fnaialah
llrniab
rssN,
o85+
-
0728
AGR.IPLf]S
Azhqr Bafadat: pEMBIAYAAITI DEFISIT DAI{ KEBERLAI{JUTAI{ FISIGL
NIuTdlanT
K.
z PENGARUH UNGI{.JNGAI{ BISNIS EKSTERNAL DAI\ INTERNAL TERHADAP KINEFLIAUSAI{A KECIL (Kasr-rs Usaha Kecil Sepatu Kulit di Propinsi Jawa Barat)
Ambo AKo: GRMING ADAPTABIUTY OF BEEF CATTLE ON THE DWARF NAPIERGM (Penn isetum purpureum Schumach) PASTURE
AbdT
:
EFESIENSI PEMAI{FAATAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI LADAFIG PETANI TRANSMGRAI{ DI I{ECAIVL{TAN TIKEP IGBUPATEN MUNAAsussatim,
SahtoGtntrns
danLo
Ode
Soboruddln : PEWILAYAFIAN KOMODITAS PERTAI{IAN BERDASARKAI\ ZONA AGROEKOLOGI DI KECAI\4{TAN POLEAI{G SULAWESI TENGGARAHumsoh, Darnas Dans
dan
Nlarthen B.NI.Malole:
PERAII PAIGI\ ALAMI DALAM PENULARAI{ White Spot SyndromeVirusPADA BENUR UDAI.IG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) SEBUAI-{ K,{llAI\f AWALH.
Gusti R. Ssdi mantqra: INDUKSI IGLUS DAI\ ORGAI\OGENESIS JER{JK KEPROK SIOMPU PADAMEDIUM MS DENGAN KOMBINASI
AUI$IN
DAI{ SNOKININLs
Ode
Safuan, RoedhyPoerwsnto,
AnasD.
Susllq,
Soblr,dsn
BylcsonSltumorang:
MINUS-ONE TEST KESUBURAI{ TANAFI INCEPTISOL, ULTISOL, DAI{ AI{DISOL LINTUK TANAIVIIAN NENAS
Ls
lvluhurls,
Dtdy Sopandte, Latifah Koslm Dsrusmon : BEBERAPA PEUBAH BIOKIMIA TERKAIT RESPIRASI PADA KEDELAI (Glycine moxL.
Merrill) TOLERAIIDAI\
PEKA INTENSITAS CAHAYARENDAFI
La Ode
Afa : STUDI MATRICONDITIO/VING PADA BENIH KACAI{G TANAFI (Arachis hypogaeo L.) Suoib,WoerJono Nlangoendtdlolo, Nllrzoltnorn, PD.N., donArl lndrlanto
: POPULASI MIKROSPORAUNIN{.JKLEAT BERDASARIGI\ LETAKNYA PADA MALAI TIGA KLONTEBU (SaccgaTum spp.) SEBAGAI
NORUqSI
AWAL BAGI PEMULIAAI\ HAPLOID SECARA IN VITROLa
Rtonda,Lo Ode Arlef,
DJukrana Wahsb, Thamrln danSuto
: I(A.llAI'tr RESPON KONSUMENTERHADAP SIRUP METE PRODUKSI UNIT USAI-IA JASA
DAI\
INDUSTRI FAKUNAS PERTAI\IAI{UNIVERSITAS HALUOLEO.
Soedtmsn : ESSENTIAL FEATURE AI\D OPERATION OF SAI{CHOKU (DIRECT TRAI\SACTION) IN
JAPAI{ S CONSUMER COOPERATIVES
GAK Suturiutt,
Wtdodo, Sudarsonodsn S
flyos
: EFEKTIVITAS AGENS BIOKONTROL UNTUKMENINGKATKAN PERTUMBUHAN
DAN
HASIL CABAI SERTA MENGHNDALIKAI{ PENYAKITDAFTAR
ISI
Halamon
PEMBIAYAAN DEFISI'T DAN KEBERLANJUTAN FISKAL
Azhar
Balodal
I-7
l,tiNGAlttJlt t,INGKUNcAN BtsNts IiKs't'tiRNAt, t)AN tN',t't,:RNAt, 't'ERllADAt' KINERJA TJSAHA KECIL (Kasus Usaha Kecil Sepatu Kulit rli Propinsi Jawa llarat)
Murtljani K.
