi dan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi.
Pada Sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi :
A. Wilayah Sungai (WS) strategis nasional adalah WS Pulau Lombok yang meliputi Daerah Aliran sungai (DAS) Dodokan, DAS Menanga, DAS Putih dan DAS Jelateng;
B. Sistem jaringan irigasi nasional meliputi: Bendungan Batujai, Bendungan Pengga, Bendungan Mamak, Bendungan Batu Bulan, Bendungan Tiu Kulit, Bendungan Gapit, Bendungan Pelaparado, Bendungan Sumi, dan Bendungan Plara; dan
C. Daerah Irigasi (DI) nasional meliputi : DI nasional lintas kabupaten/kota dan DI nasional utuh kabupaten/kota.
Sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi NTB terdiri dari :
A. WS Lintas kabupaten/kota meliputi WS Sumbawa dan WS Bima- Dompu; B. sistem jaringan irigasi provinsi meliputi bendungan, bendung, jaringan saluran
irigasi, dan daerah irigasi; dan
C. sistem jaringan air bersih provinsi meliputi jaringan perpipaan air minum, saluran perpipaan air baku, dan instalasi air minum.
WS Sumbawa meliputi: DAS Moyo Hulu, DAS Rhee, DAS Jereweh, DAS Beh, DAS Bako, DAS Ampang, dan DAS Moyo. WS Bima-Dompu meliputi: DAS Baka, DAS Hoddo, DAS Banggo, DAS Parado, DAS Rimba dan DAS Sari.
5. Sistem Jaringan Persampahan
Sistem jaringan prasarana persampahan Provinsi NTB meliputi:
A. Tempat Pembuangan Akhir Kebon Kongok (Kab. Lombok Barat) dengan sistem sanitary landfi ll.
B. Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir lintas kabupaten/kota lainnya. 6. Sistem Jaringan Sanitasi
Sistem jaringan prasarana sanitasi wilayah Provinsi NTB meliputi :
A. sistem perpipaan air limbah provinsi di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat);
B. instalasi pengolahan air limbah di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat); dan
C. pengembangan instalasi pengolahan air limbah lintas kabupaten/kota D. lainnya.
Tinjauan Kebijakan | 12 3.2.2 Arahan Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Pada subbab ini memiliki muatan rencana kawasan lindung dan budidaya yang direncanakan pada Provinsi NTB. Berikut akan dijelaskan rencana yang ditetapkan.
Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
Kawasan lindung nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi:
1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya nasional meliputi Hutan Lindung, dan Kawasan resapan air;
2. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya nasional meliputi: Cagar Alam (CA.), Suaka Margasatwa (SM.), Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani, Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa dan Taman Wisata Alam (TWA); dan
3. kawasan lindung nasional lainnya adalah Taman Buru (TB) Pulau Moyo dan Taman Buru (TB) Tambora Selatan.
Sedangkan Kawasan Lindung pada provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel III. 3 Penetapan Rencana Luasan Kawasan Lindung
NO JENIS JARINGAN LOKASI 1 Kawasan yang
memberikan
perlindungan terhadap kawasan dibawahnya
a. Hutan Lindung (HL) Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara seluas ± 35.785,16 ha
Kabupaten Lombok Tengah seluas ± 10.857,54 ha
Kabupaten Lombok Timur seluas ± 31.498,67 ha
Kabupaten Sumbawa seluas ± 168.667,68 ha
Kabupaten Sumbawa Barat seluas ± 66.230,71 ha
Kabupaten Dompu seluas ± 51.482,59 ha
Kabupaten Bima seluas ± 83.189,91 ha b. Kawasan Resapan
Air
Diarahkan di Kawasan Gunung Rinjani, Kawasan Selatan Pulau Lombok; dan Kawasan Gunung Tambora
2 Kawasan Suaka Alam (KSA), Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Nasional
Cagar Alam (CA.) yang meliputi :
KSA Pulau Panjang seluas ± 1.641,25 ha. berada di Kabupaten
Sumbawa.
Tinjauan Kebijakan | 13 NO JENIS JARINGAN LOKASI
Kabupaten
Bima.
