• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA."

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER

DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Norma Lukito Evyas Tuti NIM 11111244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Belajarlah banyak kosakata agar memiliki pengetahuan berbahasa yang luas

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. My angels without wings. Kedua orang tua ku (Bapak Suwarto dan Ibu Sumarsih) yang selalu mendoakan aku, mendukung ku dan mempercayaiku untuk dapat kuliah di Kota Istimewa Yogyakarta.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Anak-anak Indonesia, Nusa, Bangsa, dan Agama. 4. Adik-adikku, Riske, Tika dan Binta

(7)

vii

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER

DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA

Oleh

Norma Lukito Evyas Tuti NIM 11111244009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan media film

Dora The Explorer dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku. Adapun alasannya yaitu penggunaan media film Dora The Explorer

belum pernah dikaji dalam pembelajaran meningkatkan kosakata anak di KB Tamanku Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan desain one group pretest-postest. Penelitian ini dilakukan dalam 10 kali pertemuan, dengan subjek penelitian berjumlah enam anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes lisan. Instrumen yang digunakan berupa kartu bergambar kosakata benda. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini menggunakan media Film Dora The Explorer yang terdiri dari episode baby dino,

berry hunt, super spies dan missing piece. Data dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif dan ditampilkan dalam tabel dan diagram batang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media film Dora The Explorer efektif dalam meningkatkan kosakata anak. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kenaikan skor rata-rata perolehan pre-test dan post-test yaitu sebesar 22,26 (44,52%). Selain itu, bukti lain menunjukkan bahwa setelah penggunaan media film Dora The Explorer anak dapat menjawab, mengucapkan dan mengetahui kegunaan kata benda dengan benar seperti jaket penyelamat, sabuk pengaman, perahu, dayung dan ransel. Penerapan media dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada penyajian isi film, yang mengajak anak tidak hanya menonton tetapi juga aktif terlibat dalam film tersebut. Misalnya anak ikut membantu menemukan jalan keluar dan ikut menjawab pertanyaan atau teka-teki yang disampaikan pada film tersebut.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Film Dora The Explorer Dalam

Meningkatkan Kosakata Anak Di Kelompok Bermain Tamanku” ini dapat

diselesaikan dengan baik. Penulisan dan penelitian skripsi ini dilaksanakan guna melengkapi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini bukanlah keberhasilan individu semata, namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian.

3. Ibu Dr. Ishartiwi dan Ibu Martha Christianti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak membantu menyediakan waktu, bimbingan, serta memberi saran penulisan penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah ... 5 A. Kajian Tentang Media Pembelajaran... 9

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

B. Kajian Tentang Media Film ... 11

1. Pengertian Media Film ... 11

a. Kelebihan Media Film ... 13

(11)

xi

D. Kajian Tentang Kosakata Anak Usia Dini... 23

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 23

2. Kosakata Pada Anak Usia Dini... 24

3. Implementasi Media Film Dora The Explorer Dalam Meningkatkan Kosakata Anak Usia Dini ... 29

E. Kerangka Berfikir ... 31

1. Jenis Instrumen Penelitian ... 39

2. Uji Validitas Instrumen... 40

F. Prosedur Perlakuan ... 42

G. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 51

C. Data Hasil Penelitian Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Kepompong KB Tamanku ... 54

1. Data Hasil Pre-test Kemampuan Kosakata Anak ... 54

(12)

xii

3. Data Hasil Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 69

4. Data Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 74

D. Uji Hipotesis ... 76

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

F. Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian Meningkatkan Kemapuan

Kosakata Anak ... 37

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Lisan Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Bermain Tamanku ... 40

Tabel 3. Pemberian Episode Film Dora The Explorer dalam Kegiatan Pembelajaran ... 45

Tabel 4. Kategori Hasil Tes Kemampuan Kosakata Anak ... 46

Tabel 5. Data Hasil Pre-test Kemampuan Kosakata Anak ... 57

Tabel 6. Data Hasil Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 72

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Rancangan One Group Pre-test Post-test Design ... 36 Gambar 2. Diagram Batang Skor Pre-test Kemampuan Kosakata Anak 58 Gambar 3. Digram Batang Skor Post-test Kemampuan Kosakata Anak 73 Gambar 4. Diagram Batang Data Perbandingan Hasil Pre-test dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Hasil Pre-test-Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 88

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Pre-test dan Post-test ... 95

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Kreiteria Kategorisasi Kemampuan Kosakata Anak ... 97

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 103

Lampiran 5. Rencana Kegiantan Harian ... 113

Lampiran 6. Panduan Penggunaan Media Film Dora The Explorer ... 134

Lampiran 7. Foto Kegiatan Penelitian ... 139

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 143

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Yuliani Nuraini Sujiono, 2009: 6). Pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan tersebut dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Adapun pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal atau informal. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (Suyadi, 2010: 9-12).

(17)

2

(18)

3

2003: 2). Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada salah satu kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik yang dimaksud yaitu kemampuan anak dalam meningkatkan kosakata. Pengenalan kosakata pada anak diperlukan guna meningkatkan kemampuan kosakatanya. Dengan kemampuan kosakata yang baik, menjadikan komunikasi dengan orang lain berjalan dengan lancar, memperkaya gagasan berfikir dan meningkatkan kemampuan berbicara dengan orang lain (Harun, 2012: 112).

(19)

4

melalui penerapan penggunaan media film Dora The Explorer. Penggunaan media film Dora The Explorer belum dikaji di KB Tamanku. Dengan penggunaan media film Dora The Explorer di KB Tamanku diharapkan dapat ditemukan, ada atau tidaknya keefektifan media film

Dora The Explorer guna meningkatkan kosakata pada anak di KB Tamanku.

(20)

5

anak dalam mengucapkan kata dengan benar; 7) media film ini sesuai untuk usia anak di KB Tamanku yaitu 3-4 tahun; 8) media film ini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko DVD dan juga dapat mudah diakses menggunakan internet.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku masih rendah dan anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata dengan jelas. 2. Anak mengalami kesulitan dalam memahami maksud kata dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru

3. Anak mengalami kesulitan dalam menyebutkan nama warna, nama gambar dan nama benda yang ditunjukkan guru

4. Keefektifan penggunaan media film Dora The Explorer belum dikaji dalam pembelajaran guna meningkatkan kosakata anak di KB Tamanku. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang diuraikan pada permasalahan tersebut, peneliti membatasi penelitian ini pada nomor empat yaitu, Keefektifan penggunaan media film Dora The Explorer belum dikaji dalam pembelajaran guna meningkatkan kosakata anak di KB Tamanku. D. Rumusan Masalah

(21)

6

Apakah penggunaan media film Dora The Explorer efektif dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan penggunaan media Film

Dora The Explorer dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku.

F. Manfaat Penelitian

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi anak

a. Menambah pengalaman anak untuk belajar kosakata melalui film Dora The Explorer.

b. Meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 2. Bagi guru

a. Sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan kosakata anak usia dini.

(22)

7 G. Definisi Operasional

1. Meningkatkan Kosakata

Dalam penelitian ini, meningkatkan kosakata yang dimaksud berupa meningkatkan kemampuan anak dalam mengucapkan kata benda dan kemampuan anak dalam memahami maksud kata. Adapun indikator yang dijadikan ukuran dalam ketercapaian penelitian ini yaitu anak dapat memberikan respon secara lisan berupa mengucapkan kata dengan baik dan benar seperti anak dapat mengucapkan kosakata benda dengan bunyi yang jelas serta memahami maksud kata. Pada penelitian ini kosakata yang digunakan berjumlah 50 kosakata benda yang terdiri dari mengucapkan kata dan memahami maksud kata. Adapun kosakata yang seharusnya pada anak usia 3-4 tahun yaitu lebih dari 200 kata (Santrock, 2007: 358-359).