GRAZING ADAPTABILITY OF BEEF CATTLE ON 'I'I{E DWARF NAPIERGRA
(Pennisetu m pu rpu reu m Schumach) PASTURE Ambo Ako
EFISIENSI PE]VIANFAATAN FAKTOR PRODUKSI USAIIATANI PADI LADANG
PETANI'I'IIANSM IG RAN DI KECAMATAN TI K EP KA I}t J PATEN i\I I INi\
,4bdi
PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN
BERDASAIIKAN ZONAAGROBKOLOGI DI KECAMA'TAN POLEANG SI.]I,AW[,SI'I'F],NGGAIIA
Agussalim, Sohta Ginting dan La Ode
Soburuddin
2g - 36PERAN PAKAN ALAMT DALAM PENUI,ARAN White Spot Syndrome
ltrzs
pADABENTJR [IDANG 1VINDU (Penaeus monodon Fabr.) SEBt.iAtt K,\.ttAN ,\\\,At,
Hamsoh, Dsrnas Dana dan Msrthen B.M. Malole 37 -43
INDUKSI KALUS DAN OIIGANOGENESIS .lERtlK KIPROK
Slor\tpt]
p.A,DAIVIEDIUM MS DENGAN KOMI]INASI ATIKSIN DAN SITOKININ
IL Gusti R Sodimantara 44-49
N{INUS.ONE'I'EST KESI,JI}I.JRAN TANAII INCEPTISOI,, I.JL'rISOI., DAN ANI)ISOI,
TINTI.]K TANAIVIAN NENAS
La Ode Safuu, Roeilhy Poerwanto, Anas D, Susila, Sobir, tlan Rykson
Situnorang.,..
50 - 5{tBEBERAPA PEUBAH BIOKIMIA TEIIKAIT RESPIRASI Pr\DA KED!.r.,\r (Gr.ycine max L. l\lerrill) TOLERAN DAN PtiKA IN'l'ltNStl'AS CAilA\,,\ RFtNt)Alt
I.a Muhuria, DitlySopondie, Lutitoh Kosim Darusmun
...._...
59 _70sruDl MATRICQNDITIQNING PADA llENttt KACANG 1'/\NAtI (Aruc'his hl,pogaeaL.) La ode
Afa
7r
-.,g PoPIILASI NttKRosPoRA UNINUKt,EA'|" BERDASARKAN l,u'I',\KNyA pADAMALAI
rlGA
KLON TEBU (sacclarum spp.) s[BAGAt tNt-oRl\{Asl AWAL BAGIPEMULIAAN HAPLOID SECARA IN VITRO
8-t4
r5-20
)l _)1
Suaib, ll/oerjono Mongoendidjojo, Mirzawan, P.D.N., dan Ari Intlrionto...