CA. Tambora Selatan seluas ± 23.840,81 ha. berada di Kabupaten
Bima dan Kabupaten Dompu.
CA. Pedauh seluas ± 543,5 ha. berada di Kabupaten Sumbawa
Barat.
CA. Tofo Kota Lambu seluas ± 3.338 ha. berada di Kabupaten
Bima.
KSA Jereweh seluas ± 3.718,868 Suaka Margasatwa (SM.) yang meliputi :
SM. Lunyuk seluas ± 3.000 ha. berada di Kabupaten Sumbawa.
SM. Tambora Selatan seluas ± 11.670 ha. berada di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.
Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani seluas ± 41.330 ha. berada di
Kabupaten Lombok Utara seluas ±10.210 ha, di Kabupaten Lombok Tengah seluas ± 3.675 ha dan Kabupaten Lombok Timur seluas ± 27.445 ha.
Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa seluas ± 3.155 ha. berada di Kabupaten
Lombok Barat.
Taman Wisata Alam (TWA.) yang meliputi :
TWA Bangko Bangko seluas ± 2.169 ha. berada di Kabupaten
Lombok Barat.
TWA. Danau Rawa Taliwang seluas ± 1.406 ha. berada di Kabupaten Sumbawa Barat.
TWA. Gunung Tunak seluas ± 624 ha. berada di Kabupaten Lombok
Tengah.
Tinjauan Kebijakan | 14 NO JENIS JARINGAN LOKASI
Kabupaten Lombok
Barat.
TW Perairan Laut Gili Meno- Air-Trawangan seluas ± 2.954 ha. berada di Kabupaten Lombok Utara.
TWA Laut Pulau Moyo seluas ± 6.000 ha. berada di Kabupaten Sumbawa.
TWA Laut Pulau Satonda seluas ± 2.600 ha. berada di Kabupaten Dompu.
TWA. Madapangga seluas ± 232 ha. berada di Kabupaten Bima.
TWA. Pelangan seluas ± 500 ha. berada di Kabupaten Lombok Barat.
TWA. Semongkat seluas ± 100 ha berada di Kabupaten Sumbawa.
TWA. Suranadi seluas ± 52 ha berada di Kabupaten Lombok Barat.
TWA Tanjung Tampa seluas ± 2000 ha berada di Kabupaten Sumbawa.
TWA Laut Gili Banta seluas ± 7.896 ha berada di Kabupaten Bima.
TWA Laut Gili Sulat seluas ± 999,003 ha dan Gili Lawang seluas ± 669,174 ha berada di Kabupaten Lombok Timur.
Kawasan Lindung Lainnya Nasional adalah Taman Buru (TB.)
TB. Pulau Moyo seluas ± 22.250 ha berada di Kabupaten Sumbawa.
TB. Tambora Selatan seluas ± 26.130,15 ha berada di Kabupaten Bima dan di Kabupaten Dompu .
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan sempadan pantai, diarahkan pada kawasan sepanjang tepian pantai sejauh antara 30 - 250 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai;
Kawasan sempadan sungai, diarahkan pada sungai-sungai besar antara 30-100 meter sesuai letak, bentuk dan kondisi sungainya yaitu pada Satuan Wilayah
Tinjauan Kebijakan | 15 NO JENIS JARINGAN LOKASI
Sungai (SWS) : Jelateng, Dodokan, Putih, Menanga, Jereweh, Rea, Rhee, Moyo Hulu, Pulau Moyo, Ampang, Hoddo, Bango, Parado, Sari, Rimba, Baka, Bako, dan Beh;
Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh kawasan sekitar danau dan waduk yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa (Segara Anak, Batujai, Mujur, Pandanduri Swangi, Pengga, Beringin Sila, Labangka, Mamak, Lebok, Taliwang, Bintang Bano, Tiu Kulit, Batu Bulan, Pelara, Gapit, Pelaparado, Campa, Rababaka, Sumi), lebarnya berimbang dengan bentuk kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat;
Kawasan Hutan Kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan pada seluruh ibukota Kabupaten dan Kota.