2. Media film Dora The Explorer

Media film Dora The Explorer merupakan film animasi yang sesuai untuk anak usia dua sampai enam tahun. Film ini diproduksi di Amerika Serikat dengan saluran orisinalnya adalah Nickelodeon sebagai saluran bagi anak-anak prasekolah. Kreator film Dora The Explorer yaitu Chris Gifford, Valerie Walsh dan Eric Weiner. Film Dora The Explorer

(23)

8

dalam memahami maksudnya. Media film Dora The Explorer yang digunakan peneliti adalah film Dora The Explorer yang menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan beberapa kosakata bahasa Inggris. Episode yang digunakan dalam film Dora The Explorer pada penelitian ini yaitu Baby Dino, Berry Hunt, Super Spies dan Missing Piece.

Langkah-langkah penggunaan media film Dora The Explorer yaitu dengan cara membimbing anak untuk aktif melafalkan kembali kata yang diucapkan oleh tokoh Dora dengan ucapan yang jelas, membimbing anak untuk dapat menjawab pertanyaan dan teka-teki yang disampaikan oleh tokoh Dora. Caranya ialah dengan mengulangi pertanyaan dari tokoh Dora dengan kalimat sederhana sehingga anak lebih mudah dalam memahami pertanyaan tersebut dan melakukan kegiatan bercerita setelah film selesai diputar sebagai penguatan tentang cerita pada film tersebut, kemudian membimbing anak untuk dapat menyebutkan kosakata yang ada pada film yang telah diputar melalui kegiatan percakapan.

(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar, sehingga dapat dikatakan bahwa media adalah pengantar pesan dari pengirim kepada penerima penerima pesan (Arief dalam Sukiman, 2012: 27-28). Menurut Fleming media dalam proses belajar menunjukkan fungsi atau peranannya yaitu untuk mengatur hubungan yang efektif antar dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran (Azhar Arsyad, 2006: 3-4). Media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa disebut media pembelajaran (Anderson dalam Sukiman, 2012: 28). Azhar Arsyad (2006: 4) menjelaskan bahwa media pembelajaran berarti media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan Instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

(25)

10

Manipulatif (Manipulative Property) yaitu ciri media dalam memanipulasi waktu maksudnya media dapat mentranspormasi suatu kejadian atau objek sehingga kejadian yang memakan waktu lama dapat disampaikan oleh siswa dalam waktu yang lebih singkat dan kejadian yang memakan waktu singkat bisa diperlambat kejadiannya, Ciri Distributif (Distributif Property) yaitu media dapat menstransportasikan suatu objek atau kejadian melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu sehingga dapat digunakan dalam proses belajar kapan pun dan dimanapun.

(26)

11

indera, ruang dan waktu (Sukiman, 2012: 44). Media pembelajaran memiliki fungsi dan kegunaan dalam membantu siswa belajar, meningkatkan proses dan hasil belajar dan menimbulkan motivasi belajar pada siswa.

Azhar Arsyad (2006: 105) mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran berbasis visual, media berbasis audio visual dan media berbasis komputer. Media berbasis visual terdiri dari foto, gambar, ilustrasi, sketsa, grafik, bagan,

chart dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Media berbasis audio visual meliputi tape dan recorder serta kombinasi slide dan suara. Media berbasis komputer meliputi media interaktif dan komputer, sedangkan Sukiman (2012: 86-209) mengemukakan bahwa pengembangan media pembelajaran terdiri dari media berbasis visual, berbasis audio dan audio visual, dan berbasis komputer. Media berbasis visual terdiri dari media grafis yaitu media gambar, sketsa, bagan, grafik, papan tulisan, buletin, kartun, peta, media OHP dan media modul. Media audio dan audio visual terdiri dari media audio (media rekaman dan media radio), media berbasis komputer terdiri dari media presentasi dan media internet) dan media audio visual yaitu media film dan video, dan televisi.

B. Kajian Tentang Media Film 1. Pengertian Media Film

(27)

12

medianya menggunakan audio dan visual. Azhar Arsyad (2006: 49) memaparkan bahwa media film merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup, sedangkan Dina Indriana (2011: 91-92) mengemukakan bahwa film merupakan serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.

(28)

13 a. Kelebihan Media Film

Media film memiliki beberapa kelebihan dalam pembelajaran. Menurut Dina Indriana (2011: 91-92) kelebihan media film yaitu media film dapat memberikan pesan kepada siswa secara lebih merata dan mudah diterima siswa, sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat digunakan secara berulang-ulang dan dapat dihentikan sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Azhar Arsyad (2006: 49-50) mengemukakan bahwa media film memiliki kelebihan yaitu:

1) Media film melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari anak. Film dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.

2) Media film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.

3) Media film mendorong motivasi belajar siswa dan menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya film kesehatan yang menyajikan proses terjangkitnya diare.

4) Media film mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok anak.

5) Media film dapat menyajikan pristiwa-peristiwa yang berbahaya seperti lahar gunung berapi

6) Media film dapat ditunjukkan pada siapa saja baik kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.

(29)

14

Dengan menggunakan media film maka siswa akan lebih mudah dalam menerima meteri pelajaran, siswa dapat belajar tanpa keterbatasan ruang dan waktu, memberikan pengalaman dan motivasi belajar siswa.

b. Kelemahan Media Film

Menurut Azhar Arsyad (2006: 50) media film selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan media film yaitu:

1) Pengadaan film umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama

2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mempu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut, 3) Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film yang dirancang untuk kebutuhan sendiri.

Kelemahan lain dari media film yaitu media film memiliki harga produksi yang cukup mahal dan membutuhkan waktu lama dalam pembuatannya sehingga menyita banyak waktu dan tenaga, dan dalam pengoperasiannya media film memerlukan orang-orang khusus (Dina Indriana, 2011: 91-92).

C. Kajian Tentang Media Film Dora The Explorer

1. Pengertian Film Dora The Explorer

(30)

15

adalah Chris Gifford, Jake Burbage, Harrison Chad, Felipe Dieppa, Elaine Del Valle, Asheley Fleming, Eileen Galindo, Kathleen Herles, John Leguizamo, Ricardo Montalban, Esai Morales dan Amy Principe (Dede Lilis, 2005: 379). Film Dora The Explorer menjadi seri reguler pada tahun 2000 dan dibawakan oleh jarian TV kabel Nickelodeon (Devi Nurdiani dkk, 2003: 2). Film ini memiliki durasi 30 menit. Film Dora The Explorer

merupakan seri animasi yang sukses dan sesuai untuk anak berusia 2-6 tahun ( Byson dalam Zuena Kabir, 2013: 5).

Film Dora The Explorer memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan film animasi lainnya. Keunikan film Dora The Explorer terlihat dari penyajian film. Film Dora The Explorer mengajak penonton (anak-anak) untuk berinteraksi dan terlibat dalam aktivitas tokoh Dora selaku tokoh utama, dengan cara menjawab teka-teki yang diajukan tokoh Dora, membantu tokoh Dora untuk menemukan benda yang dihilangkan oleh tokoh Swiper dan membantu tokoh Dora mencari jalan keluar dari rintangan dalam petualangannya (Dede lilis, 2005: 381).