KAJIAN ROSPON KONSTIMIiN I'ERIIADAP SIRTIP ME'I'E PRODIIKSI TINIT TISAIIA
JASA DAN INDUSTRI FAKIJLTAS PEIITANIAN TJNIVERSITAS IIALTIOLEO
La Rionda, La Ode Ariel, Djukrana llahob, Thunrin dan Suto
ESSENTIAL FEATURES
AND
OPERATIONOF
SANCHOKU (DIRECTTRANSACTTON) tN JApAN'S CONSUt\tER COOpERATTVES
Saedinan
EFEKTIVITAS AGENS BIOKONTROL IjNTTJK IVTENINGKATKAN PERTTIIIIBTJIIAN
DAN HASIL
CABAI
SERTA MENGENDAI,IKAN PF]NYAKIT ANI-RAKNOSA DIRUMAI{ KACA
GAK Sutariati, llidodo, gudarsono ilan S
llyas
103 _ Ill
80-88
INDUKSI KALUS DAN ORGANOGENESIS JERUK KEPROK
SIOMPU PADA MEDIIJM MS DENGAN KOMBINASI
AUKSIN DAN SITOKININ OIeh: H. Gusti R Sadimantara I)
,{BSTRACT
There
is
little information on organ specificity concerning callus and organ formation, plantregeneration from calli and proliferation from explants in citrus
of
Siompu. To address, we examinedvariation in concentration of plant growth regulator, i.e.2,4-D and BA forcallus induction and organogenesis
using citrus seeds. Calli were produced on MS medium containing 3.0 %o sucrose and 0.8 Yo agar at pH 5.8
supplemented with 1.5 and 2.0 ngll 2,4-D in combination with 0.0, 1.0, 2.0 and 4.0 mg/l BA followed by green spot (13 to 85 7o) formation from calli. However, shoot formation (80.0 7o) produced only on MS medium supplemented with 1.5 mg/l 2;4-D and 4.0 mg/l BA but no root formation from the calli. Thus, from
a practical and economical view-point, plantlet formation from seed-derived calli as shown in the present
experiment may be useful to obtain planting materials especially for citrus of Siompu which is the most
important citrus to be propagated
Kcy words: callus induction, organogenesis, plant regeneration, MS medium
PENDAHULUAN
Jeruk siompu merupakan salah satu
jenis
jeruk
keprok yang merniliki beberapakeunggulan antara
lain:
kualitas buah yangbaik seperti rasa buah yang manis. Pengem-bangan tanaman semula hanya
di
pulauSiompu, selanjutnya meluas ke daerah lain di
luar pulau Siompu atau daratan pulau Buton,
atas dasar kemiripan agroklimat dan
agro-ekosistemnya (Dinas Tanaman Pangan, 1995). Jumlah tanaman jeruk Siompu muda
sebanyak 184.606 pohon dan tanaman yang
berproduksi 47.737 pohon. Upaya
pengem-bangan tanaman
ini
masih terus dilakukan. Pengadaanbibit
telah diusahakan baik olehpetani sendiri.
maupun
melalui
bantuanPenrerintah Daerah atau proyek OECF. Proyek
OECF
TA
1998/1999 telah mengembangkanseluas 250 ha. Keterbatasan teknologi
budi-daya tanaman merupakan salah satu kendala
dalam meningkatkan produksi. Produksi jeruk Siompu
di
Kabupaten Buton dengan rata-rataproduksi per hektar
l,5l
kw
masih rendahdibandingkan dengan rata-rata nasional
se-besar 3,27 kw.
Kajian secara ilmiah teritang teknik
budidaya jeruk Siompu masih sangat terbatas,
meskipun disadari bahwa
jeruk
ini
memiliki keunggulan genetikdan
berpotensi untukdijadikan sebagai salah satu komoditi andalan
daerah.
Untuk
mewujudkanhal
ini,
makaperlu dilakukan kajian yang lebih spesifik dan
detail tentang teknik budidaya
jeruk
Siompumulai
dari
aspek
teknologi
pembibitan,masalah
penyakit CVPD,
sampai
padapenanganan pasca panennya. Penyakit CVPD merupakan
salah satu
penyebab rusaknyapertanaman dan turunnya produksi, bahkan
sampai punahnya tanaman jeruk
di
beberapa sentra produksi.Pengembangan tanaman jeruk Siompu
dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dengan
meng-gunakan
biji
dianggap kurang praktis karenaselain
}arus
menunggu cukup lama sampaibisa
menghasilkan,juga
akanterjadi
per-ubahan atau penyimpangan hasil dari pohon induknya.
Hal
ini
terjadi
sebagai akibat adanya segregasisifat
selamazigot
dan pembentukanbiji.