Sumber: Rencana Tata Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2009 - 2029 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Pada rencana Kawasan Budidaya, Provinsi NTB memeiliki beberapa bagian yang direncanakan. Pada rencana kawasan budidaya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kawasan budidaya yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB dan kawasan budidaya provinsi NTB.
Kawasan budidaya nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB meliputi : 1. Kawasan Andalan terdiri dari:
A. Kawasan Andalan Lombok dan sekitarnya dengan sector unggulan : pertanian, perikanan laut, pariwisata, industri, dan pertambangan;
B. Kawasan Andalan Sumbawa dan sekitarnya dengan sector unggulan: pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan perikanan
C. Kawasan Andalan Bima dan sekitarnya dengan sektor unggulan : pertanian, pariwisata, perikanan, industri dan pertambangan.
2. Kawasan Andalan Laut adalah Kawasan Andalan Perairan Selat Lombok dengan sektor unggulan : perikanan laut dan pariwisata.
Tinjauan Kebijakan | 16 1. kawasan peruntukan hutan produksi tetap dan terbatas
2. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura berada di kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, dan kawasan pertanian hortikultura.
3. kawasan peruntukan perkebunan
Kawasan peruntukan perkebunan yang direncanakan berada di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBun): Sekotong, Gerung, Gangga, Bayan, Kopang, Pujut, Terara, Pringgabaya, Utan Rhee, Batulanteh, Sorinomo, Tambora, Sumbawa, Kayangan, dan Wera dan kawasan pengembangan tanaman komoditi unggulan. 4. kawasan peruntukan peternakan
Kawasan peruntukan peternakan berada tersebar di wilayah provinsi untuk alokasi peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak.
5. kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral logam, mineral bukan logam dan batuan berada pada zona tertentu di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
6. kawasan peruntukan pariwisata
A. Pulau Lombok, meliputi: Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya; dan
B. Pulau Sumbawa, meliputi: Maluk dan sekitarnya; Pulau Moyo dan sekitarnya; Hu’u dan sekitarnya, Teluk Bima dan sekitarnya, Sape dan sekitarnya; Gunung Tambora dan sekitarnya.
7. kawasan peruntukan perikanan, kelautan dan pulau-pulau kecil
A. Pulau Lombok, meliputi: Gili Indah dan sekitarnya, Senggigi dan sekitarnya, Lembar dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Teluk Sepi dan sekitarnya, Kuta, Awang dan sekitarnya, Tanjung Luar dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya, dan Labuhan Lombok dan sekitarnya; dan
B. Pulau Sumbawa, meliputi: Alas - Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya ; Teluk Saleh dan sekitarnya; dan Labuhan Lalar, Maluk dan sekitarnya; Teluk Sanggar dan sekitarnya; Teluk Cempi dan sekitarnya; Waworada dan sekitarnya; Teluk Bima dan sekitarnya; dan Sape dan sekitarnya. 8. kawasan peruntukan industry
A. Kawasan Agroindustri berada di Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayangan, Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik, Aikmel,
Tinjauan Kebijakan | 17 Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru, Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape, dan RasanaE; dan
B. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri, Gerung, Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji, Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape, dan Pajo.dan RasanaE.
9. kawasan peruntukan permukiman; dan
A. kawasan permukiman perkotaan berada di kawasan perkotaan Ibukota Provinsi, Ibu Kota Kabupaten dan Kota, Ibu Kota Kecamatan dan Desa yang sudah menampakkan gejala perkotaan; dan
B. kawasan permukiman perdesaan berada diluar kawasan perkotaan yang didominasi oleh penggunaan lahan sawah dan perkebunan.
10. kawasan peruntukan lainnya.
3.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kota
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai arahan struktur dan pola ruang wilayahkajian berdasarkan RTRW terkait. Berikut akan dipaparkan arahan rencana struktur dan pola ruang wilayahterkait.
3.3.1 Kota Mataram
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kota di Kota Mataram, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota yang tercantum didalam RTRW terdiri dari 2 (dua), yaitu kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kota.
3.3.1.1 Rencana Struktur Ruang Kota Mataram
Rencana struktur ruang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pusat kegiatan serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana. Rencana struktur ruang wilayah kota, meliputi rencana pusat-pusat pelayanan wilayah kota dan rencana jaringan prasarana wilayah kota.