(31)

16

mengajarkan pada anak-anak tentang ketrampilan memecahkan masalah dan kreator ingin menyajikan suatu pertunjukkan yang unik kepada penonton (anak-anak). Pertunjukkan yang unik yang dimaksud berupa anak dapat menjadi penonton sekaligus partisipan aktif, seperti anak dapat ikut menggerakkan badan bersama tokoh Dora dan berlajar berhitung. Selain itu, kreator film Dora The Explorer juga ingin mengajarkan anak perbendaharaan kata bahasa spanyol dan bahasa Inggris serta ingin menunjukkan bahwa bintang film dalam kartun ini adalah seorang gadis kecil sebagai seorang petualang. Ideologis selanjutnya pada film Dora The Explorer yaitu kreator ingin menunjukkan interaktivitas yang membuat anak menikmatinya. Dalam setiap episode para kreator menggabungkan tujuh kecerdasan yang berbeda. Metode yang digunakan dalam konsep film Dora The Explorer berbasis pada gagasan Horward Garnerd yaitu tentang kecerdasan majemuk atau multiple intellegences yang mana anak akan menjadi lebih cerdas melalui belajar sambil bermain (Devi Nurdiani, 2003: 2). Akan tetapi pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada salah satu kecerdasan majemuk saja yaitu kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik yang dimaksud yaitu kemampuan anak dalam meningkatkan kosakata. Pembelajaran kosakata pada film Dora The Explorer dilakukan melalui penyampaian kata secara berulang-ulang dan menggunakan situasi menyenangkan yang dilakukan oleh tokoh utama.

(32)

17

2013: 5). Proses produksi Film Dora The Explorer disetiap episodenya memerlukan waktu sekitar satu tahun mulai dari ide cerita, musik dan

sound effect dan setiap episode film selalu diuji dan diuji ulang oleh Departemen Riset pada sejumlah anak-anak prasekolah (Dede lilis, 2005: 383). Adapun hal-hal yang disajikan dalam film Dora The Explorer adalah sebagai berikut:

a. Tema Film Dora The Explorer

Tema yang ditampilkan film Dora The Explorer merupakan tema-tema yang simple dan berkaitan dengan moral serta nilai-nilai pada kehidupan sehari-hari. Adapun contoh tema dalam film Dora The Explorer yaitu tema persabatan, rasa saling menyayangi, saling menolong, saling mencintai, memberikan perhatian kepada orang lain dan memberikan hadiah kepada orang lain dihari istimewa (Dede lilis, 2005: 380). Hal itu dapat dilihat dari episode-episode yang berepisode-episode baby dino, super spies, berry hunt dan

missing piece. Di dalam episode tersebut, Dora dan Boots menunjukkan sikap tolong menolong, saling mencintai, saling menyayangi dan perhatian terhadap orang lain. Hal ini penting untuk dikenalkan dan diajarkan bagi anak usia dini.

(33)

18

kehidupannya kelak. Episode yang disugguhkan dalam episode

baby dino, super spies, berry hunt dan missing piece merupakan tema yang sederhana dan menanamkan nilai-nilai yang jauh dari kekerasan.

b. Karakter Tokoh Film Dora The Explorer

Film Dora Explorer memiliki tokoh sentral yang terdiri dari tokoh Dora, tokoh Boots dan Swiper. Dora Marquez digambarkan sebagai tokoh anak kecil perempuan yang berusia tujuh tahun yang memiliki ambisi, dan dia ditemani oleh seekor monyet antropomorfik yang bernama Boots (Zuena Kabir, 2013: 5). Tokoh Dora memiliki karakter yang ceria, selalu riang, senang menolong, cerdas, dan suka berpetualang. Disetiap petualangannya Dora selalu menggunakan peta sebagai petunjuk petualangannya dan tas ransel.

(34)

19

dan Boots untuk sampai tujuan. Karakter Swiper ini menggambarkan tokoh yang jahat (Dede lilis, 2005: 381).

c. Alur Cerita Film Dora The Explorer

Film Dora The Explorer memiliki alur cerita yang sederhana dan tidak lama hal ini terlihat pada alur cerita yang disajikan pada episode baby dino, super spies, berry hunt dan

missing piece. Alur cerita pada episode baby dino, yaitu menceritakan perjalanan Dora, Boots dan Diego dalam membantu

baby dino untuk dapat menemukan ibunya. Perjalanan tersebut dimulai saat Dora, Boots dan Diego melompati sebuah telur yang besar, kemudian telur tersebut menetas dan keluarlah bayi Dinosaurus. Bayi Dinosaurus tersebut diberi nama Baby Dino. Setelah baby dino menetas, baby dino merasakan rindu pada ibunya, lalu Dora, Boots dan Diego membantu baby dino untuk dapat menemukan ibu baby dino.

Alur cerita yang disajikan pada episode berry hunt yaitu perjalanan Dora dan Boots dalam memburu buah blueberry di bukit blueberry. Perjalanan cerita tersebut dimulai dari Dora yang dibawakan bekal lima buah blueberry oleh ibunya, lalu Dora menghabiskan buah blueberry tersebut. Saat buah blueberry

(35)

20

blueberrynya telah habis. Kemudian Dora mengajak Boots untuk mendapatkan beberapa buah blueberry. Akhirnya Dora dan Boots melakukan perburuan buah blueberry ke bukit blueberry.

Alur cerita yang disajikan pada episode missing piece yaitu perjalanan Dora dan Boots dalam membantu wizard (penyihir) untuk menemukan potongan puzzle tongkat ajaib yang hilang. Perjalanan cerita tersebut dimulai dari Dora dan Boots yang mencoba untuk menyatukan potongan puzzle wizard (penyihir) yang mereka temukan. Saat Dora dan Boots mencoba untuk menyatukan potongan tersebut, teryata ada bagian potongan puzzle

yang hilang, potongan puzzle yang hilang adalah potongan puzzle

tongkat ajaib, tanpa potongan tersebut maka penyihir tidak dapat melakukan sihirnya. Akhirnya Dora dan Boots menolong penyihir untuk mencari potongan puzzle yang hilang tersebut.

(36)

21

menjalankan misinya Dora dan Boots mendapatkan perlengkapan mata-mata seperti kartu pengenal mata-mata, telepon mata-mata, kacamata mata-mata, tali mata-mata, sepatu roket, pendetektor Swiper. Akhirnya Dora dan Boots pergi untuk menyelesaikan misi yaitu menemukan kue isa dan memperingatkan isa bahwa kuenya akan dicuri oleh Swiper.

Pada alur cerita disetiap episode, tokoh Dora dan Boots dibantu oleh peta dalam melakukan petualangannya. Setiap petualangan yang dilakukan Dora dan Boots juga selalu diselingi lagu anak-anak. Pada alur cerita episode baby dino, super spies,

berry hunt dan missing piece Dora mengajak penonton (anak-anak) untuk terlibat dalam aktivitasnya seperti membantu Dora dan Boots dalam menyusun potongan puzzle, mencari jalan keluar dalam setiap rintangan, berhitung, menjawab pertanyaan yang diajukan Dora dan menggagalkan Swiper saat melakukan kejahatan dengan

mengatakan “Swiper jangan mencuri”.

(37)

22

terimakasih kepada penonton karena telah membantu dalam menempuh perjalanan hingga sampai tujuan.

Dalam penerapan media film Dora The Explorer dalam pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui langkah-langkah, yaitu anak-anak diminta untuk aktif memberikan respon lisan saat mengikuti alur cerita film Dora The Explorer pada episode baby dino, missing piece, berry hunt dan super spies dengan cara menonton film Dora The Explorer kemudian anak-anak menjawab pertanyaan-pertanyaan dan teka-teki yang diajukan Dora melalui jeda waktu berfikir yang ada disetiap alur cerita film Dora The Explorer, dengan demikian anak tidak hanya menonton tetapi anak dapat belajar dan terlibat dalam film tersebut.

d. Bahasa Film Dora The Explorer

Bahasa asli pada film Dora The Explorer yaitu bahasa Spanyol (Dede Lilis, 2005: 381). Dalam versi Indonesia, bahasa yang digunakan merupakan hasil Dubbling dari bahasa Spanyol dan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa pada film

(38)

23

menggunakan bahasa secara aktif untuk mengekpresikan diri sendiri dan mengingat informasi (Devi Nurdiani, 2003: 2).