Sebaliknya, perbanyakan secaravegetatif
tidak
akan
memberikan peluang terjadinya segregasikecuali
bilaI)
terjadi
mutasi secaraalami
atau
spontanselama kultur
in
vilr'o, selringga sifat unggulpada
tanamaninduk akan
sama dengan keturr.rnannya.Pengernbangan
tanaman
secara inkonvensional atauin
vitro
pada tanamanbudidaya telah berkembang pesat, termasuk
pada tanaman
jeruk.
Perbanyakan secara irivitrrt
nrcmpunyai beberapa kelebihan di-antaranya: dapat dihasilkan bahan tanaman dalamjumlah
benyak dalamwaktu
yangrelatif
cepat. Selainitu
keuntungan Lltama yang diperoleh melalui perbanyakan secara ir:vitro
adalah bahan tanaman yang diperoleh bebas dari patogen meskipun bahan tanamanberasal
dari
tanaman induk yang terserangpatogen, karena bahan tanamarr bcrasal dari
jaringan
meristematikdan
dikembangkan dalarn kondisi aseptik. Penggunaan klon .ierukasal Siornpu scbagai surnbcr cksplan clalanr
perbanyakan
tanaman
secara
in
vilro dimaksudkan agar klon-klorr yang rneniilikikeistimewaan rasa buah dan mempunyai daya
adaptasi yang
tinggi
terhadap kondisi tanahyang
kritis
tersebut dapat diperoleh pada keturunannya, sehingga dalampengembang-annya
tidak
lagi
menimbulkan masalahkhususnya
pada kualitas buah
dan
daya adaptasi terhadap lingkungan.Pada
dasarnyakultur
in
vitronrerupakan suatu proses perbanyakan tanalnan
dengan menggunakan eksplan berupa sel, jaringan, organ, atau protoplas dengan teknik steri I Q.{as i r, 2002). Eksp I an-eksplan d i kultu
r-kan pada medium yang mengandung garan-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur
makro dan mikro, surnber karbon, vitamin,
asam-asam amino, dan zat pengatur tumbuh.
Penggunaan
zat
pengatur tumbulr sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpapenambahan
zat
pengaturtumbuh
dalam medium, pertumbuhan eksplan sangatter-hambat bahkan mungkin tidak tumbuh sama
sekali.
Zat pengatur tumbuh yang utamadi-gunakar dalam kultur lru vitro adalah golongan auksin dan sitokinin. Keseimbangan antara
dua
zat
pengatur tumbuhyaitu
auksin dansitokinin
dalam medium akan menentukan-15
arah lte.rkembangan atau regenerasi tanarrrarr (Ctrnawarr,
lq88).
I)enrbentukan kalus darrorgan-organ ditentukan oleh penggunaan dosis
yang tcpat
dari keduajcnis
7.at pcngaturtumbuh. Jika konscntrasi sitokinin lebih tinggi
daripada
konsentrasiauksin maka
akanmenurnbuhkan tul.tits saja. dan .lika sebaliknya konscntrasi
auksin
lebih tinggi
daripada konscrrl-rasi sit<lkinin rnaka akan rncnghasilkanakar saja, sedangkan
jika
konsentrasikedua-nya seimbang rnaka dapat rnenghasilkan akar dan tunas. Narnun.jcnis dan konsentrasi ar-rksin darr sitokinin sangat tergantung pada jenis
tanarnan dan tujuan kulturny,a.
Penelitian tentang kombinasi
konsen-trasi auksin clan siiokinin pada media terhadap
pertrrrnbulran eksplan tclalr banyak dilakLrklrr
seperli pada tanarnan pisang untuk
rnenurn-buhkarr tunas menggunakan 0.5 mg/l BA dan
0.1 rng/l
IAA
darr tanatnanKtlpi
(Cril/t:u urabic'u) rnenggunakan 2rn{l
IAA dan 5 mg/lBA.
Sedangkan kultur in vitro untuk tanamanJeruk
Keprok
Siornpubelurn
pernahdi-lakukan.