Untuk struktur ruang, berikut ini adalah kebijakan dan strategi struktur ruang kota Mataram yang diwujudkan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. kebijakan dan strategi pengembangan pusat pelayanan kota;
Kebijakan pengembangan pusat pelayanan kota yang terdapat didalam RTRW Kota Mataram Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut :
Tinjauan Kebijakan | 18 - Pemantapan fungsi dan peran wilayah Kota sebagai Ibukota Provinsi Nusa
Tengara Barat, Pusat Kegiatan Nasional, dan salah satu kawasan strategis provinsi; dan
- Penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota secara merata sesuai dengan hierarki pelayanannya.
Strategi pemantapan fungsi dan peran wilayah Kota sebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pusat Kegiatan Nasional, dan salah satu kawasan strategis provinsi, terdiri dari:
- meningkatkan fungsi pemerintahan regional;
- membangun fasilitas perdagangan dan jasa serta industri untuk mendukung fungsi perdagangan;
- merevitalisasi kawasan pusat perdagangan dan jasa sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa regional; dan
- mengembangkan fasilitas-fasilitas berskala internasional, nasional, dan regional di wilayah Kota.
Strategi penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota secara merata sesuai dengan hierarki pelayanannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:
- mengembangkan fasilitas-fasilitas perkotaan secara merata sesuai dengan fungsi pelayanan, daya dukung, dan daya tampung kawasan;
- mengembangkan sistem transportasi secara berjenjang yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan kota serta sistem jaringan prasarana kota lainnya;
- revitalisasi pusat pelayanan kota yang lama serta mengembangkan pusat pelayanan kota yang baru dengan fungsi primer dan fungsi sekunder;
- mengembangkan subpusat pelayanan kota yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung; dan
- mengembangkan pusat lingkungan di beberapa kelurahan yang mendukung pusat pelayanan kota dan subpusat pelayanan kota, baik di bidang sosial maupun ekonomi.
b. Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana kota
Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana kota yang terdapat didalam RTRW Kota Mataram Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut :
- Pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur perkotaan terpadu lintas wilayah dalam sistem perkotaan wilayah Kota, wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan nasional;
Tinjauan Kebijakan | 19 - Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan aksesibilitas dan sistem jaringan
transportasi untuk meningkatkan fungsi dan keterkaitan antarpusat kegiatan dan sistem transportasi kota secara optimal; dan
- Pengembangan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan energi dan ketenagalistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem prasarana penyediaan air minum kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem jaringan persampahan kota, sistem jaringan drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana.
Strategi pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur perkotaan terpadu lintas wilayah dalam sistem perkotaan wilayah Kota, wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan nasional. Strategi-strategi tersebut diantaranya terdiri dari :
- memantapkan keterpaduan sistem jaringan jalan nasional, sistem jaringan jalan provinsi, dan sistem jaringan jalan kota;
- mempertahankan keberadaan Terminal Mandalika sebagai terminal Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) untuk melayani kebutuhan nasional, regional, dan lokal;
- mengembangkan sistem pelayanan angkutan umum massal terpadu di Kota; - mengembangkan integrasi sistem prasarana terpadu antarwilayah dan perkotaan
yang terdiri dari sistem jaringan energi dan ketenagalistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem prasarana penyediaan air minum kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem jaringan persampahan kota, sistem jaringan drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, serta jalur evakuasi bencana secara terpadu dengan berbasis kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat;
- meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi perkotaan yang terpadu antara jaringan jalan, jalur pedestrian, jalur evakuasi bencana, dan transportasi massal yang berbasis moda jalan; dan
- memelihara, merehabilitasi, serta membangun sistem jaringan transportasi dan infrastruktur wilayah untuk mendukung fungsi kawasan dan fungsi pelayanan kota.