Film Dora The Explorer dalam penelitian ini menggunakan bahasa yang sederhana dan familiar dengan anak-anak serta tidak kaku, sehingga membuat anak-anak tidak merasa sulit dalam memahami maksudnya, penggunaan kata-katanya pun menggunakan tempo yang tidak cepat. Film Dora The Explorer

terdapat kata yang disajikan dengan berulang-ulang. Pengulangan kata tersebut memudahkan anak dalam memperoleh informasi yaitu kosakata. Selain itu, Bahasa yang disajikan pada film Dora The Explorer dapat menciptakan situasi yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Hal tersebut, membuat anak lebih mudah dalam belajar mengucapkan kata dengan benar (Devi Nurdiani dkk, 2003: 1).

D. Kajian Tentang Kosakata Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini

(39)

24

emosional, intelektual, bahasa maupun moral (budi pekerti). Pendidikan untuk anak usia dini haruslah memperhatikan seluruh potensi yang dimilikinya agar dapat dikembangkan seoptimal mungkin secara menyenangkan,bergembira ria, penuh perhatian dan kasih sayang (Harun, 2012: 40).

Menurut Yuliani Nuraini Sujiono (2009: 6) anak usia dini merupakan sosok individu yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan masa fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Slamet Suryanto (2005: 5) mengemukakan bahwa anak usia dini merupakan anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan paling pesat, baik fisik maupun mental. Dalam kehidupan anak usia dini penting untuk memberikan bimbingan agar seluruh potensi anak usia dini dapat berkembang dengan optimal.

2. Kosakata pada Anak Usia Dini

(40)

25

menggunakan bahasa maka pikiran, perasaan dan keinginan dapat disampaikan kepada orang lain. Perkembangan bahasa pada anak secara krusial terjadi sebelum usia enam tahun (Ahmad Susanto, 2011: 73).

Menurut Suyadi (2010: 96) pada anak usia dini, anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya sejak lahir hingga usia enam tahun walaupun mereka tidak mempelajari bahasa dan kosakata secara khusus. Kosakata memiliki peranan penting dalam pembelajaran suatu bahasa, tujuan pengajaran kosakata yaitu meningkatkan jumlah kosakata sehingga dapat berkomunikasi dengan bahasa yang baik (Nurhadi, 1995: 330). Selain itu, pengajaran kosakata kepada anak juga bertujuan agar anak memiliki ketrampilan dalam berbahasa. Menurut H.G.Tarigan (1986: 155-156) hal yang dapat menunjang anak untuk memiliki ketrampilan berbahasa dan memperkaya kosakata yaitu melalui pengucapan dan pengejaan kata. Pengucapan merupakan kemampuan dalam membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa dan ejaan merupakan kemampuan menempatkan grafem-grafem suatu kata dalam urutan konvensional.

(41)

26

meliputi dua faktor yaitu faktor kemampuan ingatan fonologi dan faktor informasi kata yang didengar oleh anak.

Anak mulai memahami kata yang diucapkan serta dapat memproduksi kalimat tiga sampai enam kata dalam menyampaikan keinginan, kebutuhan dan pemikirannya pada usia 3-4 tahun (Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik, 2008: 73-74). Menurut Gentner anak lebih dahulu memperoleh kata benda daripada kata kerja, hal ini dikarenakan kata benda lebih mudah dipelajari oleh anak dari pada kata kerja selain itu bahasa kata benda juga lebih mudah dikenal oleh anak dari pada bahasa kata kerja (Erika Hoof, 2009: 189-190). Anak memiliki kemampuan dalam menghasilkan kata-kata berdasarkan pada frekuensi dan tingkat banyaknya huruf dan kata yang didengarnya (Newman dan German dalam Harun, 2012: 113). Santrock (2007: 362) menyatakan bahwa anak mengalami perubahan dalam memikirkan kata-kata selama masa kanak-kanak awal dan akhir. Hal ini dapat dialami pada saat usia prasekolah yang umumnya anak merespon dengan satu kata yang seringkali mengikuti kata yang dijadikan sebagai stimulan seperti kata dogs (anjing), kemudian anak akan mengatakan barks (menggonggong) namun, pada usia tujuh tahun, anak mulai merespons dengan kata yang terletak dalam satu konteks makna dengan kata stimulan seperti anak merespons kata

dogs (anjing) dengan cat (kucing) atau horse (kuda).

(42)

27

lingkungan mereka (Erika Roof, 2009: 218). Pada masa kanak-kanak, anak mengalami perkembangan secara biologis pada struktur-struktur otaknya sehingga terjadi peningkatan myelination (proses yang mencangkup akson dan myelin) yang dapat meningkatkan kecepatan gerak listrik dalam otak sehingga meningkatkan sumber daya kognitifnya (Santrock, 2007: 287). Menurut Robert Gagne meningkatnya sumber daya kognitif pada anak menjadikan anak lebih mudah dalam memproses informasi yang diperoleh, mengolah informasi, menyimpan dan mengingat kembali informasi (Slamet Suryanto, 2005: 86) sehingga bila dalam hal ini, anak diberi informasi berupa kosakata maka anak akan lebih mudah dalam menyimpan dan mengingat kosakata tersebut.

(43)

28

Menurut Brainerd & Reyna memori anak mulai berkembang sejak usia dini dan Schneider dkk, menyatakan bahwa kemajuan memori anak dapat diuntungkan dari penggunaan strategi-strategi yang melibatkan penggunaan aktivitas mental untuk meningkatkan pemprosesan informasi (Santrock, 2007: 289). Oleh kerena itu, pengenalan kosakata sejak usia dini dapat memudahkan anak untuk meningkatkan kemampuan kosakatanya. Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kosakata anak yaitu dengan cara pengenalan kata secara berulang-ulang atau melalui strategi-strategi pengulangan yang bersifat menyenangkan bagi anak. Stategi tersebut dapat membantu anak untuk mengingat kosakata dan menyimpan kosakata tersebut kedalam memori jangka panjangnya. Selain itu, memperbanyak pengenalan kosakata dan kalimat sederhana pada anak juga merupakan hal yang penting dalam memperkaya gagasan berfikir dan meningkatkan kemampuan berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya (Harun, 2012: 112).

(44)

29

berbahasa. Oleh karena itu, diperlukan pengenalan kosakata agar anak memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam berbahasa yang baik.

3. Implementasi Media Film Dora The Explorer dalam Meningkatkan Kosakata Anak Usia Dini

Film Dora The Explorer merupakan film animasi series yang sukses dan cocok untuk anak usia dua sampai enam tahun (Byson dalam Zuena Kabir, 2013: 5). Metode yang digunakan pada film ini berbasis pada gagasan Horward Gagner yaitu tentang kecerdasan majemuk, yang mana anak akan menjadi lebih cerdas bila belajar sambil bermain. Bahasa pada film Dora The Explorer disajikan dengan pengulangan dan tempo yang tidak cepat serta ada beberapa kata yang diselingi dengan nyanyian sehingga menarik bagi anak. Ketertarikan tersebut, dapat menjadikan anak untuk terus mengingat dan menyimpan setiap kata yang diperoleh, kedalam memorinya. Film Dora The Explorer dapat digunakan sebagai media guna meningkatkan kosakata anak. Film Dora The Explorer

memberikan perhatian visual bagi anak khususnya anak prasekolah. Perhatian visual anak terhadap televisi meningkat dramatis pada tahun-tahun prasekolah (Anderson dalam Santrock, 2007: 282). Dengan meningkatnya perhatian, maka akan mempengaruhi anak dalam memproses informasi untuk mengingat kosakata.