Berdasarkan r.rraian di atas maka perlu
dilakrlkan penelitian untuk mengetahui sejauh
mana
ef-ektifitasrnedium
MS
yang
di-tarrrbahkan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BA
untuk
perbanyakan tanamanjeruk
Siornpu secaril in ttilro.I]AHAN DAN MBTODE
Penelitian dilaksanakan
di
Labora-toriurn
In
Vitro Jurusan Budidaya pertanianFakLrltas Pertanian Universitas Haluoleo.
Bahan
tanamanyang
digunakan sebagaieksplan berasal
dari
btji
lanaman JerukKeprok
Siornpu.Medium
MS
modifikasi (dengan penambahan2,4-D
dan
BA)
di-gunakan untuk induksi kalus dan regenerasiplanlet. Alat yang digunakan yaitu laminar air
flo*,
autoclave,
pisau
skalpel,
pinset.ntagnetik stirer hot plate, timbangan analitik. hundsprayer, pipet, botol kultur, cawan petri.
larnpu spiritus, kertas
pH,
lemari pendingindan perrrbeku.
Pembuatan
larutan
stok
yangrnerr.rpakan larutan bahan media yang dibuat
46
dalam jumlah atau volume besar dilakukan
berdasarkan pengelompokan
yaitu:
larutanstok makro, stok mikro, stok Fe, stok vitamin, dan stok hormon. Pembuatan media dengan
larutan
stok
dilakukan
dengan
metode pengenceran.Seluruh bahan
dan alat
yangdigunakan disterilisasi
di
dalam autoclqvepada suhu 1210C dengan tekanan 1,5 atm
selama 20 menit. Sedangkan biji/benih jeruk sebagai sumber eksplan disterilkan dalam
larutan alkohol 70olo selama
2
menit, disusuldengan
Clorox
ZYo selamal0
menit,
lalu dibilas tigakali
dengan aquades steril yangdilakukan
di
dalam laminar
air
flow. Selanjutnya benih jeruk yang telah disterilisasi tersebut dikulturkan dalam medium Murashigeand Skoog's (MS) yang mengandung -?,0 yo
sucrose
dan
0,8 %
agalagar
dengankombinasi 2,4-D dan
BA
sesuai perlakuanyang
dicobakan.pH
mediumdiukur
padakisaran 5,6- 5,8.
Variabel yang diamati meliputi
(l)
Diameter kalus,
(2)
Berat segar kalus (3) Warna kalusdan
(4)
Persen terbentuknyatunas, akar, tunas dan akar.
Data
variabel berat segar
kalusditransformasi menjadi 1/7 +
0J
selanjutnyadianalisis dengan
sidik ragam.
Jika
nilai peluanglebih kecil dari c,
=
0,05
maka dilanjutkan dengan Duncan's Multiple RangeIesr
(DMRT)
pada taraf kepercayaan gSyo dengan menggunakan Program paket SAS. Data warna kalus dan persen terbentuknya tunas dan akar berturut-turut dianalisis secara deskriptif dan persentase.HASIL DAN PEMBAHASAI\ Pemberian konsentrasi 2,4-D dan BA pada medium MS berpengaruh
baik
terhadap diameter kalus, warna kalus, berat segar kalus dan persentase kalus yang dapat menghasilkan jaringan atau akar disajikan padaTabel l
Tabel 1. Terbentuknya Kalus dan Organogenesis dari Biji Jeruk Siompu pada Medium MS r)No. Medium
2,4-D
mC/l
BA
Rataan Wama
perffi
Diameter Kalus3)
ffiALar-l-l
1-2 l-3 t-4 2-l 2-2 2-3 2-4 3-l 3-2 3-3 3-4 4-l 4-2 4-3 4-4 0,0 lr0 1,5 2,0 0,0 1,0 1,5 2,0 0,0 1,0 1,5 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,0 r,0 t,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0Kalus
t)
frjau
btg, daun;
+ +++ + ++ +++ + +++ +++ + +++ +++;
c
KP KP KH KH0;
15,0 r 3,0 0,0 25,0 20,00;
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 80,0 0.0K;
KH HP C H F{P 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 2,0 2,0 2,0 0,0 1,0 1,5 2,0 4,0 4,0 4,0 0,0 85,0 35,0 4.0"
Medium dasar Murashige antl Skoog (MS) dengan 30 g/l sukrosa dan g,0gll
agar-agar pada pH 5,8;t)
- : tidak ada kalus, + :(
3 mm, ++ : 3-10 mm, +++ : >'f fmm] :l-i-,
Coklat, KP : Kuning pudar, KH : Kuning kehijauan, Hp : Hijau pudar, H : Hijau
Tabel
I
menunjukkan bahrva kom-binasi konsentrasi 2,4-D dan BA yang berbeda memberikanpengaruh berbeda
terhadappertumbuhan
kalus
tanaman Jeruk KeprokSiompu.