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan aksesibilitas dan sistem jaringan transportasi untuk meningkatkan fungsi dan keterkaitan antarpusat kegiatan dan sistem transportasi kota secara optimal. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan aksesibilitas dan sistem jaringan transportasi tersebut terdiri dari:
Tinjauan Kebijakan | 20 - mengembangkan sistem jaringan jalan terpadu di dalam Kota yang terintegrasi
dengan jaringan jalan antarwilayah dan antarsistem pusat pelayanan;
- meningkatkan fungsi dan pembangunan lanjutan jalan lingkar utara dan jalan lingkar selatan untuk mendistribusikan pergerakan eksternal;
- membuka jaringan-jaringan jalan baru sesuai dengan fungsinya untuk meningkatkan aksesibilitas lalu lintas menerus Pusat Pelayanan Kota dengan Subpusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan serta daerah belakangnya (wilayah Kabupaten Lombok Barat) antarkawasan di dalam wilayah kota dan antarwilayah;
- mengembangkan ruas jalan sepanjang pantai bagian barat Kota ke Kabupaten Lombok Barat dalam rangka meningkatkan pengawasan dan pengelolaan kawasan pesisir;
- merestrukturisasi pola grid pada jalan utama kota sesuai dengan morfologi kota; - mengembangkan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada ruas jalan dan/atau
persimpangan;
- membangun jembatan pada jalan-jalan baru dan meningkatkan kualitas jembatan yang ada untuk meningkatkan pelayanan publik;
- membangun tempat-tempat pemberhentian kendaraan umum di lokasi-lokasi strategis dan memiliki tarikan lalu lintas yang tinggi;
- meniadakan terminal-terminal angkutan orang dan barang bayangan untuk kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor;
- mengembangkan rute-rute angkutan orang dan barang yang melewati titik-titik dengan bangkitan lalu lintas tinggi;
- membatasi rute kendaraan tradisional cidomo pada ruas jalan-jalan nasional dan provinsi;
- meningkatkan kualitas perlengkapan jalan untuk mendukung kelancaran pergerakan;
- mengembangkan dan memperkuat sistem dan tatanan serta alur pelayaran Pelabuhan Ampenan sebagai pelabuhan wisata serta meningkatkan kelengkapan prasarana dan sarananya; dan
- mengembangkan jalur jalan wisata antarpulau, antarwilayah, dan antarnegara. Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan energi dan ketenagalistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem prasarana penyediaan air minum kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem jaringan persampahan kota, sistem jaringan drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana yang terdiri dari beberapa poin sebagai berikut:
Tinjauan Kebijakan | 21 - Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem jaringan energi dan
ketenagalistrikan, terdiri dari:
1) mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik dan memperluas jangkauan pelayanan
2) jaringan listrik dengan optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya energi; dan
3) mengembangkan jaringan energi baru terbarukan dan mengurangi ketergantungan
4) terhadap energi tak terbarukan.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem jaringan telekomunikasi, terdiri dari:
1) mengembangkan jaringan dan meningkatkan pelayanan telekomunikasi secara merata dan seimbang;
2) mengembangkan jaringan telepon kabel dan jaringan telepon nirkabel; dan 3) meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan jaringan telekomunikasi ke
seluruh wilayah kota.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem jaringan sumber daya air, terdiri dari:
1) melakukan konservasi yang ketat untuk kawasan lindung yang berfungsi sebagai konservasi air dan tanah;
2) meningkatkan kualitas air pada sumber-sumber mata air dan sungai beserta ekosistemnya;
3) meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air berbasis pengelolaan wilayah sungai secara terpadu; dan
4) meningkatkan kerjasama penyediaan air baku terpadu lintas wilayah.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem prasarana penyediaan air minum kota, terdiri dari:
1) meningkatkan pemerataan pelayanan jaringan air minum ke seluruh wilayah kota; dan
2) merehabilitasi instalasi dan membangun jaringan pipa air minum untuk meningkatan kapasitas dan mengurangi tingkat kebocoran.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem pengelolaan air limbah kota, terdiri dari:
Tinjauan Kebijakan | 22 2) mengembangkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu dan
berkelanjutan;
3) menyediakan IPAL terpadu pada kawasan industri; dan
4) Meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan jaringan air limbah perpipaan kota.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem jaringan persampahan kota, terdiri dari:
1) mengembangkan dan memanfaatkan teknologi pengolahan sampah ramah lingkungan;
2) memperbaiki sistem pengelolaan sampah terpadu di setiap pusat lingkungan dan mengelola sampah skala individu langsung pada sumbernya;
3) mengembangkan sistem pengelolaan persampahan kota yang partisipatif, berdaya guna, dan berkualitas; dan
4) meningkatkan kerjasama pengelolaan TPA lintas kabupaten/kota dengan metode lahan urug saniter secara terpadu.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan sistem jaringan drainase kota, terdiri dari:
1) membangun sistem drainase baru pada kawasan perumahan padat; 2) merawat dan memelihara saluran secara berkala;
3) memprioritaskan pelayanan drainase pada kawasan terbangun dan kawasan rawan genangan; dan
4) mengembangkan rencana induk sistem jaringan drainase dan meningkatkan pelayanan sistem jaringan drainase kota.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, terdiri dari:
1) meningkatkan kualitas prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki berupa trotoar di kanan-kiri jalan;
2) menyediakan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki di tepi sungai; dan
3) memanfaatkan jalan-jalan utama sebagai jalur evakuasi bencana.