Pemberian media film Dora The Explorer untuk meningkatkan kosakata anak dilakukan selama lima belas kali. Penggunaan media Film

(45)

30

penggunaan apilikasi Exploring the Second Screen with Dora yang dilakukan oleh Zuena Kabir (2013: 28) dalam memberikan dampak positif bagi anak dan hasil penelitian bahwa penggunaan film Dora The Explorer

dapat memberikan efek yang baik bagi pronunciation anak yang dilakukan oleh Devi Nurdiani, dkk (2003: 12). Selain itu, pada dialog sederhana, redudansi, arti visual dan pengulangan dalam dialog TV dapat membantu anak dalam mempelajari kata baru dan meningkatkan kemampuan kosakata anak secara kebetulan (Zuena Kabir, 2013: 6).

Media film Dora The Explorer efektif apabila sesuai dengan kriteria diantaranya yaitu, anak dapat memahami kegunaan kata benda yang ada pada film Dora The Explorer, anak dapat mengucapkan kata dengan baik dan kuantitas kosakata anak meningkat. Wong menyatakan bahwa pengucapan dengan pemahaman pendengaran, mengejaan, tata bahasa dan membaca, merupakan hal yang penting untuk ketrampilan dan mengetahui suatu informasi (Devi Nurdiani dkk, 2003: 2). Dengan penggunaan media film Dora The Explorer diharapkan pesan yang diterima anak akan lebih mudah terekam dalam ingatan dan menambah perbendaharaan kata. Pemanfaatan media film ini nantinya digunakan dengan perangkat laptop yang akan disambungkan pada LCD Proyektor. Durasi pemutaran film berkisar kurang lebih 20-25 menit dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

(46)

31

b. Melaksanakan kegiatan awal yaitu menyiapkan LCD Proyektor, Laptop dan DVD film Dora The Explorer, melakukan pengarahan kepada anak (penyampaian aturan selama film sedang diputar) dan mengkondisikan anak untuk dapat duduk pada karpet dengan tertib.

c. Melaksanakan kegiatan inti yaitu pemutaran film Dora The Explorer. Ketika film sedang diputar, peneliti membimbing anak untuk aktif menjawab pertanyaan dari tokoh Dora dan menirukan kata yang diucapkan Dora.

d. Melaksanakan kegiatan penutup yaitu kegiatan bercerita mengenai film yang telah diputar sebagai penguatan tentang cerita tersebut dan peneliti membimbing anak untuk dapat menyebutkan kosakata pada film yang telah diputar dalam bentuk percakapan. Dalam pelaksanaan pemutaran film hendaknya peralatan dan perlengkapan penunjang dipersiapkan secara matang. Hal ini bertujuan agar pemanfaatan waktu lebih efektif.

E. Kerangka Pikir

(47)

32

sehingga memiliki kesan hidup dan bergerak (Dina Indriana, 2011: 91-92). Penggunaan media film pada pembelajaran memudahkan anak dalam merekam pesan pelajaran yang disampaikan ke dalam ingatan serta memudahkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu media film yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu media film Dora The Explorer.

Film Dora The Explorer merupakan film animasi bagi anak-anak usia 2-6 tahun (Byson dalam Zuena Kabir: 2013: 5). Film Dora The Explorer memiliki karakteristik yang berbeda dari film animasi lain. Film ini menyajikan keterlibatan penonton (anak-anak) dengan tokoh Dora selaku tokoh utama dengan cara Dora bertanya kepada anak-anak kemudian memancing anak untuk menjawab. Film Dora The Explorer

(48)

33

secara berulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahami maksudnya.

Kecerdasan linguistik pada film Dora The Explorer memliki tujuan yaitu menjadikan anak mampu dalam menggunakan bahasa secara aktif, mampu mengekspersikan diri sendiri dan mengingat informasi. Hal tersebut, penting untuk diajarkan pada anak sejak usia dini sebab pada usia dini anak sedang mengalami masa keemasan (golden age). Pada usia ini, anak akan lebih mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengarkan segala sesuatu yang dicontohkan (Harun, 2012: 40). Oleh karena itu, sejak usia dini anak perlu untuk diperhatikan seluruh potensinya agar dapat berkembang dengan optimal. Perkembangan pada anak, khususnya bahasa, secara krusial terjadi sebelum usia enam tahun (Ahmad Susanto, 2011: 73). Perkembangan bahasa pada anak dapat terjadi melalui pengenalan kosakata. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa anak usia dini yang mengetahui dan menggunakan banyak kata (kosakata) memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki kosakata yang luas (George S Morison, 2012: 199).

(49)

34

kosakata dengan situasi yang menyenangkan dapat membantu anak dalam memperbaiki memori sehingga memudahkan anak dalam memahami kosakata dan menyimpan kosakata tersebut kedalam memori (Santrock, 2007: 284). Dengan penggunaan media Film Dora The Explorer tersebut, diharapkan dapat ditemukan keefektifan penggunaan media film Dora The Explorer dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku.

F. Hipotesis Penelitian

(50)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan metode kuasi eksperimen. Menurut Emzir (2012: 28) penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan seperti pemikiran sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, pertanyaan spesifik, pengukuran dan observasi. Adapun metode kuasi eksperimen merupakan metode penelitian yang pengontrolannya hanya menggunakan satu variabel saja, yang pandang paling dominan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2013: 59). Alasan peneliti menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu untuk menilai keefektifan terhadap suatu tindakan, atau menguji adanya keefektifan saat sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan.

(51)

36

keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun gambaran mengenai rancangan dari One Group Pretest-Postest Design (Suharsimi Arikunto, 2000 : 508) adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Rancangan One Group Pretest-Postest Design

Keterangan:

O1 :tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan X : Pemberian perlakuan (treatment)

O2 : tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberikan perlakuan B. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu anak-anak di kelompok kepompong KB Tamanku yang berjumlah enam anak dan terdiri dari empat anak laki-laki dan dua anak perempuan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kelompok Bermain Tamanku yang beralamat di Bale Tri Putro Winahyu, Desa Jombor Lor Sinduadi Mlati Sleman, Yogyakarta. Alasan peneliti memilih Kelompok Bermain Tamanku sebagai tempat penelitian karena penggunaan media film Dora The Explorer belum pernah dikaji di Kelompok Bermain tersebut. Kegiatan penelitian akan dilaksanakan selama satu bulan. Dalam kurun waktu satu bulan tersebut, kegiatan penelitian dilaksanakan selama sepuluh kali pertemuan yang terdiri dari kegiatan pre-test, perlakuan (treatment) dan post-test. Kegiatan pre-test akan dilakukan pada pertemuan pertama. Peneliti mengukur kemampuan awal anak dengan

(52)

37

melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan kosakata setiap anak. Kegiatan pemberian perlakuan (treatment) dilakukan pada pertemuan kedua sampai pertemuan kesembilan. Jumlah perlakuan pada penelitian ini sebanyak 15 kali. Kegiatan tersebut, dilakukan untuk mengajarkan anak supaya dapat meningkatkan kemampuan kosakatanya melalui penggunaan media film Dora The Explorer. Setelah diberikan perlakuan, pada pertemuan kesepuluh peneliti melakukan kegiatan post-test untuk mengukur kemampuan anak setelah diberikan perlakuan. Adapun pembagian waktunya digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian Meningkatkan Kemampuan Kosakata Anak

Waktu Kegiatan Penelitian

Pertemuan I Melaksanakan Pre-test

Pertemuan II Melaksanakan kegiatan perlakuan pertama dan kedua Pertemuan III Melaksanakan kegiatan perlakuan ketiga dan keempat Pertemuan IV Melaksanakan kegiatan perlakuan kelima dan keenam Pertemuan V Melaksanakan kegiatan perlakuan ketujuh dan kedelapan Pertemuan VI Melakukan kegiatan perlakuan kesembilan dan kesepuluh Pertemuan VII Melakukan kegiatan perlakuan kesebelas dan kedua belas Pertemuan VIII Melakukan kegiatan perlakuan ketigabelas dan keempat

belas

Pertemuan IX Melakukan kegiatan perlakuan ke lima belas Pertemuan X Melaksanakan post-test

D. Teknik Pengumpulan Data

(53)

38

menguasai bahan yang telah diberikan. Tes lisan diberikan kepada kelompok kepompong pada saat pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan sebelum anak mendapatkan perlakuan (treatment). Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kosakata anak sebelum diberikan perlakuan (treatment). Post-test dilaksanakan setelah perlakuan (treatment) selesai diterapkan dikelompok kepompong. Tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan kosakata antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan (treatment). Adapun mekanisme pelaksanaannya yaitu:

1. masing-masing anak diberikan pertanyaan mengenai kosakata benda oleh peneliti.