MediumMS
dengan konsentrasi2,4-D 2,Q mgll yang dikombinasikan dengan
0,0,
1,0,
2,0 dan
4,Q
mg/l
menghasilkan diameter kalus>
l0
mm. Sedangkan mediumMS
dengan
2,4-D
1,5 mg/l
yang
di-kombinasikan dengan
0,0,
1,0, 2,0 dan 4,0mg/l
rnenghasilkan diameter kalus bcrvariasi(< 3 mm sampai>
l0
mm).Pemberian auksin dan sitokinin dapat
menambah berat dan diameter kalus. Hal ini karena penambahan auksin dalam hal menaik-kan tekanan osmotih meningkatkan sintesa
protein, meningkatkan permeabilitas sel ter-hadap
air,
melunakkandinding
sel
yangdiikuti
menurunnya tekanandinding
selsehingga air dapat masuk ke dalam sel yang
diserrai dengan kenaikan
volume
sel(Wattimen4
1984). Wetherelt(1982)
me-ngungkapkan bahwa auksin diproduksi seeara
alami pada beberapa eksplan dalam jumlah yang cukup, tetapi kebanyakan membutuhkan tambahan dalam jumlah kecil karena
penam-bahan auksin
yang
lebih
besar
ataupenambahan auksin yang lebih stabil seperti
2,4-D
cenderung menyebabkan terjadinyapertumbuhan kalus dari eksplan dan
meng-hambat regenerasi pucuk tanaman, walaupun ditambahkan sitokinin pada mediumnya.
Pada
Tabel
I
juga
nampak bahwapenambahan berbagai kombinasi konsentrasi
2,4-D dan
BA
terhadap perubahan warna kalus memberikan pengaruh yang beragam. Pada awal pertumbuhan, kalus berwarna putih kemudian mengalami perubahan wama padaselang waktu pengamatan. Perubahan warna
putih
menjadi coklat terjadi pada sebagian besar perlakuan. Kalus yang berwarna coklattersebut
menunjukkanterjadinya
sintesissenyawa
fenolik.
Fitiani (2003) menyatakan bahwa warnacoklat
padakultur
in
vitro menandakanterjadinya
sintesis
senyawafenolik.
Sintesis senyawa fenolik dipacu olehcekaman atau gangguan pada
sel
tanaman,yang
bila
disubkulturkankembali
per-tumbuhan kalus lebih cepat dan pencoklatan
47
berkurang (Vickery and Vickery, l9E0 dalam
Fitiani, 2003) seliingga diduga pada keadaan
ini
sel
mulai
dapat
beradaptasi denganlingkungannya. Selanjutnya Wattimena ( I 984)
mengungkapkan bahwa pembentukan sen-yawa fenolik juga meningkat dengan
mening-katnya intensitas cahaya. Pada penelitian ini cqkaman diduga juga berupa ke.kurangan hara khususnya
pada kalus yang
mempunyai ukuran lebih besar. Cunawan (1988)menya-takan bahwa masa kultur yang panjang dalam
nredium
yang tetap, akan
menyebabkanterjadinya kehabisan hara
dan
air,
dimanakehabisan
air
dapatterjadi
karena selain terserapuntuk
pertumbuhanjuga
karena media nrenguaplianair.