- Strategi pengembangan kualitas dan jangkauan jalur evakuasi bencana, terdiri dari:
1) membuka jalur-jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana;
2) menyediakan prasarana dan sarana evakuasi bencana pada jalur-jalur evakuasi; dan
Tinjauan Kebijakan | 23 3) menyediakan hidran umum di kawasan berkepadatan penduduk tinggi dan
memiliki bangunan yang rapat. 3.3.1.2 Rencana Pola Ruang Kota Mataram
Untuk selanjutnya, yaitu Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah Kota Mataram yang diwujudkan melalui 2 (dua) kebijakan, diantaranya yaitu kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung; dan kebijakan & strategi pemanfaatan kawasan budidaya. Uraian mengenai kebijakan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam RTRW Kota Mataram ini terdiri dari:
- pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
- pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup:
- pemulihan dan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup;
- penetapan kawasan RTH minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota; - perlindungan kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai histroris dan
spiritual; dan
- pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana.
- Berikut ini merupakan uraian mengenai kebijakan dan strategi pola ruang wilayah Kota Mataram, yaitu mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung; dan kebijakan & strategi pemanfaatan kawasan budidaya:
Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota| 25 a. kebijakan dan strategi pengembangan pusat pelayanan kota;
- Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud didalam RTRW Kota Mataram, terdiri dari:
1) menetapkan komponen-komponen kawasan lindung kota;
2) memadukan arahan kawasan lindung provinsi dalam kawasan lindung kota; 3) memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat berfungsi lindung sebagai
bagian dari RTH;
4) menyediakan kawasan penyangga pantai sejauh antara 30 – 200 (tiga puluh sampai dengan dua ratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
5) memberikan perlindungan dan penyangga di kanan dan kiri sempadan sungai;
6) menyediakan kawasan hijau yang memberikan fungsi ekologis dan biologis; dan
7) melibatkan semua lapisan masyarakat dalam memelihara kawasan lindung. - Strategi pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:
1) mengendalikan pemanfaatan alam dan buatan pada kawasan lindung;
2) mengendalikan kegiatan budidaya yang terdapat di dalam kawasan lindung melalui konversi atau rehabilitasi tanah, pembatasan kegiatan, serta pemindahan kegiatan permukiman penduduk secara bertahap ke luar kawasan lindung; dan
3) menyediakan informasi kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan lindung, kawasan budidaya, serta syarat-syarat pelaksanaan kegiatan budidaya dalam kawasan lindung.
- Strategi pemulihan dan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari:
1) mengembalikan dan meningkatkan fungsi lingkungan hidup; 2) mengembangkan infrastruktur fisik penyelamatan lingkungan;
3) menyelamatkan potensi keanekaragaman hayati, baik potensi fisik wilayahnya (habitat), potensi sumber daya kehidupan, maupun keanekaragaman sumber daya genetikanya.
4) membangun bangunan perlindungan pada kawasan lindung;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MATARAM | 3-26 6) memperhatikan dan menerapkan standar pengelolaan lingkungan hidup yang
ditetapkan oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pemerintah daerah.