2. pertanyaan yang dijawab benar diberi tanda checklist. Jawaban yang diberikan anak ditempatkan pada lembar jawaban pre-test dan lembar jawaban post-test.

3. pertanyaan tes lisan yang diberikan saat post-test sama dengan pertanyaan yang diberikan saat pre-test.

4. Tes diberikan dengan cara memanggil masing-masing anak untuk maju kedepan kelas sesuai dengan nomor urutnya masing-masing, dan anak yang belum dipanggil untuk mengikuti tes, diberi tugas berupa mengerjakan lembar kerja anak (LKA) yang disediakan oleh guru kelas. 5. Tes dilakukan dengan menggunakan kartu bergambar kosakata benda

(54)

39 E. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2000: 134) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai alat atau fasilitas yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sisetematis dan mudah diolahnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa tes lisan. Tes lisan untuk mengukur hasil belajar anak dalam memahami kosakata secara langsung. Soal-soal tes yang akan diujikan kepada subjek penelitian disusun oleh peneliti.

Bentuk soal tes kemampuan meningkatkan kosakata anak yakni berupa menyebutkan kata, menjawab nama benda, dan mengucapkan kata yang telah dipelajari. Soal yang disajikan menggunakan kartu bergambar kosakata benda dan diberikan pada saat pre-test dan post-test. Soal pre-test dan post-test menggunakan 50 soal yang sama. Peningkatan kemampuan kosakata anak diukur dengan membandingkan hasil pre-test

(55)

40

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 103 2. Uji Validitas Instrumen

(56)

41

(Achievement) dan pengukuran efektifitas pelaksanaan program dan tujuan. Instrumen yang telah selesai disusun kemudian diujikan.

Dalam hal ini untuk mencapai validitas isi, peneliti menggunakan

expert judgement (pendapat ahli). Menurut Nana Sudjana (1995: 13) agar memenuhi validitas isi dapat dilakukan dengan bantuan ahli bidang studi supaya dapat diketahui konsep materi yang diajukan telah memadai atau belum untuk digunakan sebagai tes. Bantuan ahli bidang studi atau

profesional judgement yang dimintai pendapat dalam validasi instrumen hasil belajar penelitian ini adalah Dosen PG-PAUD FIP UNY, Ibu Martha Christianti M.Pd. Adapun aspek yang diuji validitasnya dalam penelitian ini yaitu kesesuaian isi instrumen tes kemampuan kosakata anak yaitu kartu bergambar kosakata benda dengan isi materi film Dora The Explorer

yang digunakan dalam penelitian.

(57)

42 F. Prosedur Perlakuan

Prosedur perlakuan pada penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen. Penelitian dilaksanakan dengan memberikan perlakuan (treatment) di kelompok kepompong KB Tamanku. Jumlah perlakuan yang diberikan pada sebanyak15 kali. Perlakuan diberikan menggunakan media film Dora the Explorer yang memiliki durasi 20-25 menit. Pemberian perlakuan (treatment) kepada subjek penelitian (anak kelompok kepompong) dimulai pada pertemuan kedua setelah dilaksanakan kegiatan pre-test .Perlakuan (treatment) dilaksanakan selama delapan kali pertemuan. Setiap pertemuan peneliti memberikan dua kali perlakuan berupa pemberian dua episode film yang berbeda. Episode film

Dora The Explorer yang diberikan saat perlakuan (treatment) yaitu

missing piece, berry hunt, super spies dan baby dino. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pre-test

(58)

43

kemampuan awal kosakata setiap anak di kelompok kepompong. Adapun langkah-langkah pelaksanakan pre-test yaitu:

a. peneliti memanggil setiap anak di kelompok kepompong berdasarkan nomor urutnya masing-masing.

b. peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai kosakata benda dengan menggunakan kartu bergambar kosakata benda kepada anak yang namanya dipanggil tersebut.

c. mengkondisikan anak yang namanya belum dipanggil dengan cara memberikan tugas menggunakan LKA yang telah disedikan oleh guru kelas untuk pembelajaran pada hari itu.

2. Perlakuan (treatment) a. Kegiatan awal

Kegiatan awal dalam pemberian perlakuan (treatment) adalah melakukan persiapan. Peneliti menyiapkan sebuah LCD, sebuah laptop dan DVD film Dora The Explorer. Peneliti memberikan pengarahan kepada anak untuk aktif menjawab pertanyaan dan teka-teki yang disampaikan tokoh Dora ketika film sedang diputar. Kemudian guru dan peneliti mengkondisikan anak dengan cara berdoa dan bernyanyi.

a. Kegiatan inti

(59)

44

2) Penerapan pembelajaran, dilakukan melalui alur cerita yang disampaikan ketika film sedang diputar. Ketika film sedang diputar terdapat bagian alur cerita, mengenai tokoh Dora yang bertanya kepada penonton (anak-anak) misalnya, “Apa yang

dapat digunakan untuk menyebrangi sungai dingin?”

kemudian saat toko Dora bertanya, peneliti membimbing anak agar dapat menjawab pertanyaan tokoh Dora tersebut.Caranya ialah peneliti mengulangi pertanyaan dari tokoh Dora dalam bentuk kalimat yang lebih sederhana sehingga anak menjadi lebih mudah dalam memahami pertanyaan tersebut.

3) Pada alur cerita lain terdapat bagian tokoh Dora yang mengajak anak untuk mengucapkan kembali kata yang telah disampaikan

misalnya “Ayo kita katakan peta bersama-sama”. Ketika tokoh

utama mengajak anak untuk mengucapkan kembali kata yang telah disampaikan tersebut, peneliti kembali membimbing anak untuk melafalkan kembali kata yang diucapkan oleh tokoh Dora dengan cara mengulangi kata yang diucapkan dengan ucapan yang jelas agar anak lebih mudah dalam mengikuti ucapan tersebut.

4) Pada bagian alur cerita lain juga terdapat kata yang diucapkan oleh tokoh Dora dengan berulang-ulang dan disampaikan dengan menggunakan nyanyian misalnya “pintu-hutan-taman

(60)

45

tersebut, kemudian peneliti membimbing anak untuk dapat menirukan kembali, dengan cara peneliti mengulangi kata tersebut dengan ucapan yang jelas, setelah itu peneliti meminta anak untuk mengulangi kata tersebut kembali. Adapun pemberian episode film Dora The Explorer adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Pemberian Episode Film Dora The Explorer dalam kegiatan Pembelajaran

No Episode Film Dora The Explorer Pemberian Perlakuan

1 Baby Dino 3 kali

2 Berry Hunt 4 kali

3 Missing Piece 4 kali

4 Super Spies 4 kali

b. Kegiatan penutup

Peneliti melakukan kegiatan bercerita mengenai film yang telah diputar sebagai penguatan tentang cerita film tersebut dan membimbing anak untuk dapat menyebutkan kosakata benda yang ada pada film tersebut dalam bentuk percakapan

4 Post-test

(61)

46 G. Analisis Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data dari berbagai sumber dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2007: 244). Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran tendensi sentral (Sugiyono, 2007: 208).