Qleh
karena itu, untuk menjaga kehidupan dan perbanyakanyang
berkesinambungan makakalus
yangdihasilkan perlu dipindahkan secara teratur dalam jangka waktu tertentu.
Kornbinasi
perlakuanyang
dapatmenghasilkan spot warna hijau adalah pada mediurn MS dengan 1,5 dan 2,0 mg/l 2,4-D yang dikombinasikan 1,0, 2,0 dan
4,0
mg/lBA.
Namun persentase tertinggi(85,0
%) terbentuknya spot warna hijau dihasilkan pada kombinasi 1,5 mg/l 2,4-D dan 4,0 mg/l BAyang diikuti oleh terbentuknya jaringan batang
dan daun (80,0 %) dari kalus. Sedangkan akar dari kalus jeruk tidak dapat terbentuk untuk seluruh kombinasi perlakuan yang dicobakan.
Keterlambatan atau tidak munculnya
akar
sampai padaakhir
penelitian diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:kadar hormon pertumbuhan dalam medium
yang digunakan, intensitas cahaya dan suhu
ruangan yang
tidak
stabil.
Hal
ini
sesuaiKartha,
l99l
bahwa spesies tanaman danhormon pertumbuhan yang ada dalam medium
akan
menentukan apakah eksplanmeng-hasilkan tunas atau akar. Dalam beberapa hal
akan terbentuk kalus, yang pada saatnya akan
berdiferensiasi menjadi organ. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa berhasilnya pertum-buhan tunas terutama bergantung Fada sumber
jaringan, kadar medium har4 dan jenis serta kadar homon pertumbuhan yang digunakan.
Sitokinin
merupakanbahan
yangselalu ditambahkan dalam medium kultur uz
48
vitro.
Wetherell (1982) menyatakan bahwasitokinin
mempunyaidua
peranan pentinguntuk
propagasisecara
in
vitro.
yaitu merupakan perangsang pembelahansei
danmerangsang pertumbuhan tunas dimana kadar
sitokinin
yangoptimal untuk
pertumbuhantunas dapat menghambat pertumbuhan akar.
Dalam mendorong pembelahan sel, sitokinin berpengaruh pada sintesis
protein
hal
ini2 ,l 0 f, '6 a 3 I 0.5 1.5 Y duga
Cambar
2.
Tebaran data peubahterhadap sisaan pada
berat segar kalus
2.5
nilai
dugaan pertambahancambar l. Pertumbuhan kalus hingga terbentuknya planlet pada medium MS
A.
Kalus yang berasal dari bijijeruk keprok SiompuB.
Planlet yang berasal dari kalus dengan spot warna hijauC.
Planlet setelah dipisah-pisahkan pada medium subkulturseperti yang diungkapkan
oleh
Wattimena(1984)
bahwasitokinin
berpengaruh pada tingkat pembuatan RNA atau protein.Tahapan induksi kalus sampai pada
terbentuknya jaringan batang dan daun pada medium
MS
dengan 1,5mg/l
2,4-D
yang dikombinasikan 4,0mg/l
BA
disajikan padaGambar
l.
Pada Gambar
2
di
atas menunjukkan bahrva pola sebaran peubah nilai dugaan dansisaan adalah acak
di
sekitarnol
sehinggamemenuhi
asumsi
kehomogenan ragam,dengan
nilai
R2:
83,9%o uniuk data 6eratsegar
kalus.
Hal
ini
menunjukkan bahwamodel regresi kuadratik bagi berat segar kalus
sudah cukup
memadai.
Berikutini
modelregresi kuadratik untuk berat segar kalus :
f
=
1,30 +- 0,329 Xr + 0,309 Xz-
0,0772x:
-
0,1g5x22 + 0,290xrx2
Keterangan :
I/
=
nilai dugaan ukuran kalusX1
=
konsentrasi 2,4-D X2=
konsentrasi BA a I aaa .irt.