- Strategi penetapan kawasan RTH minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri dari:
1) menetapkan secara tegas batas-batas kawasan RTH;
2) menerapkan ketentuan luas RTH publik minimal 20 (dua puluh) persen dan RTH privat minimal 10 (sepuluh) persen;
3) mengembangkan RTH berupa lahan konservasi, resapan air, hutan kota, taman kota, tempat pemakaman umum, dan lapangan olahraga;
4) merevitalisasi dan memantapkan kualitas RTH yang ada;
5) mengembangkan RTH secara berjenjang mulai dari skala lingkungan hingga skala kota sesuai dengan standar kebutuhan;
6) mempertahankan jalur-jalur hijau di sepanjang jaringan jalan; 7) meminimalisir alih fungsi RTH yang ada;
8) meningkatkan aksesibilitas antarkawasan RTH dengan kawasan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, serta kawasan dengan fasilitas umum lainnya;
9) mengembangkan RTH di kawasan perbatasan antara Kota dengan 6 (enam) wilayah kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yang menjadi bagian Kawasan Strategis Provinsi Mataram Metro; dan
10) melibatkan dan meningkatkan peran masyarakat dalam penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH publik dan privat.
- Strategi perlindungan kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai histroris dan spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri dari: 1) melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya, bangunan bersejarah
dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah;
2) merevitalisasi kawasan-kawasan yang mendukung pencitraan kota berwawasan budaya lokal;
3) merehabilitasi kawasan cagar budaya yang telah mengalami kerusakan; 4) melarang kegiatan-kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi kawasan
cagar budaya; dan
5) mempertahankan dan mengembangkan kawasan cagar budaya untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kepariwisataan. - Strategi pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MATARAM | 3-27 1) menetapkan ruang yang memiliki potensi rawan bencana;
2) mengendalikan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana dan mengarahkannya untuk kegiatan non budidaya;
3) menyiapkan jalur-jalur dan ruang evakuasi bencana;
4) menata ulang kawasan dan menerapkan teknologi tanggap dini kejadian bencana;
5) mengembangkan sistem penanggulangan bencana wilayah kota secara terpadu;
6) meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran pemerintah, swasta, dan masyarakat tentang bahaya bencana serta upaya antisipasi terjadinya bencana;
7) memprioritaskan upaya mitigasi dan adaptasi bencana pada kawasan perumahan dan pusat-pusat kegiatan ekonomi perkotaan; dan
8) mengembangkan RTH pada kawasan rawan bencana alam. b. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis
- Kebijakan perencanaan kawasan strategis diwujudkan melalui:
1) pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis provinsi di wilayah kota;
2) pengembangan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
3) pengembangan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan sosial budaya; dan
4) pengembangan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
- Strategi pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis provinsi di wilayah kota, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari:
1) memadukan pengembangan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang kawasan strategis provinsi di wilayah kota; dan
2) menyelaraskan program-program pemanfaatan ruang baik yang berskala internasional, nasional, regional, dan lokal.
- Strategi pengembangan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari: 1) mengembangkan kawasan-kawasan pembangkit perekonomian kota
berskala internasional, nasional, regional, dan lokal dengan kegiatan unggulan perdagangan dan jasa serta pariwisata sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MATARAM | 3-28 2) meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi;
3) mengembangkan sentra-sentra bisnis berwawasan budaya;
4) menciptakan iklim investasi yang kondusif dan selektif serta mengintensifkan promosi peluang investasi;
5) menyediakan kawasan-kawasan sektor informal yang prospektif dan berdaya tarik tinggi untuk mendukung terwujudnya kota yang maju, religius, dan berbudaya; dan
6) mengembangkan kawasan pariwisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exibition) yang berbasis lingkungan, kawasan pariwisata alam, kawasan pariwisata religi, kawasan pariwisata budaya, kawasan pariwisata kuliner, kawasan pariwisata belanja, dan kawasan pariwisata buatan.