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari perhitungan hasil pre-test

dan post-test yang kemudian data tersebut dikatagorikan kedalam katagori rendah, katagori sedang dan katagori tinggi. Perhitungan dilakukan dengan mencari mean teoritik dan rentang deviasi standart. Berikut merupakan tabel katagori tes kemampuan prestasi belajar dalam meningkatkan kosakata anak:

Tabel 4. Katagori Hasil Tes Kosakata Anak

No Rumus Katagori

1 Rendah

2 Sedang

3 Tinggi

(Sumber: Saefuddin Azwar, 2012: 149)

(62)

47

Tamanku. Dari hasil perbandingan rata-rata skor tersebut dapat diketahui apakah hasilnya dapat menjawab hipotesis penelitian yang diajukan atau tidak. Apabila skor rata-rata hasil post test lebih tinggi daripada skor rata-rata hasil pre test, maka hipotesis penelitian diterima. Namun apabila hasilnya sebaliknya, maka hipotesis penelitian yang diajukan ditolak.

Selanjutnya peneliti menentukan peningkatan hasil prestasi belajar kosakata anak menggunakan rumus dibawah ini:

(Sumber: Sugiyono, 2007: 111) Keterangan :

O2 : nilai post-test ( setelah diberi perlakuan) O1 : nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan)

Pada hasil dari perhitungan tersebut, jika O2>O1 maka Ha diterima dan H0 ditolak. H0 (hipotesis nol) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel sedangkan Ha (hipotesis alternatif) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel (Suharsimi Arikunto, 2000: 60). H0 dalam penelitian ini adalah skor rata-rata kemampuan kosakata anak kelompok kepompong setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu penggunaan media film Dora The Explorer

sama (tidak mengalami peningkatan) dengan skor rata-rata sebelum diberikan perlakuan (treatment). Ha dalam penelitian ini adalah skor rata-rata kemampuan kosakata anak kelompok kepompong setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu penggunaan media film Dora The Explorer

(63)

48

(64)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompoka Bermain Tamanku yang berlokasi di Bale Tri Putro Winahyu, Desa Jombor Lor Sinduadi Mlati Sleman, Yogyakarta. Lokasi sekolah tersebut berada dekat dengan pemukiman warga dan mudah dijangkau serta lokasi sekolah yang aman dan nyaman bagi anak untuk pembelajaran sebab tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang disekitar sekolah sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Bangunan KB Tamanku pada bagian depan merupakan pendopo dan bagian belakang merupakan taman bermain. Taman bermain di KB Tamanku memiliki area bermain pasir, area berkebun dan lapangan kecil. KB Tamanku memiliki beberapa fasilitas untuk mendukung proses pembelajaran anak diantaranya alat permainan edukatif, buku penunjang pembelajaran, buku bacaan, poster bergambar dan lemari untuk menempatkan tas anak yang semuanya itu berada pada masing-masing kelas yaitu kelas kelompok kepompong, kelas kelompok ulat dan kelas kelompok kupu-kupu. Selain itu KB Tamanku terdapat satu ruang dapur, tiga ruang kamar mandi dan satu ruang kantor guru.

(65)

50

akademik yaitu mewarnai, mengerjakan lembar kerja anak, membaca dan menulis. Pembelajaran yang dilakukan diluar kelas jika pembelajaran yang bersifat ketrampilan atau praktek yaitu kegiatan bercocok tanam.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari kamis, 15 Oktober 2015 sampai hari senin, 26 Oktober 2015 diruang kelas kelompok kepompong. Pada kegiatan awal pembelajaran, anak-anak masuk ke ruang kelas, kemudian sebelum dilakukan pembelajaran terlebih dahulu anak-anak berdoa, membaca surat pendek dan beryanyi yang dipimpin oleh guru. Setelah itu, guru menjelaskan materi pembelajaran menurut tema dan RKH (rencana kegiatan harian) pada hari tersebut, yaitu Guru menjelaskan tentang tema tanaman.

(66)

51 B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok bermain tamanku yang ada di kelompok kepompong yang berjumlah enam anak yang berusia 3-4 tahun. Kemampuan awal kosakata anak-anak kelompok bermain tamanku sebelum penelitian masih belum sesuai dengan harapan guru. Hal tersebut dilihat dari anak yang belum dapat mengucapkan kata dengan benar dan jelas. Anak belum mengetahui maksud kata, serta anak belum bisa menjawab pertanyaan guru sebelum guru memberikan stimulasi yaitu suku kata pancingan atau awalan suku kata. Adapun deskripsi masing-masing subjek adalah sebagai berikut:

1. Subjek I

(67)

52 2. Subjek II

Subjek II yaitu CA yang merupakan anak perempuan berusia 3 tahun 8 bulan. Subjek CA merupakan anak yang ramai dan senang berbincang dengan episodennya saat pelajaran didalam kelas. Subjek CA memiliki kemampuan kosakata yang kurang, CA masih kesulitan dalam memahami maksud kata yaitu belum memahami kegunaan dari sabuk pengaman, jaket keselamatan, telephone, tali dan dayung. Kondisi CA dalam mengikuti pembelajaran menggunakan media film Dora The Explorer adalah CA nampak tertarik. Hal ini terlihat ketika CA dapat membantu tokoh Dora untuk menghitung jumlah anak Dinosaurus yang ingin menyebrerangi sungai.

3. Subjek III

Subjek III yaitu KE yang merupakan anak laki-laki berusia 3 tahun 11 bulan. Subjek KE merupakan anak yang ceria. KE memiliki kemampuan kosakata yang kurang, hal itu terlihat dari kesulitan KE dalam mengucapkan kata dengan jelas yaitu kata roket, buah blueberry, sabuk pengaman, kartu pengenal, terowongan, ember, sungai dan burung. Saat pembelajaran menggunakan film Dora The Explorer KE nampak bersemangat, hal ini terlihat ketika KE dapat ikut bernyanyi bersama tokoh Dora.

4. Subjek IV

(68)

53

didalam kelas. Pada kemampuan kosakatanya GI masih sulit dalam menyebutkan kegunaan dari kosakata benda yaitu kegunaan dari jaket keselamatan, peta, dayung, sabuk pengaman, dan perahu. GI saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media film Dora The Exoplorer, nampak tertarik, hal itu terlihat ketika GI dapat membantu tokoh Dora dalam menyusun potongan puzzle, dengan cara GI menunjukkan jarinya pada potongan puzzle tersebut, kemudian GI mengarahkannya pada tempat yang masih kosong.

5. Subjek V

Subjek V yaitu AD, yang merupakan anak laki-laki berusia 3 tahun. AD merupakan anak yang senang berbincang dengan temannya didalam kelas saat pembelajaran. AD memiliki kemampuan kosakata yang kurang yaitu AD kesulitan menjawab pertanyaan guru. AD cenderung dapat menjawab bila guru memberikan stimulasi yaitu suku kata pancingan atau suku kata awalan. Ketika pembelajaran dengan menggunakan media film Dora The Explorer, AD dapat nampak tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, AD juga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tokoh Dora yaitu AD dapat

menjawab “Peta” ketika Dora bertanya mengenai hal yang dapat

(69)

54 6. Subjek VI

Subjek VI yaitu HE, yang merupakan anak laki-laki berusia 3 tahun 11 bulan. HE kurang aktif dalam memperhatikan pelajaran didalam kelas dan cenderung berbincang dengan teman sebelahnya. Pada kemampuan kosakatanya HE masih sulit dalam mengucapkan kata dengan benar dan jelas yaitu kata sabuk pengaman, dinosaurus, jaket penyelamat, sepatu roket, roket, terowongan, dayung, sungai dan puzzle. Selain itu HE juga belum bisa menyebutkan kegunaan dari kata benda yang ditanyakan oleh guru yaitu kegunaan dari sabuk pengaman, perahu, dayung, telefon, peta dan jaket penyelamat. Saat HE mengikuti pembelajaran menggunakan media film Dora The Explorer, HE nampak bersemangat, hal tersebut terlihat ketika HE dapat bernyanyi bersama tokoh Dora dan membantu Dora dalam mengitung jumlah buah Blueberry yang telah diperoleh tokoh Dora dan Boots.