.l aaO.KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil dan
pembahasan dapat disirnpulkan bahwa:(l)
Mediurn MS dengan konsentrasi2,0 rng/l
2,4-D
yangdikombinasikan dengan 0,0, 1,0, 2,0 dan 4,0
mg/l
BA
rnenghasilkan diameter kalus>
l0mm; (2) Kombinasi perlakuan 1,5 mgll2,4-D
dan
4,0 mg/l
BA
menghasilkan spot warna hijaudari
kalus dengan persentase tertinggi(85,0
%)
dan terbentuknya jaringan batangdan daun (80,0 %); (3) Kombinasi perlakuan 1,5 mg/l 2,4-D dan 4,0 mgl'r BA memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan berat
segar,
diameterdan
wbrna kalus
sertapersentase terbentuknya jaringan batang dan
daun,
walaupuntidak
berhasil
memicu terbentuknya akar.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
pada medium
MS
dengan meningkatkankonsentrasi kombinasi
2,4-D
danBA
untukdapat menghasilkan plantlet sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Belarmino, M.M., T. Abe, and T. Sasahara, 1992.
Efficient Plant Regeneration from Leaf
Calli of lpomea batatas (L.) Lam ancl its related species. Japan J. Breed.
4l
: 109-I14.
Fitiani,
A.,
2003.
Kandungan Ajmalisin padaKultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G.
Don
Setelah Die Iisitasi HomogenatJamur Pythium aphanidermatum Edson
Fitzp. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana
(S:;
InstitutPertanian Bogor.
Gunawan,
1988.
Teknik
Kultur
JaringanTumbuhan.
Laboratorium KulturJaringan
Tumbuhanpusat
AntarUniversitas (pAU), Bogor.
George, E.F. and P.D. Shenington, 19g4. plant
Propagation by Tissue Culture. Exegetis
Limited England.
49
Hendarvono, D.P.S. dan
A.
Wijayani. 1994.Teknik
Kultur Jaringan.
Kanisius, Yogyakarta.Kartha,
K.K.,
I 99 I.
Organogenesis danEmbriogenesis. Metode Kultur Jaringan
Tanaman.
Edisi
Kedua. Editor: L.R.Wetter dan F. Constabel. penerbit ITB
Bandung.
Nasir,
M.,
2002.
Bioteknologi porensi dan Keberhasilannya dalam Bidang pertanian.PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Takahara,
Y.
andE.
Jumonji,1985.
plantRegeneration from Hypokotil Section and
Callus
in
Buckwheat (Fagopyrumesculentum
Moench.). The
Annual Report of ihe Faculty of Education, IwateUniversity, Morioka. 45: 137
-
142.Takahata,
Y.,
1988.
Plant Regeneration fromCultured Immature Inflorescence of
Common
Buckwheat
(Fagopyrum escttlentun Moench)and
perennial Buckwheat (l;. cy66y7n Meisn.). Facultyof Agriculture, Iwate Univer5ity, Marioka.
Japan J. Breed. 38 :409
-
413.Soeryowinoto, M., 1989. Fusi protoplas. l.'akuluas
tsiologi.
Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Soeryowinoto,
M.,
199 I.
Budidaya JaringanTerobosan
Bermanfaat
dalamBioteknologi.
Fakultas
Biologi.Universitas Gadjah Mada, yogyakarta.
Sodhal, M.L., T. Nakamura, H.p. Medina
-
Filho.A. Carvalo, l-.C. Fazuoli, and W.H. Costa.
1984. Coffea. ln : Amirato, Evans, Sharp,
&
Yamada.. Handbookof
plant CellCulture. Macmillan publishing Company.
New York.
Wethercil,
D.F.
1982, pengantar propagasil'ananran Secara
ln
Vitro.
TerjemahanKoesoemardiyah.
Avery
publishingCioup Inc. New Jerse.
Wattimena,
G.A.
1984. Zat pengatur TumbuhTanarnan.
pAU-lpB
Bekerjasamadengan Lembaga Sumber Daya Informasi
lPB, Bogor.