- Strategi pengembangan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan sosial budaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari:
1) menetapkan kawasan-kawasan yang memiliki nilai sosial, budaya, dan sejarah sebagai kawasan pelestarian dan pengembangan adat istiadat serta menjadi pusat budaya kota;
2) meningkatkan upaya konservasi pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai sosial, budaya, dan sejarah sebagai upaya pelestarian kawasan serta situs yang ada di dalamnya;
3) menata dan mengelola kawasan-kawasan yang memiliki nilai sosial, budaya, dan sejarah secara terpadu; dan
4) mengembangkan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya menjadi kawasan pusat hijau binaan dengan tingkat tutupan hijau minimal 30 (tiga puluh) persen.
- Strategi pengembangan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri dari:
1) menetapkan kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan hutan kota sebagai kawasan strategis kota dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
2) melindungi pemanfaatan ruang dan kegiatan yang memiliki potensi pelestarian lingkungan dan jasa lingkungan hidup;
3) membatasi kegiatan budidaya di kawasan yang memiliki potensi pelestarian lingkungan hidup dan menyediakan RTH yang memadai;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MATARAM | 3-29 4) meningkatkan upaya pengendalian, pelestarian, dan pemanfaatan ruang
kawasan yang berfungsi memberi perlindungan terhadap ekosistem wilayah dan perlindungan terhadap bencana alam;
5) menyediakan advis perencanaan secara terstruktur terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan dengan potensi pelestarian lingkungan hidup; dan
6) menata dan meremajakan kembali kawasan-kawasan pelestarian lingkungan hidup yang mengalami degradasi.
3.3.2 Kabupaten Lombok Timur
Ditinjau dari kondisi yang ada saat ini, Kabupaten Lombok Timur memiliki kondisi yang beraneka ragam baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun tingkat perkembangan wilayahnya. Oleh karenanya diperlukan strategi
pengembangan wilayah agar pertumbuhan dapat optimal, terarah, dan tidak terjadi pertumbuhan yang tidak seimbang antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. 3.3.2.1 Rencana Struktur Ruang Kabuapten Lombok Timur
Strategi yang diperlukan berkaitan dengan hal tersebut adalah dengan membuat sistem perwilayahan dengan pusat pertumbuhan pada masing-masing wilayah pengembangan dan diharapkan berawal dari wilayah yang ditentukan sebagai pusat pertumbuhan tersebut, akan memberikan dampak pertumbuhan terhadap wilayah-wilayah pendukung di satuan wilayah yang bersangkutan.
Secara konseptual strategi tersebut diwujudkan dengan membuat struktur Tata Ruang Wilayah. Dalam membuat struktur tata ruang wilayah Kabupaten Lombok Timur, dikembangkan dengan menentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) sebagai upaya membuat regionalisasi di Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan menekankan kemandirian terhadap wilayah kecamatan di Kabupaten Lombok Timur.
Berdasarkan kondisi dan potensi di masing-masing wilayah dan sekaligus telah ditentukannya hirarki seluruh ibu kota kecamatan tersebut maka pada akhirnya dapat dibuat rasionalisasi Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) dan pusatnya beserta prioritas pengembangan dan fungsi kawasan.
Adapun SWP Kabupaten Lombok Timur terbagi menjadi 4 SSWP yaitu :
1. SSWP Utara, pusatnya di Kecamatan Aikmel dengan kecamatan pendukungnya adalah: Kecamatan Pringgabaya, Kecamatan Sambelia, Kecamatan Wanasaba dan Kecamatan Suela
2. SSWP Tengah, dengan pusatnya di Kecamatan Selong dan wilayah pendukungnya adalah: Kecamatan Masbagik, Kecamatan Sukamulia, Kecamatan Suralaga, Kecamatan Labuhan Haji dan Kecamatan Pringgasela.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MATARAM | 3-31 1. SSWP Barat, pusat pengembangan di Kecamatan Terara dengan wilayah
pendukung Kecamatan Montong Gading, Kecamatan Sikur, Sakra, Sakra Barat dan Kecamatan Sakra Timur.
2. SSWP Selatan, dengan pusat di Kecamatan Keruak, dengan wilayah pendukung hanya satu yaitu Kecamatan Jerowaru.