C. Data Hasil Penelitian Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Kepompong KB Tamanku

1. Data Hasil Pre-test Kemampuan Kosakata Anak

(70)

55

tersebut berisi tentang 50 soal tes kemampuan dalam mengucapkan kata dan memahami maksud kata yang akan dijawab oleh anak. Anak yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan diberikan skor 1 dan skor 0 untuk anak yang tidak dapat menjawab soal dengan benar. Cara pelaksanaan pre-test yaitu memanggil anak satu persatu maju untuk kedepan kelas sesuai nomor urutnya kemudian anak yang maju tersebut dites kemampuan kosakatanya secara lisan dengan instrumen kartu bergambar. Berikut penjabaran hasil kemampuan awal (pre-test) kemampuan kosakata anak untuk masing-masing subjek:

a. Data hasil Pre-test pada subjek NA

Berdasarkan hasil pre-test subjek NA dari 50 soal yang diberikan mampu menjawab 17 soal benar yaitu NA dapat menyebutkan dan mengucapkan kata ember, perahu, gerbang, pelangi, ayam, sepatu, kaos kaki, mobil, burung, kacamata, telephone, bunga, bintang, awan, pohon, warna biru dan dapat menyebutkan kegunaan ransel. Skor yang diperoleh NA yaitu 17 dari subtotal skor maksimal yaitu 50.

b. Data Hasil Pre-test pada Subjek CA

(71)

56 mengucapkan dan menyebutkan kata ember, perahu, gerbang, pelangi, ayam, sepatu, kaos kaki, mobil, burung, kacamata, telephone, bunga, bintang, awan, pohon dan warna biru. Skor yang diperoleh KE yaitu 16 dari subtotal skor maksimal yaitu 50.

d. Data Hasil Pre-test pada Subjek GI

Berdasarkan hasil pre-test subjek GI dari 50 soal yang diberikan mampu menjawab 22 soal benar yaitu GI dapat mengucapkan dan menyebutkan kata ember, perahu, gerbang, puzzle, terowongan, pelangi, ayam, sepatu, kaos kaki, mobil, burung, kacamata, telephone, telur, dinosaurus, bunga, bintang, awan, pohon, tali, warna biru, dan menyebutkan kegunaan rensel. Skor yang diperoleh GI yaitu 22 dari subtotal skor maskimal yaitu 50.

e. Data Hasil Pre-test pada Subjek AD

(72)

57

telephone, bunga, bintang, awan, pohon, warna biru dan dapat menyebutkan kegunaan rensel. Skor yang diperoleh AD yaitu 17 dari subtotal skor maksimal yaitu 50.

f. Data Hasil Pre-test pada Subjek HE

Berdasarkan hasil pre-test subjek HE dari 50 soal yang diberikan mampu menjawab 16 soal benar yaitu ember, perahu, gerbang, pelangi, ayam, sepatu, kaos kaki, mobil, burung, kacamata, telephone, bunga, bintang, awan, pohon dan warna biru. Skor yang diperoleh HE yaitu 16 dari subtotal skor maksimal yaitu 50.

Setelah diperoleh data pre-test tersebut, kemudian dilakukan pengkatagorian. Anak yang mendapat skor 17 atau kurang dari 17 termasuk kedalam kriteria kategori rendah, anak yang mendapat skor sebanyak 17 sampai 33 termasuk kedalam kriteria kategori sedang dan anak yang mendapat skor lebih dari 33 termasuk kedalam kriteria kategori tinggi. Berikut merupakan tabel dan diagram data kemampuan awal (pre-test) kemampuan kosakata anak.

Tabel 5. Data Hasil Pre-test Kemampuan Kosakata Anak

(73)

58

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah skor pre-test adalah 104 dan rata-rata pre-test adalah 17,33 (34,66%). Anak yang memiliki skor 17 atau kurang dari 17 (kategori rendah) terdapat lima anak yaitu NA mendapatkan skor 17, CA mendapatkan skor 16, KE mendapatkan skor 16, AD mendapatkan skor 17 dan HE mendapatkan skor 16. Anak yang memiliki skor antara 17-33 (kategori sedang) hanya ada satu yaitu GI mendapatkan skor 22, dan anak yang mendapatkan skor 33 atau lebih dari 33 (kategori tinggi) tidak ada. Selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Batang Skor Pre-test Kemampuan Awal Kosakata Anak

(74)

59

Berdasarkan hasil tersebut diketahui jumlah anak sebanyak 6 anak dan jumlah skor pre-test sebesar 104. Berikut adalah perhitungan skor rata-rata pre-test :

Rata-rata = = 17,33

Perhitungan mean menunjukkan bahwa rata-rata pre-test yaitu 17,33 atau 34,66%.

2. Penerapan Treatment Pengguaaan Media Film Dora The Explorer

pada Anak Kelompok Kepompong KB Tamanku

Kegiatan treatment (perlakuan) diberikan dengan menggunaan media film Dora The Explorer pada kegiatan pembelajaran. Film yang diberikan pada perlakuan terdiri dari empat episode yaitu Baby Dino,

Missing Piece, Berry Hunt dan Super Spies. Baby Dino bercerita tentang petualangan Dora, Boots dan Diego dalam membantu baby dino untuk menemukan ibunya, Missing Piece bercerita tentang petualangan Dora dan Boots dalam menolong Mr. Wizzard dalam menemukan potongan puzzle

tongkat ajaibnya, Berry Hunt bercerita tentang petualangan Dora dalam berburu buah Blueberry bersama Boots di bukit blueberry dan Super Spies

Gambar

Gambar 1. Rancangan One Group Pretest-Postest Design
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian Meningkatkan Kemampuan                  Kosakata Anak
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Lisan Kemampuan Kosakata Anak    Kelompok Bermain Taman Ku
Tabel 3. Pemberian Episode Film Dora The Explorer dalam   kegiatan Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 menunjukkan grafik himpunan hasil solusi terbaik yang diperoleh program teknik optimasi yang diusulkan (Pareto front) berdasarkan jumlah populasi yang

Pada grafik penyisihan kekeruhan yang ditampilkan dapat dilihat bahwa penurunan tingkat kekeruhan pada reaktor kontrol lebih baik dari reaktor biosand

Jadi, dapat disimpulkan bahwa intensi berpacaran merupakan hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang yang berpengaruh pada keputusannya melakukan suatu hubungan dengan

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti menyebarkan kuesioner di kafe Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro yang keduanya berlokasi di kota Semarang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat, hidayah serta inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian (skripsi) yang

Tapi dalam kenyataannya isu etnis sebagai komoditas politik masih kerap terjadi. Keanekaragaman etnis di Indonesia dengan karakteristiknya masing- masing berpengaruh dalam

Laporan telah melunasi Pajak tahun terakhir (SPT/PPh) atau Surat Keterangan Fiskal serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau PPN sekurang

Perubahan Sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek dari suatu masyarakat, ataupun terjadinya suatu perubahan